Anda di halaman 1dari 11

PEMANTAUAN KRITIS

Manifestasi yang mengindikasikan perubahan akut dalam perfusi serebral


1. Tekanan intrakranial lebih besar dari 15 mmHg tetap berlangsung selama 15 sampai
30 detik atau lebih lama
2. Tekanan perfusi serebral kurang dari 70mmHg
3. Penurunan nilai CGS sebanyak dua poin atau lebih dari data dasar
4. Penurunan tingkat kesadaran
5. Nilai rata – rata tekanan arterial kurang dari 80 mmHg atau tekanan darah sistolik
kurang dari 100 mmHg
6. Bredikardi
7. Gangguan pola nafas
8. Kehilangan respons pada stimulus nyeri
9. Perubahan ukuran pupil atau respon terhadap cahaya
10. Sakit kepala
11. Muntah
12. Fleksi abnormal atau postur ekstensi
Analisis yaitu gangguan menelan, penekanan refleks batuk dan menelan dan penurunan tingkat
kesadaran.

Hasil yang diharapkan. Penurunan risiko aspirasi pada klien ditandai dengan klien mampu
mengatur saliva dengan mudah, tidak tersedak atau batuk pada saat makan, tidak ada demam,
dan tidak ada bunyi crakles atau ronkhi.

Intervensi. Kaji manifestasi klinis akan aspirasi pada klien seperti demam, dispnea, crackles
dan ronkhi, kebingungan, dan penurunan pao2 dan arteri gas darah. Hati – hati dalam
memberikan makanan pada klien, baik secara oral maupun enteral. Jika klien menerima
makanan melalui enteral, tambahkan pewarna makanan ke dalam makanan ke dalam selang
makanan untuk membantu mengidentifikasi adanya aspirasi melalui pengisap aspirasi. Pantau
hasil rontgen dan laporkan adanya infiltrasi pulmonal.

Diagnosis : gangguan mobilitas fisik. Hampir semua klien akan mengalami beberapa tingkatan
gangguan setelah stroke. Pada tahapan awal penyembuhan stroke, klien mungkin sama sekali
tidak bisa bergerak dan memerlukan bantuan bahkan hanya untuk berbalik di tempat tidur.
Selanjutnya dalam masa penyembuhan, gangguan mobilitas mungkin hanya terjadi pada salah
satu ekstremitas saja. Beberapa penyebab bisa digunakaan untuk individual terhadap diagnosis
ini. Penyebab tersebut termasuk biasnya tonus otot berhubungan dengan lemah praklinis atau
kelemahan otot dan klien menolak untuk bergerak karena takut mencederai diri sendiri atau
tidak digunakan dalam jangka waktu yang sama.

Hasil yang diharapkan. Klien akan mencapai mobilitas fisik maksimal dalam kondisi
keterbatasan karena stroke yang ditandai dengan labih banyak gerakan normal pada ekstremitas
yang terpengaruh, peningkatan kekuatan otot, dan penggunaan alat bantu adaptif. Hasil ini
mungkin membutuhkan rentang waktu yang lama, hasil yang lebih pendek bisi diindikasikan
untuk perawatan akut.

Intervensi. Kaji tingkat kekuatan otot klien untuk digunakan sebagai nilai dasar dan untuk
menentukan dan mengevaluasi hasil. Pengkajian menyeluruh oleh ahli fisioterapi membantu
untuk menentukan tingkat aktivitas yang sesuai.

Anjurkan latihan di tempat tidur. Mendorong klien dengan hemiplegia untuk latihan pada saat
di tempat tidur tidak hanya mempersiapkan mereka untuk aktivitasberikutnya taoi juga
memberikan harapan dan rasa optimis mengenai penyembuhan. Klien dengan hemiplegia dapat
belajar untuk menggerakan tungkai yang lemah. Klien juga bisa menggunakan lengan yang
normal untuk menggerakkan lengan dan tangan yang terkena. Ingat bahwa klien mungkin akan
kesulitan untuk melintasi garis tengah. Mengatur latihan yang rutin untuk ototgluteal dan
quadriseps sepanjang hari membantu mempersiapkan klien untuk ambulasi selanjutnya. Mulai
dengan lima hitungan dan meningkat perlahan menjadi 20 hitungan setiap kali instruksikan
klien akan hal berikut :

