SKRIPSI
AZHAR FUADI
0706275492
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPOK
JANUARI 2012
FINAL PROJECT
AZHAR FUADI
0706275492
FACULTY OF ENGINEERING
CIVIL ENGINEERING STUDY PROGRAM
DEPOK
JANUARY 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
AZHAR FUADI
0706275492
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPOK
JANUARI 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
FINAL PROJECT
Submitted as a partial fulfillment of the requirement for the degree of
Bachelor of Engineering
AZHAR FUADI
0706275492
FACULTY OF ENGINEERING
CIVIL ENGINEERING STUDY PROGRAM
DEPOK
JANUARY 2012
i
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
PAGE OF ORIGINALITY PRONOUNCEMENT
ii
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Pembimbing 1 : Ir. Firdaus Ali, MSc, Ph.D. : (………………………….)
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 19 Januari 2012
iii
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
STATEMENT OF LEGITIMATION
BOARD OF EXAMINERS
iv
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan
skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Lingkungan pada Fakultas Teknik
Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini,
sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu saya
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Firdaus Ali M,Sc dan Ir. Irma Gusniani M,Sc selaku dosen
pembimbing, yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran
untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini dan selama
menjalani masa kuliah.
2. Para dosen Departemen Teknik Sipil dan khusunya program studi
Teknik Lingkungan yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat
selama masa kuliah.
3. Ibu Mia bersama tim dari PT PALYJA yang telah mengarahkan
praktikum dan memberikan data-data dan peralatan yang dibutuhkan
untuk menyusun skripsi ini.
4. Kedua orangtua, kakak dan saudara-saudara saya yang senantiasa
memberikan doa dan dukungan moriil serta materiil.
5. Fajar Steven, partner saya yang berjuang bersam dalam menyusun
skripsi. Satria Eka, Fahmi, Osha, Jevon, Prawira, Pramesti dan Vica
yang telah membantu dalam pengambilan data skripsi ini.
6. Sahabat dan seluruh teman-teman Teknik Sipil dan Lingkungan
Angkatan 2007 atas segala dukungan yang diberikan demi kelancaran
penyusunan skripsi ini dan bersama-sama selama masa kuliah.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
Depok, Januari 2012
Penulis
v
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan
dibawah ini:
Nama : Azhar Fuadi
NPM : 0706275492
Program Studi : Teknik Lingkungan
Departemen : Teknik Sipil
Fakultas : Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive
Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
PENGARUH RESIDUAL KLORIN TERHADAP KUALITAS
MIKROBIOLOGI PADA JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM beserta
perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini
Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas
akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Dibuat di : Depok
Pada Tanggal : 19 Januari 2012
Yang menyatakan
(Azhar Fuadi)
vi
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
ABSTRAK
Kata kunci :
Total Koliform, Disinfektan, Residual Klor, Kekeruhan, Total Zat
Organik.
vii
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
ABSTRACT
Key words:
Total Coliform, Disinfectants, Free Chlorine, Turbidity, Total Organic
Matter.
viii
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
DAFTAR ISI
ABSTRAK................................................................................................................. vii
2.3 Klorinasi............................................................................................................ 15
ix
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
2.5.4. Prinsip Pengawasan Mikroba Pada Sistem Distribusi ................................. 23
x
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
4.1.3. Titik 3 (Swadaya 2) .................................................................................... 51
4.4.1. Distribusi Klor Bebas Dengan Variabel Bebas Jarak dan Waktu................. 56
4.5.1. Distribusi Total Koliform Dengan Variabel Bebas Jarak dan Waktu........... 64
LAMPIRAN .............................................................................................................. 77
xi
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
BAB 1
PENDAHULUAN
1 Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
2
Kualitas air biasanya merupakan standar bagi perusahaan air minun pada
saat air meninggalkan instalasi pengolahan air bersih (IPA). Namun kualitas air
terkait dengan sisa klorin (disinfektan) dan ketika memasuki jaringan distribusi
masih belum mendapat perhatian yang baik saat perencanaan maupun saat
operasional. Terlebih lagi setelah dikeluarkannya peraturan pemerintah (PP No.
16 tahun 2005) bahwa pada tahun 2010 jaringan air bersih harus menjadi jaringan
air minum. Air baku atau air yang tidak berkualitas air minum (air yang langsung
dapat diminum) tidak diperkenankan didistribusikan pada masyarakat.
Dengan adanya regulasi tersebut, berarti perubahan standar yang sangat
signifikan yang mempunyai konsekuensi perubahan infrastruktur dan manajemen
pengelolaan secara menyeluruh, maka diperlukan pemikiran ke arah hal tersebut
dalam rangka perubahan paradigma air minum dan pengelolaan jaringan air dalam
pipa. Infrastruktur berupa sistem jaringan pipa yang saat ini ada kebanyakan
direncanakan tidak memperhatikan berbagai faktor yang terkait dengan kualitas
air selama mengalir dalam pipa distribusi.
Kandungan bakteri patogen dalam air merupakan parameter penting dalam
penentuan level kualitas air, dengan indikator yang biasa digunakan adalah jumlah
kandungan Escherichia coli dengan besaran CFU pada 100 mL. Pada IPA sendiri
pada umumnya dilakukan pengawasan akan kehadiran mikroorganisme pada air
yang telah diolah, dan sisa klorin yang tersedia. Akan tetapi, pengawasan tersebut
tidak dilanjutkan ketika air telah keluar dari IPA dan ketika memasuki jaringan
distribusi. Selama berada dalam pipa jaringan distribusi kualitas air dapat
menurun yang menyebabkan air sudah tidak lagi memenuhi standar kualitas air
minum ketika mencapai konsumen.
Praktek yang sering dilakukan di banyak negara untuk mengontrol kualitas
mikroorganisme dalam pipa jaringan distribusi adalah dengan menggunakan
residu disinfektan untuk mengontrol pertumbuhan mikroorganisme pada sistem
distribusi dan bertindak sebagai final barrier, untuk membantu menjaga dari
mikroba air. Konsentrasi realistis residual hanya bisa menonaktifkan
mikroorganisme paling tahan seperti E. coli dan koli tahan panas yang digunakan
sebagai indikator utama keselamatan air (Payment,1999).
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
3
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
4
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
5
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Desinfeksi
6
Universitas Indonesia
= konstanta rasio
Universitas Indonesia
K = Cn tcn (2.2)
Dimana : K, n = Konstanta eksperimental
C = Konsentrasi desinfektan pada t = 0
tc = Waktu kontak yang dibutuhkan untuk membunuh
mikroba pada persentase kill yang ditentukan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
untuk mengontrol pertumbuhan biofilm lebih besar sepuluh kali lipat daripada
bahan pipa yang lainnya.
Pada pipa lapisan seng, tembaga, atau PVC, konsentrasi klorin bebas atau
kloramin sebesar 1 mg/L dapat menurunkan jumlah heterotrophic bacteria dan
coliforms pada pertumbuhan biofilm. Sedangkan untuk pipa besi, meskipun
dengan redisual free chlorine yang sudah bersikar antara 3-4 mg/L masih tidak
efektif untuk pengontrol biofilm, dan hanya dengan residual monochloramine
yang lebih dari 2 mg/L mampu mengurangi jumlah heterotrophic bacteria dan
coliform. Residual monochloramine yang berada pada kisaran 0.33 mg/L sampai
1.11 mg/L tidak mengurangi jumlah biofilm secara signifikan, bahkan ketika
dilakukan selama tujuh hari.
LeChevallier et al. (1990) menemukan bahwa dengan mengontrol korosi
akan meningkatkan efisiensi desinfeksi free chlorine. Beliau menyebutkan bahwa
keberadaan korosi pada pipa besi akan menyebabkan penurunan efisiensi
desinfektan yang jauh. Konsentrasi kontaminasi bakteri pada pipa besi yang
terdesinfeksi umumnya melebihi konsentrasi kontaminasi bakteri pada pipa PVC
(Norton and LeChevallier, 2000). Biofilm juga berkembang biak lebih besar pada
pipa bisa, meskipun dengan control korosi (Haas et al., 1983; Camper, 1996).
