Anda di halaman 1dari 114

UNIVERSITAS INDONESIA

PENGARUH RESIDUAL KLORIN TERHADAP


KUALITAS MIKROBIOLOGI PADA JARINGAN
DISTRIBUSI AIR BERSIH (STUDI KASUS : JARINGAN
DISTRIBUSI AIR BERSIH IPA CILANDAK)

SKRIPSI

AZHAR FUADI
0706275492

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPOK
JANUARI 2012

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


UNIVERSITAS INDONESIA

THE INFLUENCE OF RESIDUAL CHLORINE TO


MICROBIOLOGICAL QUALITY IN WATER DISTRIBUTION
NETWORK (CASE STUDY : WATER DISTRIBUTION
NETWORK OF WTP CILANDAK)

FINAL PROJECT

AZHAR FUADI
0706275492

FACULTY OF ENGINEERING
CIVIL ENGINEERING STUDY PROGRAM
DEPOK
JANUARY 2012

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


106/FT.TL/SKRIP/7/2012/SK

UNIVERSITAS INDONESIA

PENGARUH RESIDUAL KLORIN TERHADAP


KUALITAS MIKROBIOLOGI PADA JARINGAN
DISTRIBUSI AIR BERSIH (STUDI KASUS : JARINGAN
DISTRIBUSI AIR BERSIH IPA CILANDAK)

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

AZHAR FUADI
0706275492

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPOK
JANUARI 2012

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


106/FT.TL/SKRIP/7/2012/SK

UNIVERSITAS INDONESIA

THE INFLUENCE OF RESIDUAL CHLORINE TO


MICROBIOLOGICAL QUALITY IN WATER DISTRIBUTION
NETWORK (CASE STUDY : WATER DISTRIBUTION
NETWORK OF WTP CILANDAK)

FINAL PROJECT
Submitted as a partial fulfillment of the requirement for the degree of
Bachelor of Engineering

AZHAR FUADI
0706275492

FACULTY OF ENGINEERING
CIVIL ENGINEERING STUDY PROGRAM
DEPOK
JANUARY 2012

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,


dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Azhar Fuadi


NPM : 0706275574
Tanda Tangan :

Tanggal : 25 Januari 2012

i
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
PAGE OF ORIGINALITY PRONOUNCEMENT

I declare that this undergraduate thesis is the result of my own research,


and all of the references either quoted or cited here
have been stated clearly.

Name : Azhar Fuadi.


NPM : 0706275492
Signature :

Date : January, 25th 2012

ii
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :


Nama : Azhar Fuadi
NPM : 0706275492
Program Studi : Teknik Lingkungan
Judul Skripsi : Pengaruh Residual Klorin Terhadap Kualitas Mikrobiologi Pada
Jaringan Distribusi Air Minum ( Studi Kasus : Jaringan Distribusi
Air Minum IPA Cilandak PT PALYJA)

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana pada Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik
Universitas Indonesia.

DEWAN PENGUJI
Pembimbing 1 : Ir. Firdaus Ali, MSc, Ph.D. : (………………………….)

Pembimbing 2 : Ir. Irma Gusniani, MSc : (………………………….)

Penguji : Dr. Ir. Djoko M. Hartono, SE, MEng: (………………………...)

Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 19 Januari 2012

iii
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
STATEMENT OF LEGITIMATION

The final report is submitted by :


Name : Azhar Fuadi.
NPM : 0706275492
Study Program : Evironmental Engineering
Title of Final Project : The Influence of Residual Chlorine to Microbiological
Quality in Water Distribution Network. (Case Study :
Water Distribution Network of WTP Cilandak PT.
PALYJA)

Has been successfully defended in front of the Examiners and accepted as


part of the necessary requirements to obtain Bachelor Engineering Degree in
Civil Engineering Program, Faculty of Engineering, University of Indonesia.

BOARD OF EXAMINERS

Councelor 1 : Ir. Firdaus Ali, MSc, Ph.D. : (………………………….)

Councelor 2 : Ir. Irma Gusniani, MSc : (………………………….)

Examiner : Dr. Ir. Djoko M. Hartono, SE, MEng: (………………………...)

Examiner : Ir. Gabriel B. Andari, MSc, Ph.D. : (………………………….)

Approved at : Depok, West Java


Date : January, 25th 2012

iv
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan
skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Lingkungan pada Fakultas Teknik
Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini,
sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu saya
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Firdaus Ali M,Sc dan Ir. Irma Gusniani M,Sc selaku dosen
pembimbing, yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran
untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini dan selama
menjalani masa kuliah.
2. Para dosen Departemen Teknik Sipil dan khusunya program studi
Teknik Lingkungan yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat
selama masa kuliah.
3. Ibu Mia bersama tim dari PT PALYJA yang telah mengarahkan
praktikum dan memberikan data-data dan peralatan yang dibutuhkan
untuk menyusun skripsi ini.
4. Kedua orangtua, kakak dan saudara-saudara saya yang senantiasa
memberikan doa dan dukungan moriil serta materiil.
5. Fajar Steven, partner saya yang berjuang bersam dalam menyusun
skripsi. Satria Eka, Fahmi, Osha, Jevon, Prawira, Pramesti dan Vica
yang telah membantu dalam pengambilan data skripsi ini.
6. Sahabat dan seluruh teman-teman Teknik Sipil dan Lingkungan
Angkatan 2007 atas segala dukungan yang diberikan demi kelancaran
penyusunan skripsi ini dan bersama-sama selama masa kuliah.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
Depok, Januari 2012
Penulis

v
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan
dibawah ini:
Nama : Azhar Fuadi
NPM : 0706275492
Program Studi : Teknik Lingkungan
Departemen : Teknik Sipil
Fakultas : Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive
Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
PENGARUH RESIDUAL KLORIN TERHADAP KUALITAS
MIKROBIOLOGI PADA JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM beserta
perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini
Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas
akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok
Pada Tanggal : 19 Januari 2012
Yang menyatakan

(Azhar Fuadi)

vi
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
ABSTRAK

Nama : Azhar Fuadi


Program Studi : Teknik Lingkungan
Judul : Pengaruh Residual Klorin terhadap Kualitas Mikrobiologi
pada Jaringan Distribusi Air Bersih (Studi Kasus : Jaringan
Distribusi Air Bersih IPA Cilandak PT. PALYJA)

Kualitas Mikrobiologi merupakan parameter yang sangat penting pada air


minum. Keberadaan mikroba dalam air minum bisa menjadi kasus
kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan banyak korban. Karena itu
kualitas mikrobiologi dalam air harus sangat diperhatikan. Kualitas
Mikrobiologi biasa dinyatakan dalam koliform. Residual klorin merupakan
bahan kimia yang paling umum digunakan sebagai disinfektan mikroba.
Kehadiran klor bebas dipercaya mampu mencegah pertumbuhan mikroba
didalam air. Oleh karena itu perlu untuk diketahui pengaruh residual klorin
terhadap kualitas mikrobiologi, untuk menjamin air bersih bebas dari
mikroba. Parameter lain seperti kekeruhan dan total zat organik juga
dianalisa pengaruhnya terhadap kualitas mikrobiologi.

Kata kunci :
Total Koliform, Disinfektan, Residual Klor, Kekeruhan, Total Zat
Organik.

vii
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
ABSTRACT

Name : Azhar Fuadi


Study Program : Environmental Engineering
Title : The Influence of Residual Chlorine to Microbiological
Quality in Water Distribution Network. (Case study: Water
Distribution Network of WTP Cilandak PT. PALYJA)

Microbiological quality is a very important parameter in drinking water.


The existence of microbe especially pathogen in drinking water could
become a case of public health that causes a lot of victims. Therefore
microbiological quality in the water should be kept. Generally
microbiological quality in the water expressed in total coliform. Residual
chlorine is the most common chemicals used as disinfectants of
microorganism in water. The presence of free chlorine is believed to
prevent microbiological growth in water. Therefore it is necessary to note
the influence of residual chlorine to microbiological quality, to ensure the
clean water free from pathogens. Other parameters such as turbidity and
total organic matter were also analyzed its effect on microbiological
quality.

Key words:
Total Coliform, Disinfectants, Free Chlorine, Turbidity, Total Organic
Matter.

viii
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORIGINALITAS ........................................................ i

STATEMENT OF ORIGINALITY PRONOUNCEMENT ...................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... iii

STATEMENT OF LEGITIMATION ....................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................................. v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................. vi

ABSTRAK................................................................................................................. vii

ABSTRACT ............................................................................................................. viii

DAFTAR ISI .............................................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 4

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 6

2.1 Disinfeksi ............................................................................................................ 6

2.2 Disinfeksi Sekunder............................................................................................. 8

2.3 Klorinasi............................................................................................................ 15

2.3.1. Klorin Pada Jaringan Distribusi .................................................................. 17

2.4. DPD Kolorimetrik ............................................................................................ 18

2.5 Mikroorganisme Didalam Sistem Distribusi....................................................... 20

2.5.1. Pertumbuhan Mikroorganisme Didalam Sistem Distribusi.......................... 20

2.5.2. Cara Mikroorganisme Memasuki Sistem Distribusi .................................... 21

2.5.3. Pengendalian Mikroorganisme Pada Jaringan Distribusi ............................ 22

ix
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
2.5.4. Prinsip Pengawasan Mikroba Pada Sistem Distribusi ................................. 23

2.5.5. Pengukuran Mikrobiologi Metode Filtrasi .................................................. 24

2.6 Laju Reaksi ....................................................................................................... 25

2.6.1. Konsep Laju Reaksi ................................................................................... 25

2.6.2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi ...................................... 27

2.6.3. Langkah Penentuan Laju Reaksi................................................................. 28

2.7 Orde Reaksi ....................................................................................................... 28

2.7.1. Reaksi Orde Nol......................................................................................... 30

2.7.2. Reaksi Orde Satu ....................................................................................... 30

2.7.3. Reaksi Orde Dua ........................................................................................ 31

2.7.4. Reaksi Orde Negatif ................................................................................... 32

2.8 Hukum Laju Reaksi Terintegrasi ....................................................................... 32

BAB 3 METODE PENELITIAN ............................................................................. 35

3.1 Lokasi Penelitian ............................................................................................... 35

3.2 Jenis Penelitian .................................................................................................. 35

3.3 Waktu Penelitian ............................................................................................... 35

3.4 Definisi Variabel ............................................................................................... 36

3.5 Parameter Penelitian .......................................................................................... 37

3.6 Pengambilan Sampel ......................................................................................... 37

3.7 Pemeriksaan Hasil Penelitian ............................................................................. 38

3.8 Detail Penelitian ................................................................................................ 38

3.9 Analisa Data ...................................................................................................... 39

BAB 4 ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................... 46

4.1 Sampling ........................................................................................................... 46

4.1.1. Titik 1 (Siaga Raya) ................................................................................... 49

4.1.2. Titik 2 (Tebet Barat) .................................................................................. 50

x
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
4.1.3. Titik 3 (Swadaya 2) .................................................................................... 51

4.1.4. Titik 4 (Bakti 4) ......................................................................................... 51

4.2 Analisa Air Baku ............................................................................................... 52

4.3 Hasil Penelitian ................................................................................................. 55

4.4 Distribusi Klor Bebas ........................................................................................ 56

4.4.1. Distribusi Klor Bebas Dengan Variabel Bebas Jarak dan Waktu................. 56

4.5 Distribusi Total Koliform .................................................................................. 63

4.5.1. Distribusi Total Koliform Dengan Variabel Bebas Jarak dan Waktu........... 64

4.5.2. Distribusi Total Koliform Terhadap Parameter Kualitas Air ....................... 64

4.6 Pengaruh Residual Klorin Terhadap Kualitas Mikrobiologi ............................... 67

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 71

5.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 71

5.2 Saran ................................................................................................................. 72

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 73

LAMPIRAN .............................................................................................................. 77

xi
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air merupakan unsur terpenting bagi kehidupan manusia selain udara.


Eksistensi suatu populasi pada suatu daerah, tidak dapat dilepaskan dari
ketersedian air bersih pada daerah tersebut. Pengelolaan sumber daya air
merupakan aspek yang sangat penting untuk keberhasilan suatu pembangunan,
karena air merupakan kebutuhan utama bagi kehidupan manusia.
Akan tetapi akhir-akhir ini jaminan ketersediaan air menjadi permasalahan
lingkungan global mengingat semakin meningkatnya kebutuhan akan air
sementara jumlah penduduk terus bertambah. Berlawanan dengan kecendrungan
kebutuhan air yang terus naik, ketersediaan sumber air justru mengalami
penurunan, khususnya ketersedian air bersih semakin lama menjadi semakin
langka. Sungai yang merupakan sumber terbesar air baku untuk air bersih sudah
tercemar oleh limbah domestik dan industri, bahkan air tanah sudah diragukan
kualitasnya karena telah tercemar oleh rembesan tangki septik. Oleh karena itu,
ketersediaan air bersih memerlukan perhatian baik kuantitas maupun
kontinuitasnya.
Mengingat pentingnya air bagi kehidupan, maka wewenang penguasaan
air telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar tahun 1945 pasal 33 ayat 3
disebutkan, bahwa “Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya,
dikuasai negara dan dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat
secara adil dan merata”, yang kemudian dijelaskan lebih lanjut dalam Undang-
Undang No.7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
Pemerintah telah mengeluarkan regulasi mengenai standar kualitas air
bersih yaitu Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
907/Menkes/SK/VII/2002 dan diperbaharui dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 492/Menkes/SK/IV/2010. Regulasi ini wajib untuk
dipenuhi karena air yang tidak memenuhi standar baku air bersih akan berbahaya
bagi kesehatan.

1 Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
2

Kualitas air biasanya merupakan standar bagi perusahaan air minun pada
saat air meninggalkan instalasi pengolahan air bersih (IPA). Namun kualitas air
terkait dengan sisa klorin (disinfektan) dan ketika memasuki jaringan distribusi
masih belum mendapat perhatian yang baik saat perencanaan maupun saat
operasional. Terlebih lagi setelah dikeluarkannya peraturan pemerintah (PP No.
16 tahun 2005) bahwa pada tahun 2010 jaringan air bersih harus menjadi jaringan
air minum. Air baku atau air yang tidak berkualitas air minum (air yang langsung
dapat diminum) tidak diperkenankan didistribusikan pada masyarakat.
Dengan adanya regulasi tersebut, berarti perubahan standar yang sangat
signifikan yang mempunyai konsekuensi perubahan infrastruktur dan manajemen
pengelolaan secara menyeluruh, maka diperlukan pemikiran ke arah hal tersebut
dalam rangka perubahan paradigma air minum dan pengelolaan jaringan air dalam
pipa. Infrastruktur berupa sistem jaringan pipa yang saat ini ada kebanyakan
direncanakan tidak memperhatikan berbagai faktor yang terkait dengan kualitas
air selama mengalir dalam pipa distribusi.
Kandungan bakteri patogen dalam air merupakan parameter penting dalam
penentuan level kualitas air, dengan indikator yang biasa digunakan adalah jumlah
kandungan Escherichia coli dengan besaran CFU pada 100 mL. Pada IPA sendiri
pada umumnya dilakukan pengawasan akan kehadiran mikroorganisme pada air
yang telah diolah, dan sisa klorin yang tersedia. Akan tetapi, pengawasan tersebut
tidak dilanjutkan ketika air telah keluar dari IPA dan ketika memasuki jaringan
distribusi. Selama berada dalam pipa jaringan distribusi kualitas air dapat
menurun yang menyebabkan air sudah tidak lagi memenuhi standar kualitas air
minum ketika mencapai konsumen.
Praktek yang sering dilakukan di banyak negara untuk mengontrol kualitas
mikroorganisme dalam pipa jaringan distribusi adalah dengan menggunakan
residu disinfektan untuk mengontrol pertumbuhan mikroorganisme pada sistem
distribusi dan bertindak sebagai final barrier, untuk membantu menjaga dari
mikroba air. Konsentrasi realistis residual hanya bisa menonaktifkan
mikroorganisme paling tahan seperti E. coli dan koli tahan panas yang digunakan
sebagai indikator utama keselamatan air (Payment,1999).

Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
3

Karena polusi yang tinggi, kebanyakan IPA menambahkan senyawa klorin


dalam jumlah besar. Kebijakan tersebut menyebabkan kerugian bagi masyarakat
karena bau kaporit yang tajam yang mengurangi kenyamanan jika digunakan
untuk keperluan seperti mandi, dan jika dikonsumsi kaporit dapat membahayakan
kesehatan. Selama berada dalam pipa jaringan distribusi kualitas air menurun
yang menyebabkan air sudah tidak lagi dapat langsung diminum ketika mencapai
konsumen.
Sisa klorin yang tepat merupakan salah satu aspek penting untuk
menjamin air mencapai konsumen dengan kualitas yang baik, dan hal tersebut
akan berdampak langsung dengan kandungan mikroorganisme pada air. Selain itu,
residual klor merupakan senyawa berbahaya yang akan membahayakan kesehatan
manusia jika terkonsumsi. Trihalomethane (THM) adalah unsur terbesar yang
terkandung dalam produk sisa klorinasi, dan bersifat karsinogenik (Rodriguez and
Serodes 1999; 2001). Semakin besar dosis klorin dan semakin banyak material
organik yang terkandung dalam air, semakin besar potensi terbentuknya produk
sisa disinfeksi (DBPs) (Garcia-Villanova et al, 1997; Williams et al. 1997). Selain
itu, kandungan klorin yang besar seringkali mengakibatkan keluhan konsumen
karena adanya bau dan rasa.
Oleh karenanya, perlu pengawasan yang tepat untuk menjamin kualitas
patogen dan menghindari sisa klorin yang berlebih. Perbandingan yang tepat
antara kualitas mikrobiologi, jarak pipa distribusi dari IPA, dan jumlah
penambahan residual klorin yang tepat dapat dijadikan indikator keberhasilan
proses disinfeksi pada suatu sistem pengolahan air minum.
Metode penghitungan numerik simulasi kualitas air sendiri sudah banyak
ditemukan dan dapat digunakan, bahkan dalam bentuk software siap pakai.
Rossman (2000) mengusulkan metoda baru yang dikenal sebagai metoda
Lagrangian. Metoda ini mengikuti perjalanan segmen air dalam jaringan pipa.
Dengan kata lain posisi segmen berubah sesuai dengan perubahan posisi air yang
diamati. Pada metoda ini, jumlah segmen tidak terikat pada langkah waktu sedang
panjang segmen di tengah (tidak langsung berhubungan dengan node) adalah tetap
sepanjang simulasi. Panjang segmen yang langsung berhubungan dengan node
berubah tergantung dari gerakan segmen lainnya. Pada segmen inilah

Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
4

kemungkinan kesalahan terjadi. Software yang menggunakan metoda ini misalnya


EPANET (Rossman, 2000). Untuk mengkaji akurasi metoda Lagrangian, perlu
dilakukan kajian pada berbagai masalah yang mungkin terjadi dalam jaringan
pipa.