1. Latihan gluteal : “cubit” atau kontraksikan kedua pantat bersamaan dan hitung sampai
lima. Kemudian relaks dan hitung sampai lima. Ulangi
2. Latihan quadriseps : kontraksikan otot quadriseps pada bagian anterior dari paha ketika
mengangkat tumit dan coba untuk menekan gulungan handuk yang ditempatkan
dibawah fosa popliteal ke arah melawan matras. Pada saat mempertahankan kontraksi
otot hitung sampai lima. Kemudia relaks dan hitung sampai lima. Mulai latihan ini
segera setelah klien sadar. Otot quadriseps merupakan bagian yang paling penting
dalam memberikan sendi lutut stabilitas dalam berjalan.

Bantu klien duduk

Bantu klien turun dari tempat tidur segera setelah kondisi klien stabil secara medis. Namun,
ingat bahwa hemiplegia dapat sangat memengaruhi keseimbangan. Berikan bantuan untuk
memberikan rasa aman dan keselamatan. Angkat kepala dari tempat tidur secara perlahan untuk
menurunkan hipotensi ortostatik. Pertama bantu klien duduk dan pantau secara mendalam
kesadaran pada keseimbangan dan keselamatan.

Pada saat klien pertama kali duduk, bantu bagian yang terpengaruh, khususnya bagian belakang
dn kepala. Secara perlahan klien akan belajar untuk duduk sensiri dengan bagian kepla tempat
ditinggikan dan kemudia untuk duduk dibagian pinggir tempat tidur dengan kaki pada
permukaan yang keras. Bantu klien untukm mempertahankan keseimbangan dengan cara
meluruskan bagian lengan yang terpengaruh dan menempatkan telapak tangan pada bagian
tempat tidur. Bantu pasien dengan sabar dan beri dorongan dalam membantu klien
mendapatkan kembali keseimbangan. Pada saat klien duduk di kursi. Beri penyangga dan sisi
yang lemah dengan bantal

Pada akhirnya klien akan belajar untuk mengangkat bagian tungkai yang lemah dengan bantuan
bagian yang normal dan untuk mengayunkan kedua tungkai secara lateral dari tempat tidur ke
arah lantai. Hal yang paling aman bagi klien untuk bertumpu pada tungkai yang tidak
terpengaruh. Oleh karena itu, posisikan kursi dengan sudut yang tepat untuk bagian yang tidak
terpengauh.

Ajarkan klien bagaimana menggunakan kursi roda. Klien dengan hemiplegia butuh belajar
berpindah secara aman dari tempat tidur ke kursi, atau kursi roda. Petunjuk pendidikan untuk
klien dibawah ini memperlihatkan satu metode untuk berpindah dengan aman dari tempat tidur
ke kursi roda. Klien dengan hemiplegia dapat menggerakkan kursi roda dengan lengan dan
tunkai yang tidak terpengaruh kursi roda yang bisa digerakkan dengan satu lengan juga
tersedia. Pada klienyang sudah dikursi roda, tingkat kemandirian klien akan sangat meningkat.
Penurunan kemampuan yang berhubungan dengan ruang, penurunan kesadaran dan negleksi
unilateral dapat menimbulkan masalah seperti terjatuh dan menabrak pintu. Klien tidak boleh
dibiarkan melakukan perpindahan ke kursi roda sendirian sampai mereka bisa memperlihatkan
kemampuan mereka akan hal tersebut.

Meningkatkan kemampuan berjalan. Meja yang miring bisa digunakan fisioterapi untuk
membantu klien mempertahankan posisi berdiri jika kesulitan dengan keseimbangan menjadi
masalah. Klien dapat mulai berdiri segera otot quadriseps pada bagian yang tidak terpengaruh
memiliki kekuatan yangnormal. Dudukkan klien di bagian pinggir tempat tidur. Dorong klien
untuk bangun dengan menggunakan kekuatan otot pada bagian tungkai yang tidak terpengaruh.
Klien mungkin cenderung akan berayun ke arah sisi yang terpengaruh. Secara perlahan, klien
akan belajar untuk merasakan peningkatan jumlah beratnya ke bagian yang lemah. Disamping
kelemahan pada bagian anggotaa tubuh yang terkena stroke, klien dengan hemiplegia sering
mengembangkan refleks ekstensor yang memfasilitsi berdiri. Posisikan diri anda disisiyang
lemah pada saat membantu klien untuk berdiri. Untuk menghindari menarik bagian lengan
yang terpengaruh dan meningkatkan risiko terjadinya cedera pada bahu, berikan dukungan
pada ambulasi dengan menggunakan ikat pinggang untuk membantu berjalan. Alat bantu
berjalan (quad came) harus digunakan pada bagian yang tidak terpengaruh untuk membantu
klien berjalan dengan model berjalan tiga poin.