Dan sebagai pelengkap dari penelitian tersebut, ditemukan bahwa pipa besi
mendukung tempat hidup lebih banyak microflora jika dibandingkan dengan pipa
PVC (LeChevallier, 1999).
Terdapat banyak reaksi kimiawi yang terjadi didalam pipa jaringan
distribusi air minum. Reaksi yang terjadi antara lain adalah :
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Virus
Bakteri
Jenis
Protozoa
Lainnya
Pertumbuhan
Jumlah Mikroorganisme
Kematian
Partikel berpengaruh
Free Floating
Sheared biofilm
Matrix Intact Biofilm
Aggregation
Propertis Mikroorganisme Encapsulation
Incubation Time
Spora
Bentuk Cyst
sel (vegetatif)
Keluar dari pengolahan
Intrusi
Titik Origin Cross-connrction
Tangki Penyimpanan
Endapan
Kompetitif
Interaksi Mikrobial
Kooperatif
(Sumber : USEPA, 2005)
Menjaga tekanan yang tinggi pada suplai dan mencegah terjadinya cross-
connections adalah ukuran yang sangat penting untuk mencegah jalur masuknya
mikrobiologi. Menjaga residual disinfektan dilakukan untuk meyakinkan lebih
jauh bahwa kualitas mikrobiologis pada air pada sistem distribusi terjaga dengan
baik dari kontaminasi dan tercegah dari kemungkinan pertumbuhan kembali
mikrobiologi, adalah praktik yang sering digunakan pada kebanyakan suplai air di
Amerika Utara dan Eropa (Trussell 1999). Ditemukannya formasi tirhalomethane
(THM) yang ditimbulkan karena hasil reaksi dari klorinasi (Rook, 1974) telah
menimbulkan banyak perdebatan, dan pada beberapa negara di Eropa penggunaan
klorin pada instalasi pengolahan air dan distribusinuya telah dilarang sebisa
mungkin (van der Kooij et al. 1999; Kruithof 2001). Pada situasi dimana air
olahan tidak stabil, penambahan disinfektan pada air olahan adalah satu-satunya
pilihan agar tetap terjaga dari mikrobiologi. Namun, penambahan tersebut
memiliki beberapa keterbatasan dan efek samping.
2.3 Klorinasi
Universitas Indonesia
dosis yang tepat. Penggunaan klorida (Cl2) untuk membunuh bakteri dalam air
diperkenalkan oleh John L. Leal dengan pengunaan Ca(OCl)2 untuk proses
desinfeksi air dalam pipa. Kini klor sebagai desinfektan selain digunakan sebagai
kalsium diklorida Ca(OCl)2 dapat juga ditemui berbentuk sebagai gas (Cl2),
natrium klorida (NaOCl) ataupun sebagai hipoklorit (HOCl). Pada prakteknya di
lapangan, bentuk desinfektan klorin yang lebih sering digunakan adalah
desinfektan klor dalam bentuk gas.
Kemampuan desinfeksi klorin berasal dari sifat propertisnya sebagai
oksidator kuat. Klorin mengoksidasi enzim yang berfungsi sebagai proses
metabolis pada mikroorganisme. Ada dua jenis reaksi yang terjadi jika klorin
dibubuhkan kedalam air, yaitu hidrolisi dan ionisasi. Reaksi hidrolisi yang terjadi
adalah :
Cl2 + H2O HOCl + HCl
Dan reaksi ionisasi yang terjadi adalah:
HOCl OCl- + H+
Klorin merupakan senyawa oksidator kuat yang berbahaya jika masuk
kedalam tubuh manusia. Tabel dibawah ini menjelaskan dampak bagi kesehatan
manusia yang diakibatkan oleh beberapa tingkatan konsentrasi klorin yang masuk
kedalam tubuh :
Universitas Indonesia
korosif pada kadar tinggi, dan pada kadar rendah biasanya digunakan sebagai
penjernih air (Alaert dan Sumestri, 1987).
Klor merupakan disinfektan yang efektif terhadap virus dan bakteri, tetapi
untuk tingkat yang lebih rendah terhadap protozoa. Payment (1999) menunjukkan
bahwa konsentrasi disinfektan seperti yang digunakan dalam sistem distribusi
hanya memiliki efek terbatas pada patogen. Pendekatan ini memiliki keterbatasan
sebagai berikut:
• Klorin meskipun pada konsentrasi yang rendah, dapat mempengaruhi
rasa dan bau air minum, menyebabkan konsumen untuk mengeluh atau
menggunakan sumber-sumber alternatif (Burttschell et al 1959; Bryan
et al 1973).
Universitas Indonesia
membunuh bakteri koliform (desinfektan) adalah jumlah residu klor aktif setelah
tejadi BPC. (Alaert dan Sumestri, 1987 dan Brooks, 1999).
2.3.1 Klorin pada Jaringan Distribusi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Sistem jaringan distribusi air bersih yang telah lama digunakan pada
umumnya mengandung endapan sedimen yang terbentuk karena korosi pipa dan
pengolahan yang kurang baik (masih mengandung banyak TS); dan besar
kemungkinan sistem tersebut mengandung banyak mikroorganisme didalamya.
Perkembangbiakan bakteri didalam sistem jaringan distribusi dipicu oleh
ketersediaan nutrien organik atau anorganik pada air yang didistribusikan dan
endapan pada permukaan pipa.
Kebanyakan mikroorganisme yang berkembang biang pada jaringan
distribusi tidak berbahaya bagi kesehatan. Namun keraguan akan timbul jika
ditemukan kelompok Legionella dan Mycobacterium avium, yang pada kondisi
biasa bersifat patogenik. Tidak ada laporan mengenai permasalahan kesehatan
masyarakat meskipun terdeteksi keberadaan Aeromonas and Pseudomonas pada
biofilm air minum. Akan tetapi, meskipun organisme tersebut bukan merupakan
penyebab waterborne disease, Pseudomonas ditengarai sebagai penyebab
beberapa persoalan infeksi kulit yang ditemukan pada kolam renang, hot tubs, dan
berbagai jenis spa lainnya (WHO, 2000).
Pertumbuhan koliform pada sistem distribusi perpipaan telah dilaporkan
sejak awal abad ke 20 tepatnya pada tahun 1930 oleh Baylis. Beliau menemukan
adanya pertumbuhan organisme ini pada sedimen yang terakumulasi di sistem
distribusi. Howard (1940) juga melaporkan penemuannya tentang keberadaan
koliform pada sistem distribusi sepanjang musim semi. Koliform dapat
berkembangbiak pada substrat berkonsentrasi rendah (van der Kooij and Hijnen
1988b; Camper et al. 1991). Kondisi yang memicu pertumbuhan koliform
diantaranya adalah ketersediaan substrat, temperatur air, korosi, keberadaan
sedimen, dan residual desinfektan (LeChevallier 1990; LeChevallier et al. 1996).
Keberadaan biofilm, sedimen, dan korosi pada pipa dapat menjadi tempat
tinggal bagi mikroorganisme patogenik yang terbawa karena pengolahan air yang
kurang baik atau percabangan pada sistem distribusi. Mikroorganisme patogenik
Universitas Indonesia
yang terkubur dalam sedimen atau menempel pada biofilm akan tersebar di pipa
ketika perbaikan atau perubahan pola aliran mendadak.
Kemampuan bertahan hidup tergantung pada sifat alamiah dan aktifitas
mikroba didalam biofilm. Pada umumnya, hanya sedikit spesies bakteri patogenik
yang dapat berkembang biak pada sistem jaringan distribusi, keberadaan
patogenik dipengaruhi kondisi seperti temperatur air, dan nutrien yang cukup
(LeChevallier et al., 1999). Virus dan protozoa adalah parasit obligate dan
membutuhkan tubuh manusia atau hewan untuk berkembang biak. Jika memasuki
jaringan perpipaan, virus dan protozoa bertahan hidup dalam jangka waktu yang
sangat terbatas; dosis yang cukup untuk menginfeksi mausia hanya akan
dimungkinkan jika terjadi akumulasi yang besar didalam endapan sistem.