1.2. Rumusan Masalah

Kualitas mikrobiologi pada jaringan distribusi merupakan salah satu


parameter kualitas air bersih yang penting untuk diketahui baik sebelum atau
setelah melewati IPA untuk menjamin kualitas air bersih kepada konsumen.
Residual klorin adalah disinfektan yang menjaga jaringan distribusi dari
kontaminasi mikrobiologi. Residual klorin yang terlalu banyak dapat menurunkan
estetika air, dan memperbesar kemungkinan konsentrasi trihalomethane yang
timbul pada pipa. Oleh karena itu, perlu dilihat hubungan kedua indikator tersebut
pada jaringan distribusi.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah :


1. Untuk mengetahui kualitas air baku pada instalasi pengolahan air
bersih Cilandak PT. PALYJA.
2. Mengetahui dampak kualitas air baku terhadap konsentrasi klor bebas
pada jaringan distribusi
3. Mengetahui sifat dari klor bebas terhadap waktu atau jarak.
4. Mengetahui parameter mana yang memiliki korelasi yang dekat
dengan pertumbuhan mikrobiologi, antara klor bebas, atau kekeruhan,
atau total zat organik.
5. Mengetahui pengaruh residual klorin terhadap kualitas mikrobiologi
pada jaringan distribusi air bersih.
6. Mengetahui konsentrasi klor bebas yang dibutuhkan pada jaringan
distribusi agar terjaga dari kontaminasi ataupun pertumbuhan
mikrobiologi.

Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
5

1.4. Manfaat Penelitian

1. Dengan terpantaunya pengaruh sisa klor dengan kualitas


mikroorganisme, maka dapat ditentukan jumlah sisa klor yang efektif.
2. Membantu melengkapi dokumen-dokumen yang bersifat data internal
bagi IPA yang diteliti.

Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Desinfeksi

Desinfeksi adalah suatu proses yang bertujuan untuk mendestruksi


sebagian besar mikroorganisme yang bersifat patogenik pada suatu instrumen
dengan menggunakan cara fisik (pemanasan) maupun cara kimiawi (penambahan
bahan kimia). Proses desinfeksi tidak bertujuan untuk mendestruksi
mikroorganisme yang tidak bersifat patogenik atau yang masih berada pada
kondisi spora. Istilah yang digunakan untuk suatu proses yang mendestruksi
semua organisme hidup dan termasuk yang masih dalam kondisi spora adalah
sterilisasi (McCarthy and Smith, 1974).
Instrumen yang digunakan untuk proses desinfeksi adalah desinfektan.
Desinfektan dapat didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang
digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti
bakteri dan virus, dan juga untuk membunuh atau mengurangi jumlah
mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Sedangkan antiseptik didefinisikan
sebagai bahan kimia yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan jasad
renik seperti bakteri, jamur dan lain-lain pada jaringan hidup.
Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan sebagai
antiseptik dan desinfektan. Tetapi tidak semua bahan desinfektan adalah bahan
antiseptik karena adanya batasan dalam penggunaan antiseptik. Antiseptik
tersebut harus memiliki sifat tidak merusak jaringan tubuh atau tidak bersifat
keras. Terkadang penambahan bahan desinfektan juga dijadikan sebagai salah satu
cara dalam proses sterilisasi, yaitu proses pembebasan kuman. Tetapi pada
kenyataannya tidak semua bahan desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan yang
digunakan untuk proses sterilisasi.

6
Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


7

Menurut Chang (1971), desinfeksi merupakan suatu proses kompleks yang


tergantung pada :
• Psyco-chemical desinfektan
• Cyto-chemical alami dan kondisi fisik patogen
• Interaksi kedua poin diatas
• Efek yang kuantitatif beberapa faktor pada media reaksi, seperti
temperatur, pH, elektrolit, dan senyawa-senyawa yang mengganggu.

Chang juga mengkualifikasikan jenis-jenis fungsi desinfektan menjadi


beberapa jenis, yaitu:
• Agen Pengoksidasi (ozon, halogen, senyawa halogen)
• Kation logam berat (perak, emas, airaksa)
• Senyawa organik
• Agen gas
• Agen fisika (panas, uv dan radiasi ionisasi, pH)

Rasio desinfeksi sebagai agen kimia pada umumnya mengikuti pernyataan


pada Chick’s Law of Disinfection (1908), yang dituliskan pada rumus reaksi
pseudo-first-order berikut :
(2.1)

Dimana : = rasio pendestruksian sel

= konstanta rasio

N = Jumlah organisme hidup tersisa menurut


satuan waktu

Besar konstanta, k, tergantung dari spesies dan bentuk organisme yang


akan dihancurkan, jenis dan sifat alamiah desinfektan yang digunakan, konsentrasi
desinfektan, dan faktor – faktor lingkungan seperti pH dan temperatur.

Rumus empiris yang menghubungkan konsentrasi desinfektan dengan


waktu kontak adalah :

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


8

K = Cn tcn (2.2)
Dimana : K, n = Konstanta eksperimental
C = Konsentrasi desinfektan pada t = 0
tc = Waktu kontak yang dibutuhkan untuk membunuh
mikroba pada persentase kill yang ditentukan.

Nilai n tergantung pada sifat alamiah desinfektan yang digunakan. Jika n


lebih besar daripada satu, maka proses desinfeksi (persentase bakteri yang
dibunuh) akan dipengaruhi oleh konsentrasi desinfektan. Sebaliknya, jika n lebih
kecil daripada satu, proses desinfeksi akan dipengaruhi oleh jenis mikroorganisme
yang dibunuh, dan faktor lingkungan seperti pH dan temperatur.
Temperatur berpengaruh pada proses desinfeksi karena semakin tinggi
temperatur akan menambah kecepatan reaksi. Materi organik juga mempengaruhi
proses karena material tersebut akan melakukan reaksi dengan chemical
disinfecting reagents yang akan menurunkan konsentrasi efektif desinfektan. Pada
klorinasi, pH penting untuk diperhatikan karena perubahannya akan
mempengaruhi distribusi relatif agen yang mengakibatkan perubahan pada
keefektifan.
2.2 Desinfeksi Sekunder

Desinfeksi sekunder didefiniskan juga sebagai keberadaan residual


desinfektan pada suatu sistem jaringan distribusi (Surface Water Treatment Rule).
USEPA (1999) telah membahas tentang efisiensi dan kegunaan dari free chlorine,
chloramines, dan chlorine dioxide sebagai desinfeksi sekunder.
Para peneliti sebenarnya telah menemukan beberapa alternatif senyawa
kimia lain yang dapat digunakan dan berfungsi sebagai desinfektan sekunder
seperti senyawa potassium permanganat dan ozon yang dikombinasikan dengan
hidrogen peroksida, tembaga yang dikombinasikan dengan hidrogen peroksida,
perak yang dikombinasikan dengan hidrogen peroksida, atau anodik oksidasi,
namun hingga saat ini masih belum ada indikasi mengenai keefektifan senyawa –
senyawa tersebut sebagai desinfektan didalam sistem distribusi.
Pemilihan desinfektan sekunder yang paling tepat dilakukan dengan
pertimbangan berdasarkan hubungan dari sistem ke sistem yang memperhatikan

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


9

kebutuhan untuk mencapai tujuan desinfeksi sekunder seperti potensi


terbentuknya DBP (disinfection by-product), karakteristik kualitas air, kondisi
sistem distribusi, atau kapabilitas dan kemampuan pengolahan.
Terdapat beberapa karakteristik residual desinfektan yang dianggap ideal,
beberapa karakteristik tersebut adalah :
1. Memberikan perlindungan terhadap kontaminasi pada sistem
distribusi, menjadi indikator kondisi pada sistem distribusi, dan
mengendalikan pertumbuhan biofilm.
2. Mempunyai karakteristik kimiawi yang mudah untuk dihitung
konsentrasinya ketika di lapangan, tidak mudah berikatan dengan
unsur yang biasa terdapat dalam air bersih, menghasilkan DBP yang
sedang hingga tidak sama sekali, bertahan lama, mengakibatkan sedikit
reaksi dengan logam terlarut, material pipa, dan lain-lain, dan mampu
mengindikasikan dengan jelas ketika terjadi kontaminasi.
3. Mempunyai karakteristik fisik yang sangat mudah terlarut dalam air,
sudah ditemukan teknologi untuk membuat, mentransportasi,
menyimpan, dan membubuhinya, dan membutuhkan biaya yang efektif
sesuai dengan skala aplikasi (besar atau kecil).
4. Mempunyai kemampuan menonaktifkan organisme seperti bakteri,
virus, protozoa, alga, dan fungi dengan efektif dan efisien, dapat
menonaktifkan mikroorganisme yang terdapat pada air dalam pipa dan
yang berasosiasi dengan partikel atau biofilm, dan mampu mencapai
tingkat inaktivasi organisme hingga aman dikonsumsi manusia.
5. Mempunyai karakteristik estetika yang mampu mencapai tingkat
inaktivasi yang dibutuhkan tanpa menimbulkan rasa dan bau, dan
kelebihan penggunaan dapat dideteksi dengan rasa, bau, dan/atau
warna.

Regulasi dan pedoman mengenai residual desinfektan sekunder telah


dibuat dan diperbaharui beberapa kali. Berikut ini adalah ringkasan regulasi
mengenai desinfektan sekunder yang telah ada di United States (USEPA) :
1. Surface Water Treatment Rule (SWTR/1990)

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


10

Untuk sistem yang menggunakan air permukaan atau air tanah


sebagai air baku, residual desinfektan yang terdeteksi pada sistem
distribusi harus dijaga setidaknya 95% dari sampel yang diambil (setara
dengan jumlah heterotrophic bacteria kurang dari 500 cfu/ml) dan
menjaga sekurang-kurangnya 0.2 mg/L konsentrasi residual desinfektan
yang memasuki jaringan distribusi (baik dalam bentuk free atau combined
chlorine).
Pengontrolan residual desinfektan pada sistem distribusi dilakukan
pada tempat dan waktu yang sama dengan pengontrolan total coliform
dan rutin dilakukan pada titik masuk air.
2. Total Coliform Rule (TCR/1990)
Pengontrolan TCR tidak membutuhkan data mengenai residual
desinfektan. TCR menggunakan residual desinfektan sebagai teknologi
terbaik yang ada saat ini untuk memenuhi total coliform Maximum
Contaminant Level (MCL).
3. Stage 1 Disinfectant/Disinfection By Products Rule (Stage 1
DBPR/2002)
Stage 1 DBPR menjaga batas maksimum residual desinfektan
(MRDLs) sebesar 4,0 mg/L Cl2 sebagai klorin, 4,0 mg/L Cl2 sebagai
kloramin, dan 0,8 mg/L klorin dioksida. DBPR juga mengurangi MCL
untuk total trihalomethanes (TTHMS) dari 0,1 mg/L pada THM Rule
menjadi 0,080 mg/L, dan juga mengurangi MCL untuk haloacetic acids
(HAA5) (0,60 mg/L), chlorite (1,0 mg/L), dan bromated (0,010 mg/L).
Sistem dapat menggunakan hasil pengontrolan residual desinfektan pada
SWTR untuk memenuhi standar MRDL. Pengontrolan residual
desinfektan pada sistem distribusi dilakukan pada tempat dan waktu yang
sama dengan pengontrolan total coliform dan rutin dilakukan pada titik
masuk air.
4. Stage 2 Disinfectants and Disinfection Byproduct Rule
Pada Stage 2 DBPR, MCL tetap sama dengan Stage 1 DBPR
(0.080 mg/L for TTHM and 0.060 mg/L for HAA5), akan tetapi
pemenuhan standar dihitung berdasarkan locational running annual

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


11

averages (LRAAs), tidak lagi menggunakan RAAs yang digunakan pada


Stage 1 DBPR. Kebanyakan system juga memerlukan Initial Distribution
System Evaluations (IDSEs) untuk mengidentifikasi lokasi pengontrolan
pada lokasi yang memiliki konsentrasi TTHM and HAA5 terbesar.
5. Ground Water Rule (GWR)
GWR digunakan pada sistem penyediaan air bersih yang
menggunakan air tanah. Selain itu, GWR juga digunakan pada sistem
yang mencampur air tanah dan air permukaan jika air tanah
didistribusikan langsung ke sistem distribusi dan langsung menuju
konsumen tanpa lebih dahulu dilakukan pengolahan. GWR tidak
menggunakan residual desinfektan. Melainkan, menurut peraturan ini,
sistem air tanah harus melakukan pengolahan virus 4-log menggunakan
desinfektan kimiawi yang terkontrol, mencapai standar dan menjaga
konsentrasi desinfektan sesuai peraturan masing-masing provinsi (e.g., 4-
log inactivation of viruses based on CT tables).

Bahan yang digunakan untuk pipa juga berpengaruh besar bagi


pertumbuhan biofilm dan efektifitas desinfektan. Hasil beberapa penelitian
menunjukan bahwa material yang digunakan pipa berpengaruh lebih besar
daripada konsentrasi bahan organik yang ada didalam sistem (Volk and
LeChevallier, 1999). Beberapa material pipa memberikan tempat untuk mikroba
berlindung dari desinfektan, dan beberapa material memberi pasokan nutrisi yang
mendukung pertumbuhan mikroba.
Kemampuan klorin untuk mengontrol biofilm tergantung bahan pipa yang
digunakan, karena bahan pipa yang berbeda menunjukan tingkat kebutuhan klorin
yang berbeda. LeChevallier et al. (1990) menemukan bahwa pada pipa PVC dan
tembaga, residual klor bebas mencapai tingkat inaktivasi biofilm yang lebih besar
daripada kloramin. Untuk pipa yang menggunakan lapisan seng, monokloramin
memberikan kemampuan inaktivasi biofilm yang lebih besar dibandingkan
dengan klorin bebas. Sedangkan pipa yang berbahan besi, menunjukan kebutuhan
akan desinfektan yang lebih besar dibanding yang lain. Pada penelitian yang
sama, juga ditemukan bahwa pada pipa yang berbahan besi membutuhkan klorin

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


12

untuk mengontrol pertumbuhan biofilm lebih besar sepuluh kali lipat daripada
bahan pipa yang lainnya.
Pada pipa lapisan seng, tembaga, atau PVC, konsentrasi klorin bebas atau
kloramin sebesar 1 mg/L dapat menurunkan jumlah heterotrophic bacteria dan
coliforms pada pertumbuhan biofilm. Sedangkan untuk pipa besi, meskipun
dengan redisual free chlorine yang sudah bersikar antara 3-4 mg/L masih tidak
efektif untuk pengontrol biofilm, dan hanya dengan residual monochloramine
yang lebih dari 2 mg/L mampu mengurangi jumlah heterotrophic bacteria dan
coliform. Residual monochloramine yang berada pada kisaran 0.33 mg/L sampai
1.11 mg/L tidak mengurangi jumlah biofilm secara signifikan, bahkan ketika
dilakukan selama tujuh hari.
LeChevallier et al. (1990) menemukan bahwa dengan mengontrol korosi
akan meningkatkan efisiensi desinfeksi free chlorine. Beliau menyebutkan bahwa
keberadaan korosi pada pipa besi akan menyebabkan penurunan efisiensi
desinfektan yang jauh. Konsentrasi kontaminasi bakteri pada pipa besi yang
terdesinfeksi umumnya melebihi konsentrasi kontaminasi bakteri pada pipa PVC
(Norton and LeChevallier, 2000). Biofilm juga berkembang biak lebih besar pada
pipa bisa, meskipun dengan control korosi (Haas et al., 1983; Camper, 1996).
Dan sebagai pelengkap dari penelitian tersebut, ditemukan bahwa pipa besi
mendukung tempat hidup lebih banyak microflora jika dibandingkan dengan pipa
PVC (LeChevallier, 1999).
Terdapat banyak reaksi kimiawi yang terjadi didalam pipa jaringan
distribusi air minum. Reaksi yang terjadi antara lain adalah :

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


13

Gambar 2. 1 Interaksi pada sistem distribusi yang mempengaruhi kualitas air


minum (sumber : USEPA, 2004, diadaptasi dari: MSU, 2005)

Tabel 2. 1 Variabel Penelitian Yang Dibutuhkan Pada Pemeriksaan Desinfektan


Sekunder
Klorin
Jenis Kloramin
Klorin dioksida
Residual
Dosis
Booster Disinfection
Karakteristik Desinfektan
Plug flow
Cara pencampuran Well mixed
Unknown
Low long-lasting
Reactivity
High/short-lived
Cara pencampuran Plug flow
Well mixed
Unknown
Kebutuhan Desinfektan Limbah
Intrusi air tanah
Konsentrasi
Volume
Durasi
Jumlah
Karakteristik kontaminasi Distribusi tiap ruang
Jenis :
Entry Points
> Backflow
> Intrution
> Other
pH
Karakteristik kontaminasi Temperatur
Kualitas Air Kebutuhan Desinfektan
Ketersediaan Nutrien
Tabel 2. 1 (lanjutan) Variabel Penelitian Yang Dibutuhkan Pada Pemeriksaan
Desinfektan Sekunder

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


14

Virus
Bakteri
Jenis
Protozoa
Lainnya
Pertumbuhan
Jumlah Mikroorganisme
Kematian
Partikel berpengaruh
Free Floating
Sheared biofilm
Matrix Intact Biofilm
Aggregation
Propertis Mikroorganisme Encapsulation
Incubation Time
Spora
Bentuk Cyst
sel (vegetatif)
Keluar dari pengolahan
Intrusi
Titik Origin Cross-connrction
Tangki Penyimpanan
Endapan
Kompetitif
Interaksi Mikrobial
Kooperatif
(Sumber : USEPA, 2005)
Menjaga tekanan yang tinggi pada suplai dan mencegah terjadinya cross-
connections adalah ukuran yang sangat penting untuk mencegah jalur masuknya
mikrobiologi. Menjaga residual disinfektan dilakukan untuk meyakinkan lebih
jauh bahwa kualitas mikrobiologis pada air pada sistem distribusi terjaga dengan
baik dari kontaminasi dan tercegah dari kemungkinan pertumbuhan kembali
mikrobiologi, adalah praktik yang sering digunakan pada kebanyakan suplai air di
Amerika Utara dan Eropa (Trussell 1999). Ditemukannya formasi tirhalomethane
(THM) yang ditimbulkan karena hasil reaksi dari klorinasi (Rook, 1974) telah
menimbulkan banyak perdebatan, dan pada beberapa negara di Eropa penggunaan
klorin pada instalasi pengolahan air dan distribusinuya telah dilarang sebisa
mungkin (van der Kooij et al. 1999; Kruithof 2001). Pada situasi dimana air
olahan tidak stabil, penambahan disinfektan pada air olahan adalah satu-satunya
pilihan agar tetap terjaga dari mikrobiologi. Namun, penambahan tersebut
memiliki beberapa keterbatasan dan efek samping.
2.3 Klorinasi

Klorin adalah desinfektan yang paling banyak digunakan karena; efektif


pada konsentrasi rendah, murah, dan membentuk residual jika diigunakan pada

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


15

dosis yang tepat. Penggunaan klorida (Cl2) untuk membunuh bakteri dalam air
diperkenalkan oleh John L. Leal dengan pengunaan Ca(OCl)2 untuk proses
desinfeksi air dalam pipa. Kini klor sebagai desinfektan selain digunakan sebagai
kalsium diklorida Ca(OCl)2 dapat juga ditemui berbentuk sebagai gas (Cl2),
natrium klorida (NaOCl) ataupun sebagai hipoklorit (HOCl). Pada prakteknya di
lapangan, bentuk desinfektan klorin yang lebih sering digunakan adalah
desinfektan klor dalam bentuk gas.
Kemampuan desinfeksi klorin berasal dari sifat propertisnya sebagai
oksidator kuat. Klorin mengoksidasi enzim yang berfungsi sebagai proses
metabolis pada mikroorganisme. Ada dua jenis reaksi yang terjadi jika klorin
dibubuhkan kedalam air, yaitu hidrolisi dan ionisasi. Reaksi hidrolisi yang terjadi
adalah :
Cl2 + H2O  HOCl + HCl
Dan reaksi ionisasi yang terjadi adalah:
HOCl  OCl- + H+
Klorin merupakan senyawa oksidator kuat yang berbahaya jika masuk
kedalam tubuh manusia. Tabel dibawah ini menjelaskan dampak bagi kesehatan
manusia yang diakibatkan oleh beberapa tingkatan konsentrasi klorin yang masuk
kedalam tubuh :

Tabel 2. 2 Dampak dari beberapa tingkat level konsentrasi klorin terhadap


kesehatan manusia
Konsentrasi Klor Dampak bagi Kesehatan
0,2 – 0,4 ppm Mengganggu indera pembau dalam beberapa waktu
1 – 3 ppm Iritasi membrane mukosa, mampu ditoleransi kurang lebih satu jam
5 – 15 ppm Iritasi pada sistem pernafasan
30 ppm Sakit dada, sulit bernafas, muntah, dan batuk
40 – 60 ppm Letal lebih dari 30 menit
1000 ppm Fatal dalam waktu beberapa menit

Senyawa klor atau klorin yang berfungsi sebagai biosida pengoksidasi


dapat berasal dari gas Cl2, atau dari garam-garam NaOCl dan Ca(OCl)2 (kaporit)
(Lestari, dkk., 2008). Kaporit/ kalsium hipoklorit adalah senyawa kimia bersifat

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


16

korosif pada kadar tinggi, dan pada kadar rendah biasanya digunakan sebagai
penjernih air (Alaert dan Sumestri, 1987).
Klor merupakan disinfektan yang efektif terhadap virus dan bakteri, tetapi
untuk tingkat yang lebih rendah terhadap protozoa. Payment (1999) menunjukkan
bahwa konsentrasi disinfektan seperti yang digunakan dalam sistem distribusi
hanya memiliki efek terbatas pada patogen. Pendekatan ini memiliki keterbatasan
sebagai berikut:
• Klorin meskipun pada konsentrasi yang rendah, dapat mempengaruhi
rasa dan bau air minum, menyebabkan konsumen untuk mengeluh atau
menggunakan sumber-sumber alternatif (Burttschell et al 1959; Bryan
et al 1973).