Kebanyakan klien dengan hemiplegia dapat diajarkan berjalan. Ingatkan mereka untuk tetap
menopang berat tubuh ke bagian kaki. Latihan merupakan hal yang penting untuk belajar
berjalan dengan benar. Kebiasaan yang tidak benar, sekali terjadi, mungkin sulit untuk
mengatasinya di kemudian hari. Bimbing klien dengan hati – hati sampai mereka dapat berjalan
sendiri dengan aman tanpa rasa takut untuk jatuh. Pada saat jalan, klien tidak boleh melakukan
sirkunduksi atau menyeret jari kaki atau mencondongkan badan ke depan. Berjalan dengan
cara tumit-jari dengan cara berjalan yang seimbang adalah tujuan dari ambulasi.

PEDOMAN PENGAJARAN KLIEN


Pindah dari Tempat Tidur ke Kursi Roda oleh Klien dengan Hemiplegia

1. Kunci kursi roda untuk keselamatan dan tempatkan di samping tempat tidur pada sisi
sebelah yang tidak terpengaruh
2. Gunakan lengan dan tungkai Anda yang normal untuk menggerakkan lengan dan
tungkai yang terkena stroke
3. Pada saat tungkai Anda jatuh di sisi tempat tidur, ayunkan badan anda ke posisi
duduk
4. Dorong badan Anda ke posisi berdiri dengan menggunakan lengan dan tungkai yang
tidak terpengaruh
5. Jangkau kursi roda untuk mencengkram bagian lengan kursi yang jauh dan balikkan
badan untuk duduk
6. Buat bayangan pada bagian sisi kanan klien yang mengindikasi bagian yang terkena
stroke
Mengajari Penggunaan Rungkup (Brace). Jika rungkup (brace--alat bantu untuk menguatkan
anggota tubuh misalnya tangan dan kaki) digunakan, ajarkan klien dan keluarga bagaimana
memasang dan melepas alat tersebut, mengobservasi adanya kerusakan pada kulit, memberikan
perawatan kulit yang benar, dan merawat brace itu sendiri.

Diagnosis: Risiko Hipertermia. Perdarahan atau edema pada hipotalamus dapat mengakibatkan
iskemik pada pusat pengaturan suhu di otak.

Intervensi. Atasi demam dengan antipiretik. Selimut hipotermia dapat digunakan untuk
menurunkan suhu tubuh dengan cepat. Pada saat selimut hipotermia digunakan, kaji kulit
secara rutin pada bagian yang tertekan dan cedera karena dingin. Hindari klien menjadi
menggigil karena aktivitas otot bisa meningkatkan suhu tubuh. Menjaga kaki tetap hangat
dengan selimut bisa mengurangi menggigil. Agen Fenotiazin bisa digunakan untuk
menstabilkan membran neuronal jika demam dikaitkan dengan kerusakan struktur otak

Diagnosis: Risiko Kerusakan Integritas Kulit. Hilangnya sensasi proteksi dan penurunan
kemampuan untuk bergerak meningkatkan risiko cedera pada kulit. Selain itu, kerusakan kulit
bisa terjadi dari gesekan, be kerapuhan kulit terjadi kar adekuat atau edema.