Akumulasi yang besar pada sistem biasanya terjadi pada sambungan pipa, arus
balik, atau kontaminasi. Meskipun tidak ada laporan yang berkaitan dengan
dampak kesehatan akibat keberadaan patogen yang bertahan hidup pada sistem
distribusi, organisme tersebut telah ditemukan keberadaannya pada biofilm, yang
menimbulkan kekhawatiran akan jaminan kesehatan masyarakat (Szewzyk et al.,
2000).
Biofilm mengandung banyak jaringan pengikat yang mampu mengikat dan
mengakumulasikan kontaminan organik dan anorganik seperti partikulat dan
materi koloidal (Flemming, 1995). Dalam biofilm, mikroba patogen terlindung
dari gangguan biologis, fisik, kimia dan tekanan lingkungan, termasuk predator,
pengeringan dan perubahan atau flux dalam lingkungan (Buswell etal, 1998;
Walker dkk, 1995 ). Bakteri Patogen seperti Helicobacter pylori, enterotoksigenik
E. coli, Salmonella typhimurium (Armon et al.1997) dan spesies Campylobacter
(Buswell et al., 1998) dapat bertahan dalam biofilm yang terbentuk dalam sistem
laboratorium eksperimental.
Bedasarkan penjelasan diatas, menimbulkan pendapat akan adanya potensi
bagi bakteri patogen untuk berakumulasi dan bertahan dalam sistem distribusi
kota, meskipun sejauh ini belum ada isolasi langsung dari sistem tersebut. Model
virus enteric (B40 8 dan MS2 bakteriofag) juga telah menunjukan sifat untuk
berakumulasi dan bertahan dalam biofilm terbentuk di laboratorium (Storey &
Ashbolt, 2001), walaupun organisme ini belum diisolasi langsung dari sistem
Universitas Indonesia
distribusi air kota. Interaksi antara virus dengan biofilm pipa telah diabaikan di
masa lalu (Ford, 1999), namun, penelitian terbaru telah menunjukkan signifikansi
potensi (Storey dan Ashbolt, 2003b). Masalah signifikansi potensi itu mungkin
terjadi didalam sistem pipa distribusi ketika cluster biofilm-patogen yang telah
disebut diatas terlepas baik dari matriks substrat atau biofilm karena proses fisik,
kimia atau biologi.
Tidak adanya koliform bisa menciptakan rasa aman semu karena virus dan
parasit pathogen banyak yang resisten terhadap desinfektan berkonsentrasi rendah.
Oleh karena itu, manajemen resiudal desinfektan atau peningkatan dosis
desinfektan tidak boleh dianggap sebagai pengganti untuk aplikasi ketat dari
praktek operasional dan pemeliharaan. Namun, hilangnya residual klor dapat
digunakan sebagai indikator dari intrusi jika frekuensi monitoring yang tepat
diadakan, terutama jika fasilitas pemantauan dipasang pada sistem distribusi.
Di beberapa Negara dan fasilitas pipa persediaan air bagi komunitas kecil,
tidak ada sisa desinfektan yang diterapkan untuk mempertahankan kualitas
mikrobiologi selama distribusi. Dalam kasus ini, pencegahan masuknya
mikroorganisme patogen harus terjamin untuk melindungi kualitas air. Hal ini
bergantung pada inspeksi rutin sistem distribusi sanitasi untuk mengidentifikasi
potensi kebocoran atau bagian dari sistem dimana ingress bisa terjadi. Selain itu,
perhatian harus diberikan jika terdapat pada bahan feses dekat dengan pipa dan
dimana permukaan air tanah akan cenderung menjadi terkontaminasi. Hasil
inspeksi sanitasi harus digunakan untuk menentukan perawatan, pencegahan, dan
tindakan perbaikan (bila diperlukan).
Perawatan kualitas air pada suplai air yang tidak didisnfeksi memerlukan
pelatihan untuk operator dan manager sistem dan pada suplai untuk komunitas,
pelayanan perlu dilakukan berdasarkan survey. Pada sistem yang besar, terutama
jika sisa desinfektan tidak terjaga, level nutrien harus dijaga untuk mengurangi
potensi tebentuknya biofilm.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Seharusnya setelah filtrasi selesai semua cairan sampel telah terhisap dari
kertas membran tetapi beberapa faktor dapat menyebabkan air sedikit tertinggal di
permukaan kertas membran. Lapisan air yang tipis saja dapat meyebarkan sel
yang sedang memperbanyak diri dan saat air tersebut kering selama proses
inkubasi, sel-sel (dari satu CFU) telah tersebar dan menghasilkan koloni yang
melebar karena lapisan air ini dapat menutupi sebagian atau seluruh permukaan
kertas membran tergantung banyak sedikitnya air dan seberapa cepatnya
menguap.
Pola lain yang sering dijumpai adalah adanya lapisan tipis air yang
berkumpul pada cekungan (bagian yang tidak rata dari kertas membran). Hasil
pertumbuhan spreader dapat dihindari dengan memastikan cairan benar-benar
kering dari kertas membran setelah difiltrasi atau jangan menambahkan media cair
terlalu banyak,
TNTC (Too Numerous To Count)
Kondisi terlalu banyak untuk dihitung menggambarkan bahwa semakin
besar kesalahan saat menghitung jika tetap dipaksakan untuk menghitung. Hal ini
mungkin bukan suatu kesalahan jika suatu requirement memerintahkan penuangan
sampel sebanyak 50ml lalu dihasilkan koloni TNTC. Namun lebih baik dihasilkan
cawan yang memenuhi kisaran hitung sehingga dapat diketahui jumlah mikroba
secara pasti dan terpercaya berdasarkan statistik. Semakin banyak koloni yang
tumbuh maka kompetisi mendapatkan nutrisi dan ruang juga semakin terbatas.
TNTC dapat dihindari dengan mengencerkan sampel atau menyedikitkan volume
sampel.
Jumlah maksimal mikroba yang dapat dihitung pada cawan petri adalah 60
koloni. Jika lebih dari itu, maka cukup ditulis lebih dari 60 atau tidak ditulis.
2.6 Laju Reaksi
Universitas Indonesia
digunakan zat kimia yang berupa larutan atau berupa gas dalam keadaan tertutup,
sehingga dalam laju reaksi digunakan satuan konsentrasi (molaritas) (James E.
Brady, 1990).
Reaktan → Produk
Pada awal reaksi, reaktan ada dalam keadaan maksimum sedangkan
produk ada dalam keadaan minimal. Setelah reaksi berlangsung, maka produk
akan mulai terbentuk. Semakin lama produk akan semakin banyak
terbentuk, sedangkan reaktan semakin lama semakin berkurang. Laju reaksi
tersebut dapat digambarkan seperti pada gambar 2.4.
Universitas Indonesia
Dengan:
∆[P] = perubahan konsentrasi reaktan (M)
∆t = perubahan waktu (detik)
v =laju reaksi (M detik–1)
Tanda (+) artinya bertambah.
Dari hasil percobaan ternyata laju reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi, luas
permukaan, temperatur, dan katalis (James E. Brady, 1990).
Konsentrasi
Pada umumnya, reaksi akan berlangsung lebih cepat jika konsentrasi
pereaksi diperbesar. Zat yang konsentrasinya besar mengandung jumlah partikel
yang lebih banyak, sehingga partikel-partikelnya tersusun lebih rapat dibanding
zat yang konsentrasinya rendah. Partikel yang susunannya lebih rapat, akan lebih
sering bertumbukan dibanding dengan partikel yang susunannya renggang,
sehingga kemungkinan terjadinya reaksi makin besar.
