DISUSUN OLEH:
FAKULTAS KEPERAWATAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan hikmat dan kekuatan sehingga penulis dapat membuat laporan TAK
Sesi 2: Mencegah Perilaku Kekerasan secara Fisik. Tidak lupa juga kepada semua
pihak baik secara langsung maupun tidak langsung telah membantu demi
kelancaran tugas ini, terkhususkan kepada CI dan teman kelompok yang sudah
bersusah payah membantu dalam pembuatan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan
tugas ini, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan untuk kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang.
Demikianlah laporan ini dibuat, semoga dapat diterima. Terima kasih.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam hidup bersama, manusia merupakan makhluk sosial, yang mana
terjadi hubungan antar manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya,
sedangkan untuk mencapai keinginan itu perlu diwujudkan dalam bentuk
tindakan melalui hubungan timbal balik. Interaksi ini dilakukan tidak
selamanya memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
individu. Sehingga mungkin terjadi suatu gangguan kemampuan individu
untuk interaksi dengan orang lain. Salah satu gangguannya yaitu dengan
berperilaku kasar atau berinteraksi yang membahayakan secara fisik, baik
orang lain maupun orang lain, tindakan tersebut biasanya dikenal dengan
perilaku kekerasan (Yosep, 2009).
Pasien dengan perilaku kekerasan selalu cenderung untuk melakukan
kerusakan atau mencederai diri, orang lain, atau lingkungan. Dan perilaku
kekerasan tidak jauh dari kemarahan. Kemarahan merupakan perasaan jengkel
yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai
ancaman. (Keliat, 2005)
Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit
sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan
dengan langsung dan tidak konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan
individu dan membantu mengetahui tentang respon kemarahan seseorang dan
fungsi positif marah.
Sebagian besar dari pasien yang masuk di ruang PHCU Kresna Wanita,
RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor memiliki tanda dan gejala perilaku
kekerasan, misalnya berteriak-teriak, marah, wajah tegang, merusak barang
bahkan sampai memukul orang disekitarnya. Dengan melihat kondisi tersebut,
maka perlu dilakukannya terapi aktivitas kelompok (TAK) sesi :2 yang akan
dilakukan agar pasien tahu cara mengontrol kemarahannya sehingga mencegah
terjadinya perilaku kekerasan
BAB II
LANDASAN TEORITIS
B. PERILAKU KEKERASAN
1. Definisi
2) Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali
berkaitan dengan (Yosep, 2009):
a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas
seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah,
perkelahian masal dan sebagainya.
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial
ekonomi.
c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta
tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung
melalukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
e. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat
menghadapi rasa frustasi.
f. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap
4) Rentang Respon
Menurut Yosep (2007) perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu
akibat yang ekstrim dari marah atau ketakutan (panik).
5) Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang biasa digunakan adalah:
a. Sublimasi, yaitu melampiaskan masalah pada objek lain.
b. Proyeksi, yaitu menyatakan orang lain mengenal kesukaan/
keinginan tidak baik.
c. Represif, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila
diekspresikan dengan melebihkan sikap/ perilaku yang berlawanan.
d. Reaksi formasi, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila
diekspresikan dengan melebihkan sikap perilaku yang berlawanan.
e. Displecement, yaitu melepaskan perasaan tertekan dengan
bermusuhan pada objek yang berbahaya.
f. Perilaku kekerasan biasanya diawali dengan situasi berduka yang
berkepanjangan dari seseorang karna ditinggal oleh orang yang
dianggap berpangaruh dalam hidupnya. Bila kondisi tersebut tidak
teratasi, maka dapat menyebabkan seseorang harga diri rendah
(HDR), sehingga sulit untuk bergaul dengan orang lain. Bila
ketidakmampuan bergaul dengan orang lain tidak dapat diatasi maka
akan muncul halusinasi berupa suara-suara atau bayang-bayangan
yang meminta klien untuk melakukan kekerasan. Hal ini data
berdampak pada keselamatan dirinya dan orang lain (resiko
mencederai diri, orang lain dan lingkungan).