Hasil yang Diharapkan. Kulit klien tetap utuh ditandai dengan tidak adanya perkembangan
tekanan ulkus tahap 1dari tidak adanya manifestasi kemerahan dari gesekan dan pencukuran

Intervensi. Kaji kondisi kulit setiap dua jam. Ubah pasien dengan hemiplegia atau hemiplegia
tingkat kesadaran setiap dua jam. Buat jadwal tertulis untuk mengubah posisi klien agar diikuti
pemberi pelayanan kesehatan lainnya dan keluarga klien. Pada saat memosisik klien pada
bagian yang terpengaruh, pastikan bahwa berat tubuh tidak membahayakan bagian anggota
gerak yang terkena stroke pada saat mengubah posisi klien hemiplegia. Dislokasi pada bahu
dan panggul dapat terjadi jika ekstremitas yang lemah tidak di sokong dengan benar.
Tempatkan sebuah bantal antara tungkai klien sebagai tumpuan. Klien mungkin hanya bisa
menoleransi berbaring selama 30 menit pada bagian yang terpengaruh karena sirkulasi yang
terganggu atau rasa nyeri.

Masalah Kolaborasi: Risiko Terjadinya Kontraktur. Normalnya otak akan menghambat


kontraksi spasme otot. Di awal masa penyembuhan stroke, kelemahan biasanya terjadi karena
adanya kehilangan koneksi serebral untuk sensori aferet dan saraf motorik eferen. Selama masa
penyembuhan otot yang terpengaruh dapat menjadi tegang karena otak yang cedera tidak dapat
menghambat kontraksi otot yang menegang. Oleh sebab itu, masalah kolaborasinya adalah
Risiko Terjadinya kontraktur karena kelemahan paralisis atau spastisitas.

Hasil yang Diharapkan. Perawat akan memantau adanya perkembangan kontraktur ditandai
dengan tidak adanya otot yang memendek dan dengan mempertahankan ROM yang normal.

Intervensi. Kaji ROM klien pada kedua pada bagian sendi baik pada bagian yang terlibat dan
tidak terlibat. Temuan ini dapat digunakan sebagai data dasar dan sebagai hasil yang
diharapkan.

Lakukan latihan ROM pasif dua kali sehari sesudah 24 jam pertama setelah stroke kecuali
sesuai indikasi yang telah ditentukan. Impuls motorik biasnya mulai kembali antara 2-14 hari
setelah stroke. Bagian yang terpengaruh (awalnya lemah) menjadi spastik karena motorik
sistem saraf tulang belakang membentuk otonomi dan peningkatan kontraksi berpotensi terjadi.
Latihan ROM pasif lebih sulit untuk dilakukan jika otot yang terpengaruh mulai menegang.

Jika memaksa ekstremitas melebihi tempat awal nyeri atau spasme yang berlanjut. Selalu beri
sokongan pada sendi yang anda latih dan gerakkan yang menyentak. Latihan ROM pasif yang
rutin (1) mencegah imobilitas sendi, kontraktur tendon dan atropi otot (2)menstimulasi
sirkulasi darah dan (3) membantu membentuk kembali jalur neuromuskular. Dengan
melakukan latihan berpakaian dan membuka pakaian, bisa memfasilitasi perawatan diri klien.

Ajarkan klien untuk menggunakan tangan yang tidak terpengaruh untuk menganggat lengan
yang lemah untuk melakukan latihan ROM pada bagian tersebut. Latih setiap jari – jari secara
terpisah. Pada saat di tempat ajarkan klien (1) untuk melatih bagian lengan yang terpengaruh
dengan cara tangan yang normal menggenggam pergelangan tangan yang terpengaruh dan
mengangkatnya arah atas kepala dan (2) untuk meregang dan memijat jari – jari tangan yang
terpengaruh beberapa kali dalam tidak terpengaruh membantu mempertahankan atau
meningkatkan kekuatan otot

Ketika beberapa getaran sadar kembali, beri dukungann klien dengan gerakan yang dibantu.
Pada saat kekuatan motorik meningkat, gerakan menahan bisa menguatkan yang lemah dan
membantu mengembalikan bentuk. Alat penyangga ke bahu (shoulder sling )tidak
merekomendasikan karena hal tersebut bisa meningkatkan kontraktor.
Beberapa intervensi yang digunakan untuk menurunkan risiko terjadinya kontraktur sendi.

Biarkan klien duduk tegak hanya dalam waktu yang tidak lama duduk dapat berkontribusi
dalam deformitas fleksi panggul dan lutut pada saat klien berbaring pada satu sisi, jangan
fleksikan panggul dengan sudut yang tajam.