Luas Permukaan
Salah satu syarat agar reaksi dapat berlangsung adalah zat-zat pereaksi
harus bercampur atau bersentuhan. Pada campuran pereaksi yang heterogen,
reaksi hanya terjadi pada bidang batas campuran. Bidang batas campuran inilah
yang dimaksud dengan bidang sentuh. Dengan memperbesar luas bidang sentuh,
reaksi akan berlangsung lebih cepat.
Temperatur
Setiap partikel selalu bergerak. Dengan menaikkan temperatur, energi
gerak atau energi kinetik partikel bertambah, sehingga tumbukan lebih sering
terjadi. Dengan frekuensi tumbukan yang semakin besar, maka kemungkinan
terjadinya tumbukan efektif yang mampu menghasilkan reaksi juga semakin
Universitas Indonesia
besar. Suhu atau temperatur ternyata juga memperbesar energi potensial suatu zat.
Zat-zat yang energi potensialnya kecil, jika bertumbukan akan sukar
menghasilkan tumbukan efektif. Hal ini terjadi karena zat-zat tersebut tidak
mampu melampaui energi aktivasi. Dengan menaikkan suhu, maka hal ini akan
memperbesar energi potensial, sehingga ketika bertumbukan akan menghasilkan
reaksi.
Katalis
Katalis adalah suatu zat yang berfungsi mempercepat terjadinya reaksi,
tetapi pada akhir reaksi dapat diperoleh kembali. Fungsi katalis adalah
menurunkan energi aktivasi, sehingga jika ke dalam suatu reaksi ditambahkan
katalis, maka reaksi akan lebih mudah terjadi. Hal ini disebabkan karena zat-zat
yang bereaksi akan lebih mudah melampaui energi aktivasi.
2.6.3 Langkah penentuan laju reaksi
Persamaan seperti di atas, disebut persamaan laju reaksi atau hukum laju
reaksi. Persamaan laju reaksi seperti itu menyatakan hubungan antara konsentrasi
pereaksi dengan laju reaksi. Bilangan pangkat pada persamaan di atas disebut
Universitas Indonesia
sebagai orde reaksi atau tingkat reaksi pada reaksi yang bersangkutan. Jumlah
bilangan pangkat konsentrasi pereaksi-pereaksi disebut sebagai orde reaksi total.
Artinya, reaksi berorde x terhadap pereaksi A dan reaksi berorde y terhadap
pereaksi B, orde reaksi total pada reaksi tersebut adalah (x + y). Faktor k yang
terdapat pada persamaan tersebut disebut tetapan reaksi. Harga k ini tetap untuk
suatu reaksi, dan hanya dipengaruhi oleh suhu dan katalis.
Pada umumnya, harga orde reaksi merupakan bilangan bulat sederhana,
yaitu 1, 2, atau 3, tetapi kadang-kadang juga terdapat pereaksi yang mempunyai
orde reaksi 0, ½, atau bahkan negatif.
Beberapa contoh reaksi beserta rumus laju reaksi dan orde reaksinya dapat
dilihat pada tabel dibawah.
Tabel 2. 4 Contoh Reaksi dan Persamaan Laju nya
No. Persamaan Reaksi Rumus Laju Reaksi Orde Reaksi
2
1 2 HI(g) H2(g) + I2(g) V = k . [Hj] 2
2
2 2 NO(g) + Cl2(g) 2 NOCl(g) V = k [NO] [Cl2] 3
1/2
3 CHCl3(g) + Cl2(g) CCl4(g) + HCL(g) V = k [CHCL3][Cl2] 1,5
Suatu reaksi kimia dikatakan mempunyai orde nol, jika besarnya laju
reaksi tersebut tidak dipengaruhi oleh konsentrasi pereaksi. Artinya, seberapapun
peningkatan konsentrasi pereaksi tidak akan mempengaruhi besarnya laju reaksi.
Secara grafik, reaksi yang mempunyai orde nol dapat dilihat pada gambar 2.5.
Universitas Indonesia
Suatu reaksi kimia dikatakan mempunyai orde satu, apabila besarnya laju
reaksi berbanding lurus dengan besarnya konsentrasi pereaksi. Artinya, jika
konsentrasi pereaksi dinaikkan dua kali semula, maka laju reaksi juga akan
meningkat besarnya sebanyak (2)1 atau 2 kali semula juga. Secara grafik, reaksi
orde satu dapat digambarkan seperti terlihat pada gambar 2.6.
Suatu reaksi dikatakan mempunyai orde dua, apabila besarnya laju reaksi
merupakan pangkat dua dari peningkatan konsentrasi pereaksinya. Artinya, jika
Universitas Indonesia
konsentrasi pereaksi dinaikkan 2 kali semula, maka laju reaksi akan meningkat
sebesar (2)2 atau 4 kali semula. Apabila konsentrasi pereaksi dinaikkan 3 kali
semula, maka laju reaksi akan menjadi (3)2 atau 9 kali semula. Secara grafik,
reaksi orde dua dapat digambarkan pada gambar 2.7.
Dalam rangka untuk menentukan hukum laju suatu reaksi dari sekumpulan
data yang terdiri dari konsentrasi (atau nilai dari beberapa fungsi dari konsentrasi)
terhadap waktu, buatlah tiga grafik:
1. [A] versus t (linear untuk rekasi order nol)
2. ln [A] versus t (linear untuk reaksi order satu)
3. 1 / [A] versus t (linear untuk reaksi order dua)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
33
Universitas Indonesia
(Sumber : Penulis)
Universitas Indonesia
(Kekeruhan dan Total pengaruh residual klorin, untuk mempelajari parameter lain
Zat Organik) yang juga mempengaruhi kehadiran mikrobiologi, yaitu
kekeruhan dan total zat organik
(sumber : penulis)
3.5 Parameter Penelitian
• pH
• Temperatur
• Total Klor
• Free Klor
• Total Koliform
• Fecal Koliform
• Kekeruhan
• Total zat organik
• Waktu
• Jarak
Parameter kualitas air yang diukur adalah kandungan sisa klor bebas
dalam air, jumlah total koliform, kandungan total zat organik dalam air, dan
kekeruhan. Parameter fisika yang diukur adalah waktu tinggal dan jarak tempuh
air dari Instalasi Pengolahan Air menuju titik pengambilan sampel.
Parameter lain yang juga diukur dalam penelitian ini adalah temperatur air
ketika pengambilan sampel, tekanan air rata – rata pada titik tertentu, dan nilai pH
air pada ketika pengambilan sampel pada titik tertentu. Namun hasil yang didapat
hampir seragam untuk setiap titik sehingga tidak dilakukan analisa pada parameter
tersebut.
Universitas Indonesia
1. Membuka kran air dan membiarkan air mengalir dari kran selama + 2
menit
2. Menutup kran air dan membakarnya dengan api selama + 1 menit.
3. Membuka kran air dan membiarkan air mengalir dari kran selama + 1
menit
4. Masukkan air kedalam komparator klor, lakukan pembilasan dan
hitung berapa konsentrasi klor.
5. Masukkan air kedalam botol sampling, lakukan pembilasan, hitung pH
dan temperaturenya, buang air dari dalam botol.
6. Masukkan kembali air kedalam botol sampling, lakukan pembilasan,
tutup botol dan masukkan kedalam kotak pendingin
7. Masukkan air kedalam botol sampling mikroorganisme yang telah
dilumuri dengan natrium tiosulfat, tanpa melakukan pembilasan, kocok
botol dan masukkan kedalam kotak pendingin.
8. Bawa sampling ke laboratorium dalam waktu kurang dari 30 menit.
a. Jumlah Sampel
Universitas Indonesia
Sampling dilakukan setiap minggu selama bulan Agustus di hari Senin, kamis dan
Sabtu. dalam satu hari dilakukan satu kali pengambilan sampel pada satu titik. Percobaan
dilakukan pada siang hari jam 12 hingga jam 13.
Di setiap titik dilakukan tiga kali sampling setiap minggu selama empat minggu, dengan
demikian, jumlah data yang didapat adalah 12 data untuk setiap titik.