Selain diakibatkan oleh berduka yang berkepanjangan, dukungan keluarga
yang kurang baik dalam mengahadapi kondisi klien dapat mempengaruhi
perkembangan klien (koping keluarga tidak efektif). Hal ini yang
menyebabkan klien sering keluar masuk RS atau menimbulkan
kekambuhan karena dukungan keluarga tidak maksimal (regimen
terapeutik inefektif).
BAB III
RENCANA PELAKSANAAN
Terapi Aktivitas Kelompok
Sesi 2: Mencegah Perilaku Kekerasan secara Fisik
Tujuan:
Setting :
Alat :
1. Bantal
2. Buku catatan dan pulpen
Metode :
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi
Kriteria Pasien :
Pengorganisasian
a. Leader, bertugas:
1) Mengkoordinasiseluruhkegiatan.
2) Memimpinjalannyaterapikelompok
3) Memimpindiskusi.
b. Co-Leader, bertugas :
1) Membantu leader mengkoordinasiseluruhkegiatan.
2) Mengingatkan leader jikaadakegiatan yang menyimpang.
3) Membantu memimpin jalannya kegiatan.
4) Menggantikan leader jika terhalang tugas.
c. Fasilitator, bertugas:
1) Memotivasi peserta dalama ktivitas kelompok.
2) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan.
3) Membimbing kelompok selama permainan diskusi.
4) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan.
5) Bertanggungjawab terhadap program antisispasi masalah.
d. Observer, bertugas :
1) Mengobservasi persiapan dan pelaksanaan TAK dari awal sampai
akhir.
2) Mencatat semua aktivitas dalam terapi aktivitas kelompok.
3) Mengobservasi perilaku pasien
Setting tempat
Keterangan :
: Leader
: Co-leader
: Fasilitator
: Klien
: Observer
Peserta
Antisipasi
a) Penanganan klien yang tidak aktif saat aktifitas kelompok
Memanggil klien
Memberi kesempatan kepada klien tersebut untuk menjawab sapaan
perawat atau klien yang lain
b) Bila klien meninggalkan permainan tanpa pamit:
Panggil nama klien
Tanya alasan klien meninggalkan permainan
Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan penjelasan
pada klien bahwa klien dapat melaksanakan keperluannya setelah itu
klien boleh kembali lagi
c) Bila ada klien lain ingin ikut
Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada klien yang
telah dipilih
Katakan pada klien lain bahwa ada permainan lain yang mungkin
dapat diikuti oleh klien tersebut
Jika klien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak
memberi peran pada permainan tersebut.
PROSES PELAKSANAAN :
1. Persiapan
a. Memilih klien perilaku kekerasan yang sudah kooperatif
b. Membuat kontak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama).
3) Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)
b. Evaluasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan masalah yang dirasakan
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan.
2) Menjelaskan aturan main berikut
Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta
izin kepada terapis.
Lama kegiatan 30 menit
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan oleh klien
Tanyakan kegiatan: rumah tangga, harian, dan olahraga yang
biasa dilakuka.n klien
Tulis dipapan tulis/flipchart/whiteboard
b. Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat digunakan untuk
menyalurkan kemarahan secara sehat: tarik napas dalam,
menjemur, memukul kasur/bantal, main bola, senam.
Meredakan marah dengan napas dalam :
Jika merasakan tanda-tanda marah, lakukan:
1. Duduk tegak, boleh juga berbaring
2. Tarik napas melalui hidung. Tahan sambil menghitung dalam
hati 1, 2, 3
3. Hembuskan napas melalui mulut sambil dalam hati menghitung
mundur dari angka 10 sampai 0
4. Ulangi nomor 1-3 sebanyak 5x
a. Evaluasi
b. Tindak lanjut
Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu interaksi sosial
yang asertif
Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya
Evaluasi
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi 2. TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu mempraktikkan cara fisik yang pertama
dan yang kedua. Anjurkan dan bantu klien mempraktikkan di ruang rawat (buat
jadwal).
DAFTAR PUSTAKA
Stuar, Gail W.2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5 . Jakarta: EGC.