Anda di halaman 1dari 21

I.

JUDUL PERCOBAAN : Hidrogen Dan Oksigen


II. HARI, TANGGAL PERCOBAAN : Kamis, 21 Februari 2019 pukul 13.00
III. SELESAI PERCOBAAN : Kamis, 21 Februari 2019 pukul 15.30
IV. TUJUAN PERCOBAAN :
Percobaan Hidrogen : 1. Mengetahui cara pembuatan gas
hidrogen
2. Mengetahui sifat-sifat gas hidrogen
dan senyawanya
3. Mengidentifikasi gas hidrogen dan
senyawanya
Percobaan Oksigen : 1. Mengetahui cara pembuatan gas
oksigen di laboratorium
2. mengetahui adanya gas oksigen
dalam suatu senyawa

V. DASAR TEORI
1. Hidrogen
Hidrogen adalah unsur teringan yang terdapat dalam tabel periodic dan
merupakan unsur yang paling banyak terdapat di jagat raya dengan
presentase kadar hidrogen di jagat raya adalah 75% berat atau 93% mol.
Hidrogen terdapat di bumi sampai di ruang angkasa sebagai penyusun
bintang. Hidrogen dalam bentuk unsurnya berupa gas diatomic (H2). Gas
H2 merupaan gas yang paling ringan, tidak berwarna, dan tidak berbau dan
gas ini bersifat mudah terbakar dengan adanya oksigen. Gas hidrogen di
alam terdapat dalam dua bentuk molecular yaitu orthohidrogen dan para
hidrogen, kedua bentuk meolekular ini berbeda dalam hal spin relative
electron dan inti atomnya. Pada orthohidrogen, spin dua protonnya adalah
parallel sehingga membentuk keadaan molecular yang disebut sebagai
triplet dengan bilangan kuantum spin 1 (1/2 + 1/2). Pada parahidrogen
maka spin protonnya antiparalel sehingga membentuk keadaan singlet dan
bilangan kuantum spinnya 0 (1/2 – 1/2). Pada keadaan STP (Standard
Temperature Pressure) gas hidrogen tersusun dari 25% bentuk para dan
75% bentuk ortho. Bentuk ortho tidak dapat dimurnikan, disebabkan
perbedaan kedua bentuk hidrogen tersebut maka sifat fisika keduanya juga
berbeda. (Sugiyarto, 2004)
Hidrogen memiliki nomor atom 1 dan nomor massa 1,008. Dengan
nomor atom ini maka hidrogen memiliki konfigurasi electron 1s1 dan
jumlah electron dalam kulit atomnya 1. Hidrogen diletakkan dibagian atas
bersama dengan golongan IA, tapi perlu diingat bahwa hidrogen bukan
merupakan anggota golongan 1A dan hidrogen bukan anggota golongan
manapun di dalam tabel periodik. Hidrogen diletakkan dalam periode 1
bersama dengan helium, dan blok tempat hidrogen berada pada system
periodik adalah pada blok s.
Hidrogen dapat membentuk senyawa dengan kebanyakan unsur dan
dapat dijumpai dalam air dan senyawa-senyawa organik. Isotop hidrogen
yang paling banyak dijumpai di alam adalah protium, yang inti atomnya
hanya mempunyai proton tunggal tanpa neutron. Senyawa ionik hidrogen
dapat bermuatan positif (kation) ataupun negative (Anion). Hidrogen
sangat penting dalam reaksi asam basa yang mana banyak reaksi ini
melibatkan pertukaran proton antar molekul terlarut. Oleh karena hidrogen
merupakan satu-satunya atom netral yang persamaan Schrodingernya
dapat diselesaikan secara analitik, kajian pada enenrgetika dan ikatan atom
hidrogen memainkan peran yang sangat penting dalam perkembangan
mekanika kuantum. (House,2010)
Gas hidrogen adalah gas yang mudah terbakar. Gas hidrogen bersifat
eksplosif jika membentuk campuran dengan udara dengan perbandingan
volume 45% - 75% dan dengan klorin dengan perandingan volume 5% -
95%. Disebabkan gas hidrogen sangat ringan maka api yang disebabkan
pembakaran gas hidrogen cenderung bergerak ke atas dengan cepat
sehingga mengakibatkan kerusakan yang sangat sedikit jika dibandingkan
api yang berasal dari pembakaran hidrokarbon. Reaksi spontanitas ini
biasanya dipicu oleh adanya kilatan api, panas atau cahaya matahari.
Entalpi pembakaran gas hidrogen adalah -256 kJ/mol dengan reaksi :
2 H2 (g) + O2 (g) ⟶ 2H2O (l) +572 kJ (House,2010)
Hidrogen sangat reaktif dan bereaksi dengan setiap unsur yang bersifat
oksidator dan bersifat lebih elektronegatif dibandingkan hidrogen seperti
golongan halide. Hidrogen dapat bereaksi secara spontan dengan klorin
dan fluorin pada temperature kamar membentuk hidrogen halide.
Hidrogen juga dapat membentuk senyawa dengan unsur yang kurang
bersifat elektronegatif misalnya logam dengan membentuk hidrida.

Sifat Fisika
 Titik lebur : -259,14oC
 Titik Didih : -252,87oC
 Warna : Tidak berwarna
 Bau : Tidak berbau
 Densitas : 0,08988 g/cm3 pada 293 K
 Kapasitas panas : 14,304 J/gK

Sifat Kimia
 Panas Fusi : 0,117 kJ/mol H2
 Energi ionisasi : 1312 kJ/mol
 Afinitas electron : 72,7711 kJ/mol
 Panas atomisasi : 0,904 kJ/mol H2
 Jumlah kulit : 1
 Biloks minimum : -1
 Elektronegatifitas : 2,18 (skala pauling)
 Konfigurasi electron : 1s1
 Struktur : hcp ( hexagonal close packed)
 Jari- jari atom : 25 pm
 Konduktivitas termal : 0,1805 W/mK
 Berat atom 1,0079
(Lee, 1991)

Memproduksi Hidrogen Skala Laboratorium

Dalam skala laboratorium, hidrogen biasanya dibuat dari hasil


samping reaksi tertentu, misalnya mereaksikan logam dengan asam seperti
mereaksikan besi dengan asam sulfat.

Fe(s) + H2SO4(aq) ⟶ FeSO4(aq) + H2(g)

Sejumlah kecil hidrogen dapat juga diperoleh dengan mereaksikan


kalsiumhidrida dengan air. Reaksi ini sangat efisien dimana 50% gas
hidrogen yang dihasilkan diperoleh dari air.

CaH2(s) + 2 H2O(g) ⟶ Ca(OH)2(aq) + 2 H2(g)

Elektrolisis air juga sering dipakai untuk menghasilkan hidrogen


dalam skala laboratorium, arus dengan voltase rendah dialirkan dalam air
kemudian gas oksigen akan terbentuk di anoda dan gas hidrogen akan
terbentuk di katoda.

2 H2O(l) ⟶ 2 H2(g) + O2(g)

(Anonim, 2004)

Senyawa Hidrogen

a) Hidrida
Hidrida adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan
bahwa bilangan oksidasi hidrogen yang bereaksi dengan unsur lain
adalah -1 dan dinotasikan sebagai H-. Beberapa contoh senyawa
hidrida adalah LiH, NaH, LiAlH4, BeH2, dan lainnya. Ikatan dalam
senyawa hidrida dapat bersifat kovalen hingga sangat bersifat ionik
dan hidrida ini bisa menjadi bagian molekul, oligomer, polimer,
padatan ion, layer dalam absorbsi kimia, atau bahkan menjadi
bagian dari suatu logam. Hidrida bereaksi sebagai basa lewis dan
bersifat sebagai reduktor dan bisa juga bereaksi dengan radikal
hidrogen dan proton. Berbagai macam unsur dapat membentuk
hydrida dan sekarang menjadi subyek penelitian yang penting untuk
menemukan logam yang dapat menyimpan hidrogen untuk
pembangkit listrik atau baterai. Hidrida juga memerankan peranan
yang penting dalam sintesis senyawa organik disebabkan sebagai
reduktor.
b) Hidrokarbon
Hidrokarbon adalah senyawa yang pada dasarnya terdiri dari
hidrogen dan karbon akan tetapi pengertian ini semakin meluas
disebaban beberapa hidrokarbon juga mengandung unsur lain
seperti fosfor, nitrogen, belerang dan bahkan logam
(organometalik). Golongan hidrokarbon sangat luas diantaranya
alkana, alkena, alkuna, alcohol, ester, asam karoksilat, aldehid,
keton, amida, senyawa aromatik, dan berbagai macam
makromolekul seperti golongan protein dan karbohidrat.

c) Hidrogen halide
Hidrogen halide adalah senyawa kimia yang dihasilkan dari
reaksi antara hidrogen dengan unsur halide yaitu golongan 7
misalnya , HF, HCl, HBr, dan HI. Senyawa Hat jarang ditemukan
di alam dan brsifat tidak stabil. Senyawa hidrogen halide bersifat
asam disebabkan kecenderungan mereka melepaskan H+ dalam
larutan. Kecuali HF maka hidrogen halide yang lain adalah asam
kuat. Kecenderungan hidrogen bereaksi dengan halide ini
disebabkan mereka memiliki perbedaan keelektronegatifitas yang
cukup besar.
d) Air (H2O)
Molekul air memiliki dua atom hidrogen dan satu atom oksigen
yang terikat secara kovalen. Oksigen mengikat hidrogen dengan
kuat disebabkan oksigen memiliki elektronegatifitas yang tinggi
sehingga dihasilkan kutub positif dan negative dalam molekul air
sehingga hal ini menyumbangkan bahwa air memiliki momen
dipole. Semua molekul air dapat membentuk ikatan hidrogen
sehingga meningkatkan titik didih air. (House, 2010)
2. Oksigen
Dioksigen (O2) adalah gas tak berwarna dan tak berbau yang
menempati 21% karena atom oksigen juga komponen utama air dan
batuan, oksigen adalah unsur yang paling melimpah di kerak bumi.
Walaupun unsur ini melimpah, oksigen dibuktikan sebagai unsur baru di
abad ke-18. Karena kini sejumlah besar oksigen digunakan untuk produksi
baja, oksigen dipisahkan dalam jumlah besar dari udara yang dicairkan.
16 17 18
Isotop oksigen O (kelimpahan 99,762%), O (0,038%), dan O
17
(0,200%). O memiliki spin I = 5/2 dan isotop ini adalah nuklida yang
18
penting dalam pengukuran NMR. O digunakan sebagai perunut dalam
studi mekanisme reaksi. Isotop ini juga bermafaat untuk penandaan garis
absorpsi spectrum IR atau Raman dengan cara efek isotop.
Oksigen atau zat asam adalah unsur kimia dalam system tabel periodik
yang mempunyai lambang O dan nomor atom 8. Oksigen merupakan
unsur yang sangat penting bagi keidupan terutama dalam proses
pernapasan. Oksigen merupakan golongan kalkogen dan dapat dengan
mudah bereaksi dengan hampir semua unsur lainnya (utamanya menjadi
oksida). Semua kelompok molekul structural yang terdapat pada organism
hidup seperti protein, karbohidrat, dan lemak mengandung oksigen.
(Sutrisno,2008)
Struktur Oksigen
Pada temperature dan tekanan standar, oksigen berupa gas tak
berwarna dan tak berasa dengan rumus kimia O2, dimana dua atom
oksigen secara kimiawi beikatan dengan konfigurasi electron triplet spin.
Ikatan ini memiliki orde ikatan dua dan sering dijelaskan secara sederhana
sebagai ikatan ganda ataupun sebagai kombinasi satu ikatan dua electron
dengan dua ikatan tiga electron.
Oksigen triplet merupakan keadaan dasar molekul O2. Konfigurasi
electron molekul ini memiliki dua electron tak berpasangan yang
menduduki dua orbital molekul yang berdegenerasi. Kedua orbital ini
dikelompokkan sebagai antiikatan, sehingga ikatan oksigen diatomic
adalah lebih lemah daripada ikatan rangkap tiga nitrogen.
Oksigen mengalami dua bentuk alotropi, yaitu sebagai molekul
diatomic (O2) dan molekul trioksida (O3). Alotrop oksigen elementer yang
umumnya ditemukan di bumi adalah dioksigen (O2) yang memiliki
panjang ikatan 121 pm dan energi ikatan 498 kJ/mol. Alotrop oksigen ini
digunakan oleh makhluk hidup dalam respirasi sel dan merupakan
komponen utama atmosfer bumi.

Sifat Fisik
Warna oksigen cair adalah biru seperti warna biru langit. Oksigen
lebih larut dalam air daripada nitrogen. Air mengandung sekitar satu
molekul O2 untuk setiap dua molekul N2, bandingkan dengan rasio
atmosferik yang sekitar 1:4. Kelarutan oksigen dalam air bergantung pada
suhu. Pada suhu 0oC, konsentrasi oksigen dalam air adalah 14,6 mg/L, jika
pada suhu 20oC oksigen yang larut adalah sekitar 7,6 mg/L. Pada suhu
25oC dan 1 atm udara, air tawar mengandung 6,04 ml oksigen per liter.
Air laut mengandung sekitar 4,95ml per liter.
Oksigen mengembun pada 90,20 K dan membeku pada 54,36K. Baik
oksigen cair dan oksigen padat berwarna biru langit. Hal ini dikarenakan
oleh penyerapan warna merah. Oksigen cair dengan kadar kemurnian yang
tinggi biasanya didapatkan dengan distilasi bertingkat udara cair. Oksigen
cair juga dapat dihasilkan dari pengembunan udara, menggunakan
nitrogen cair dengan pendingin. Oksigen merupakan zat yang sangat
reaktif dan harus dipisahkan dari bahan-bahan yang mudah terbakar.

Pembuatan Oksigen
Dalam membuat gas oksigen dalam skala kecil di laboratorium dapat
dilakukan dengan cara antara lain :
a. Memanaskan serbuk kalium klorat (KClO3) dengan katalisator
mangan oksida ( batu kawi) sebagai katalis.
2 KClO3(s) + MnO2(s) ⟶ 2 KCl (s) + O2 (g)
b. Menguraikan hidrogen peroksida H2O2 dengan MnO2 sebagai katalis
H2O2 (l) + MnO2 (s) ⟶ H2O (l) + O2 (g)
c. Elektrolisis air yang diberi asam sulfat H2SO4
2 H2O (l) ⟶2 H2 (g) + O2(g)
d. Memanaskan barium peroksida (BaO2)
BaO2 (s) ⟶ 2 BaO (s) + O2(g)
(Saito,2009)

Senyawa Oksigen
a. Senyawa oksida
Oksida adalah senyawa biner suatu unsur dengan oksigen. Sebagian
besar oksida diperoleh langsung dengan mereaksikan unsurnya
langsung dengan oksigen. Oksigen-oksigen dasar yang sederahana jika
bereaksi dengan air akan mengahasilkan hidroksida logam. Oksida
dapat diklasifikasikan ke dalam lima golongan, yaitu :
1. Oksida asam adalah suatu oksida yang dengan air akan
membentuk asam, biasanya merupakan oksida non-logam.
Misalnya SO3, CO2, dan lain-lain
2. Oksida asam adalah suatu oksida yang dengan air akan
membentuk basa, biasanya merupakan oksida logam. Misalnya
barium oksida bereaksi dengan air menghasilkan basa menurut
persamaan reaksi :
BaO(s) + H2O(l) ⟶ Ba(OH)2(aq)
3. Oksida amfoter adalah suatu oksida yang dapat bereaksi
dengan asam maupun basa. Contoh jika bereaksi dengan :
Bereaksi dengan asam : ZnO(s) + 2H3O(aq) ⟶ Zn2+(aq) +
3H2O(l)
Bereaksi dengan basa : ZnO(s) + 2OH-(aq) + H2O(l) ⟶
[Zn(OH)4]2-(aq)
4. Oksida netral adalah suatu oksida yang tidak bereaksi dengan
asam maupun basa. Misalnya H2O, N2O,NO CO
5. Oksida campuran merupakan campuran dari oksida sederhana.
Misalnya : PbO3 merupakan campuran dari dua bagian PbO
dan satu bagian PbO2.
b. Senyawa peroksida
Peroksida adalah senyawa oksida yang memiliki bilangan oksidasi
-1. Misalnya H2O2. H2O2 meupakan cairan biru pucat dengan titik
beku -0,46oC. Cairannya lebih kental daripada air karena kuatnya
ikatan hidrogen. Hidrogen peroksida berfungsi dalam berbagai
reaksi oksidasi reduksi
Sebagai pengoksidasi : H2O2 + 2I-+ 2H+ ⟶ 2H2O + I2
Sebagai pereduksi : 5 H2O2 + 2 MnO4- + 6 H+ ⟶ 2 Mn2+ + 8H2O +
5O2
c. Senyawa superoksida
Senyawa superoksida adalah senyawa oksida yang memiliki
bilangan oksida -1/2. Misalnya RbO. Salah satu contoh
penggunaan senyawa superoksida, misalnya pada kalium
superoksida. Dalam system tertutup pada kapal tertutup pada kapal
selam, kalium superoksida digunakan untuk menghilangkan gas
karbon dioksida hasil pernafasan para kru kapal selam.
d. Ozon
Ozon adalah salah satu bentuk alotropi dari oksigen. Ozon murni
adalah gas berwarna biru muda dan berbau tajam. Ozon cair
berwarna biru tua, sedangkan ozon padat berwarna ungu tua. Ozon
bersifat tidak stabil, baik dalam bentuk gas, cair atau padat. Ozon
cair mudah meledak. Ozon terbentuk pada kadar rendah dalam
udara akibat arus listrik seperti kilat dan oleh tenaga tinggi seperti
radiasi elektromagnetik. Ozon terdiri dari tiga molekul oksigen dan
amat berbahaya pada kesehatan manusia. Ozon dihasilkan apabila
O2 menyerap sinar ultraviolet pada jarak gelombang 242 nm dan
disingkirkan dengan fotosintesis dari sinar bagi jarak gelombang
yang besar dari 290 nm. Ozon juga merupakan penyerap utama
sinar UV antara 200 dan 330 nm. Penggabungan proses-proses ini
efektif dalam meneruskan kekonstanan bilangan ozon dalam
lapisan dan penyerapan 90% sinar UV. (Sugiyarto,2004)

VI. ALAT DAN BAHAN


A. ALAT
1. Cawan Porselin 1 buah
2. Pembakar Bunsen atau spiritus 1 buah
3. Gelas Ukur 100 ml 1 buah
4. Tabung reaksi 4 buah
5. Statif dan klem 1 set
6. Penjepit kayu 1 buah
7. Sendok porselin 1 buah
8. Pipet tetes 10 buah
9. Penutup karet 1 buah
10. Tabung reaksi besar 1 buah
11. Selang plastic 1 buah
12. Spatula 1 buah
13. Wadah air 1 buah

B. BAHAN
1. Logam kalsium 3 potong
2. Serbuk magnesium 1 sendok
3. Serbuk seng 0,02 gram
4. Larutan H2O2 3% 2 tetes
5. Larutan H2O2 4,5% 8 ml
6. Larutan KI 0,1 M 2 ml
7. Kapas kaca 3 lembar
8. Larutan amilum 1 tetes
9. Indicator PP 2 tetes
10. Larutan HCl 4 M 3 ml
11. Kristal Kalium Klorat ±0,5 cm
12. Kertas lakmus 2 lembar
13. Kayu 3 buah
14. Serbuk batu kawi ½ sendok kecil
15. Korek api 1 buah

VII. ALUR PERCOBAAN


1. Mengetahui Cara Pembuatan Gas Hidrogen
2. Mengetahui Cara Pembuatan Gas Hidrogen

3. Mengidentifikasi Adanya Gas Hidrogen


4. Mengidentifikasi Adanya Gas Hidrogen Dan Senyawanya

5. Mengetahui Sifat Senyawanya


6. Mengetahui Cara Pembuatan Gas Oksigen Dengan Pemanasan Di
Laboratorium

7. Mengetahui Cara Pembuatan Gas Oksigen Tanpa Pemanasan Dan


Mengetahui Adanya Gas Oksigen
VIII. HASIL PENGAMATAN
IX. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
1. Mengetahui Cara Pembuatan Gas Hidrogen
Percobaan pertama yang dilakukan adalah mengetahui cara pembuatan
gas hidrogen. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui cara
pembuatan, sifat dan cara identifikasi gas hydrogen. Langkah pertama
yang dilakukan adalah memasukkan beberapa potong kalsium yang
berupa serbuk putih ke dalam cawan porselin. Selanjutnya, ditambahkan
aquadest secukupnya dan diaduk dengan menggunakan spatula. Setelah
penambahan aquadest tersebut terbentuk gelembung gas, larutan yang
terbentuk berwarna putih keruh, dan terdapat endapan putih. Pada reaksi
tersebut terjadi reaksi disproporsionasi karena kalsium merupakan
pereduksi yang lebih kuat daripada hydrogen. Kalsium memiliki potensial
oksidasi +2,87 sedangkan hydrogen memiliki potensial oksidasi 0.
Potensial oksidasi yang lebih besar menyebabkan kalsium dapat
mereduksi hydrogen untuk berikatan dengan OH membentuk Ca(OH)2
dan terbentuk gas H2. Reaksi yang terjadi adalah :
Ca(s) +2H2O(l) ⟶ Ca(OH)2 (aq) + H2(g)
Selanjutnya larutan yang dihasilkan diuji dengan menggunakan kertas
lakmus merah. Hasilnya adalah kertas lakmus berubah warna menjadi biru
yang menunjukan larutan Ca(OH)2 yang dihasilkan bersifat basa.

2. Mengetahui Cara Pembuatan Gas Hidrogen


Percobaan kedua adalah cara pembuatan gas hidrogen dengan
menggunakan serbuk Magnesium. tujuannya adalah mengetahui cara
pembuatan gas hidrogen dan mengetahui sifat senyawanya. Langkah
pertama yang dilakukan adalah memasukkan satu sendok spatula serbuk
Mg yang berwarna keabu-abuan ke dalam cawan porselin yang sudah
terisi aquadest sebelumnya. Setelah dicampurkan, larutan menjadi keruh
dan masih tersisa sejumlah magnesium yang belum terlarut. Sifat
magnesium adalah logam yang sukar larut dalam air. Sehingga diperlukan
pemanasan diatas nyala api kecil dari Bunsen untuk menambah kelarutan
logam Magnesium. Setelah pemanasan didapatkan gelembung-gelembung
gas yang muncul dan larutan menjadi keruh. Reaksi yang terjadi pada
percobaan ini adalah reaksi disproporsionasi. Magnesium memiliki
potensial potensial oksidasi +2,73 dan potensial oksidasi hidrogen sebesar
0 akan membuat Magnesium dapat mereduksi hidrogen untuk berikatan
dengan OH- membentuk Mg(OH)2 dan membentuk gas H2. Reaksi yang
terjadi :
Mg(s) + 2H2O(l) ⟶ Mg(OH)2(aq) + H2(g)
Kemudian larutan diuji dengan penambahan indikator PP. setelah
penambahan ini larutan yang semula keruh berubah warna menjadi merah
mua. Hal ini menunjukkan bahwa larutan Mg(OH)2 bersifat basa.

3. Mengidentifikasi Adanya Gas Hidrogen


Percobaan selanjutnya adalah mengidentifikasi adanya gas hidrogen.
Langkah pertama yang dilakukan adalah memasukkan secara berurutan
kapas kaca sedikit basah, kapas kaca kering, serbuk Zn 0,02 gram, kapas
kaca kering. Seperti gambar dibawah :

Serbuk seng yang dimasukkan dalam kapas kaca yang berlapis-lapis


bertujuan untuk menghindari reaksi antara serbuk seng dengan air karena
sifat Zn yang sangat reaktif. Kapas kaca berfungsi sebagai katalis pada
pelepasan hidrogen. Fungsi adanya kapas kaca basah adalah untuk
menguapkan air karena Zn sangat reaktif sedangkan kapas kaca kering
berfungsi untuk menahan uap air yang terentuk dalam tabung reaksi agar
dapat bereaksi sempurna dengan Zn. Lalu selang dimasukkan dalam
tabung yang berisi serbuk seng dan kapas dan dihubungkan dalam gelas
ukur terbalik yang terisi air di dalam wadah. Fungsi selang yang
dihubungkan dengan gelas ukur terbalik yang berisi air bertujuan untuk
mengetahui volume gas hidrogen yang terbentuk. Kemudian tabung
tersebut dipanaskan hanya pada bagian serbuk seng dan sesekali pada
kapas kaca basahnya. Pemanasan tersebut menyebabkan reaksi antara
serbuk Zn dengan air yang menguap membentuk hidroksida dan gas H2.
Proses penguapan air ini harus dilakukan untuk mengurangi kereaktifan
reaksi antara Zn dan air. Gas H2 dari H2O. Reaksi yang terjadi :
Zn(s) + 2 H2O(l) ⟶ Zn(OH)2(aq) + H2(g)
Kemudian dari pemanasan tersebut, diuji nyala api untuk membuktikan
gas yang dihasilkan yaitu gas H2. Gas yang sudah terkumpul diuji nyala
dengan kayu berpijar yang membuat nyala api semakin besar. Hal ini
menunjukkan bahwa gas Hidrogen bersifat mudah terbakar.

4. Mengidentifikasi Adanya Gas Hidrogen Dan Senyawanya


Percobaan selanjutnya adalah mengidentifikasi adanya gas hidrogen
dan senyawanya. Langkah pertama yang dilakukan adalah memasukkan
serbuk Zn yang berwarna abu-abu ke dalam tabung reaksi pipa samping.
Lalu ditambahkan HCl 4M. Lalu tabung reaksi ditutup dengan karet
penutup dan dihubungkan dengan gelas ukur terbalik di wadah air dengan
menggunakan selang. Setelah penambahan HCl timbul adanya gelembung
gas dan larutan berubah menjadi keruh. Reaksi yang terjadi adalah
Zn(s) + 2HCl(aq) ⟶ZnCl2(aq) + H2(g)
Gas yang terbentuk dialirkan ke dalam gelas ukur yang berisi air. Gas
akan mendorong air dalam gelas ukur, sehingga gas akan memenuhi gelas
ukur tersebut. Pembentukan gas H2 kemudian diuji nyala api. Hasil dari
pengujian tersebut adalah nyala api dari kayu yang berpijar semakin besar.
Hal ini menunjukkan bahwa gas hidrogen bersifat mudah terbakar.

5. Mengetahui Sifat Senyawanya


Percobaan selanjutnya adalah mengetahui sifat senyawa hidrogen.
Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan memasukkan 1 ml KI
yang tidak berwarna kedalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 3
tetes amilum yang berupa larutan tidak berwarna. Amilum akan berfungsi
sebagai indicator untuk menunjukkan adanya iod dengan membentuk
kompleks iod amilum. Campuran antara KI dan amilum menghasilkan
larutan tidak berwarna. Selanjutnya ditambahkan 2 tetes hidrogen
peroksida 3% yang berupa larutan tidak berwarna. Larutan yang semula
tidak berwarna berubah menjadi biru dan timbul sedikit gelembung.
Fungsi penambahan hidrogen peroksida adalah untuk mengoksidasi KI
menjadi I2. Perubahan warna terjadi karena adanya kompleks iod amilum
yang terbentuk. Munculnya gelembung menunjukkan adanya H2 yang
dihasilkan. Reaksi yang terjadi adalah
2KI(aq) + H2O2(aq) ⟶ 2KOH (aq) + I2(aq) + H2(g)

6. Mengetahui Cara Pembuatan Gas Oksigen Dengan Pemanasan Di


Laboratorium
Percobaan selanjutnya adalah pembuatan gas oksigen dengan
pemanasan di Laboratorium. Langkah pertama yang dilakukan adalah
memasukka Kalium Klorat (KClO3) yang berupa serbuk putih kedalam
tabung reaksi. Selanjutnya ditambahkan serbuk batu kawi (MnO2) yang
berwarna hitam. Selanjutnya tabung reaksi ditutup dengan penutup karet.
Selanjutnya tabung reaksi dihubungkan dengan gelas ukur yang diletakkan
terbalik di wadah air dengan menggunakan selang. MnO2 berfungsi
sebagai katalis dalam reaksi. Lalu campuran dipanaskan di atas nyala api.
Setelah pemanasan muncul gelembung di dalam tabung reaksi. Lalu, gelas
ukur yang semula terisi penuh dengan air (volume 100 ml) menjadi berisi
udara sebanyak 68 ml. Gas yang berada di gelas ukur tersebut adalah O2.
Reaksi yang terjadi adalah
2KClO3(s) + MnO2(s) ⟶ KCl(aq) + MnCl2(aq) + 3O2(g)
Kemudian gas yang terbentuk diuji coba dengan nyala api dari kayu yang
berpijar. Ketika diuji nyala api menjadi semakin besar. Hal tersebut
menunjukkan bahwa terbentuk gas oksigen yang mudah terbakar.
7. Mengetahui Cara Pembuatan Gas Oksigen Tanpa Pemansan Dan
Mengetahui Adanya Gas Oksigen
Percobaan selanjutnya adalah cara pembuatan gas oksigen tanpa
pemanasan. Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan memasukkan
0,5 gram permanganate yang berupa serbuk ungu kehitaman ke dalam
tabung reaksi yang sudah dirangkai dengan selang serta dihubungkan
dengan gelas ukur terbalik yang berisi air. Kemudian ditambahkan 8 ml
H2O2 4,5% tidak berwarna yang menyebabkan timbulnya gelembung gas
dan larutan berwarna ungu menjadi kehitaman. Reaksi ang terjadi adalah
2MnO2(s) + 5H2O2(aq) + 6 H+ ⟶ Mn2+ (aq) + 2H2O(l) + 5O2(g).
Gas yang terbentuk adalah gas oksigen sesuai dengan reaksi diatas.
Namun, pada percobaan ini praktikkan tidak berhasil menampung gas
oksigen yang dihasilkan karena reaksi berlangsung sangat cepat yang
mengkibatkan volume air dalam gelas ukur tidak berkurang dan tidak
dapat diuji nyala dengan menggunakan kayu berpijar.
Secara teori, seharusnya jumlah oksigen yang dibuat dengan pemansan
memiliki volume yang lebih besar dibandingkan dengan oksigen yang
dibuat tanpa pemanasan.

X. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Gas hidrogen dapat dibuat secara laboatorium dengan :
a. Mereaksikan logam Ca dengan air
b. Mereaksikan logam Mg dengan air melalui pemanasan
c. Mereaksikan logam Zn dengan uap air
d. Mereaksikan logam Zn dengan HCl
e. Mereaksikan KI dengan H2O2
2. Gas hidrogen dapat menyebabkan nyala api semakin besar dengan uji
coba nyala api
3. Gas oksigen dapat dibuat dengan cara mereaksikan kalium klorat dengan
batu kawi pada pemanasan. Batu kawi bertindak sebagai katalis
4. Gas oksigen dapat dibuat dengan cara mereaksikan permanganate dengan
hidrogen peroksida
5. Pengujian gas oksigen dapat dilakukan dengan uji nyala api, nyala api aan
membesar jika gas hidrogen dan gas oksigen terbentuk.

XI. DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 2004. Hidrogen. Online. http://www.belajarkimia.com/ diakses
tanggal 18 Februari 2019
House, James E. and House, Kithleen A. 2010. Descriptive Inorganik
Chemistry Second Edition. California : Elsevier
Lee, J.D. 1991. Concise Inorganik Chemistry Fourth Edition. London :
Chapman
Saito, Taro.2009. Oksigen Dan Oksida. Online. http://www.chemistry.org/
Diakses tanggal 18 Februari 2019
Sugiyarto, Kristian H. 2004. Kimia Anorganik I. Yogyakarta : JICA UNY
Sutrisno. 2008. Oksigen. Online. http://www.chemistry.org/ diakses tanggal
18 Februari 2019.

Anda mungkin juga menyukai