Terdapat lima titik sampling yang diambil. Dengan empat titik (titik 1, titik 2, titik 3, dan
titik 4) merupakan data primer yang pengambilan data dilakukan oleh penulis. Satu titik (titik
WTP) merupakan data sekunder yang berasal dari laporan pengawasan bulanan PT PALYJA.
Total sampling :
Jumlah minggu = 4 minggu
Jumlah hari per minggu = 3 hari
Jumlah titik = 5 titik
----------------- x
Universitas Indonesia
Pada analisa data, dilakukan permodelan distribusi residual klorin, dan distribusi
mikrobiologi (total koliform) dan hubungan antara kedua parameter tersebut untuk mengetahui
pengaruh residual klorin terhadap kualitas mikrobiologi pada jaringan distribusi air bersih.
Gambar berikut ini adalah diagram yang menunjukan langkah – langkah analisa data,
dari variabel penelitian hingga kesimpulan.
Parameter Kualitas
Air Total Koliform Klor Bebas Waktu & Jarak
Variabel yang akan dianalisa adalah waktu dan jarak, konsentrasi klor bebas, parameter
kualitas air (kekeruhan dan total zat organik), dan total koliform.
Klor bebas dengan waktu dan jarak dicari hubungan korelasinya untuk mengetahui sifat
penurunan klor bebas terhadap waktu dan jarak. Karena klor bebas merupakan unsur yang
sangat mudah bereaksi dan sangat mudah menguap. Dengan melihat korelasi dan hubungan
antara klor bebas dengan kedua variable tersebut, dapat diperkirakan klor yang harus dibubuhkan
pada instalasi untuk mendapatkan residual klor yang diinginkan untuk menjaga seluruh sistem
distribusi.
Universitas Indonesia
Metode statistik yang dilakukan pada klor bebas vs jarak dan klor bebas vs waktu adalah
• Uji Korelasi Antara Klor Bebas Vs Jarak Vs Waktu
• Analisa regresi antara klor bebas vs jarak
• Analisa regresi antara klor bebas vs waktu
• Analisa orde reaksi dengan hukum laju reaksi terintegrasi
Karena klor bebas dihubungkan dengan waktu, maka dapat diperkirakan order reaksi
dari klor bebas. Order reaksi dari klor bebas dapat dicari jika reaksi klor bebas dianggap terjadi
dengan kontaminan yang memiliki jenis yang sama.
Menurut Hukum Order Reaksi Terintegrasi, untuk reaksi order nol, grafik reaksi akan
linear pada diagram konsentrasi vs waktu. Untuk reaksi order satu, grafik reaksi akan linear pada
diagram, ln(konsentrasi) vs waktu. Dan untuk reaksi order dua, grafik reaksi akan linear pada
diagram 1/(konsentrasi) vs Waktu.
Dengan melakukan uji dengan ketiga diagram tersebut, dan mencari diagram yang
memiliki korelasi terdekat dengan linear, maka akan diketahui klor bebas termasuk kedalam
reaksi order berapa.
Diagram grafik linear yang digunakan adalah
• Konsentrasi vs Variabel bebas
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
diagram yang tertera diatas, dapat ditemukan konstanta yang harus dikalikan pada
rumus order reaksi untuk kasus jaringan distribusi air minum IPA Cilandak ini.
Yaitu k = slope diagram.
Uji perbandingan rata – rata total koliform dengan konsentrasi klor bebas
dilakukan untuk melihat rata – rata dari seluruh data jumlah total koliform yang
hadir pada setiap konsentrasi klor bebas yang hadir.
Uji perbandingan rata – rata konsentrasi klor bebas dengan total koliform
dilakukan untuk melihat rata – rata dari seluruh data konsentrasi klor bebas yang
hadir pada setiap jumlah total koliform yang hadir.
Universitas Indonesia
Sedangkan untuk uji statistik yang kelima akan dilakukan jika ternyata
tidak ada satupun dari keempat uji statistik sebelumnya yang memiliki hubungan
korelasi yang kuat.
Uji statistik yang terakhir atau kelima pada hubungan variabel klor bebas
dengan total koliform adalah menghubungkan jumlah data total koliform yang
hadir pada setiap konsentrasi klor bebas tertentu. Pada perbandingan ini, total
koliform dengan jumlah nol tidak ikut disertakan dalam data. Dengan
menghubungkan variabel tersebut, maka dapat diperkirakan berapa konsentrasi
klor bebas yang dibutuhkan agar tidak ada kehadiran mikrobiologi.
Klor bebas yang dibutuhkan untuk jaringan distribusi akan didapatkan dari
hasil dari hubungan klor bebas dengan waktu dan jarak, dengan hasil dari
hubungan klor bebas dengan total koliform.
Hasil hubungan dari klor bebas dengan total koliform akan memberikan
informasi mengenai jumlah residual klorin yang dibutuhkan agar total koliform
sesuai dengan baku mutu, dan hasil dari hubungan klor bebas dengan waktu dan
jarak akan memberikan informasi mengenai konsentrasi klor bebas yang
dibutuhkan pada titik awal agar jaringan distribusi memiliki konsentrasi klor
bebas yang cukup pada titik – titik kritisnya.
Parameter kualitas air yang dimaksudkan disini adalah kekeruhan dan total
zat organik. Kekeruhan dapat mempengaruhi keefektifan klor bebas mendisinfeksi
mikrobiologi karena bisa menjadi tempat bersembunyi mikrobiologi, sedangkan
total zat organik diduga berperan dalam mengurangi konsentrasi klor bebas karena
klor bebas akan bereaksi dengan zat organik didalam air.
Universitas Indonesia
• Uji korelasi antara total koliform, dengan konsentrasi klor bebas, dengan
kekeruhan, dengan total zat organik.
• Analisa regresi antara total koliform, dengan kekeruhan, dengan total zat
organik.
Universitas Indonesia
disebutkan bahwa air yang bisa digunakan untuk sumber air atau air baku untuk
air minum adalah termasuk kedalam golongan air kelas satu, dan pada lampiran
PP tersebut diuraikan parameter kualitas air yang termasuk kedalam golongan air
kelas satu.
• Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku
air minum, dan atau peruntukan lain yang memper-syaratkan mutu
air yang sama dengan kegunaan tersebut;
• Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan
lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut;
• Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu
air yang sama dengan kegunaan tersebut;
• Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Sesuai dengan peraturan, parameter standar air baku untuk Instalasi
Pengolahan Air Cilandak adalah air kelas satu.
Universitas Indonesia
4.1 Sampling
Air bersih yang digunakan sebagai sampel pada penelitian ini diambil dari
kran rumah pelanggan yang berada dekat dengan titik kritis jaringan distribusi,
dan juga titik yang memiliki kemungkinan yang cukup besar untuk terkena
kontaminasi mikroorganisme.
Titik kritis adalah titik yang memiliki tekanan terendah, pada jaringan
distribusi, yaitu titik terjauh, dan titik tertinggi pada jarak terjauh. Konsentrasi
klor bebas pada titik ini umumnya kecil.
Titik terjauh berada pada titik 4 yang tepatnya berada di Gg. Bakti 4. Titik
tertinggi berada pada titik 3 yang tepatnya berada di Gg Swadaya, jalan swadaya
2. Titik 2 berada di Tebet Barat 8, juga diambil sampel airnya untuk diteliti karena
konsumsi air bersih di daerah tersebut sedikit dan memiliki titik kebocoran yang
cukup banyak. Di daerah sekitar titik 2 masih terpasang banyak pipa tua berbahan
besi yang sudah sangat lama. Pengambilan sampel air juga dilakukan pada titik 1
di Jl. Siaga Raya karena tingginya konsentrasi ammonia pada daerah tersebut.