• Klorinasi meningkatkan konsentrasi AOC di air, mungkin disebabkan


oleh oksidasi molekul organik yang besar (van der Kooij 1984, 1987).

• Residu klorin cepat menurun pada sistem distribusi. Biasanya setelah


waktu tinggal sekitar 10-jam, konsentrasi telah turun di bawah 0,1 mg /
liter. Bahan pipa, dalam besi cor khususnya, memainkan peran penting
dalam pengurangan klor (Lu et al, 1995;. Vasconcelos et al, 1997;.
Prevost et al 1998.). Klorin juga mempercepat proses korosi.

• Konsentrasi rendah klorin tidak efektif dalam biofilm dan sedimen


(LeChevallier et al, 1990, Herson et al, 1991), menjelaskan mengapa
coliform dapat ditemukan meskipun ada residu klor bebas (Wierenga
1985; LeChevallier et al 1996).

BPC adalah konsentrasi klor aktif yang dibutuhkan untuk mengoksidasi


bahan organik, bahan anorganik (amoniak) dan bahan lain yang dapat dioksidasi
serta membunuh mikroorganisme jika masih ada sisa klor aktif pada konsentrasi
tersebut. BPC akan diikuti dengan pembentukan gas N2 akibat paparan klor aktif
yang berlebih pada kloramin. Hal ini menyebabkan penurunan jumlah klor bebas
dan masih ada residu klor aktif yang konsentrasinya dianggap perlu sebagai
desinfektan sekunder. Dengan kata lain, jumlah klor yang dibutuhkan untuk

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


17

membunuh bakteri koliform (desinfektan) adalah jumlah residu klor aktif setelah
tejadi BPC. (Alaert dan Sumestri, 1987 dan Brooks, 1999).
2.3.1 Klorin pada Jaringan Distribusi

Salah satu kunci untuk perlindungan kesehatan masyarakat dalam sistem


distribusi adalah pengontrolan sisa desinfektan, biasanya dalam bentuk klor bebas
atau kloramin. Ketika air perjalanan melalui sistem distribusi, desinfektan
mengoksidasi materi baik di air maupun pada permukaan pipa dinding, sehingga
mengurangi sisa klorin yang tersedia untuk mempertahankan desinfeksi (Lihat
Gambar 2.2). Pada dinding pipa, klorin dapat bereaksi dengan materi korosi,
sedimen, dan biofilm. Biofilm telah terbukti untuk dapat tumbuh pada kebanyakan
material pipa umum tetapi jumlah bakteri yang menempel berjumlah lebih banyak
beberapa kali lipat jika dibandingkan dengan jumlah bakteri yang menempel pada
pipa besi tuang tak bergaris (Camper et al, 2003.).

Gambar 2. 2 Skema Reaksi Peluruhan Klor dalam Sistem Distribusi (sumber :


USEPA, 2002)

Batasan konsentrasi maksimum dan minimum keberadaan klorin dan


residualnya di dalam air minum telah ditetapkan pada peraturan mengenai air
minum. Residual klorin merupakan senyawa yang penting untuk diperhatikan
keberadaannya karena senyawa ini terus ada dalam bentuk klor bebas selama
perjalanan menuju konsumen.
Jalur masuk kontaminan mikroba ke dalam system distribusi air bersih
dikarenakan oleh beberapa hal seperti ;
1. Masuknya mikroorganisme ketika proses perawatan,

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


18

2. Masuknya air tanah yang terkontaminasi kedalam pipa ketika tekanan


pada dalam pipa sedang turun,
3. Kontaminasi ketika masih berada pada instalasi utama, atau arus balik
dari sistem keran konsumen.
4. Kehadiran patogen baik dalam bentuk bebas ataupun dalam bentuk
biofilm yang masuk ke dalam sistem distribusi. Namun untuk kasus ini
belum dapat dipahami dengan baik, dibutuhkan penelitian lanjutan
untuk memahami sepenuhnya interaksi mikroba dalam pipa distribusi.

2.4 DPD kolorimetrik

Metode DPD (N, N-diethyl-p-phenylenediamine) untuk pengukuran


residual klorin pertama kali diperkenalkan oleh Palin pada tahun 1957. Dan saat
ini metode tersebut telah menjadi metode untuk mengukur total klor dan klor
bebas pada air bersih dan air limbah yang paling banyak digunakan diseluruh
dunia.
Basis kimia untuk reaksi DPD dengan klorin dapat dilihat pada gambar
2.3. Amina DPD teroksidasi oleh klorin menghasilkan dua senyawa. Pada pH
netral, senyawa hasil oksidasi yang utama dihasilkan adalah semi-quinoid cationic
atau yang dikenal juga sebagai Würster dye. Senyawa tersebut relatif stabil untuk
menghasilkan warna magenta yang digunakan dalam tes DPD kolorimetrik. DPD
dapat teroksidasi lebih jauh menjadi senyawa yang tidak stabil dan tidak
berwarna. Ketika DPD bereaksi dengan klroin dalam jumlah kecil pada pH yang
hamper netral, Würster dye adalah produk utama yang dihasilkan. Pada tingkatan
oksidan yang lebih tinggi, produk utama yang dihasilkan dari proses oksidasi
DPD adalah formasi imine tidak berwarna dan tidak stabil (menghaslikan larutan
yang tidak berwarna).

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


19

Gambar 2. 3 Produk dan Reaksi DPD dengan Klorin


Ketika reagent DPD dilarutkan kedalam sample yang mengandung klorin,
warna yang terhitung adalah hasil penjumlahan dari reaksi produk DPD-Cl2 dan
DPD teoksidasi yang ditambahkan.
Klorin adalah unsur oksidan kuat yang mudah bereaksi, banyak factor –
factor baik internal maupun eksternal yang akan mendukung unsur tersebut untuk
bereaksi. Factor- factor seperti cahaya matahari, temperature, dan lainnya, akan
memberikan pengaruh terhadap bereaksinya klorin.
Pada percobaan kali ini, alat yang digunakan adalah komparator, yang
membandingkan warna sampel air yang dilaruti tablet DPD secara visual.
Diperlukan cahaya matahari untuk dapat membandingkannya dengan jelas.
2.5 Mikroorganisme Didalam Sistem Distribusi

Proses pengolahan air pada kebanyakan kasus mampu mengurangi


mikroorganisme heterotrophic hingga kurang dari 10 cfu/ml. Organsime yang
masih bertahan hidup dalam air yang telah melewati pengolahan, akan
berkembang biak jika terdapat nutrien didalam air, terutama pada air bersuhu
lebih dari 15oC. Mikroorganisme yang tetap bertahan hidup akan memicu
pembentukan biofilm pada permukaan. Biofilms adalah suatu formasi yang
dibentuk oleh beberapa jenis heterotrophic bacteria, fungi, protozoa, nematodes
dan crustaceans.

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


20

2.5.1 Pertumbuhan Mikroorganisme Dalam Sistem Distribusi

Sistem jaringan distribusi air bersih yang telah lama digunakan pada
umumnya mengandung endapan sedimen yang terbentuk karena korosi pipa dan
pengolahan yang kurang baik (masih mengandung banyak TS); dan besar
kemungkinan sistem tersebut mengandung banyak mikroorganisme didalamya.
Perkembangbiakan bakteri didalam sistem jaringan distribusi dipicu oleh
ketersediaan nutrien organik atau anorganik pada air yang didistribusikan dan
endapan pada permukaan pipa.
Kebanyakan mikroorganisme yang berkembang biang pada jaringan
distribusi tidak berbahaya bagi kesehatan. Namun keraguan akan timbul jika
ditemukan kelompok Legionella dan Mycobacterium avium, yang pada kondisi
biasa bersifat patogenik. Tidak ada laporan mengenai permasalahan kesehatan
masyarakat meskipun terdeteksi keberadaan Aeromonas and Pseudomonas pada
biofilm air minum. Akan tetapi, meskipun organisme tersebut bukan merupakan
penyebab waterborne disease, Pseudomonas ditengarai sebagai penyebab
beberapa persoalan infeksi kulit yang ditemukan pada kolam renang, hot tubs, dan
berbagai jenis spa lainnya (WHO, 2000).
Pertumbuhan koliform pada sistem distribusi perpipaan telah dilaporkan
sejak awal abad ke 20 tepatnya pada tahun 1930 oleh Baylis. Beliau menemukan
adanya pertumbuhan organisme ini pada sedimen yang terakumulasi di sistem
distribusi. Howard (1940) juga melaporkan penemuannya tentang keberadaan
koliform pada sistem distribusi sepanjang musim semi. Koliform dapat
berkembangbiak pada substrat berkonsentrasi rendah (van der Kooij and Hijnen
1988b; Camper et al. 1991). Kondisi yang memicu pertumbuhan koliform
diantaranya adalah ketersediaan substrat, temperatur air, korosi, keberadaan
sedimen, dan residual desinfektan (LeChevallier 1990; LeChevallier et al. 1996).

2.5.2 Cara mikroorganisme memasuki jaringan distribusi

Keberadaan biofilm, sedimen, dan korosi pada pipa dapat menjadi tempat
tinggal bagi mikroorganisme patogenik yang terbawa karena pengolahan air yang
kurang baik atau percabangan pada sistem distribusi. Mikroorganisme patogenik

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


21

yang terkubur dalam sedimen atau menempel pada biofilm akan tersebar di pipa
ketika perbaikan atau perubahan pola aliran mendadak.
Kemampuan bertahan hidup tergantung pada sifat alamiah dan aktifitas
mikroba didalam biofilm. Pada umumnya, hanya sedikit spesies bakteri patogenik
yang dapat berkembang biak pada sistem jaringan distribusi, keberadaan
patogenik dipengaruhi kondisi seperti temperatur air, dan nutrien yang cukup
(LeChevallier et al., 1999). Virus dan protozoa adalah parasit obligate dan
membutuhkan tubuh manusia atau hewan untuk berkembang biak. Jika memasuki
jaringan perpipaan, virus dan protozoa bertahan hidup dalam jangka waktu yang
sangat terbatas; dosis yang cukup untuk menginfeksi mausia hanya akan
dimungkinkan jika terjadi akumulasi yang besar didalam endapan sistem.
Akumulasi yang besar pada sistem biasanya terjadi pada sambungan pipa, arus
balik, atau kontaminasi. Meskipun tidak ada laporan yang berkaitan dengan
dampak kesehatan akibat keberadaan patogen yang bertahan hidup pada sistem
distribusi, organisme tersebut telah ditemukan keberadaannya pada biofilm, yang
menimbulkan kekhawatiran akan jaminan kesehatan masyarakat (Szewzyk et al.,
2000).
Biofilm mengandung banyak jaringan pengikat yang mampu mengikat dan
mengakumulasikan kontaminan organik dan anorganik seperti partikulat dan
materi koloidal (Flemming, 1995). Dalam biofilm, mikroba patogen terlindung
dari gangguan biologis, fisik, kimia dan tekanan lingkungan, termasuk predator,
pengeringan dan perubahan atau flux dalam lingkungan (Buswell etal, 1998;
Walker dkk, 1995 ). Bakteri Patogen seperti Helicobacter pylori, enterotoksigenik
E. coli, Salmonella typhimurium (Armon et al.1997) dan spesies Campylobacter
(Buswell et al., 1998) dapat bertahan dalam biofilm yang terbentuk dalam sistem
laboratorium eksperimental.
Bedasarkan penjelasan diatas, menimbulkan pendapat akan adanya potensi
bagi bakteri patogen untuk berakumulasi dan bertahan dalam sistem distribusi
kota, meskipun sejauh ini belum ada isolasi langsung dari sistem tersebut. Model
virus enteric (B40 8 dan MS2 bakteriofag) juga telah menunjukan sifat untuk
berakumulasi dan bertahan dalam biofilm terbentuk di laboratorium (Storey &
Ashbolt, 2001), walaupun organisme ini belum diisolasi langsung dari sistem

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


22

distribusi air kota. Interaksi antara virus dengan biofilm pipa telah diabaikan di
masa lalu (Ford, 1999), namun, penelitian terbaru telah menunjukkan signifikansi
potensi (Storey dan Ashbolt, 2003b). Masalah signifikansi potensi itu mungkin
terjadi didalam sistem pipa distribusi ketika cluster biofilm-patogen yang telah
disebut diatas terlepas baik dari matriks substrat atau biofilm karena proses fisik,
kimia atau biologi.

2.5.3 Pengendalian mikroorganisme pada jaringan distribusi

Tidak adanya koliform bisa menciptakan rasa aman semu karena virus dan
parasit pathogen banyak yang resisten terhadap desinfektan berkonsentrasi rendah.
Oleh karena itu, manajemen resiudal desinfektan atau peningkatan dosis
desinfektan tidak boleh dianggap sebagai pengganti untuk aplikasi ketat dari
praktek operasional dan pemeliharaan. Namun, hilangnya residual klor dapat
digunakan sebagai indikator dari intrusi jika frekuensi monitoring yang tepat
diadakan, terutama jika fasilitas pemantauan dipasang pada sistem distribusi.
Di beberapa Negara dan fasilitas pipa persediaan air bagi komunitas kecil,
tidak ada sisa desinfektan yang diterapkan untuk mempertahankan kualitas
mikrobiologi selama distribusi. Dalam kasus ini, pencegahan masuknya
mikroorganisme patogen harus terjamin untuk melindungi kualitas air. Hal ini
bergantung pada inspeksi rutin sistem distribusi sanitasi untuk mengidentifikasi
potensi kebocoran atau bagian dari sistem dimana ingress bisa terjadi. Selain itu,
perhatian harus diberikan jika terdapat pada bahan feses dekat dengan pipa dan
dimana permukaan air tanah akan cenderung menjadi terkontaminasi. Hasil
inspeksi sanitasi harus digunakan untuk menentukan perawatan, pencegahan, dan
tindakan perbaikan (bila diperlukan).
Perawatan kualitas air pada suplai air yang tidak didisnfeksi memerlukan
pelatihan untuk operator dan manager sistem dan pada suplai untuk komunitas,
pelayanan perlu dilakukan berdasarkan survey. Pada sistem yang besar, terutama
jika sisa desinfektan tidak terjaga, level nutrien harus dijaga untuk mengurangi
potensi tebentuknya biofilm.

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


23

2.5.4 Prinsip pengawasan mikroba pada sistem distribusi

Tujuan dari program pengawasan mikrobiologi pada system distribusi


adalah untuk menjamin bahwa suplai air sesuai dengan petunjuk pelaksanaan, dan
standar peraturan. Petunjuk dalam metode untuk pengambil sample dan
pengawasan adalah bagian dari dokumen yang disetujui internasional (ISO, 1980-
98). Di DKI Jakarta sendiri peraturan mengenani pemantauan dan pengawasan
kualitas air minum di unit produksi dan pelanggan telah dikeluarkan oleh Badan
Regulator Pelayanan Air Minum yaitu PerBR no. 3 tahun 2007

.Tabel 2.3 tata cara sampling kualitas mikrobiologi


No. Penduduk yang Dilayani Jumlah Minimal Sampel per Bulan
1 < 5000 jiwa 1 sampel
2 5000 s/d 100.000 jiwa 1 sampel per 5000 jiwa
3 >100.000 jiwa 1 sample per 10.000 jiwa, ditambah sampel
tambahan
(sumber : Peraturan Badan Regulator Air no. 3 tahun 2007)

2.5.5 Pengukuran Mikrobiologi Metode Filtrasi

Pada prinsipnya, teknik filtrasi membran ini adalah menggunakan


kertas/membran penyaring untuk menyaring cairan pada sampel dengan ukuran
diameter lolos yang lebih kecil dari diameter mikroba, sehingga akan menahan
mikroba, sehingga mikroba akan terjebak diatas kertas penyaring dan dapat
dihitung dengan visual. Setelah itu, untuk menjaga agar koloni yang terjebak
terdiri dari mikroba yang homogen, digunakan media yang memiliki nutrisi yang
mendukung kehidupan bakteri tertentu, dan diinkubasikan dalam kondisi
lingkungan yang sesuai. Agar media dapat dihitung dengan mudah dengan kasat
mata, nutrisi yang terdapat pada media harus dapat berdifusi dan terserap kedalam
kertas membran sehingga sel-sel yang tersebar acak dan kasat mata itu dapat
tumbuh menjadi koloni yang dapat dihitung dengan mata setelah melewati masa
waktu inkubasi tertentu. Bentuk, warna dan sifat lain dari masing-masing koloni
tergantung kepada jenis mikroba yang berada pada kertas membran.