1. Jangan letakkan bantal dibawah lutut yang terpengaruh pada saat klien dalam posisi
telentang hal ini mendukung terjadinya deformitas fleksi dan mengganggu sirkulasi

2. Jika lutut klien cenderung untuk hiperekstrensi, letakkan handuk yang tergulung di
bagian bawah lutut untuk jangka pendekpada saat klien dalam posisi terlentang

Jika klien dapat menoleransi posisi telungkup, tanpa adanya gerakan yang menyentak,
posisikan klien dalam kondisi tersebut selama 15 sampai 30 menit beberapa kali dalam sehari,
dengan bantal kecil diletakkan di bawah pelvis (dari pusat kebagian sepertiga atas paha) untuk
hiperekstensi sendi panggul.

Cegah kaki jatuh (footdrop), pemendekan tendon achilles, dan plantifleksion dengan cara (1)
hindari penekanan pada kaki, (2) lakukan latihan ROM pasif yang rutin, dan (3) dudukkan klien
di kursi sesegara mungkin dengan posisi kaki rata pada lantai. Ketika klien ditempat tidur jaga
agak kaki tetap dalam posisi fleksi 90 derajat dengan menggunakan sepatu tennis high-top atau
ortotik.

Trochander roll (bantalan gulungan untuk pinggul saat posisi terbaring), yang diperpanjang
dari ujung ileum ke bagian tengah paha, mencegah rotasi panggul eksternal dan menghentikan
femur dari berguling. Oleh karena trochanter roll meningkatkan risiko kerusakan kulit,
pengkajian kulit dibagian bawah gulungan harus sering dilakukan.

Pada saat klien ditempat tidur, cegah adduksi pada bahu yang terpengaruh dengan menepatkan
bantal pada aksila, anatara lengan atas dan dinding dada, untuk menjaga lengan abduksi sekitar
60 derajat. Jaga lengan untuk sedikit fleksi dalam posisi yang netral. Letakkan lengan bawah
pada bantal yang lain dengan siku di atas bahu dan pergelangan tangan dibawah siku. Posisi
ini akan meregangkan rotator internal bahu. Meninggikan lengan juga membantu mencegah
edema dan akibat dari fibrosis.

Tempatkan tangan yang terpengaruh pada posisi sesuai fungsinya (misalnya, sedikit supinasi
dengan jari – jari sedikit fleksi dan ibu jari berlawanan posisi). Latihan ROM pasif secara rutin
merupakan hal pentin. Penggunaan bidai tersebut dirancang secara individual oleh ahli terapi
okupasi dan memiliki jadwal periode lepas – pasang untuk pengkajian kulit dan ROM.
Menggenggam erat bola karet tidak direkomendasikan karena akan meningkatkan terjadinya
fleksi padahal yang diinginkan adalah konsisi ekstensi.

Berat dari lengan yang tidak bisa bergerak bisa menyebabkan rasa nyeri dan gerakan yang
terbatas bisa menyebabkan rasa nyeri dan gerakan yang terbatas (bahu kaku) atau dislokasi
parsial pada sendi bahu. Cegah manifestasi tersebut dengan menyokong lengan yang sama
sekali lemah dengan bantal pada saat klien di tempat tidur atau duduk di kursi.

Diagnosis: Defisit Perawatan Diri. Defisit perawatan diri bisa berkisar dari tidak mampu
menjangkau dengan lengan yang lemah sampai tingkat bergantung penuh dengan orang lain.
Diagnosis ini berlaku jika hasil yang dapat dicapai bisa di dapatkan. Klien dengan paralisis
lengkap dan penurunan kognitif mungkin tidak mampu melakukan perawatan diri.diagnosis
keperawatan lainnya yang mungkin lebih sesuai, seperti gangguan mobilitas fisik dan
gangguan intelegritas kulit. Beberapa diagnosis keperawatan dapat digunakan untuk
menggambarkan defisit perawatan diri, termasuk gangguan mobilitas fisik, gangguan sensori-
persepsi (visual), negleksi unilateral atau gangguan proses berpikir.