Pada jaringan distribusi, klor bebas akan bereaksi dengan ammonia. Karena reaksi
tersebut, semakin tinggi konsentrasi ammonia akan menyebabkan menurunnya
konsentrasi klor bebas. Selain itu, titik 1 ini memiliki ketinggian pipa yang lebih
rendah jika dibandingkan dengan daerah sekitarnya dan memiliki tingkat
konsumsi yang rendah, sehingga akan menyebabkan air diam cukup lama, dan
terkumpulnya kontaminan pada daerah itu.
46
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
47
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
48
Gambar 4.1 menunjukan lokasi titik – titik sampling dan jalur air dari IPA
menuju titik tersebut.
Titik 3 Titik 4
Titik 2
Titik 1
IPA Cilandak
Gambar 4. 1 Lokasi dan Jalur Air Menuju Titik – Titik Sampling (Sumber : Penulis)
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
49
Titik 1
IPA Cilandak
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
50
Tititk 2
IPA Cilandak
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
51
Titik 3
IPA Cilandak
Gambar 4.4 Lokasi dan Jalur Air Menuju Titik 3 (Sumber : Penulis)
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
52
Titik 4
IPA Cilandak
Air baku adalah sumber air yang akan diolah pada instalasi pengolahan air.
Pengecekan perbedaan kualitas air baku dengan standar peraturan pemerintah
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kelayakannya untuk diolah dengan
IPA konvensional. IPA yang dimaksud adalah IPA Cilandak milik PT. Palyja
yang memiliki kapasitas produksi sebesar 400 liter/detik.
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
53
Berikut ini adalah sistem pengolahan pada instalasi pengolahan air Palyja :
Standar kualitas air baku diperlukan untuk menjamin kualitas air bersih
yang dihasilkan dari instalasi pengolahan, dan membedakannya dengan air
limbah. Jika kualitas air baku terlalu buruk, akan sulit untuk menghasilkan air
bersih dengan kualitas air yang baik dengan sistem pengolahan air konvensional.
Jika kualitas air baku untuk air bersih terlalu buruk, maka ada
kemungkinan instalasi pengolahan tidak bisa dioperasikan, seperti instalasi IPA
Taman Kota milik PT. Palyja yang tidak beroperasi untuk sementara ini karena
kualitas air baku yang terlalu buruk sehingga tidak memungkinkan lagi untuk
diolah menjadi air bersih dengan sistem pengolahan konvensional yang ada pada
IPA.
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
54
Beberapa parameter kualitas air utama pada air baku adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.1 Perbandingan Parameter Kualitas Air Pada Air Baku dengan Baku Mutu
Rata - Standar (PP
PARAMETER Rata Minimum Maksimum 82/2001) Satuan
BOD 20 14 26 2 mg/L
COD 36 17 61 10 mg/L
DO 4 3 5 6 (minimal) mg/L
TSS 102 47 170 50 mg/L
TDS 115 109 122 1000 mg/L
TOTAL jumlah/100
COLIFORM 2,384,968 34,000 4,800,000 1000 ml
BESI 0.14 0.04 0.26 0.3 mg/L
Ammonium 1.71 0.62 2.62 0.5 mg/L
( Sumber : Laporan Bulanan PT. PALYJA, lampiran PP 82/2001)
Klor yang dimasukkan ke dalam air, akan pertama kali akan bereaksi
dengan senyawa inorganik dan senyawa organik dan kemudian tidak lagi
berfungsi sebagai disinfektan.
Tingginya jumlah total koliform pada air baku juga sangat mempengaruhi
jumlah senyawa klor yang harus dimasukan ke dalam air. Daya desinfeksi klorin
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
55
di dalam air didasarkan pada kekuatan oksidasi dari atom oksigen bebas dan
reaksi substitusi oleh klorin. Klorin mampu membunuh mikroorganisme patogen
seperti virus dan bakteri dengan cara memecah ikatan kimia pada molekulnya
seperti merubah struktur ikatan enzim, bahkan merusak struktur kimia enzim.
Ketika enzim pada mikroorganisme kontak dengan klorin, satu atau lebih dari
atom hidrogennya akan diganti oleh ion khlor. Hal ini dapat menyebabkan
berubahnya ikatan kimia pada enzim tersebut atau bahkan memutus ikatan kimia
enzim, sehingga enzim pada mikroorganisme tidak dapat berfungsi dengan baik
dan sel atau bakteri akan mengalami kematian. Klor yang telah membunuh total
koliform juga tidak bisa lagi berfungsi sebagai disinfektan.
Dari data percobaan diatas, terlihat bahwa sumber air yang digunakan
sebenarnya tidak cocok untuk diolah menjadi air minum karena tingginya beban
pencemar dan tidak memenuhi baku mutu. Beberapa parameter bahkan masih
dibawah standar kualitas untuk air kelas empat, dimana seharusnya sumber air
untuk pengolahan air konvensional adalah air kelas satu.
Penelitian dilakukan selama bulan Agustus 2011, di hari senin, kamis, dan
sabtu. Titik 1, 2, 3 dan 4 penelitian dilakukan oleh penulis, sedangkan untuk data
di WTP, merupakan data pengukuran rutin yang dilakukan oleh pihak PT.
PALYJA.
Tabel dibawah ini adalah hasil yang didapatkan selama penelitian. Hasil
merupakan nilai rata – rata masing – masing titik, yang masing – masing titik
memiliki 12 data.
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
56
Permodelan dilakukan dari IPA menuju titik 2, titik 3, dan titik 4. Karena
titik 1 berada di jalur air yang berbeda, titik 1 tidak diikutsertakan dalam analisa,
tapi akan dijadikan penguji setelah analisa, untuk melihat besarnya pengaruh jalur
pipa yang berbeda terhadap persamaan.
4.4.1 Distribusi Klor Bebas Dengan Variabel Bebas Jarak dan Waktu
Berikut ini adalah data hasil pengukuran klor bebas yang di rata-ratakan di
setiap titik
Berikut ini adalah korelasi antara klor bebas (mg/l) dengan jarak (km) dan
dengan waktu (h) :
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
57
Akan tetapi karena juga terdapat hubungan linier yang sangat signifikan
antara variable Jarak dengan variable Waktu, maka tidak bisa dilakukan analisa
dengan menggunakan regresi linier berganda, karena, pada analisis regresi linier
berganda tidak diperbolehkan adanya hubungan multi kolinieritas antar kedua
variable bebasnya. Karena hal tersebut, maka analisis dilakukan satu per satu
antara klor bebas dengan jarak dan klor bebas dengan waktu.
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
58
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
59
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
60
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
61
Dari semua persamaan, yang memiliki pengaruh sangat nyata dan tingkat
keakurasian yang tinggi adalah persamaan Waktu (h) vs ln (klor bebas) dan
persamaan Jarak (km) vs klor bebas.
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
62
klor bebas, sedangkan untuk variabel waktu, pembanding yang digunakan adalah
ln (klor bebas). Hal ini terjadi kemungkinan disebabkan oleh perbedaan penyebab
peluruhan variabel klor bebas. Dengan melihat nilai koefisien determinan dan p-
value dari hasil permodelan regresi linier diatas, bahwa variabel ln (klor bebas)
merupakan variabel yang paling tepat untuk dibandingkan dengan variabel waktu,
dapat disimpulkan bahwa rasio reaksi pada klor bebas termasuk reaksi order satu.
Jarak menuju titik 1 adalah 5.15 km. Persamaan antara residual klorin
terhadap jarak yang didapatkan adalah :
Y = -0.0362 X + 0.6787
R² = 0.9853
Dimana :
Y = Klor bebas
X = Jarak
Jika data jarak pada titik 1 dimasukan kedalam persamaan tersebut, maka
klor bebas yang didapatkan.
Y = -0.0362(5,15) + 0.6787
= 0,49227
Perbedaan data hasil percobaan dengan hasil dari persamaan adalah
0,49227 – 0,36 = 0,13227
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
63
Jika data pada titik 1 dimasukan kedalam persamaan tersebut, maka klor
bebas yang didapatkan.