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


24

Seharusnya setelah filtrasi selesai semua cairan sampel telah terhisap dari
kertas membran tetapi beberapa faktor dapat menyebabkan air sedikit tertinggal di
permukaan kertas membran. Lapisan air yang tipis saja dapat meyebarkan sel
yang sedang memperbanyak diri dan saat air tersebut kering selama proses
inkubasi, sel-sel (dari satu CFU) telah tersebar dan menghasilkan koloni yang
melebar karena lapisan air ini dapat menutupi sebagian atau seluruh permukaan
kertas membran tergantung banyak sedikitnya air dan seberapa cepatnya
menguap.
Pola lain yang sering dijumpai adalah adanya lapisan tipis air yang
berkumpul pada cekungan (bagian yang tidak rata dari kertas membran). Hasil
pertumbuhan spreader dapat dihindari dengan memastikan cairan benar-benar
kering dari kertas membran setelah difiltrasi atau jangan menambahkan media cair
terlalu banyak,
TNTC (Too Numerous To Count)
Kondisi terlalu banyak untuk dihitung menggambarkan bahwa semakin
besar kesalahan saat menghitung jika tetap dipaksakan untuk menghitung. Hal ini
mungkin bukan suatu kesalahan jika suatu requirement memerintahkan penuangan
sampel sebanyak 50ml lalu dihasilkan koloni TNTC. Namun lebih baik dihasilkan
cawan yang memenuhi kisaran hitung sehingga dapat diketahui jumlah mikroba
secara pasti dan terpercaya berdasarkan statistik. Semakin banyak koloni yang
tumbuh maka kompetisi mendapatkan nutrisi dan ruang juga semakin terbatas.
TNTC dapat dihindari dengan mengencerkan sampel atau menyedikitkan volume
sampel.
Jumlah maksimal mikroba yang dapat dihitung pada cawan petri adalah 60
koloni. Jika lebih dari itu, maka cukup ditulis lebih dari 60 atau tidak ditulis.
2.6 Laju Reaksi

2.6.1 Konsep Laju Reaksi

Laju reaksi menyatakan laju berkurangnya jumlah reaktan atau laju


bertambahnya jumlah produk dalam satuan waktu. Satuan jumlah zat bermacam-
macam, misalnya gram, mol, atau konsentrasi. Sedangkan satuan waktu
digunakan detik, menit, jam, hari, ataupun tahun. Dalam reaksi kimia banyak

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


25

digunakan zat kimia yang berupa larutan atau berupa gas dalam keadaan tertutup,
sehingga dalam laju reaksi digunakan satuan konsentrasi (molaritas) (James E.
Brady, 1990).

Reaktan → Produk
Pada awal reaksi, reaktan ada dalam keadaan maksimum sedangkan
produk ada dalam keadaan minimal. Setelah reaksi berlangsung, maka produk
akan mulai terbentuk. Semakin lama produk akan semakin banyak
terbentuk, sedangkan reaktan semakin lama semakin berkurang. Laju reaksi
tersebut dapat digambarkan seperti pada gambar 2.4.

Gambar 2. 4 grafik reaktan vs produk

Dari gambar 2.4 terlihat bahwa konsentrasi reaktan semakin berkurang,


sehingga laju reaksinya adalah berkurangnya konsentrasi R
setiap satuan waktu, dirumuskan sebagai:

∆[R] = Perubahan konsentrasi reaktan (M)


∆t = Perubahan waktu (detik)
v = Laju reaksi (M detik–1)
Tanda (–) artinya berkurang.

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


26

Berdasarkan gambar 2.4 terlihat bahwa produk semakin bertambah,


sehingga laju reaksinya adalah bertambahnya konsentrasi P setiap satuan waktu,
dirumuskan sebagai:

Dengan:
∆[P] = perubahan konsentrasi reaktan (M)
∆t = perubahan waktu (detik)
v =laju reaksi (M detik–1)
Tanda (+) artinya bertambah.

2.6.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi

Dari hasil percobaan ternyata laju reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi, luas
permukaan, temperatur, dan katalis (James E. Brady, 1990).
Konsentrasi
Pada umumnya, reaksi akan berlangsung lebih cepat jika konsentrasi
pereaksi diperbesar. Zat yang konsentrasinya besar mengandung jumlah partikel
yang lebih banyak, sehingga partikel-partikelnya tersusun lebih rapat dibanding
zat yang konsentrasinya rendah. Partikel yang susunannya lebih rapat, akan lebih
sering bertumbukan dibanding dengan partikel yang susunannya renggang,
sehingga kemungkinan terjadinya reaksi makin besar.
Luas Permukaan
Salah satu syarat agar reaksi dapat berlangsung adalah zat-zat pereaksi
harus bercampur atau bersentuhan. Pada campuran pereaksi yang heterogen,
reaksi hanya terjadi pada bidang batas campuran. Bidang batas campuran inilah
yang dimaksud dengan bidang sentuh. Dengan memperbesar luas bidang sentuh,
reaksi akan berlangsung lebih cepat.
Temperatur
Setiap partikel selalu bergerak. Dengan menaikkan temperatur, energi
gerak atau energi kinetik partikel bertambah, sehingga tumbukan lebih sering
terjadi. Dengan frekuensi tumbukan yang semakin besar, maka kemungkinan
terjadinya tumbukan efektif yang mampu menghasilkan reaksi juga semakin

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


27

besar. Suhu atau temperatur ternyata juga memperbesar energi potensial suatu zat.
Zat-zat yang energi potensialnya kecil, jika bertumbukan akan sukar
menghasilkan tumbukan efektif. Hal ini terjadi karena zat-zat tersebut tidak
mampu melampaui energi aktivasi. Dengan menaikkan suhu, maka hal ini akan
memperbesar energi potensial, sehingga ketika bertumbukan akan menghasilkan
reaksi.
Katalis
Katalis adalah suatu zat yang berfungsi mempercepat terjadinya reaksi,
tetapi pada akhir reaksi dapat diperoleh kembali. Fungsi katalis adalah
menurunkan energi aktivasi, sehingga jika ke dalam suatu reaksi ditambahkan
katalis, maka reaksi akan lebih mudah terjadi. Hal ini disebabkan karena zat-zat
yang bereaksi akan lebih mudah melampaui energi aktivasi.
2.6.3 Langkah penentuan laju reaksi

Laju reaksi keseluruhan (dimana pengukurannya diperlukan beberapa


eksperimen) dikontrol oleh laju reaksi yang paling lambat. Dalam contoh diatas,
ion hidroksi tidak dapat berinteraksi dengan ion positif sampai ion positif
terbentuk. Lankah kedua dapat diandaikan dengan reaksi yang menunggu langkah
laju reaksi pertama terbentuk. Langkah reaksi lambat ini disebut juga dengan
langkah penentuan laju reaksi.
Sepanjang terdapat beberapa macam laju yang berbeda dari langkah-
langkah, ketika kita mengukur laju suatu reaksi, sebenarnya kita mengukur
langkah penentuan laju reaksi.
2.7 Orde Reaksi

Umumnya reaksi kimia dapat berlangsung cepat jika konsentrasi zat-zat


yang bereaksi (reaktan) diperbesar (James E. Brady, 1990). Secara umum pada
reaksi:
xA + yB → pC+ qD persamaan laju reaksi dapat ditulis sebagai:

Persamaan seperti di atas, disebut persamaan laju reaksi atau hukum laju
reaksi. Persamaan laju reaksi seperti itu menyatakan hubungan antara konsentrasi
pereaksi dengan laju reaksi. Bilangan pangkat pada persamaan di atas disebut

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


28

sebagai orde reaksi atau tingkat reaksi pada reaksi yang bersangkutan. Jumlah
bilangan pangkat konsentrasi pereaksi-pereaksi disebut sebagai orde reaksi total.
Artinya, reaksi berorde x terhadap pereaksi A dan reaksi berorde y terhadap
pereaksi B, orde reaksi total pada reaksi tersebut adalah (x + y). Faktor k yang
terdapat pada persamaan tersebut disebut tetapan reaksi. Harga k ini tetap untuk
suatu reaksi, dan hanya dipengaruhi oleh suhu dan katalis.
Pada umumnya, harga orde reaksi merupakan bilangan bulat sederhana,
yaitu 1, 2, atau 3, tetapi kadang-kadang juga terdapat pereaksi yang mempunyai
orde reaksi 0, ½, atau bahkan negatif.
Beberapa contoh reaksi beserta rumus laju reaksi dan orde reaksinya dapat
dilihat pada tabel dibawah.
Tabel 2. 4 Contoh Reaksi dan Persamaan Laju nya
No. Persamaan Reaksi Rumus Laju Reaksi Orde Reaksi
2
1 2 HI(g)  H2(g) + I2(g) V = k . [Hj] 2
2
2 2 NO(g) + Cl2(g)  2 NOCl(g) V = k [NO] [Cl2] 3
1/2
3 CHCl3(g) + Cl2(g)  CCl4(g) + HCL(g) V = k [CHCL3][Cl2] 1,5

Orde reaksi menyatakan besarnya pengaruh konsentrasi pereaksi pada laju


reaksi. Beberapa orde reaksi yang umum terdapat dalam persamaan reaksi kimia
beserta maknanya sebagai berikut.

2.7.1 Reaksi Orde Nol

Suatu reaksi kimia dikatakan mempunyai orde nol, jika besarnya laju
reaksi tersebut tidak dipengaruhi oleh konsentrasi pereaksi. Artinya, seberapapun
peningkatan konsentrasi pereaksi tidak akan mempengaruhi besarnya laju reaksi.
Secara grafik, reaksi yang mempunyai orde nol dapat dilihat pada gambar 2.5.

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


29

Gambar 2. 5 Grafik Reaksi Order Nol

2.7.2 Reaksi Orde Satu

Suatu reaksi kimia dikatakan mempunyai orde satu, apabila besarnya laju
reaksi berbanding lurus dengan besarnya konsentrasi pereaksi. Artinya, jika
konsentrasi pereaksi dinaikkan dua kali semula, maka laju reaksi juga akan
meningkat besarnya sebanyak (2)1 atau 2 kali semula juga. Secara grafik, reaksi
orde satu dapat digambarkan seperti terlihat pada gambar 2.6.

Gambar 2. 6 Grafik Reaksi Order Satu

2.7.3 Reaksi Orde Dua

Suatu reaksi dikatakan mempunyai orde dua, apabila besarnya laju reaksi
merupakan pangkat dua dari peningkatan konsentrasi pereaksinya. Artinya, jika

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


30

konsentrasi pereaksi dinaikkan 2 kali semula, maka laju reaksi akan meningkat
sebesar (2)2 atau 4 kali semula. Apabila konsentrasi pereaksi dinaikkan 3 kali
semula, maka laju reaksi akan menjadi (3)2 atau 9 kali semula. Secara grafik,
reaksi orde dua dapat digambarkan pada gambar 2.7.

Gambar 2. 7 Grafik Reaksi Order Dua

2.7.4 Reaksi Orde Negatif

Suatu reaksi kimia dikatakan mempunyai orde negatif, apabila besarnya


laju reaksi berbanding terbalik dengan konsentrasi pereaksi. Artinya, apabila
konsentrasi pereaksi dinaikkan atau diperbesar, maka laju reaksi akan menjadi
lebih kecil.
2.8 Hukum Laju Reaksi Terintegrasi

Dalam rangka untuk menentukan hukum laju suatu reaksi dari sekumpulan
data yang terdiri dari konsentrasi (atau nilai dari beberapa fungsi dari konsentrasi)
terhadap waktu, buatlah tiga grafik:
1. [A] versus t (linear untuk rekasi order nol)
2. ln [A] versus t (linear untuk reaksi order satu)
3. 1 / [A] versus t (linear untuk reaksi order dua)

Grafik yang linier menunjukkan urutan reaksi yang berkaitan dengan A.


Maka, Anda dapat memilih persamaan laju reaksi yang benar:

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


31

Tabel 2. 5 Persamaan Order Reaksi


For a zero order reaction, rate = k (k = - slope of line)
st
For a 1 order reaction, rate = k[A] (k = - slope of line)
For a 2nd order reaction, rate = k[A]2 (k = slope of line)

Untuk reaksi orde nol, seperti yang ditunjukkan pada gambar


berikut, plot dari [A] terhadap waktu adalah garis lurus dengan k = -
kemiringan garis. Grafik lainnya adalah melengkung untuk sebuah reaksi
orde nol.

Gambar 2. 8 Grafik Yang Dihasilkan Pada Reaksi Order Nol

Untuk reaksi orde satu, seperti yang ditunjukkan pada gambar


berikut, plot dari logaritma [A] terhadap waktu adalah garis lurus dengan
k = - kemiringan garis. Grafik lainnya adalah melengkung untuk sebuah
reaksi orde satu.

Gambar 2. 9 3Grafik Yang Dihasilkan Pada Reaksi Order Satu

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


32

Untuk reaksi orde dua, seperti yang ditunjukkan pada gambar


berikut, plot dari 1/[A] terhadap waktu adalah garis lurus dengan k = -
kemiringan garis. Grafik lainnya adalah melengkung untuk sebuah reaksi
orde dua.

Gambar 2. 10 Grafik Yang Dihasilkan Pada Reaksi Order Dua

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

a. Sampel dikumpulkan dari lima lokasi :


1. Ketika air keluar dari Instalasi Pengolahan dan memasuki jaringan
distribusi,
2. Titik satu di jalan Siaga Satu,
3. Titik dua di jalan Tebet Barat,
4. Titik tiga di jalan Swadaya 2,
5. Titik empat di Gang Bakti 4.
b. Lokasi analisis parameter residual klor, pH, dan temperatur dilakukan
langsung di tempat pengambilan sampel. Lokasi analisis parameter kekeruhan,
total koliform, dan total zat organik dilakukan di Laboratorium Kualitas Air
PT. PALYJA di IPA 2 Pejompongan.

3.2 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan berdasarkan hasil yang didapatkan dan


pendekatannya adalah penelitian cross-sectional induktif, yaitu penelitian dimulai
dengan observasi secara umum dan pengambilan data yang dikumpulkan dari satu
waktu tertentu untuk dianalisa menjadi hal – hal yang khusus. Dan secara umum
termasuk penelitan survey eksploratif.

3.3 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama bulan Agustus 2011 sampai Oktober 2011


yang terdiri dari tahap persiapan penelitian, pengumpulan data sekunder, dan
pengambilan data primer, seperti pengambilan sampel di titik - titik sampling pada
jaringan, pemeriksaan sampel air dilaboratorium, analisa data dan penyusunan
laporan.

33
Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


34

Dibawah ini adalah timeline waktu penelitian : dari persiapana umum,


persiapan alat dan Bahan, pengambilan sampel dan penelitian, dan analisa hasil
penelitian. Dilakukan dari bulan Juni 2011 hingga November 2011

Table 3.1 Waktu Penelitian

Juni Juli Agustus September Oktober November


No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
Umum
2 Persiapan
Alat dan
Bahan
3 Pengambila
n Sampel
dan
Penelitian
4 Analisa
Hasil
Penelitian

(Sumber : Penulis)

3.4 Definisi Variabel


Variabel yang diteliti pada penelitian adalah sebagai berikut :
Table 3.2 Variabel Penelitian
No Variable Materi
1 Residual Klorin Banyaknya residual klorin yang ada ketika air yang diolah
pada PDAM telah mencapai pelanggan, menggunakan metode
DPD.
2 pH dan Temperatur Pengukuran pH dan temperature sebagai akselerator reaksi
pada air..
3 Waktu Tinggal dan Jarak Waktu tinggal dan Jarak sebagai faktor alami yang
menyebabkan penurunan konsentrasi klor bebas.
4 Koliform dan Koliform Koliform diukur untuk mengetahui efektifitas disinfeksi, dan
tinja melihat pengaruhnya akibat dilakukannya disinfeksi sekunder
pada jaringan distribusi.
5 Paramater Kualitas Air Membandingkan pengaruh parameter kualitas air dengan

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


35

(Kekeruhan dan Total pengaruh residual klorin, untuk mempelajari parameter lain
Zat Organik) yang juga mempengaruhi kehadiran mikrobiologi, yaitu
kekeruhan dan total zat organik
(sumber : penulis)
3.5 Parameter Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengukur parameter-paremeter sebagai


berikut (hasil penelitian di lampiran):

• pH
• Temperatur
• Total Klor
• Free Klor
• Total Koliform
• Fecal Koliform
• Kekeruhan
• Total zat organik
• Waktu
• Jarak
Parameter kualitas air yang diukur adalah kandungan sisa klor bebas
dalam air, jumlah total koliform, kandungan total zat organik dalam air, dan
kekeruhan. Parameter fisika yang diukur adalah waktu tinggal dan jarak tempuh
air dari Instalasi Pengolahan Air menuju titik pengambilan sampel.

Parameter lain yang juga diukur dalam penelitian ini adalah temperatur air
ketika pengambilan sampel, tekanan air rata – rata pada titik tertentu, dan nilai pH
air pada ketika pengambilan sampel pada titik tertentu. Namun hasil yang didapat
hampir seragam untuk setiap titik sehingga tidak dilakukan analisa pada parameter
tersebut.

3.6 Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling


dan Proporsional Sampling dimana penelitian ini tidak dilakukan pada seluruh
populasi, melainkan terfokus pada target. Purposive Sampling artinya bahwa

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


36

penentuan sampel mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu yang telah dibuat


terhadap obyek yang sesuai dengan tujuan penelitian dalam hal ini penelitian
dilakukan pada titik kritis dari jaringan distribusi dan juga titik – titik lain yang
diketahui secara umum memiliki kemungkinan terkontaminasi mikrobiologi.

Langkah – langkah oprasional yang dilakukan dalam pengambilan sampel


antara lain adalah:

1. Membuka kran air dan membiarkan air mengalir dari kran selama + 2
menit
2. Menutup kran air dan membakarnya dengan api selama + 1 menit.
3. Membuka kran air dan membiarkan air mengalir dari kran selama + 1
menit
4. Masukkan air kedalam komparator klor, lakukan pembilasan dan
hitung berapa konsentrasi klor.
5. Masukkan air kedalam botol sampling, lakukan pembilasan, hitung pH
dan temperaturenya, buang air dari dalam botol.
6. Masukkan kembali air kedalam botol sampling, lakukan pembilasan,
tutup botol dan masukkan kedalam kotak pendingin
7. Masukkan air kedalam botol sampling mikroorganisme yang telah
dilumuri dengan natrium tiosulfat, tanpa melakukan pembilasan, kocok
botol dan masukkan kedalam kotak pendingin.
8. Bawa sampling ke laboratorium dalam waktu kurang dari 30 menit.

3.7 Pemeriksaan Hasil Penelitian

Pemeriksaan total klor, klor bebas, pH, dan temperatur dilakukan di


lapangan. Sedangkan untuk pemeriksaan total koliform, fecal koliform, total zat
organik, dan kekeruhan dilakukan di Laboratorium Kualitas Air PT. Palyja di IPA
2 Pejompongan.

3.8 Detail Penelitian

a. Jumlah Sampel

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


37

Sampling dilakukan setiap minggu selama bulan Agustus di hari Senin, kamis dan
Sabtu. dalam satu hari dilakukan satu kali pengambilan sampel pada satu titik. Percobaan
dilakukan pada siang hari jam 12 hingga jam 13.

Di setiap titik dilakukan tiga kali sampling setiap minggu selama empat minggu, dengan
demikian, jumlah data yang didapat adalah 12 data untuk setiap titik.