Hasil yang diharapkan. Klien akan melakukan aktivitas seharian (ADL) sebanyak mungkin
dalam batasannya ditandai dengan penggunaan alat dan teknik yang adaptif

Intervensi. Pada awalnya klien yang mengalami stroke mungkin membutuhkan bantuan yang
cukup berarti pada aktifitas perawatan diri, termasuk mencuci, makan dan berpakaian. Dorong
klien untuk melakukan aktivitas perawatan diri sebanyak mungkin dan untuk menggunakan
lengan yang terpengaruh dan menghindari kecenderungan untuk melakukan segalanya denga
lengan yang tidak terpengaruh. Aktivitas ini membantu untuk mempertahankan kemandirian
perawatan diri, mencegah komplikasi imobilitas, serta meningkatkan harga diri.

Ingat bahwa klien stroke sangan mudah menjadi frustasi dan mungkin membutuhkan banyak
dorongan. Aktivitas perawatan diri memberikan kesempatan yang sangat bagus untuk
pengajaran kepada keluarga. Anggota keluarga akan merasa sayangi berjuang melakukan
kegiatannya dan mereka sering melakukan hal tersebut untuk klien. Jelaskan bagaimana
tersebut akan bermanfaat bagi klien untuk bisa mandiri sebisa mungkin.

Pada klien dengan diplopia, memasang penutup pada salah satu cara bergantian menghilangkan
bayangan kedua dan meningkatkan penglihatan yang lebih baik. Mengganti penutup mata
berganti dengan mata yang lain membantu mempertahankan fungsi dan kekuatan dari otot
ekstraokular di kedua mata. Berikan perawatan mulut paling tidak tiga atau empat kali sehari,
berikan perhatian yang khusus pada bagian yang sisi lidah dan mulut yang terpengaruh. Fokus
perencanaan rehabilitasi pada penurunan perawatan diri dan ADL.

Diagnosis: risiko terjadinya cedera. Risiko terjadinya cedera dan trauma berlanjut terus selama
masa penyembuhan stroke. Hal ini bisa dilanjutkan ke dalam lingkungan rumah, klien akan
berusaha untuk melakukan kegiatan yang sebelumnya sering dilakukan, seperti memasak atau
mengendarai mobil. Faktor – faktor yang bisa meningkatkan risiko cedera termasuk penurunan
tingkat kesadaran kelemahan kelumpuhan ketegangan, perilaku berlebihan, proses berpikir
terganggu dan perubahan motorik, penglihatan dan persepsi mengenai ruang.

Yang diharapkan. Klien akan tetap bebas dari cedera yag ditandai dengan tidak adanya abrasi,
terbakar atau terjatuh. Klien juga akan mencari bantuan untuk melakukan kegiatan yang tidak
mampu dia lakukan.

Intervensi. Pasang sisi penghalang tempat tidur pada klien dengan hemiplegia yang baru saja
terjadi untuk mencegah klien terguling dari tempat tidur.pada saat proses penyembuhan, klien
bisa memegang penghalang sisi tempat tidur pada saa duduk atau berbalik. Pada saat klien
dapay turun dari tempat tidur tanpa bantuan, setengah sisi penghalang mungkin lebih berguna.
Penghalang yang penuh bisa mempersulit ambulasi.

Klien dengan gangguan sensasi sangat mudah terkena cedera. Inspeksi kulit yang rutin untuk
manifestasi cedera adalah hal yang penting. Gangguan visual mungkin juga meningkatkan
potensial cedera pada klien dengan hemiplegia. Kelemahan pada satu sisi membantu klien
gampang terjatuh.

Ingatkan klien untuk berjalan perlahan, istirahat yang cukup antara interval berjalan, gunakan
penerangan yang efektif dan lihat ke arah mana klien berjalan. Berikan perhatian ekstra pada
saat klien menuju kamar mandi. Pastikan petugas yang membantu dan anggota keluarga
mengetahui untuk tidak meninggalkan klien sendiri di kamar mandi

Diagnosis : ketidakseimbangan nutrisi:kurang dari kebutuhan tubuh. Gunakan diagnosis ini


jika klien anda memiliki ketidakmampuan untuk menelan karena stroke. Dukung diagnosis
dengan data asupan dan keluaran, kemampuan menelan, asupan kalori, perubahan berat selama
dari tiga hari yang lalu, serta tingkat hemoglobin, hematokrit,albumin, prealbumin dan jumlah
limfosit selama dari tiga hari yang lalu.