Y = -0.0405(32,4) - 0.4473
y = -1,7592
konsentrasi klor bebas =
= 0,172183
Residu data hasil percobaan dengan hasil dari persamaan adalah
0,36 – 0,172183 = 0.1878
Kedua residu antara persamaan dengan hasil percobaan tidak terlalu besar,
menandakan kondisi pipa yang berbeda tidak berpengaruh besar terhadap
perubahan distribusi klor bebas terhadap waktu dan jarak.
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
64
4.5.1 Distribusi Total Koliform Dengan Variabel Bebas Waktu dan Jarak
Total koliform pada jaringan distribusi air minum memiliki hubungan
tidak langsung terhadap waktu, karena semakin lama waktu yang ditempuh air,
berarti semakin lama waktu kontak antara disinfektan dengan mikroorganisme
yang memberikan kesempatan lebih besar bagi disinfektan untuk mendestruksi
mikroorganisme.
Berikut ini adalah hubungan korelasi antara ketiga variabel tersebut.
Tabel 4.11 Hubungan Korelasi Total Koliform-Klor Bebas-Waktu
total koli klor bebas waktu
total koli 1
klor bebas -0.25833 1
waktu -0.03459 -0.95651 1
(sumber : Penulis)
Terdapat korelasi yang tinggi antara klor bebas dan waktu, sehingga tidak
bisa dilakukan persamaan regresi multi linier, karena ada hubungan multi
kolinieritas.
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
65
baik disinfektan yang berupa pelarutan zat kimia ataupun disinfektan yang berupa
perlakuan fisik dan juga akan mengurangi kepercayaan dengan parameter total
koliform sebagai indikator mikrobiologi.
Berikut ini adalah korelasi antara variabel total koliform, kekeruhan, dan
konsentrasi klor bebas.
Berikut ini adalah korelasi antara total koliform, klor bebas, dan total zat
organik.
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
66
Pada uji korelasi ini, klor bebas dan total zat organik memiliki korelasi
yang besar, namun bukan merupakan hubungan multi kolinieritas. Sehingga bisa
dilakukan analisa regresi linier berganda.
Berikut ini adalah hasil analisa regresi berganda yang dilakukan antara
total koliform dengan klor bebas dan total zat organik.
Tabel 4.14 Summary Output Multi Regresi Linier Koliform Dengan Klor Bebas
Dan Total Zat Organik
Regression Statistics
Multiple R 0.99115133
R Square 0.982380958
Adjusted R Square 0.947142875
Standard Error 2.343469476
Observations 4
(Sumber : Penulis)
Tabel 4.15 Analysis of Variance Multi Regresi Linier Koliform Dengan Klor
Bebas Dan Total Zat Organik
df SS MS F Significance F
Regression 2 306.2078036 153.1039018 27.87838788 0.132736738
Residual 1 5.491849187 5.491849187
Total 3 311.6996528
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
67
(Sumber : Penulis)
Y = -67,16723 X1-26,6663X2+211,555
Dengan R2 = 0,9824
Dimana :
Y = Total Koliform
X1 = Konsentrasi Klor Bebas
X2 = Total Zat Organik.
Persamaan ini memiliki R2 yang sangat besar, dengan kata lain persamaan
ini sangat akurat pada data ini. Persamaan ini bisa menjadi nyata jika dilakukan
penelitian selanjutnya di laboratorium.
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
68
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
69
Dan berikut ini perbandingan konsentrasi klor bebas dengan rata – rata
keberadaan mikroorganisme.
Tabel 4.17 Hubungan Konsentrasi Klor Bebas dengan Rata-Rata kehadiran
Mikroba
Free_Chlor Mean N Std. Deviation
.01 7.0000 2 9.89949
.02 2.0000 1 .
.05 20.2000 5 26.83654
.08 .0000 1 .
.10 12.4545 11 18.48439
.15 .0000 1 .
.17 2.0000 1 .
.18 .3333 3 .57735
.20 1.0000 5 2.23607
.30 1.0000 1 .
.35 43.0000 1 .
.40 32.0000 3 30.19934
.50 .0000 2 .00000
.60 .0000 4 .00000
.80 .0000 3 .00000
.90 .0000 2 .00000
Total 8.7391 46 17.32491
(Sumber : Penulis)
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
70
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
71
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Tujuan Utama dari Skripsi ini adalah untuk mengetahui hubungan klor
bebas dengan total koliform pada jaringan distribusi air bersih yang berasal dari
Instalasi Pengolahan Air Bersih Cilandak milik PT. PALYJA.
71 Universitas Indonesia
5.2 Saran
1. Konsentrasi klor bebas pada jaringan distribusi sebaiknya dijaga agar lebih
dari 0,2 mg/l untuk mencegah kontaminasi mikroorganisme.
2. Untuk memudahkan pengawasan konsentrasi klor bebas dalam jaringan
distribusi, sebaiknya dipasang alat pengawas kualitas air pada jaringan.
3. Selain klor bebas, kekeruhan juga sangat penting diperhatikan
konsentrasinya untuk mencegah kontaminasi mikroorganisme pada
jaringan distribusi air bersih.
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
73
DAFTAR PUSTAKA
Alaerts, G., dan Sumestri, S., 1987. Metode Penelitian Air. Usaha
Nasional. Surabaya.
Brooks,A Matthew. 1999. Breakpoint Chlorination as an Alternate
Means of Ammonia-Nitrogen Removal at a Water Reclamation
Plant. Environmental Sciences and Engineering. Northern Virginia
Center. Virgina.
Camper, A.K., McFeters, G.A., Characklis, W.G. and Jones, W.L. (1991)
Growth kinetics of coliform bacteria under conditions relevant
to drinking water distribution systems. Appl. Environ.
Microbiol. 57, 2233–2239.
Camper, A. (1996) Factors Limiting Microbial Growth in Distribution
Systems: Laboratory and Pilot-Scale Experiments. pp. 1–121,
American Water Works Association Research Foundation, Denver,
CO. French AL, Benator DA,
Gordin FM (1997). Nontuberculous mycobacterial infections. Medical
Clinics of North America, 81(2):361–79.
Ford TE (1999). Microbiological safety of drinking water: United
States and global perspectives. Environmental Health
Perspectives, 107(Suppl 1):191–206.
Griffin, A.E. 1936. American Journal Of Public Health vol 26,
Determination and Estimation of Residual Chlorine. United
States of America.
Nagatani, T. Yasuhara, K. Murata, K. Takeda, M. Nakamura, T.
Fuchigami, T. Terashima, K. The 7th International Symposium on
Water Supply Technology, Yokohama 2006, November 22-24,
2008, Yokohama, Japan
Payment Pierre and Robertson Will. 2004. The microbiology of piped
distribution systems and public health. ISBN : 1 84339 039 6.
Published by IWA Publishing, London, UK.
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
74
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
75
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
76
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
77
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
78
LAMPIRAN
Gambar 3.4 Pembagian UPP dan Blok pada daerah layanan PT. Palyja
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Gambar 3.6 Titik – titik kebocoran pada jaringan distribusi PT. Palyja
Universitas Indonesia
Titik 1
Titik 2
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
INPUT
Panjang Pipa m 11914.7062
Waktu (jam) 13.14804877
Titik 3
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Titik 4
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tahapan Penelitian
Prinsip
Bila N, N-dietil-p-fenilendiamin (DPD) sebagai indikator dibubuhkan pada suatu larutan yang
mengandung sisa klor aktif akan membentuk warna merah. Warna yang terjadi
dibandingkan dengan komparator.
Peralatan
Cara kerja
Universitas Indonesia
Prinsip
Prinsip pengukuran total koliform metode filtrasi sama seperti metode cawan petri
dengan pereaksi yang sama, namun dengan peralatan yang berbeda.