Terdapat lima titik sampling yang diambil. Dengan empat titik (titik 1, titik 2, titik 3, dan
titik 4) merupakan data primer yang pengambilan data dilakukan oleh penulis. Satu titik (titik
WTP) merupakan data sekunder yang berasal dari laporan pengawasan bulanan PT PALYJA.

Total sampling :
Jumlah minggu = 4 minggu
Jumlah hari per minggu = 3 hari
Jumlah titik = 5 titik
----------------- x

Jumlah total sampel yang diambil = 60 sampel

b. Parameter yang Diteliti


• pH
• Temperatur
• Tekanan air
• Waktu tempuh atau waktu tinggal air
• Total Chlor Residual
• Free Chlor Residual
• Total Organic Matter
• Kekeruhan
• Total Coliform (TC)
• Fecal Coliform (FC)

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


38

3.9 Analisa Data

Pada analisa data, dilakukan permodelan distribusi residual klorin, dan distribusi
mikrobiologi (total koliform) dan hubungan antara kedua parameter tersebut untuk mengetahui
pengaruh residual klorin terhadap kualitas mikrobiologi pada jaringan distribusi air bersih.

Gambar berikut ini adalah diagram yang menunjukan langkah – langkah analisa data,
dari variabel penelitian hingga kesimpulan.

Parameter Kualitas
Air Total Koliform Klor Bebas Waktu & Jarak

Koliform Vs Parameter Klor Vs Waktu &


Kualitas Klor Vs Koliform Jarak

Klor bebas yang di-


butuhkan untuk
mencegah mikroba

Analisa Air Baku Kesimpulan

Gambar 3.1 Diagram Analisa Data (Sumber : Penulis)

Klor Bebas Vs Waktu dan Klor Bebas Vs Jarak

Variabel yang akan dianalisa adalah waktu dan jarak, konsentrasi klor bebas, parameter
kualitas air (kekeruhan dan total zat organik), dan total koliform.

Klor bebas dengan waktu dan jarak dicari hubungan korelasinya untuk mengetahui sifat
penurunan klor bebas terhadap waktu dan jarak. Karena klor bebas merupakan unsur yang
sangat mudah bereaksi dan sangat mudah menguap. Dengan melihat korelasi dan hubungan
antara klor bebas dengan kedua variable tersebut, dapat diperkirakan klor yang harus dibubuhkan
pada instalasi untuk mendapatkan residual klor yang diinginkan untuk menjaga seluruh sistem
distribusi.

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


39

Metode statistik yang dilakukan pada klor bebas vs jarak dan klor bebas vs waktu adalah
• Uji Korelasi Antara Klor Bebas Vs Jarak Vs Waktu
• Analisa regresi antara klor bebas vs jarak
• Analisa regresi antara klor bebas vs waktu
• Analisa orde reaksi dengan hukum laju reaksi terintegrasi

Karena klor bebas dihubungkan dengan waktu, maka dapat diperkirakan order reaksi
dari klor bebas. Order reaksi dari klor bebas dapat dicari jika reaksi klor bebas dianggap terjadi
dengan kontaminan yang memiliki jenis yang sama.
Menurut Hukum Order Reaksi Terintegrasi, untuk reaksi order nol, grafik reaksi akan
linear pada diagram konsentrasi vs waktu. Untuk reaksi order satu, grafik reaksi akan linear pada
diagram, ln(konsentrasi) vs waktu. Dan untuk reaksi order dua, grafik reaksi akan linear pada
diagram 1/(konsentrasi) vs Waktu.
Dengan melakukan uji dengan ketiga diagram tersebut, dan mencari diagram yang
memiliki korelasi terdekat dengan linear, maka akan diketahui klor bebas termasuk kedalam
reaksi order berapa.
Diagram grafik linear yang digunakan adalah
• Konsentrasi vs Variabel bebas

Gambar 3.3 Diagram Konsentrasi Vs Variabel Bebas (Sumber : Penulis)

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


40

• Ln (konsentrasi) vs Variabel bebas

Gambar 3.4 Diagram Ln (Konsentrasi) Vs Variabel Bebas (Sumber : Penulis)

• 1/(konsentrasi) vs variabel bebas

Gambar 3.5 Diagram 1/(konsentrasi) vs Variabel Bebas (Sumber : Penulis)

Dengan mengetahui order reaksi, maka dapat diperkirakan penambahan


laju reaksi setiap kenaikan konsentrasi klor bebas. Dan dengan menggunakan

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


41

diagram yang tertera diatas, dapat ditemukan konstanta yang harus dikalikan pada
rumus order reaksi untuk kasus jaringan distribusi air minum IPA Cilandak ini.
Yaitu k = slope diagram.

Klor Bebas Vs Total Koliform

Selanjutnya variabel yang akan dibandingkan adalah variabel klor bebas


dengan total koliform. Variabel ini dibandingkan untuk melihat pengaruh
konsentrasi klor bebas terhadap kualitas mikrobiologi pada jaringan distribusi air
minum.

Metode statistik yang digunakan untuk melihat hubungan antara kedua


variabel tersebut adalah :

• Korelasi antara koliform dengan klor bebas dengan waktu.


• Analisa regresi linear
• Uji perbandingan rata – rata koliform dengan klor bebas.
• Uji perbandingan rata – rata klor bebas dengan koliform.
• Perbandingan konsentrasi klor bebas dengan koliform.

Korelasi antara koliform dengan klor bebas dilakukan untuk melihat


hubungan antara ketiga variabel tersebut untuk dilakukan analisa regresi linear.

Analisa regresi linear dilakukuan untuk melihat hubungan perubahan total


koliform untuk setiap perubahan klor bebas.

Uji perbandingan rata – rata total koliform dengan konsentrasi klor bebas
dilakukan untuk melihat rata – rata dari seluruh data jumlah total koliform yang
hadir pada setiap konsentrasi klor bebas yang hadir.

Uji perbandingan rata – rata konsentrasi klor bebas dengan total koliform
dilakukan untuk melihat rata – rata dari seluruh data konsentrasi klor bebas yang
hadir pada setiap jumlah total koliform yang hadir.

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


42

Keempat uji statistik tersebut diatas digunakan untuk melihat hubungan


perubahan jumlah antara kedua variabel.

Sedangkan untuk uji statistik yang kelima akan dilakukan jika ternyata
tidak ada satupun dari keempat uji statistik sebelumnya yang memiliki hubungan
korelasi yang kuat.

Uji statistik yang terakhir atau kelima pada hubungan variabel klor bebas
dengan total koliform adalah menghubungkan jumlah data total koliform yang
hadir pada setiap konsentrasi klor bebas tertentu. Pada perbandingan ini, total
koliform dengan jumlah nol tidak ikut disertakan dalam data. Dengan
menghubungkan variabel tersebut, maka dapat diperkirakan berapa konsentrasi
klor bebas yang dibutuhkan agar tidak ada kehadiran mikrobiologi.

Klor Bebas Yang Dibutuhkan Untuk Jaringan Distribusi

Klor bebas yang dibutuhkan untuk jaringan distribusi akan didapatkan dari
hasil dari hubungan klor bebas dengan waktu dan jarak, dengan hasil dari
hubungan klor bebas dengan total koliform.

Hasil hubungan dari klor bebas dengan total koliform akan memberikan
informasi mengenai jumlah residual klorin yang dibutuhkan agar total koliform
sesuai dengan baku mutu, dan hasil dari hubungan klor bebas dengan waktu dan
jarak akan memberikan informasi mengenai konsentrasi klor bebas yang
dibutuhkan pada titik awal agar jaringan distribusi memiliki konsentrasi klor
bebas yang cukup pada titik – titik kritisnya.

Klor Bebas Vs Parameter Kualitas Air

Parameter kualitas air yang dimaksudkan disini adalah kekeruhan dan total
zat organik. Kekeruhan dapat mempengaruhi keefektifan klor bebas mendisinfeksi
mikrobiologi karena bisa menjadi tempat bersembunyi mikrobiologi, sedangkan
total zat organik diduga berperan dalam mengurangi konsentrasi klor bebas karena
klor bebas akan bereaksi dengan zat organik didalam air.

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


43

Parameter kualitas air diperiksa hubungannya dengan total koliform untuk


melihat batasan pengaruh residual klor terhadap kualitas mikrobiologi. Apakah
klor bebas merupakan parameter yang paling berpengaruh terhadap kualitas
mikrobiologi dalam jaringan distribusi air bersih sehingga parameter kualitas
parameter air lainnya tidak terlalu penting untuk diperhatikan untuk mencegah
kehadiran mikrobiologi atau ada parameter kualitas air lain yang lebih penting
yang dapat menyebabkan kehadiran klor bebas menjadi tidak efektif untuk
membunuh mikrobiologi dalam jaringan distribusi air bersih.

Analisa statistik yang dilakukan adalah :

• Uji korelasi antara total koliform, dengan konsentrasi klor bebas, dengan
kekeruhan, dengan total zat organik.

• Analisa regresi antara total koliform, dengan kekeruhan, dengan total zat
organik.

Uji korelasi dilakukan untuk melihat pengaruh antara masing – masing


parameter. Parameter yang memiliki korelasi lebih besar dengan total koliform
berarti memiliki pengaruh yang besar terhadap kehadiran total koliform.
Parameter kualitas air selain klor bebas yang memiliki korelasi lebih tinggi
dengan kualitas mikrobiologi dalam air akan membatasi pengaruh residual klorin.
Kehadiran parameter tersebut, jika lebih tinggi dari seharusnya, akan
menyebabkan pengaruh residual klorin terhadap kualitas mikrobiologi akan tidak
terlihat.

Analisa Air Baku

Analisa air baku dilakukan untuk melihat kesesuaiannya dengan baku


mutu. Karena jika air baku melebihi baku mutu, diperlukan metode yang berbeda
dalam pengolahan agar air hasil olahan sesuai dengan standar air olahan pada
peraturan pemerintah.

Pemerintah telah mengeluarkan standar kualitas air yang dapat digunakan


sebagai air baku atau sumber air untuk air minum. Pada PP no. 82 tahun 2001

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


44

disebutkan bahwa air yang bisa digunakan untuk sumber air atau air baku untuk
air minum adalah termasuk kedalam golongan air kelas satu, dan pada lampiran
PP tersebut diuraikan parameter kualitas air yang termasuk kedalam golongan air
kelas satu.

Berikut adalah klasifikasi mutu air yang ditetapkan pemerintah pada PP


no. 82 tahun 2001 :

Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas :

• Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku
air minum, dan atau peruntukan lain yang memper-syaratkan mutu
air yang sama dengan kegunaan tersebut;
• Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan
lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut;
• Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu
air yang sama dengan kegunaan tersebut;
• Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Sesuai dengan peraturan, parameter standar air baku untuk Instalasi
Pengolahan Air Cilandak adalah air kelas satu.

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


BAB 4
ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sampling

Air bersih yang digunakan sebagai sampel pada penelitian ini diambil dari
kran rumah pelanggan yang berada dekat dengan titik kritis jaringan distribusi,
dan juga titik yang memiliki kemungkinan yang cukup besar untuk terkena
kontaminasi mikroorganisme.

Titik yang memiliki kemungkinan terkena kontaminasi mikroorganisme


berada pada daerah dengan elevasi rendah, atau memiliki kecepatan aliran air
dalam pipa yang sangat kecil sehingga menyebabkan air diam dan menurunkan
konsentrasi klor bebas yang berfungsi sebagai disinfektan. Daerah – daerah yang
memiliki kecepatan aliran yang kecil tersebut pada umumnya berada pada daerah
dengan tingkat konsumsi yang rendah, namun diameter pipa yang besar.

Titik kritis adalah titik yang memiliki tekanan terendah, pada jaringan
distribusi, yaitu titik terjauh, dan titik tertinggi pada jarak terjauh. Konsentrasi
klor bebas pada titik ini umumnya kecil.

Titik terjauh berada pada titik 4 yang tepatnya berada di Gg. Bakti 4. Titik
tertinggi berada pada titik 3 yang tepatnya berada di Gg Swadaya, jalan swadaya
2. Titik 2 berada di Tebet Barat 8, juga diambil sampel airnya untuk diteliti karena
konsumsi air bersih di daerah tersebut sedikit dan memiliki titik kebocoran yang
cukup banyak. Di daerah sekitar titik 2 masih terpasang banyak pipa tua berbahan
besi yang sudah sangat lama. Pengambilan sampel air juga dilakukan pada titik 1
di Jl. Siaga Raya karena tingginya konsentrasi ammonia pada daerah tersebut.
Pada jaringan distribusi, klor bebas akan bereaksi dengan ammonia. Karena reaksi
tersebut, semakin tinggi konsentrasi ammonia akan menyebabkan menurunnya
konsentrasi klor bebas. Selain itu, titik 1 ini memiliki ketinggian pipa yang lebih
rendah jika dibandingkan dengan daerah sekitarnya dan memiliki tingkat
konsumsi yang rendah, sehingga akan menyebabkan air diam cukup lama, dan
terkumpulnya kontaminan pada daerah itu.

46
Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
47

Di dalam rumah pelanggan terdapat banyak kran, dan cukup banyak


pelanggan yang mencampurkan air bersih perpipaan dengan air tanah. Untuk
mendapatkan data yang representatif, kran yang dipilih untuk diambil airnya
sebagai sampel harus merupakan yang terdekat dengan meteran air, untuk
meyakinkan bahwa air dari kran merupakan air yang berasal dari jaringan
distribusi air bersih. Karena jika sampel diambil dari kran yang airnya merupakan
campuran air bersih perpipaan dan air tanah, besar kemungkinan air telah
terkontaminasi dan kualitas air telah menurun.

Pengukuran residual klorin dan temperatur dilakukan langsung di tempat


pengambilan sampel mengingat kedua parameter tersebut sangat mudah berubah.
Residual klorin mudah berubah terhadap waktu, sehingga pengukurannya
dilakukan di tempat pengambilan sampel untuk mengurangi kemungkinan
perubahan konsentrasi selama perjalanan menuju laboratorium.

Untuk pengukuran mikrobiologi, dibutuhkan botol khusus yang telah


dilumuri dengan natrium teosulfat yang berfungsi untuk mendeklorinasi air
sehingga tidak terjadi disinfeksi ketika air dibawa menuju laboratorium dari
tempat pengambilan sampel. Hal tersebut perlu dilakukan untuk menjaga agar
kualitas air tetap pada kondisi ketika dilakukan pengambilan sampel.

Selama perjalanan dari tempat pengambilan sampel menuju laboratorium,


air disimpan didalam kotak pendingin untuk mengurangi atau memperlambat
reaksi didalam air. Waktu pengambilan air disemua titik dilakukan secara
bersamaan antara pukul 12 siang sampai pukul 13 siang. Waktu pengambilan
sampel tidak tepat seragam mengingat pengambilan sampel dilakukan secara
manual sehingga sulit untuk menyamakan waktu pengambilannya. Waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai laboratorium dari masing – masing titik pengambilan
sampel cukup beragam, antara 10 menit hingga 30 menit, namun pengujian
laboratorium dilakukan secara bersamaan ketika semua sampel air telah sampai
laboratorium.

Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
48

Gambar 4.1 menunjukan lokasi titik – titik sampling dan jalur air dari IPA
menuju titik tersebut.

Titik 3 Titik 4

Titik 2

Titik 1

IPA Cilandak

Gambar 4. 1 Lokasi dan Jalur Air Menuju Titik – Titik Sampling (Sumber : Penulis)

Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
49

4.1.1 Titik 1 (Siaga Raya)


Titik 1 berada di Jalan Siaga Raya. Daerah ini berada pada ketinggian
tanah yang lebih rendah daripada daerah sekitarnya. Daerah ini dekat dengan
pasar tradisional, dan kondisi sekitar yang cukup kumuh. Jaringan pengumpul air
limbah belum sampai daerah ini, sehingga masyarakat masih menggunakan tangki
septik, atau membuangnya langsung ke air permukaan. Hal tersebut memperbesar
kemungkinan kontaminasi mikrobiologi pada pipa, terutama pada kebocoran, atau
sambungan antar pipa.
Sampel air diambil di kediaman warga yang dekat dengan jalan utama,
atau jalan siaga. Pada rumah ini hanya terdapat satu kran air didalam rumah yang
bersumber dari IPA Cilandak.

Titik 1

IPA Cilandak

Gambar 4. 2 Lokasi Dan Jalur Air Menuju Titik 1 (Sumber : Penulis)

Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
50

4.1.2 Titik 2 ( Tebet Raya)


Berada pada daerah perumahan dan perkantoran yang cukup padat. Daerah
tebet ini memiliki banyak rumah susun, dan rumah susun tersebut menggunakan
air pam sebagai sumber air bersih.
Konsumsi air bersih pada daerah ini cukup sedikit, karena daerah ini
memiliki kualitas air tanah yang cukup baik dan jernih, sehingga masyarakat
setempat lebih memilih untuk menggunakan air tanah. Jaringan pengumpul air
limbah belum sampai pada daerah ini, sehingga masyarakat masih menggunakan
tangki septik, atau membuangnya langsung ke air permukaan. Pada daerah ini
juga kebocoran sering terjadi, karena pipa yang sudah lama terpasang.
Pengambilan air dilakukan di JL. Tebet Barat 8, bangunan merupakan
ruko yang digunakan untuk bimbingan belajar siswa sekolah menengah.
Bangunan ini menggunakan air tanah dan air bersih dari PAM, namun tidak ada
pencampuran antara air tanah dengan air PAM. Bangunan ini berdekatan dengan
jalan utama.

Tititk 2

IPA Cilandak

Gambar 4. 3 Lokasi dan Jalur Air Menuju Titik 2 (Sumber : Penulis)

Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
51

4.1.3 Titik 3 (Swadaya 2)


Titik 3 berada pada jalan swadaya 2 yang merupakan daerah perumahan
sangat padat namun cukup rapih, dan kualitas air bersih yang cukup baik. Sudah
cukup banyak masyarakat yang menggunakan jaringan pengumpul air limbah
pada daerah ini. Pada daerah ini, konsumsi air bersih cukup banyak digunakan.

Titik 3

IPA Cilandak

Gambar 4.4 Lokasi dan Jalur Air Menuju Titik 3 (Sumber : Penulis)

4.1.4 Titik 4 ( Bakti 4)


Titik 4 berada pada gang bakti 4, merupakan daerah perumahan yang
sangat padat, memiliki kualitas air bersih yang cukup baik, namun aliran air yang
keluar dari kran tidak deras, karena daerah ini merupakan titik terjauh dari
Instalasi Pengolahan Air Bersih Cilandak.

Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
52

Titik 4

IPA Cilandak

Gambar 4. 5 Lokasi dan Jalur Air Menuju Titik 4 (Sumber : Penulis)

4.2 Analisa Air Baku

Air baku adalah sumber air yang akan diolah pada instalasi pengolahan air.
Pengecekan perbedaan kualitas air baku dengan standar peraturan pemerintah
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kelayakannya untuk diolah dengan
IPA konvensional. IPA yang dimaksud adalah IPA Cilandak milik PT. Palyja
yang memiliki kapasitas produksi sebesar 400 liter/detik.

Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
53

Berikut ini adalah sistem pengolahan pada instalasi pengolahan air Palyja :

Gambar 4. 3 Sistem Pengolahan Air di Palyja (Sumber : Website PALYJA)

Standar kualitas air baku diperlukan untuk menjamin kualitas air bersih
yang dihasilkan dari instalasi pengolahan, dan membedakannya dengan air
limbah. Jika kualitas air baku terlalu buruk, akan sulit untuk menghasilkan air
bersih dengan kualitas air yang baik dengan sistem pengolahan air konvensional.

Jika kualitas air baku untuk air bersih terlalu buruk, maka ada
kemungkinan instalasi pengolahan tidak bisa dioperasikan, seperti instalasi IPA
Taman Kota milik PT. Palyja yang tidak beroperasi untuk sementara ini karena
kualitas air baku yang terlalu buruk sehingga tidak memungkinkan lagi untuk
diolah menjadi air bersih dengan sistem pengolahan konvensional yang ada pada
IPA.

Pada Instalasi Pengolahan Air Cilandak milik PT. Palyja sendiri


menggunakan sumber air sebagai air baku yang sebenarnya tidak memenuhi
standar yang telah ditetapkan pemerintah sesuai PP no. 82 tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Masih banyak
beberapa parameter kualitas air bersih yang besarnya jauh dari standar.

Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
54

Beberapa parameter kualitas air utama pada air baku adalah sebagai
berikut :

Tabel 4.1 Perbandingan Parameter Kualitas Air Pada Air Baku dengan Baku Mutu
Rata - Standar (PP
PARAMETER Rata Minimum Maksimum 82/2001) Satuan
BOD 20 14 26 2 mg/L
COD 36 17 61 10 mg/L
DO 4 3 5 6 (minimal) mg/L
TSS 102 47 170 50 mg/L
TDS 115 109 122 1000 mg/L
TOTAL jumlah/100
COLIFORM 2,384,968 34,000 4,800,000 1000 ml
BESI 0.14 0.04 0.26 0.3 mg/L
Ammonium 1.71 0.62 2.62 0.5 mg/L
( Sumber : Laporan Bulanan PT. PALYJA, lampiran PP 82/2001)

Seperti yang ditunjukkan pada tabel diatas, masih terdapat banyak


parameter yang tidak sesuai dengan standar kualitas yang ditetapkan pemerintah.
Terutama untuk parameter Total Coliform, masih sangat jauh dari standar.
Ammonia, BOD, dan COD juga masih jauh dari standar.

Parameter seperti BOD, COD, mapun Ammonia adalah merupakan


parameter yang termasuk senyawa organik dan inorganik yang untuk
mengolahnya salah satu cara adalah dengan mengoksidasikannya dengan klorin
sebagai oksidator kuat.

Klor yang dimasukkan ke dalam air, akan pertama kali akan bereaksi
dengan senyawa inorganik dan senyawa organik dan kemudian tidak lagi
berfungsi sebagai disinfektan.

Karena tingginya senyawa organik dan inorganik, maka operator harus


membuhi klor dalam jumlah yang relative banyak untuk mendapatkan residual
klor yang cukup untuk jaringan distribusi.

Tingginya jumlah total koliform pada air baku juga sangat mempengaruhi
jumlah senyawa klor yang harus dimasukan ke dalam air. Daya desinfeksi klorin

Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
55

di dalam air didasarkan pada kekuatan oksidasi dari atom oksigen bebas dan
reaksi substitusi oleh klorin. Klorin mampu membunuh mikroorganisme patogen
seperti virus dan bakteri dengan cara memecah ikatan kimia pada molekulnya
seperti merubah struktur ikatan enzim, bahkan merusak struktur kimia enzim.
Ketika enzim pada mikroorganisme kontak dengan klorin, satu atau lebih dari
atom hidrogennya akan diganti oleh ion khlor. Hal ini dapat menyebabkan
berubahnya ikatan kimia pada enzim tersebut atau bahkan memutus ikatan kimia
enzim, sehingga enzim pada mikroorganisme tidak dapat berfungsi dengan baik
dan sel atau bakteri akan mengalami kematian. Klor yang telah membunuh total
koliform juga tidak bisa lagi berfungsi sebagai disinfektan.

Dari data percobaan diatas, terlihat bahwa sumber air yang digunakan
sebenarnya tidak cocok untuk diolah menjadi air minum karena tingginya beban
pencemar dan tidak memenuhi baku mutu. Beberapa parameter bahkan masih
dibawah standar kualitas untuk air kelas empat, dimana seharusnya sumber air
untuk pengolahan air konvensional adalah air kelas satu.

Karena tingginya beban pencemaran, agar pengolahan yang dilakukan


mencapai standar baku mutu air bersih dan juga untuk menjaga agar tetap ada
residual klorin sebagai disinfektan sekunder selama air berada pada jaringan
distribusi, operator harus memasukan klorin dalam jumlah yang besar kedalam air
olahan. Karena banyaknya pencemar itu, ada jarak yang cukup jauh antara total
klorin dengan klorin bebas pada air hasil olahan.

4.3 Hasil Penelitian

Penelitian dilakukan selama bulan Agustus 2011, di hari senin, kamis, dan
sabtu. Titik 1, 2, 3 dan 4 penelitian dilakukan oleh penulis, sedangkan untuk data
di WTP, merupakan data pengukuran rutin yang dilakukan oleh pihak PT.
PALYJA.

Tabel dibawah ini adalah hasil yang didapatkan selama penelitian. Hasil
merupakan nilai rata – rata masing – masing titik, yang masing – masing titik
memiliki 12 data.

Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
56

Tabel 4.2 Data Hasil Percobaan Lapangan


Titik Suhu pH waktu Kekeruhan klor bebas TOM t. koli Jarak
Wtp 28.3 6.88 0.5 0.67 0.80 6.25 0.00 0.01
1 28.1 6.94 32.4 1.09 0.36 8.75 6.50 5.15
2 28.1 6.73 13.15 1.16 0.34 6.19 23.58 10.59
3 27.4 6.80 34.44 0.88 0.17 7.25 8.58 13.98
4 27.5 6.81 40.54 1.01 0.12 7.39 4.75 14.66
(sumber : Penulis)

Permodelan dilakukan dari IPA menuju titik 2, titik 3, dan titik 4. Karena
titik 1 berada di jalur air yang berbeda, titik 1 tidak diikutsertakan dalam analisa,
tapi akan dijadikan penguji setelah analisa, untuk melihat besarnya pengaruh jalur
pipa yang berbeda terhadap persamaan.

4.4 Distribusi Klor Bebas

Distribusi klor biasanya ditentukan dengan menggunakan jarak ataupun


waktu. Kurva regresi dilakukan untuk melihat perubahan konsentrasi residual
klorin dan jumlah mikroorganisme pada masing – masing titik. Selai dengan jarak
dan waktu, pada tulisan ini juga dilakukan analisa pengaruh parameter kualitas air
lainnya yaitu Kekeruhan dan Total Zat Organik terhadap konsentrasi klor bebas.

4.4.1 Distribusi Klor Bebas Dengan Variabel Bebas Jarak dan Waktu
Berikut ini adalah data hasil pengukuran klor bebas yang di rata-ratakan di
setiap titik

Tabel 4. 3 Data Percobaan Klor Bebas, Jarak, dan Waktu


Klor
Titik bebas Jarak (km) Waktu (h)
Wtp 0.666667 0.01 0.5
2 0.338333 10.589 13.15
3 0.168333 13.978 34.44
4 0.121667 14.662 40.54
(sumber : Penulis)

Berikut ini adalah korelasi antara klor bebas (mg/l) dengan jarak (km) dan
dengan waktu (h) :

Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
57

Tabel 4. 4 Korelasi Klor Bebas-Jarak-Waktu (sumber : Penulis)


Klor Jarak Waktu Terdapat
korelasi
bebas(mg/L) (km) (jam)
kolinieritas
Klor bebas 1 antara
Jarak (km) -0.99261 1 jarak dan
Waktu (h) -0.95651 0.914202 1

Terdapat korelasi linier


antara jarak dan waktu
dengan klor bebas
Dari korelasi diatas, terlihat bahwa jarak dan waktu memiliki korelasi
yang linier dengan klor bebas. Semakin besar jarak, maka semakin besar waktu,
maka semakin kecil konsentrasi klor bebas di dalam air.

Akan tetapi karena juga terdapat hubungan linier yang sangat signifikan
antara variable Jarak dengan variable Waktu, maka tidak bisa dilakukan analisa
dengan menggunakan regresi linier berganda, karena, pada analisis regresi linier
berganda tidak diperbolehkan adanya hubungan multi kolinieritas antar kedua
variable bebasnya. Karena hal tersebut, maka analisis dilakukan satu per satu
antara klor bebas dengan jarak dan klor bebas dengan waktu.

Analisis dilakukan dengan regresi linier untuk melihat peluruhan residual


klorin. Perbandingan dilakukan dengan perbandingan antara ; konsentrasi klor
bebas vs Waktu/Jarak, ln (konsentrasi free chlor) vs Waktu/Jarak, dan 1/A vs
Waktu/Jarak.

Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
58

Berikut adalah hasil permodelan yang didapat dengan melakukan analisa


regresi linier, antara variabel klor bebas, dengan variabel jarak.

Tabel 4. 5 Hasil Permodelan Jarak Vs Klor Bebas


Jarak (km) vs Klor Bebas
Indikator Nilai
Regresion statistic
R Square 0.985282459
Standard Error 0.036676391
ANOVA
Significance F 0.007386047
P – Value
Intercept 0.002761386
Jarak (km) 0.007386047
(sumber : Penulis)

Tabel 4. 6 Hasil Permodelan Jarak Vs Ln (Klor Bebas)


Jarak (km) vs ln(Klor Bebas)
Indikator Nilai
Regresion statistic
R Square 0.890122002
Standard Error 0.30754602
ANOVA
Significance F 0.056537228
P – Value
Intercept 0.410905997
Jarak (km) 0.056537228
(sumber : Penulis)

Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
59

Tabel 4.7 Hasil Permodelan Jarak Vs 1/Klor Bebas

Jarak (km) vs 1/Klor Bebas


Indikator Nilai
Regresion statistic
R Square 0.729611902
Standard Error 1.917548191
ANOVA
Significance F 0.145826773
P – Value
Intercept 0.668652474
Jarak (km) 0.145826773
(sumber : Penulis)

Dan berikut adalah hasil permodelan yang didapat dengan melakukan


analisa regresi, antara variabel klor bebas, dengan variabel waktu.

Tabel 4.8 Hasil Permodelan Waktu Vs Klor Bebas


waktu (h) vs Klor Bebas
Indikator Nilai
Regresion statistic
R Square 0.914917493
Standard Error 0.088183862
ANOVA
Significance F 0.043486805
P – Value
Intercept 0.01501234
Waktu (h) 0.043486805
(sumber : Penulis)

Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
60

Tabel 4.9 Hasil Waktu Vs Ln (Klor Bebas)


Waktu (h) vs ln(Klor Bebas)
Indikator Nilai
Regresion statistic
R Square 0.989210674
Standard Error 0.096372229
ANOVA
Significance F 0.005409293
P – Value
Intercept 0.031945328
Waktu (h) 0.005409293
(sumber : Penulis)

Tabel 4.10 Hasil Permodelan Waktu Vs 1/Klor Bebas


Waktu (h) vs 1/Klor Bebas
Indikator Nilai
Regresion statistic
R Square 0.962819863
Standard Error 0.711062855
ANOVA
Significance F 0.018766153
P – Value
Intercept 0.200905791
Waktu (h) 0.018766153
(sumber : Penulis)

Nilai koefisien determinan (R Square) menunjukan keakurasian persamaan


linier, semakin tinggi nilai koefisien determinan menandakan semakin kecil residu
dari persamaan tersebut atau semakin akurat persamaan tersebut, begitupun
sebaliknya. Nilai maksimal koefisien determinan adalah 1, dengan nilai minimum
adalah 0. Persamaan linier yang paling akurat adalah persamaan Waktu (h) vs ln
(klor bebas) berbeda sangat kecil dengan persamaan Jarak (km) vs klor bebas.

Significance F dan P-value menunjukan tingkat signifikansi atau besarnya


pengaruh dari Waktu atau Jarak terhadap konsentrasi klor. Pengaruh masuk
kedalam kategori sangat nyata ketika P-Value bernilai kurang dari 0,01.

Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
61

Dari semua persamaan, yang memiliki pengaruh sangat nyata dan tingkat
keakurasian yang tinggi adalah persamaan Waktu (h) vs ln (klor bebas) dan
persamaan Jarak (km) vs klor bebas.

Berikut ini adalah grafik klor bebas vs Jarak (km) :

Gambar 4. 4 Grafik Regresi Klor Bebas Vs Jarak (sumber : Penulis)

Dan berikut ini adalah grafik ln (klor bebas) vs Waktu (h) :

Gambar 4. 5 Grafik Regresi Ln (klor bebas) Vs Waktu (sumber : Penulis)

Terjadi perbedaan variabel terikat yang dibandingkan antara kedua


variabel bebas diatas. Pada variabel jarak, pembanding yang digunakan adalah

Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
62

klor bebas, sedangkan untuk variabel waktu, pembanding yang digunakan adalah
ln (klor bebas). Hal ini terjadi kemungkinan disebabkan oleh perbedaan penyebab
peluruhan variabel klor bebas. Dengan melihat nilai koefisien determinan dan p-
value dari hasil permodelan regresi linier diatas, bahwa variabel ln (klor bebas)
merupakan variabel yang paling tepat untuk dibandingkan dengan variabel waktu,
dapat disimpulkan bahwa rasio reaksi pada klor bebas termasuk reaksi order satu.

Pengujian dengan titik 1

Jarak menuju titik 1 adalah 5.15 km. Persamaan antara residual klorin
terhadap jarak yang didapatkan adalah :

Y = -0.0362 X + 0.6787
R² = 0.9853
Dimana :
Y = Klor bebas
X = Jarak

Jika data jarak pada titik 1 dimasukan kedalam persamaan tersebut, maka
klor bebas yang didapatkan.

Y = -0.0362(5,15) + 0.6787
= 0,49227
Perbedaan data hasil percobaan dengan hasil dari persamaan adalah
0,49227 – 0,36 = 0,13227

Waktu menuju titik 1 adalah 32,4 jam.


Persamaan yang didapatkan :
Y = -0.0405 X - 0.4473
R² = 0.9892
Dimana :
Y = ln (Konsentrasi klor bebas)
X = waktu

Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
63

Jika data pada titik 1 dimasukan kedalam persamaan tersebut, maka klor
bebas yang didapatkan.

Y = -0.0405(32,4) - 0.4473
y = -1,7592
konsentrasi klor bebas =

= 0,172183
Residu data hasil percobaan dengan hasil dari persamaan adalah
0,36 – 0,172183 = 0.1878

Kedua residu antara persamaan dengan hasil percobaan tidak terlalu besar,
menandakan kondisi pipa yang berbeda tidak berpengaruh besar terhadap
perubahan distribusi klor bebas terhadap waktu dan jarak.

4.5 Distribusi Total Koliform

Distribusi total koliform dalam air bersih sesungguhnya dipengaruhi oleh


begitu banyak faktor, baik faktor fisik maupun faktor kimiawi. Hal tersebut terjadi
dikarenakan kemampuan mikroorganisme untuk bertahan hidup yang sangat
tinggi. Meskipun pada air yang mengandung klorin dengan konsentrasi tertentu
yang menurut teori sudah cukup untuk disnfeksi dan membunuh mikroba didalam
air tersebut, akan tetapi jika beberapa faktor lain seperti kekeruhan, kebocoran,
dan lain sebagainya masih mendukung untuk kelangsungan hidup mikroba, maka
mikroba akan ditemukan didalam air.

Keberadaan mikroorganisme pada jaringan distribusi masih belum terlalu


dipahami, masih banyak hal yang harus di teliti untuk memahami sepenuhnya
mengenai mikroorganisme di dalam pipa jaringan distribusi. Oleh karena itu,
untuk melihat dan memperkirakan sifat distribusi total koliform, tidak bisa hanya
diperbandingkan dengan sifat disinfektannya saja, namun juga harus dilihat
beberapa faktor lainnya.

Pada percobaan yang telah dilakukan, hasil yang didapatkan dari


pengukuran pH dan temperatur cendrung seragam dan semua data menunjukan

Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
64

angka yang mendukung untuk kehidupan mikroba (jika tanpa mempertimbangkan


parameter lainnya). Sehingga, meskipun berpengaruh terhadap keberadaan
mikroorganisme dalam air, kedua parameter tersebut diatas tidak dianalisa.

4.5.1 Distribusi Total Koliform Dengan Variabel Bebas Waktu dan Jarak
Total koliform pada jaringan distribusi air minum memiliki hubungan
tidak langsung terhadap waktu, karena semakin lama waktu yang ditempuh air,
berarti semakin lama waktu kontak antara disinfektan dengan mikroorganisme
yang memberikan kesempatan lebih besar bagi disinfektan untuk mendestruksi
mikroorganisme.
Berikut ini adalah hubungan korelasi antara ketiga variabel tersebut.
Tabel 4.11 Hubungan Korelasi Total Koliform-Klor Bebas-Waktu
total koli klor bebas waktu
total koli 1
klor bebas -0.25833 1
waktu -0.03459 -0.95651 1
(sumber : Penulis)

Terdapat korelasi yang tinggi antara klor bebas dan waktu, sehingga tidak
bisa dilakukan persamaan regresi multi linier, karena ada hubungan multi
kolinieritas.

Dengan melihat hasil hubungan korelasi diatas, maka dapat disimpulkan


bahwa total koliform tidak mempunyai hubungan langsung dengan klor bebas.

4.5.2 Distribusi Total Koliform Terhadap Parameter Kualitas Air


Klor bebas sebagai disinfektan mikroorganisme pada instalasi pengolahan
air bersih konvensional tentu termasuk faktor yang mempengaruhi keberadaan
mikroorganisme di dalam air. Semakin tinggi konsentrasi disinfektan akan
mengurangi jumlah mikroorganisme.
Kekeruhan yang tinggi akan menjadi kendala dalam setiap upaya
pengolahan air bersih, karena kekeruhan tidak hanya akan menurunkan nilai
estetika dari air tersebut, namun juga diketahui bahwa kekeruhan merupakan
tempat berlindung bagi mikroba dari hamparan disinfektan dalam bentuk apapun,

Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
65

baik disinfektan yang berupa pelarutan zat kimia ataupun disinfektan yang berupa
perlakuan fisik dan juga akan mengurangi kepercayaan dengan parameter total
koliform sebagai indikator mikrobiologi.

Berikut ini adalah korelasi antara variabel total koliform, kekeruhan, dan
konsentrasi klor bebas.

Tabel 4.12 Hubungan Korelasi Kekeruhan-Klor Bebas-Total Koliform


Kekeruhan klor bebas total koli
kekeruhan 1
klor bebas -0.65911 1
total koli 0.849244 -0.33593 1
(sumber : Penulis)

Total koliform memiliki korelasi yang besar dengan kekeruhan


dibandingkan dengan klor bebas. Keberadaan koliform lebih dipengaruhi oleh
kekeruhan dibandingkan dengan klor bebas.

Total zat organik memiliki hubungan yang tidak langsung dengan


keberadaan mikrobiologi. Hubungan tidak langsung tersebut disebabkan karena
pengaruh total zat organik terhadap keberadaan klor bebas didalam air.

Dari persamaan diatas diketahui bahwa semakin tinggi kandungan zat


organik didalam air, maka semakin rendah konsentrasi klor bebas didalam air.
Semakin rendah konsentrasi klor bebas didalam air berarti semakin sedikit
disinfektan yang akan memberikan kemungkinan lebih besar untuk bakteri hidup.
Dapat di asumsikan bahwa semakin tinggi total zat organik secara tidak langsung
akan menyebabkan semakin tinggi jumlah koliform didalam air. Dari asumsi
tersebut maka hubungan antara mikrobiologi dengan klor bebas akan lebih akurat
jika dilengkapi dengan data total zat organik.

Berikut ini adalah korelasi antara total koliform, klor bebas, dan total zat
organik.

Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
66

Tabel 4.13 Korelasi Total Koliform-Klor Bebas-Total Zat Organik


T.Coli klor bebas TOM
T.Coli 1
klor bebas -0.25833 1
TOM -0.33671 -0.81948 1
(sumber : Penulis)

Pada uji korelasi ini, klor bebas dan total zat organik memiliki korelasi
yang besar, namun bukan merupakan hubungan multi kolinieritas. Sehingga bisa
dilakukan analisa regresi linier berganda.

Berikut ini adalah hasil analisa regresi berganda yang dilakukan antara
total koliform dengan klor bebas dan total zat organik.

Tabel 4.14 Summary Output Multi Regresi Linier Koliform Dengan Klor Bebas
Dan Total Zat Organik
Regression Statistics
Multiple R 0.99115133
R Square 0.982380958
Adjusted R Square 0.947142875
Standard Error 2.343469476
Observations 4
(Sumber : Penulis)

Tabel 4.15 Analysis of Variance Multi Regresi Linier Koliform Dengan Klor
Bebas Dan Total Zat Organik
df SS MS F Significance F
Regression 2 306.2078036 153.1039018 27.87838788 0.132736738
Residual 1 5.491849187 5.491849187
Total 3 311.6996528

Coefficients Standard Error t Stat P-value


Intercept 211.5552782 27.6686807 7.646019718 0.082791669
klor bebas -67.16722903 9.563941932 -7.022964956 0.090043009
TOM -26.66628092 3.699045289 -7.208963079 0.087749507

Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
67

(Sumber : Penulis)

Hasil yang didapatkan adalah :

Y = -67,16723 X1-26,6663X2+211,555
Dengan R2 = 0,9824
Dimana :
Y = Total Koliform
X1 = Konsentrasi Klor Bebas
X2 = Total Zat Organik.

Persamaan ini memiliki R2 yang sangat besar, dengan kata lain persamaan
ini sangat akurat pada data ini. Persamaan ini bisa menjadi nyata jika dilakukan
penelitian selanjutnya di laboratorium.

4.6 Pengaruh Residual Klorin Terhadap Kualitas Mikrobiologi

Residual klorin pada pengolahan air bersih berfungsi sebagai disinfektan


sekunder untuk mencegah kehadiran mikrobiologi didalam jaringan distribusi.
Seharusnya, semakin besar konsentrasi klorin maka semakin sedikit jumlah
mikroorganisme yang hadir, atau semakin kecil presentase kehadirannya.

Berikut ini adalah perbandingan jumlah kehadiran bakteri koliform dengan


rata – rata konsentrasi klor bebas.

Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
68

Tabel 4- 16 Hubungan Total Koliform dengan Rata – Rata Konsentrasi Klor


Bebas
Total_Coliform Mean N Std. Deviation
.00 .3667 27 .29799
1.00 .2400 2 .08485
2.00 .0950 2 .10607
5.00 .1167 3 .07638
7.00 .1000 1 .
8.00 .1000 1 .
10.00 .1000 1 .
14.00 .0550 2 .06364
33.00 .1000 1 .
36.00 .2250 2 .24749
43.00 .3500 1 .
60.00 .1867 3 .19502
Total .2780 46 .26257
(Sumber : Penulis)

Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
69

Dan berikut ini perbandingan konsentrasi klor bebas dengan rata – rata
keberadaan mikroorganisme.
Tabel 4.17 Hubungan Konsentrasi Klor Bebas dengan Rata-Rata kehadiran
Mikroba
Free_Chlor Mean N Std. Deviation
.01 7.0000 2 9.89949
.02 2.0000 1 .
.05 20.2000 5 26.83654
.08 .0000 1 .
.10 12.4545 11 18.48439
.15 .0000 1 .
.17 2.0000 1 .
.18 .3333 3 .57735
.20 1.0000 5 2.23607
.30 1.0000 1 .
.35 43.0000 1 .
.40 32.0000 3 30.19934
.50 .0000 2 .00000
.60 .0000 4 .00000
.80 .0000 3 .00000
.90 .0000 2 .00000
Total 8.7391 46 17.32491
(Sumber : Penulis)

Tidak terdapat hubungan yang jelas terlihat terhadap jumlah kehadiran


mikroorganisme jika hanya dibandingkan dengan residual klorin. Akan tetapi,
data yang menunjukan kehadiran mikroorganisme lebih banyak terdapat pada
sampel dengan kondisi air yang memiliki konsentrasi residual klor yang rendah.

Pada tabel perbandingan jumlah kehadiran mikroorganisme dibandingkan


dengan rata – rata konsentrasi residual klorin, terlihat bahwa bakteri dengan
jumlah nol ditemukan pada sampel dengan rata – rata konsentrasi klor tertinggi.

Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
70

Dengan hubungan tersebut menunjukan bahwa konsentrasi tidak terlalu


mempengaruhi jumlah kehadiran mikroorganisme, namun hanya mempengaruhi
hadir atau tidaknya mikroorganisme.

Berikut adalah tabel yang menunjukan frekuensi kehadiran mikrobiologi


pada setiap range konsentrasi klor.

Tabel 4.18 Kehadiran Mikrobiologi Untuk Setiap Konsentrasi Klor Bebas


Konsentrasi Jumlah Jumlah kehadiran
Klor Bebas data mikrobiologi
0-0.1 20 11
0.11-0.2 10 3
0.21-0.4 5 4
0.41-0.9 13 0
(Sumber : Penulis)

Koliform lebih sering ditemukan didalam sampel dengan konsentrasi klor


kurang dari 0,2 mg/l. Dari tabel diatas menunjukan bahwa mikroba lebih sering
hadir pada sampel dengan konsentrasi residual klor yang rendah. Sehingga
parameter konentrasi residual klor bebas dapat digunakan untuk menjadi
pengawas kehadiran mikroba didalam air, namun bukan merupakan parameter
utama yang paling menentukan.

Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
71

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Tujuan Utama dari Skripsi ini adalah untuk mengetahui hubungan klor
bebas dengan total koliform pada jaringan distribusi air bersih yang berasal dari
Instalasi Pengolahan Air Bersih Cilandak milik PT. PALYJA.

Kesimpulan yang didapatkan antara lain:

1. Air baku yang digunakan pada Instalasi Pengolahan Air Cilandak


kurang baik, tidak memenuhi baku mutu, sehingga sulit untuk
mencapai target pengolahan dengan instalasi yang ada.
2. Karena air baku yang dibawah standar baku mutu, operator harus
membubuhkan klorin lebih banyak agar hasil pengolahan sesuai
dengan standar baku mutu air olahan.
3. Waktu sangat mempengaruhi penurunan konstrasi klor bebas dengan
reaksi order satu.
4. Kekeruhan merupakan parameter yang harus lebih diperhatikan untuk
mencegah kehadiran mikrobiologi dalam jaringan distribusi,
dibandingkan dengan klor bebas. Karena memiliki korelasi yang lebih
dekat.
5. Klor bebas akan menjaga air dari kontaminasi mikroorganisme.
Namun pengaruhnya lebih kecil daripada kekeruhan.
6. Total koliform jarang ditemui pada air dengan konsentrasi klor bebas
lebih dari 0,2.

71 Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


72

5.2 Saran

1. Konsentrasi klor bebas pada jaringan distribusi sebaiknya dijaga agar lebih
dari 0,2 mg/l untuk mencegah kontaminasi mikroorganisme.
2. Untuk memudahkan pengawasan konsentrasi klor bebas dalam jaringan
distribusi, sebaiknya dipasang alat pengawas kualitas air pada jaringan.
3. Selain klor bebas, kekeruhan juga sangat penting diperhatikan
konsentrasinya untuk mencegah kontaminasi mikroorganisme pada
jaringan distribusi air bersih.

Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
73

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G., dan Sumestri, S., 1987. Metode Penelitian Air. Usaha
Nasional. Surabaya.
Brooks,A Matthew. 1999. Breakpoint Chlorination as an Alternate
Means of Ammonia-Nitrogen Removal at a Water Reclamation
Plant. Environmental Sciences and Engineering. Northern Virginia
Center. Virgina.
Camper, A.K., McFeters, G.A., Characklis, W.G. and Jones, W.L. (1991)
Growth kinetics of coliform bacteria under conditions relevant
to drinking water distribution systems. Appl. Environ.
Microbiol. 57, 2233–2239.
Camper, A. (1996) Factors Limiting Microbial Growth in Distribution
Systems: Laboratory and Pilot-Scale Experiments. pp. 1–121,
American Water Works Association Research Foundation, Denver,
CO. French AL, Benator DA,
Gordin FM (1997). Nontuberculous mycobacterial infections. Medical
Clinics of North America, 81(2):361–79.
Ford TE (1999). Microbiological safety of drinking water: United
States and global perspectives. Environmental Health
Perspectives, 107(Suppl 1):191–206.
Griffin, A.E. 1936. American Journal Of Public Health vol 26,
Determination and Estimation of Residual Chlorine. United
States of America.
Nagatani, T. Yasuhara, K. Murata, K. Takeda, M. Nakamura, T.
Fuchigami, T. Terashima, K. The 7th International Symposium on
Water Supply Technology, Yokohama 2006, November 22-24,
2008, Yokohama, Japan
Payment Pierre and Robertson Will. 2004. The microbiology of piped
distribution systems and public health. ISBN : 1 84339 039 6.
Published by IWA Publishing, London, UK.

Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
74

Rossman, L. A., Clark, R. M. and Grayman, W. M. 1994. Modeling


Chlorine Residual in Drinking-Water Distribution System.
Journal of Environmental Engineering and Science 120(4):803-
820
Reilly, J. K. and Kippin, J. S. 1983. Relationship of Bacterial Counts
With Turbidity and Free Chlorine in Two Distribution-
Systems. Journal of the American Water Works Association
75(6):309-312.
Payment Pierre 1999. Poor efficacy of residual chlorine disinfectant in
drinking water to inactivate waterborne pathogens in
distribution system. Canadian Journal of Microbiology, 45:709–
715.
Tao Long. 2004. Modeling Residual Chlorine Evolution In A Water
Distribution System Using Artificial Neural Network, Canada
Garcia-Villanova J, Garcia C, Gomez JA, Garcia MP, Ardanuy R.
Formation, evolution and modelling of trihalomethanes in the
drinking water of a town: II. In the distribution system. Water
Res 1997;31:1405–13.
Gotoh, K. 1988. Residual Chlorine Concentration Decreasing Rate
Coefficients for Various Pipe Material. Proceeding of the 17th
IWSA Water Supply Conference 7(2), Rio De Janeiro, Brazil :
IWSA.
Havelaar AH et al. 1992. Typing of Aeromonas strains from patients
with diarrhoea and from drinking water. Journal of Applied
Bacteriology, 72(5):435–444.
Huck, P.M. and Gagnon, G.A. 2002. Understanding the distribution
system as a bioreactor: a framework for managing HPC levels.
In Proceedings of the NSF International/WHO Symposium on HPC
Bacteria in Drinking Water — Public Health Implications? (ed. J.
Bartram, J. Cotruvo and C. Fricker), pp. 501–510, NSF
International, Ann Arbor, MI.

Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
75

Noel B. Sammon, Keith M. Harrower, Larelle D. Fabbro and Rob H.


Reed. 2010. Incidence and Distribution of Microfungi in a
Treated Municipal Water Supply System in Sub-Tropical
Australia. International Journal of Environmental Research and
Public Health ISSN 1660-4601,
John J. V. et al. 1997. Kinetics of chlorine decay. JOURNAL AWWA Vol.
89, pp.54-65
LeChevallier MW et al. 2003. Drinking-water treatment and water
quality: the impact of treatment on microbial water quality
and occurrence of pathogens and indicators in surface water.
WHO, Geneva and IWA Publishing, London.
LeChevallier, M., Gullick, R., Karim, M. 2002. The Potential for Health
Risks from Intrusion of Contaminants into the Distribution
System from Pressure Transients. Distribution System White
Paper.
http://www.epa.gov/safewater/tcr/pdf/intrusion.pdf.
LeChevallier, M.W. 1999. The case for maintaining a disinfectant
residual. Journal AWWA. 91(1): 86-94.
LeChevallier, M.W., N.J. Shaw, and D.B. Smith. 1996. Factors limiting
microbial growth in distribution systems: full-scale
experiments. AWWARF: Denver, CO
LeChevallier, M.W., C.D. Lowry, and R. G. Lee. 1990. Disinfecting
biofilms in a model distribution system. Journal AWWA, 82: 87.
LeChevallier, M.W., C.D. Cawthon, and R. G. Lee. 1988. Factors
promoting survival of bacteria in chlorinated water supplies.
Applied and Environmental Microbiology, 54 (3): 649-654
Lestari, D.E., Utomo, S.B., Sunarko, Virkyanov, 2008. Pengaruh
Penambahan Biosida Pengoksidasi Terhadap Kandungan
Klorin untuk Pengendalian Pertumbuhan Mikroorganisme
pada Air Pendingin Sekunder RSG-GAS. Pusat Reaktor Serba
Guna-BATAN. Kawasan Puspitek Serpong. Tangerang. Banten.

Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
76

McCarthy, J. J. and Smith, C.H. (1974), The use of ozone in advanced


wastewater treatment, Journal of AWWA 66 (12), 718.
Norton, C.D. and LeChevallier, M.W. (1997) Chloramination: its effect
on distribution system water quality. J. Am. Water Works
Assoc. 89(7), 66–77.
Norton, C.D. and LeChevallier, M.W. (2000) A pilot study of
bacteriological population changes through potable water
treatment and distribution. Appl. Environ. Microbiol. 66(1),
268–276.
Rodriguez, M. J., and Sérodes, J. B., Assessing empirical linear and non-
linear modelling of residual chlorine in urban drinking water
systems, Environmental Modelling and Software, 14, 93 - 102,
1999.
USEPA. 2004. The Effectiveness of Disinfectant Residuals in the
Distribution System.
http://www.epa.gov/safewater/disinfection/tcr/regulation_revisions
.html
USEPA 2002d. Potential Contamination Due to Cross-Connections
and Backflow and the Associated Health Risks: An Issue
Paper. Distribution System White Paper.
http://www.epa.gov/safewater/tcr/pdf/ccrwhite.pdf.
USEPA. 2001. EPA Water Protection Task Force Notice #V: Water
Supply Systems. Accessed on
http://www.awwa.org/countterr/docs/epa11_08_01.pdf.
USEPA. 1999a. Guidance Manual for Alternative Disinfectants and
Oxidants. Office of Water. EPA 815-R-99-014.
USEPA. 1992. Seminar Publication: Control of Biofilm Growth in
Drinking Water Distribution Systems. EPA/625/R-92/001.
Washington, DC.
USEPA. 1991. Guidance Manual for Compliance with the Filtration
and Disinfection Requirements for Public Water Systems

Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
77

Using Surface Water Sources. Science and Technology Branch


Criteria and Standards Division Office of Drinking Water.
USEPA 1985. Turbidity Criteria Document. Draft.
Volk, C.J. and LeChevallier, M.W. (2000) Assessing biodegradable
organic matter. J. Am. Water Works Assoc. 92(5), 64–76.
Volk, C., Renner, C. and Joret, J.C. (1992) The measurement of BDOC:
an index of bacterial regrowth potential in water. Rev. Sci. Eau
5(n special), 189–205.
Volk, C., Dundore, E., Schiermann, J. and LeChevallier, M. (2000)
Practical evaluation of iron corrosion control in a drinking
water distribution system. Water Res. 34(6), 1967–1974.
Waluyo, 2004. Mikrobiologi Umum. Universitas Muhammadiyah
Malang.Malang.
Warlina, Lina. Pencemaran Air : Sumber, Dampak dan
Penanggulangannya. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Williams DT, Lebel GL, Benoit FM. Disinfection by-products in
Canadian drinking water. Chemosphere 1997;34:299–316.
WHO (2000) Guidelines for safe recreational waters, vol. 2. Swimming
pools, spas and similar recreational-water environments. World
Health Organization, Geneva (In process of finalization).
http://www.chem.purdue.edu/gchelp/howtosolveit/Kinetics/Integra
tedRateLaws.html

Universitas Indonesia
Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012
78

LAMPIRAN

Gambar 3.4 Pembagian UPP dan Blok pada daerah layanan PT. Palyja

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


79

Gambar 3.5 Jaringan distribusi PT. Palyja

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


80

Gambar 3.6 Titik – titik kebocoran pada jaringan distribusi PT. Palyja

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


81

Titik 1

Segmen Kecepatan Panjang Pipa Waktu


S-7 9.42E-02 43.28 459.58
4844 0.65054 36.91 56.7375
12070 0.2496 203.75 816.306
12071 2.46E-02 30.499 1237.48
12105 0.17356 13.845 79.7707
12113 0.16909 172.27 1018.81
12143 1.14E-02 189.28 16594.8
12144 8.66E-03 51.16 5908.44
14934 0.76673 56.16 73.2461
S-396 6.90E-02 125.88 1824.69
S-978 9.42E-02 386.77 4107.02
S1-618 0.33543 1098.8 3275.8
S1-619 0.29741 456.94 1536.4
S1-621 0.18027 90.592 502.535
S1-625 0.11317 83.82 740.656
S1-627 3.03E-03 191.56 63146.1
S1-636 8.75E-02 258.16 2948.75
S1-640 0.20899 200.95 961.529
400-SOUTH 0.65054 104.5 160.636
522-SOUTH 0.76673 412.32 537.764
614-SOUTH 8.86E-02 814.92 9194.11
S1-599-
INPUT 9.42E-02 131.61 1397.53
Jarak Pipa (m) 5153.976
Waktu Tinggal ( Jam) 32.383

Titik 2

Segmen Kecepatan Panjang Pipa Waktu tinggal


S-3 0.51114 781.31 1528.563603
2586 0.32273 38.973 120.7603879
4725 0.88425 141 159.4571671
12325 0.30435 136.04 446.9853787
13444 0.26721 27.14 101.5680551
13448 0.51114 380.75 744.9035489

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


82

13462 0.26741 391.04 1462.323772


S-916 0.31003 218.71 705.4478599
S-918 0.25558 665.41 2603.529228
S-922 1.0263 153.05 149.1279353
S-926 0.20938 340 1623.841819
S-943 0.25558 327.88 1282.885985
S-968 0.31408 390 1241.721854
S-983 0.12011 101.76 847.2233786
S-985 0.18153 161.4 889.1092381
S-F33 0.20938 565.29 2699.828064
S-F35 0.32273 793.91 2459.982028
S-V46 0.52564 167.07 317.841108
S9-112 0.18153 50.449 277.9099873
S9-1735 0.49296 178.38 361.8549172
V53B05C 0.51114 0
18-SOUTH 0.31408 196 624.0448293
34-SOUTH 0.17611 1.2528 7.113735733
36-SOUTH 1.79E-02 173.85 9692.79661
S12-1041 0.63963 10 15.63403843
S12-1397 0.41762 117.89 282.2901202
S12-1464 0.33198 95.48 287.6076872
S12-1570 0.19942 131.76 660.7160766
118-SOUTH 0.25558 597.33 2337.154707
120-SOUTH 0.32273 359.4 1113.624392
163-SOUTH 1.0263 1422 1385.559778
377-SOUTH 1.73E-02 0
378-SOUTH 0.10985 4.1148 37.4583523
612-SOUTH 0.15128 71.648 473.6118456
613-SOUTH 0.1223 164.93 1348.569092
1285-SOUTH 0.29074 413.34 1421.682603
1338-SOUTH 0.21992 571 2596.39869
1344-SOUTH 0.39491 8.6786 21.97614646
S-11-SOUTH 0.6078 47.35 77.90391576
S-119-SOUTH 0.32273 714 2212.37567
S-1277-SOUTH 0.26741 161.53 604.0537003
S13-21-INPUT 0.31408 539 1716.123281
S-1383-SOUTH- 0.26721 104.59 391.414992

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


83

INPUT
Panjang Pipa m 11914.7062
Waktu (jam) 13.14804877

Titik 3

Segmen Kecepatan Panjang Pipa Waktu tinggal


S-3 0.51114 781.31 1528.563603
2586 0.32273 38.973 120.7603879
4725 0.88425 141 159.4571671
6756 0.11087 2.6204 23.63488771
6757 0.17611 129.3 734.2002158
10217 0.17611 0
10240 0.17611 16.637 94.46936574
13275 0.32294 64.704 200.3591999
13276 0.32084 3.0755 9.585774841
13279 1.46E-02 222.74 15229.04417
13285 0.20338 40.876 200.9833809
13286 0.22298 3.3527 15.03587766
13305 0.22694 36.615 161.342205
13308 0.23741 84.303 355.0945621
13310 0.29867 4.1326 13.83667593
13329 0.45296 4.1376 9.13458142
13337 0.30791 101.12 328.4076516
13340 0.45783 111.42 243.3654413
13343 0.42103 4.9977 11.87017552
13345 0.4022 108.38 269.4679264
13346 0.41816 4.3734 10.4586761
13390 9.68E-04 35.243 36420.8503
13392 1.50E-02 108.67 7244.666667
13400 2.59E-02 10.233 395.8454218
13402 3.65E-02 90.316 2474.13982
13403 1.20E-02 44.726 3721.58429
13407 7.16E-03 28.166 3933.634066
13444 0.26721 27.14 101.5680551
13448 0.51114 380.75 744.9035489
13452 0.39363 293.31 745.1413764

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


84

13454 0.11188 33.476 299.213443


13455 0.18153 338.1 1862.502066
13457 0.18153 231.18 1273.508511
13462 0.26741 391.04 1462.323772
18980 5.45E-02 43.529 799.1958286
S-916 0.31003 218.71 705.4478599
S-918 0.25558 665.41 2603.529228
S-922 1.0263 153.05 149.1279353
S-926 0.20938 340 1623.841819
S-943 0.25558 327.88 1282.885985
S-968 0.31408 390 1241.721854
S-983 0.12011 101.76 847.2233786
S-985 0.18153 161.4 889.1092381
S-F33 0.20938 565.29 2699.828064
S-F35 0.32273 793.91 2459.982028
S-V46 0.52564 167.07 317.841108
S9-112 0.18153 50.449 277.9099873
S9-1735 0.49296 178.38 361.8549172
V53B05C 0.51114 0
18-SOUTH 0.31408 196 624.0448293
34-SOUTH 0.17611 1.2528 7.113735733
36-SOUTH 1.79E-02 173.85 9692.79661
S12-1041 0.63963 10 15.63403843
S12-1397 0.41762 117.89 282.2901202
S12-1464 0.33198 95.48 287.6076872
S12-1570 0.19942 131.76 660.7160766
118-SOUTH 0.25558 597.33 2337.154707
120-SOUTH 0.32273 359.4 1113.624392
163-SOUTH 1.0263 1422 1385.559778
377-SOUTH 1.73E-02 0
378-SOUTH 0.10985 4.1148 37.4583523
612-SOUTH 0.15128 71.648 473.6118456
613-SOUTH 0.1223 164.93 1348.569092
1285-SOUTH 0.29074 413.34 1421.682603
1338-SOUTH 0.21992 571 2596.39869
1344-SOUTH 0.39491 8.6786 21.97614646
S-11-SOUTH 0.6078 47.35 77.90391576

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


85

S-119-SOUTH 0.32273 714 2212.37567


S-1277-SOUTH 0.26741 161.53 604.0537003
S13-21-INPUT 0.31408 539 1716.123281
S-1383-SOUTH- 0.26721 104.59 391.414992
INPUT
Panjang Pipa m 13978.4001
Waktu (jam) 34.43515632

Titik 4

Segmen Kecepatan Panjang Pipa Waktu tinggal


S-3 0.51114 781.31 1528.563603
2586 0.32273 38.973 120.7603879
2970 0.10371 192.59 1857.00511
4725 0.88425 141 159.4571671
6756 0.11087 2.6204 23.63488771
6757 0.17611 129.3 734.2002158
10217 0.17611
10240 0.17611 16.637 94.46936574
13115 1.68E-02 26.974 1606.455839
13116 3.14E-02 101.95 3249.609537
13117 1.57E-02 327.11 20853.62744
13166 3.63E-02 6.8541 188.8389905
13275 0.32294 64.704 200.3591999
13276 0.32084 3.0755 9.585774841
13285 0.20338 40.876 200.9833809
13286 0.22298 3.3527 15.03587766
13305 0.22694 36.615 161.342205
13308 0.23741 84.303 355.0945621
13310 0.29867 4.1326 13.83667593
13329 0.45296 4.1376 9.13458142
13337 0.30791 101.12 328.4076516
13340 0.45783 111.42 243.3654413
13343 0.42103 4.9977 11.87017552
13345 0.4022 108.38 269.4679264
13346 0.41816 4.3734 10.4586761
13390 9.68E-04 35.243 36420.8503

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


86

13392 1.50E-02 108.67 7244.666667


13400 2.59E-02 10.233 395.8454218
13402 3.65E-02 90.316 2474.13982
13403 1.20E-02 44.726 3721.58429
13407 7.16E-03 28.166 3933.634066
13444 0.26721 27.14 101.5680551
13448 0.51114 380.75 744.9035489
13452 0.39363 293.31 745.1413764
13454 0.11188 33.476 299.213443
13455 0.18153 338.1 1862.502066
13457 0.18153 231.18 1273.508511
13462 0.26741 391.04 1462.323772
18980 5.45E-02 43.529 799.1958286
S-916 0.31003 218.71 705.4478599
S-918 0.25558 665.41 2603.529228
S-922 1.0263 153.05 149.1279353
S-926 0.20938 340 1623.841819
S-943 0.25558 327.88 1282.885985
S-968 0.31408 390 1241.721854
S-983 0.12011 101.76 847.2233786
S-985 0.18153 161.4 889.1092381
S-F33 0.20938 565.29 2699.828064
S-F35 0.32273 793.91 2459.982028
S-V46 0.52564 167.07 317.841108
S9-112 0.18153 50.449 277.9099873
S9-1734 6.53E-02 262.33 4019.151218
S9-1735 0.49296 178.38 361.8549172
V53B05C 0.51114 0
18-SOUTH 0.31408 196 624.0448293
34-SOUTH 0.17611 1.2528 7.113735733
36-SOUTH 1.79E-02 173.85 9692.79661
S12-1041 0.63963 10 15.63403843
S12-1397 0.41762 117.89 282.2901202
S12-1464 0.33198 95.48 287.6076872
S12-1570 0.19942 131.76 660.7160766
S12-1582 0.10974 381.9 3480.04374
S12-1583 0.11097 214.83 1935.928629

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


87

118-SOUTH 0.25558 597.33 2337.154707


120-SOUTH 0.32273 359.4 1113.624392
163-SOUTH 1.0263 1422 1385.559778
377-SOUTH 1.73E-02 0
378-SOUTH 0.10985 4.1148 37.4583523
612-SOUTH 0.15128 71.648 473.6118456
613-SOUTH 0.1223 164.93 1348.569092
1285-SOUTH 0.29074 413.34 1421.682603
1338-SOUTH 0.21992 571 2596.39869
1344-SOUTH 0.39491 8.6786 21.97614646
S-11-SOUTH 0.6078 47.35 77.90391576
S-119-SOUTH 0.32273 714 2212.37567
S-1277-SOUTH 0.26741 161.53 604.0537003
S13-21-INPUT 0.31408 539 1716.123281
S-1383-SOUTH- 0.26721 104.59 391.414992
INPUT
Panjang Pipa 15270.1982
Waktu (Jam) 40.5356053

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


88

Tahapan Penelitian

Klor bebas (metode DPD Komparator Kolorimetri)

Prinsip

Bila N, N-dietil-p-fenilendiamin (DPD) sebagai indikator dibubuhkan pada suatu larutan yang
mengandung sisa klor aktif akan membentuk warna merah. Warna yang terjadi
dibandingkan dengan komparator.

Peralatan

• Tablet DPD 1 untuk pengukuran Klor bebas


• Tablet DPD 4 untuk pengukuran Total klor
• Komparator

Cara kerja

Pengukuran klor bebas

• Bilas dua tabung komparator dengan air sampel.


• Masukkan 10 mL air kedalam kedua tabung
• Salah satu tabung digunakan sebakai blanko
• Salah satu tabung dimasukkan tablet DPD 1
• Kocok tabung yang dimasukkan DPD dengan cepat selama 20 detik
• Dan bandingkan warna pada komparator

Pengukuran Total klor

• Bilas dua tabung komparator dengan air sampel.


• Masukkan 10 mL air kedalam kedua tabung
• Salah satu tabung digunakan sebakai blanko
• Salah satu tabung dimasukkan tablet DPD 4
• Kocok tabung yang dimasukkan DPD dengan cepat selama, tunggu
selama 3 menit
• Dan bandingkan warna pada komparator

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


89

Mikrobiologi (Metode Filtrasi)

Prinsip

Prinsip pengukuran total koliform metode filtrasi sama seperti metode cawan petri
dengan pereaksi yang sama, namun dengan peralatan yang berbeda.

Peralatan
• Corong – untuk menampung cairan sampel
• Tutup corong – untuk mencegah kontaminasi sekunder atau
kontaminasi dari udara
• Dasar corong – sebagai dasar penyangga corong dan tempat peletakan
kertas membran
• Cawan petri dan media – sebagai sumber nutrisi
• Labu penghisap / penampung – tempat untuk menampung cairan hasil
penyaringan
• Pompa vakum – alat untuk menurunkan tekanan
• Selang / pipa – sebagai penyalur cairan atau udara antar bagian
• Kertas membran – alat penyaring
• Pinset – menjepit kertas membran
• Dan alat lain untuk mendukung proses kerja aseptik

Media dan pereaksi


• Brilliant Green Lactose Bile (BGLB), 2 % Broth
• Lauryl Tryptose Broth (LTB)
• EC Broth
• Levine’s Eosin Methylen Blue (L-EMB ) agar
• Tryptone (Tryptophane) Broth (TB)
• MR-VP Broth

Total Zat Organik


Peralatan
• Erlenmeyer 300 mL
• Stopwatch

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


90

• Pemanas Listrik
• Gelas Ukur 5 mL
• Pipa Ukur 10 mL dan 100 mL
• Buret 25 mL
• Termometer

Bahan
• Asam Sulfat (H2SO4) 8 N yang bebas zat organic
• Kalium Permanganat (KMnO4) 0,1 N
• Asam Oksalat (COOH) 2.2H2O 0,1 N
• Asam Oksalat 0,01 N
• Kalium Permanganat (KMnO4) 0,01 N
Cara Kerja
• 100 mL sampel dipipet dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 300 mL,
lalu ditambahkan 3 butir batu didih.
• KMnO4 0,01 N ditambahkan sebanyak beberapa tetes ke dalam
sampel hingga terjadi warna merah muda.
• 5 mL asam sulfat 8 N bebas zat organic ditambahkan dalam sampel.
• Sampel dipanaskan di atas pemanas istrik pada suhu 105 C+ 2 C. bila
masih terdapat nau H2S, pendidihan diteruskan beberapa menit.
• 10 mL larutan baku KMnO4 0,01 N dipipet dan ditambahkan ke dalam
sampel.
• Sampel kemudian dipanaskan hingga mendidih selama 10 menit.
• 10 mL larutan baku asam oksalat 0,01 N dipipet dan ditambahkan ke
dalam sampel
• Kemudian, sampel dititrasi dengan KMnO4 0,02 N hingga warna
merah muda.
• Volume pemakaian KMnO4 dicatat.

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


91

Hari temperaturpH waktu Tekanan free klor total klor kekeruhan TOM total koli fecal koli titik Jarak
senin 26.8 6.9 0.5 0.9 1 5 0 0 wtp 10
kamis 27.8 6.8 0.5 0.4 0.6 0 0 wtp 10
sabtu 28.1 7.2 0.5 0.9 0.7 0 0 wtp 10
senin 28.1 7 0.5 0.6 0.5 6 0 0 wtp 10
kamis 28 6.8 0.5 0.5 0.9 0 0 wtp 10
sabtu 29 6.9 0.5 0.8 0.8 0 0 wtp 10
senin 29.1 6.9 0.5 0.6 0.8 6 0 0 wtp 10
kamis 27.5 7 0.5 0.6 1 0 0 wtp 10
sabtu 28.7 6.6 0.5 0.8 0.8 0 0 wtp 10
senin 27.8 6.8 0.5 0.6 0.7 8 0 0 wtp 10
kamis 30.1 6.9 0.5 0.5 0.8 0 0 wtp 10
sabtu 28.1 6.8 0.5 0.8 1 0 0 wtp 10
senin 25 7.1 32.4 15 0.28 2.1 1.52 15.33 0 0 1 5153.98
kamis 25 7.03 32.4 15 0.4 2.1 0.87 5.09 0 0 1 5153.98
sabtu 26 7.75 32.4 15 0.15 1.95 1.97 4.74 0 0 1 5153.98
senin 25 6.6 32.4 15 0.22 1.95 0.51 3.49 4 0 1 5153.98
kamis 33.4 7.29 32.4 15 0.3 1.99 1.34 9.76 11 0 1 5153.98
sabtu 37.9 6.5 32.4 15 0.47 2.2 1.52 10.4 60 1 5153.98
senin 25 7.07 32.4 15 0.3 2.2 1.14 10.44 0 0 1 5153.98
kamis 25 7.24 32.4 15 0.25 2.2 0.79 12.64 0 2 1 5153.98
sabtu 25 6.71 32.4 15 0.1 0.39 1.39 9.56 0 0 1 5153.98
senin 28 6.57 32.4 15 0.1 0.53 0.65 9.86 0 0 1 5153.98
kamis 31 6.73 32.4 15 1 2.2 0.85 7.65 0 0 1 5153.98
sabtu 31 6.67 32.4 15 0.75 2.2 0.52 6.07 3 0 1 5153.98
senin 25 6.89 13.15 12 0.9 1.1 0.7 2.78 3 1 2 10589
kamis 25 6.7 13.15 12 0.35 0.4 0.7 3.02 43 7 2 10589
sabtu 26 7.46 13.15 12 0.1 0.1 1.42 2.62 60 60 2 10589
senin 25 6.81 13.15 12 0.1 0.1 0.81 3.84 8 2 2 10589
kamis 31.8 6.95 13.15 12 0.01 0.2 1.53 7.05 14 60 2 10589
sabtu 36.9 6.13 13.15 12 1.85 2.2 0.61 8.99 38 0 2 10589
senin 25 6.33 13.15 12 0.1 0.2 1.24 8.42 10 4 2 10589
kamis 25 7.21 13.15 12 0.05 0.19 0.96 2.75 60 60 2 10589
sabtu 27.2 6.93 13.15 12 0.05 0.1 1.29 5.45 36 15 2 10589
senin 31.1 6.48 13.15 12 0.05 0.19 2.66 8.78 5 0 2 10589
kamis 33.8 6.57 13.15 12 0.2 0.4 1.37 12.5 5 0 2 10589
sabtu 25 6.25 13.15 12 0.3 0.7 0.63 8.12 1 0 2 10589
senin 25 7.57 34.44 8 0.18 1.1 0.8 3.63 0 0 3 13978
kamis 36.6 7.24 34.44 8 0.15 1.5 0.52 0.79 0 0 3 13978
sabtu 28.5 7.03 34.44 8 0.05 0.7 1.11 6.41 0 0 3 13978
senin 25 6.73 34.44 8 0.17 1.37 1.15 6.02 2 2 3 13978
kamis 25 6.49 34.44 8 0.1 1.1 0.89 6.02 7 6 3 13978
sabtu 35.1 6.13 34.44 8 0.41 1.41 0.51 6.87 60 0 3 13978
senin 25 7.08 34.44 8 0.1 1.1 1.09 7.16 0 0 3 13978
kamis 25 7.2 34.44 8 0.1 1.15 0.85 10.36 33 0 3 13978
sabtu 25 6.25 34.44 8 0.2 0.57 0.74 11.39 0 3 3 13978
senin 28 6.7 34.44 8 0.2 0.58 0.77 8.55 0 0 3 13978
kamis 25 6.37 34.44 8 0.18 0.55 0.86 9.73 1 0 3 13978
sabtu 25 6.75 34.44 8 0.18 1.25 1.21 10.11 0 0 3 13978
senin 33.5 7.09 40.54 12 0.2 0.3 1.18 4.58 0 0 4 14662
kamis 25 7.46 40.54 12 0.1 0.2 0.4 6.08 0 0 4 14662
sabtu 25 6.75 40.54 12 0.2 0.3 1.95 6.08 0 0 4 14662
senin 32.4 6.94 40.54 12 0.1 0.18 1.23 2.54 0 0 4 14662
kamis 25 6.84 40.54 12 0.1 0.2 1.04 8.37 5 0 4 14662
sabtu 34.2 6.08 40.54 12 0.4 0.57 0.71 5.7 36 1 4 14662
senin 25 7.05 40.54 12 0.08 0.1 1.49 6.83 0 0 4 14662
kamis 25 7.2 40.54 12 0.1 0.15 1.04 7.11 14 0 4 14662
sabtu 25 6.16 40.54 12 0.1 0.12 1.09 12.21 0 5 4 14662
senin 28 6.64 40.54 12 0.02 0.15 0.82 9.53 2 0 4 14662
kamis 25 6.89 40.54 12 0.01 0.11 1.04 9.42 0 0 4 14662
sabtu 27 6.58 40.54 12 0.05 0.2 0.09 10.24 0 0 4 14662

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


92

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


93

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


94

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


95

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


96

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


97

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


98

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


99

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012


100

Universitas Indonesia

Pengaruh residual..., Azhar Fuadi, FT UI, 2012

Anda mungkin juga menyukai