Haril yang diharapkan. Klien akan emperlihatkan manifestasi akan nutrisi yang adekuat yang
ditandai dengan (1)mempertahankan berat yang stabil (2)konsumsi kalori yang adekuat untuk
usia, tinggi, dan berat badan (3)asupan sesuai dengan keluaran (4) tingkat hemoglobin dan
hematokrit dalam batas normal sesuai usia dan jenis kelamin (5)jumlah limfosit, tingkat
prealbumin, dan tingkat albumin dalam batas normal dan (6)jika terdapat inisiasi dan luka,
masa penyembuhan terjadi dalam waktu 12 sampai 14 hari.

Intervensi. Kaji dengan saksama diet klien untuk memastikan nutrisi yang adekuat. Kaji total
asupan. Memberi makan pada klien dengan paralisis parsial pada lidah, mulut dan
kerongkongan membuthkan kesabaran dan perawatan untuk mencegah tersedak dan aspirasi.
Seringkali klien merasa takut tersedak merasa malu dan frustasi dengan kesulitan untuk makan.
Sebagai akibatnya, mereka mungkin menghindari makan dan bisa tidak mendapatkan nutrisi
yang adekuat. Pemberian nutrisi tambahan adalah hal yang penting. Jika klien tidak dapat
menelan sama sekali, selang makan mungkin digunakan. Dengan bantuan dan dorongan, klien
dengan hemiplegia biasanya dapat belajar makan sendiri. Beberapa alat bantu ortotik tersedia
melalui makan sendiri. Beberapa alat bantu ortotik tersedia melalui konsultasi dengan ahli
terapi okupasi. Hal ini bisa termasuk peralatan dapur yang dibuat dengan pegangan atau piring
sendok. Buat waktu makan menyenangkan dan tidak terburu – buru. Sajikan makanan secara
menarik dan pada suhu yang sesuai.

Klien degan disfagia dapat menjadi sangat frustasi pada saat pemberian makan, khususnya jika
yang melayani tidak terbiasa dengan kondisi khususbkecatatan klien. Orang pendukung atau
anggota keluarga perlu diajarkan teknik dasar pemberian makan dan juga perlu diinformasikan
setiap kebutuhan dan batasan individual klien. Untuk memfasilitasi pemberian makan dan juga
perlu fiinformasikan setiap pemberian makan dan juga perlu diinformasikan setiap kebutuhan
dan batasan individual klien. Untuk memfasilitasi pemberian makan, kaji hal – hal berikut dan
lakukan tindakan jika dibutuhkan. Ahli patologis bicara dapat memberikan tambahan
rekomendasi teknik dasar pemberian makan berdasarkan secara khusus pada kekurangan dan
kebutuhan klien.

Tingkatkan Kontrol Kepala. Jika klien memiliki batasan atau tidak bisa sama sekali mengontrol
kepala, meletakkan tangan pada dahi bisa membantu. Petugas yang membantu merawat klien
mendekati klien dari arah tengah dan bukan dari samping sehingga klien tidak perlu
membalikkan kepala pada saat diberikan makanan. Ingatkan klien untuk tidak mendongakkan
kepala ke belakang untuk mendorong makanan karena hal tersebut dapat mengakibatkan
aspirasi. Kepala harus tetap di posisi garis tengah dan sedikit fleksi ke depan.
Bantu dalam Posisi. Buat klien dalam posisi tegak, sebisa mungkin mendekati 90 derajat, baik
di tempat tidur maupun kursi. Dukung kepala klien untuk menetralkan hiperekstensi.

Rangsang Membuka Mulut. Jika klien tidak membuka mulut, secara ringan sentuh kedua bibir
dengan ujung sendok. Jika hal ini tidak berhasil, berikan tekanan yang ringan pada dagu dengan
menggunakan jari tepat di bawah bibir bagian bawah. Minta klien untuk membuka mulut pada
saat yang bersamaan. Berikan gerakan ringan pada otot di bawah dagu (otot digastrik), tanpa
melewati garis tengah, juga akan menstimulasi mulut untuk membuka.

Rangsang Menutup Mulut. Jika klien tidak menutup bibir, klien akan lebih kesulitan dalam
menelan. Stimulasi penutupan bibir dengan memberikan gerakan ringan pada bibir dengan jari-
jari, es, atau dengan memberikan tekanan ringan pada bagian tepat di atas bibir bagian atas
dengan ibu jari atau jari telunjuk.

Anda mungkin juga menyukai