Peralatan
• Corong – untuk menampung cairan sampel
• Tutup corong – untuk mencegah kontaminasi sekunder atau
kontaminasi dari udara
• Dasar corong – sebagai dasar penyangga corong dan tempat peletakan
kertas membran
• Cawan petri dan media – sebagai sumber nutrisi
• Labu penghisap / penampung – tempat untuk menampung cairan hasil
penyaringan
• Pompa vakum – alat untuk menurunkan tekanan
• Selang / pipa – sebagai penyalur cairan atau udara antar bagian
• Kertas membran – alat penyaring
• Pinset – menjepit kertas membran
• Dan alat lain untuk mendukung proses kerja aseptik
Universitas Indonesia
• Pemanas Listrik
• Gelas Ukur 5 mL
• Pipa Ukur 10 mL dan 100 mL
• Buret 25 mL
• Termometer
Bahan
• Asam Sulfat (H2SO4) 8 N yang bebas zat organic
• Kalium Permanganat (KMnO4) 0,1 N
• Asam Oksalat (COOH) 2.2H2O 0,1 N
• Asam Oksalat 0,01 N
• Kalium Permanganat (KMnO4) 0,01 N
Cara Kerja
• 100 mL sampel dipipet dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 300 mL,
lalu ditambahkan 3 butir batu didih.
• KMnO4 0,01 N ditambahkan sebanyak beberapa tetes ke dalam
sampel hingga terjadi warna merah muda.
• 5 mL asam sulfat 8 N bebas zat organic ditambahkan dalam sampel.
• Sampel dipanaskan di atas pemanas istrik pada suhu 105 C+ 2 C. bila
masih terdapat nau H2S, pendidihan diteruskan beberapa menit.
• 10 mL larutan baku KMnO4 0,01 N dipipet dan ditambahkan ke dalam
sampel.
• Sampel kemudian dipanaskan hingga mendidih selama 10 menit.
• 10 mL larutan baku asam oksalat 0,01 N dipipet dan ditambahkan ke
dalam sampel
• Kemudian, sampel dititrasi dengan KMnO4 0,02 N hingga warna
merah muda.
• Volume pemakaian KMnO4 dicatat.
Universitas Indonesia
Hari temperaturpH waktu Tekanan free klor total klor kekeruhan TOM total koli fecal koli titik Jarak
senin 26.8 6.9 0.5 0.9 1 5 0 0 wtp 10
kamis 27.8 6.8 0.5 0.4 0.6 0 0 wtp 10
sabtu 28.1 7.2 0.5 0.9 0.7 0 0 wtp 10
senin 28.1 7 0.5 0.6 0.5 6 0 0 wtp 10
kamis 28 6.8 0.5 0.5 0.9 0 0 wtp 10
sabtu 29 6.9 0.5 0.8 0.8 0 0 wtp 10
senin 29.1 6.9 0.5 0.6 0.8 6 0 0 wtp 10
kamis 27.5 7 0.5 0.6 1 0 0 wtp 10
sabtu 28.7 6.6 0.5 0.8 0.8 0 0 wtp 10
senin 27.8 6.8 0.5 0.6 0.7 8 0 0 wtp 10
kamis 30.1 6.9 0.5 0.5 0.8 0 0 wtp 10
sabtu 28.1 6.8 0.5 0.8 1 0 0 wtp 10
senin 25 7.1 32.4 15 0.28 2.1 1.52 15.33 0 0 1 5153.98
kamis 25 7.03 32.4 15 0.4 2.1 0.87 5.09 0 0 1 5153.98
sabtu 26 7.75 32.4 15 0.15 1.95 1.97 4.74 0 0 1 5153.98
senin 25 6.6 32.4 15 0.22 1.95 0.51 3.49 4 0 1 5153.98
kamis 33.4 7.29 32.4 15 0.3 1.99 1.34 9.76 11 0 1 5153.98
sabtu 37.9 6.5 32.4 15 0.47 2.2 1.52 10.4 60 1 5153.98
senin 25 7.07 32.4 15 0.3 2.2 1.14 10.44 0 0 1 5153.98
kamis 25 7.24 32.4 15 0.25 2.2 0.79 12.64 0 2 1 5153.98
sabtu 25 6.71 32.4 15 0.1 0.39 1.39 9.56 0 0 1 5153.98
senin 28 6.57 32.4 15 0.1 0.53 0.65 9.86 0 0 1 5153.98
kamis 31 6.73 32.4 15 1 2.2 0.85 7.65 0 0 1 5153.98
sabtu 31 6.67 32.4 15 0.75 2.2 0.52 6.07 3 0 1 5153.98
senin 25 6.89 13.15 12 0.9 1.1 0.7 2.78 3 1 2 10589
kamis 25 6.7 13.15 12 0.35 0.4 0.7 3.02 43 7 2 10589
sabtu 26 7.46 13.15 12 0.1 0.1 1.42 2.62 60 60 2 10589
senin 25 6.81 13.15 12 0.1 0.1 0.81 3.84 8 2 2 10589
kamis 31.8 6.95 13.15 12 0.01 0.2 1.53 7.05 14 60 2 10589
sabtu 36.9 6.13 13.15 12 1.85 2.2 0.61 8.99 38 0 2 10589
senin 25 6.33 13.15 12 0.1 0.2 1.24 8.42 10 4 2 10589
kamis 25 7.21 13.15 12 0.05 0.19 0.96 2.75 60 60 2 10589
sabtu 27.2 6.93 13.15 12 0.05 0.1 1.29 5.45 36 15 2 10589
senin 31.1 6.48 13.15 12 0.05 0.19 2.66 8.78 5 0 2 10589
kamis 33.8 6.57 13.15 12 0.2 0.4 1.37 12.5 5 0 2 10589
sabtu 25 6.25 13.15 12 0.3 0.7 0.63 8.12 1 0 2 10589
senin 25 7.57 34.44 8 0.18 1.1 0.8 3.63 0 0 3 13978
kamis 36.6 7.24 34.44 8 0.15 1.5 0.52 0.79 0 0 3 13978
sabtu 28.5 7.03 34.44 8 0.05 0.7 1.11 6.41 0 0 3 13978
senin 25 6.73 34.44 8 0.17 1.37 1.15 6.02 2 2 3 13978
kamis 25 6.49 34.44 8 0.1 1.1 0.89 6.02 7 6 3 13978
sabtu 35.1 6.13 34.44 8 0.41 1.41 0.51 6.87 60 0 3 13978
senin 25 7.08 34.44 8 0.1 1.1 1.09 7.16 0 0 3 13978
kamis 25 7.2 34.44 8 0.1 1.15 0.85 10.36 33 0 3 13978
sabtu 25 6.25 34.44 8 0.2 0.57 0.74 11.39 0 3 3 13978
senin 28 6.7 34.44 8 0.2 0.58 0.77 8.55 0 0 3 13978
kamis 25 6.37 34.44 8 0.18 0.55 0.86 9.73 1 0 3 13978
sabtu 25 6.75 34.44 8 0.18 1.25 1.21 10.11 0 0 3 13978
senin 33.5 7.09 40.54 12 0.2 0.3 1.18 4.58 0 0 4 14662
kamis 25 7.46 40.54 12 0.1 0.2 0.4 6.08 0 0 4 14662
sabtu 25 6.75 40.54 12 0.2 0.3 1.95 6.08 0 0 4 14662
senin 32.4 6.94 40.54 12 0.1 0.18 1.23 2.54 0 0 4 14662
kamis 25 6.84 40.54 12 0.1 0.2 1.04 8.37 5 0 4 14662
sabtu 34.2 6.08 40.54 12 0.4 0.57 0.71 5.7 36 1 4 14662
senin 25 7.05 40.54 12 0.08 0.1 1.49 6.83 0 0 4 14662
kamis 25 7.2 40.54 12 0.1 0.15 1.04 7.11 14 0 4 14662
sabtu 25 6.16 40.54 12 0.1 0.12 1.09 12.21 0 5 4 14662
senin 28 6.64 40.54 12 0.02 0.15 0.82 9.53 2 0 4 14662
kamis 25 6.89 40.54 12 0.01 0.11 1.04 9.42 0 0 4 14662
sabtu 27 6.58 40.54 12 0.05 0.2 0.09 10.24 0 0 4 14662
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia