Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN AGRERAT: PRIA WANITA

DENGAN DIAGNOSA STRUKE

Disusun Oleh:

Keperawatan B

Kelompok 3

Jumasing

Ulfa Wildana Hasan

Waode Yulianti Togala

Nurfadillah

Nur Annisa Berlin

Ainun Rafiqa

PRODI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2019
KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan
rahmat karunia-Nya, penulisan makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Alhamdulilah dengan
semangat yang tinggi pula merupakan modal bagi kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan wawasan dan pengetahuan tentang “Asuhan
Keperawatan Agrerat: Pria Wanita Dengan Diagnosa Struke ” Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat yang banyak tidak hanya bagi kami tetapi bagi pembaca.

Dalam penulisan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada segala pihak yang telah
ikut serta membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna untuk para pembaca.
kami juga dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun guna untuk
memperbaiki setiap kekurangan dari makalah ini.

Samata, 21 April 2019

(Kelompok III)
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…..........................................................................................
DAFTAR ISI….........................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang ......................................................................................
B. Rumusan masalah .................................................................................
C. Tujuan ...................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran ....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Stroke adalah penyakit pada otak berupa gangguan fungsi saraf lokal dan atau
global, yang muncul mendadak, progresif, dan cepat. Gangguan fungsi saraf pada stroke
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik. Gangguan saraf tersebut
menimbulkan gejala antara lain : kelumpuhan wajah atau anggota badan, bicara tidak
lancar, bicara tidak jelas (pelo), mungkin perubahan kesadaran, gangguan penglihatan,
dan lain-lain (Riskesdas, 2013). Stroke melibatkan onset mendadak defisit neurologis
fokal yang berlangsung setidaknya 24 jam dan diduga berasal dari pembuluh darah.
Di seluruh dunia, stroke merupakan penyebab utama kedua kematian dan
penyebab utama ketiga dari kecacatan stroke. Selama empat dekade terakhir, kejadian
stroke di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah memiliki lebih dari dua
kali lipat lebih besar negara yang berpenghasilan tinggi (WHO, 2016). Studi berbasis
populasi berkaitan dengan insiden dan prevalensi stroke terdapat dari Asia Selatan
(sebagian besar dari India) Perkiraan prevalensi stroke di India berkisar 44-843 per
100.000 population (Wassay M, 2014).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan struke?
2. Bagaimana implementasi penanggulangan struke?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu struke.
2. Untuk mengetahui penanggulangan struke masa dini.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Stroke adalah penyakit pada otak berupa gangguan fungsi saraf lokal dan atau
global, yang muncul mendadak, progresif, dan cepat. Gangguan fungsi saraf pada
stroke disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik. Gangguan saraf
tersebut menimbulkan gejala antara lain : kelumpuhan wajah atau anggota badan,
bicara tidak lancar, bicara tidak jelas (pelo), mungkin perubahan kesadaran, gangguan
penglihatan, dan lain-lain (Riskesdas, 2013). Stroke melibatkan onset mendadak defisit
neurologis fokal yang berlangsung setidaknya 24 jam dan diduga berasal dari
pembuluh darah (Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013).
Stroke merupakan penyakit gangguan fungsional otak akut fokal maupun
global akibat terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan (stroke hemoragik)
ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang
terkena, yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, atau kematian.
Gangguan peredaran darah otak berupa tersumbatnya pembuluh darah otak atau
pecahnya pembuluh darah di otak. Otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen
dan zat makanan menjadi terganggu. Kekurangan pasokan oksigen ke otak akan
memunculkan kematian sel saraf (neuron). Gangguan fungsi otak ini akan
memunculkan gejala stroke (Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013).
B. EPIDEMIOLOGI

Di seluruh dunia, stroke merupakan penyebab utama kedua kematian dan


penyebab utama ketiga dari kecacatan stroke. Selama empat dekade terakhir, kejadian
stroke di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah memiliki lebih dari dua
kali lipat lebih besar negara yang berpenghasilan tinggi (WHO, 2016). Studi berbasis
populasi berkaitan dengan insiden dan prevalensi stroke terdapat dari Asia Selatan
(sebagian besar dari India) Perkiraan prevalensi stroke di India berkisar 44-843 per
100.000 population (Wassay M, 2014). Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan
diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7 per mil dan yang terdiagnosis tenaga kesehatan
atau gejala sebesar 12,1 per mil. Prevalensi Stroke berdasarkan diagnosis nakes
tertinggi di Sulawesi Utara (10,8‰), diikuti DI Yogyakarta (10,3‰), Bangka Belitung
dan DKI Jakarta masing-masing 9,7 per mil. Prevalensi Stroke berdasarkan
terdiagnosis nakes dan gejala tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan (17,9‰), DI
Yogyakarta (16,9‰), Sulawesi Tengah (16,6‰), diikuti Jawa Timur sebesar 16 per
mil (Riskesdas, 2013). Data di Indonesia menunjukkan kecenderungan peningkatan
kasus stroke baik dalam hal kematian, kejadian, maupun kecacatan. Angka kematian
berdasarkan umur adalah: sebesar 15,9% (umur 45-55 tahun) dan 26,8% (umur 55-64
tahun) dan 23,5% (umur 65 tahun). Kejadian stroke (insiden) sebesar 51,6/100.000
penduduk dan kecacatan;1,6% tidak berubah; 4,3% semakin memberat. Penderita laki-
laki lebih banyak daripada perempuan dan profil usia dibawah 45 tahun sebesar
11,8%, usia 45-64 tahun 54,2%, dan usia diatas 65 tahun sebesar 33,5% (Perdossi,
2011).

C. KLASIFIKASI STROKE
Stroke terdiri dari dua jenis utama yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik.
Stroke iskemik jauh lebih sering terjadi daripada stroke hemoragik. Otak memiliki suplai
darah yang cukup konsisten antara individu. Iskemik stroke dapat disebabkan
aterosklerosis pada pembuluh darah besar, aortocardioemboli, atau oklusi pembuluh
darah kecil. Pada stroke hemoragik, paling sering disebabkan oleh hipertensi, kelainan
pembuluh darah spesifik atau masalah medis lainnya (Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013).
1. Stroke Iskemik
Stroke iskemik terjadi ketika aliran darah arteri ke otak tersumbat. Arteri
bertanggung jawab untuk mengalirkan darah segar dari jantung dan paru-paru yang
membawa oksigen dan nutrisi ke otak. Jika arteri diblokir, sel-sel otak (neuron) tidak
dapat membuat energi yang cukup dan akhirnya akan berhenti bekerja. Jika arteri
tetap diblokir selama lebih dari beberapa menit, sel-sel otak bisa mati (Wijaya, A.S
dan Putri, Y.M. 2013).

2. stroke hemoragik

Stroke hemoragik (13% dari stroke) termasuk perdarahan subarachnoid (SAH),


perdarahan intraserebral, dan hematoma subdural. SAH mungkin akibat dari
trauma atau pecahnya aneurisma atau arteriovenous malformation intrakranial
(AVM). Perdarahan intraserebral terjadi bila pembuluh darah pecah di dalam
otak menyebabkan hematoma. hematoma subdural biasanya disebabkan oleh
trauma. Darah di kerusakan parenkim otak jaringan di sekitarnya melalui massa
efek dan neurotoksisitas komponen darah dan produk degradasi mereka
(Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013).

D. PATOFISIOLOGI
Penyakit serebrovaskular iskemik terutama disebabkan oleh trombosis, emboli
dan hipoperfusi, yang semuanya dapat menyebabkan pengurangan atau gangguan
dalam CBF yang mempengaruhi fungsi neurologis. Otak hanya menerima 20% dari
output jantung, hal tersebut merupakan bagian awal terjadinya iskemik, periode
iskemik yang singkat dapat memicu terjadinya suatu kejadian yang komplek sehingga
menyebabkan kerusakan otak permanen (Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013).
Stroke iskemik disebabkan oleh oklusi atau stenosis berat arteri serebral,
karena embolus atau trombosis, sehingga mengurangi aliran darah serebral (CBF) dan
gangguan suplai oksigen dan glukosa ke jaringan yang disuplai oleh arteri tersebut
(Johnson et al, 2006). Ketika aliran darah lokal otak menurun di bawah 20 mL/100 g
per menit, iskemia terjadi kemudian. Sehingga ketika pengurangan lebih lanjut di
bawah 12 mL/100 g per menit bertahan, maka akan terjadi kerusakan otak permanen
yang disebut dengan infark. Jaringan yang mengalami iskemik tetapi mempertahankan
integritas membran dan berpotensi untuk diselamatkan disebut sebagai penumbra
iskemik yang berada disekitar area infark atau mengelilingi inti infark. Penumbra ini
berpotensi diselamatkan melalui intervensi terapeutik (guideline stroke tahun 2011).
Bila aliran darah jaringan otak berhenti maka oksigen dan glukosa yang
diperlukan untuk pembentukan ATP akan menurun, akan terjadi penurunan Na+ K+
ATP-ase, sehingga membran potensial akan menurun. K+ berpindah ke ruang
ekstraselular, sementara ion Na dan Ca berkumpul di dalam sel. Hal ini menyebabkan
permukaan sel menjadi lebih negatif sehingga terjadi membran depolarisasi. Saat awal
depolarisasi membran sel masih reversibel, tetapi bila menetap terjadi perubahan
struktural ruang menyebabkan kematian jaringan otak. Keadaan ini terjadi segera
apabila perfusi menurun dibawah ambang batas kematian jaringan, yaitu bila aliran
darah berkurang hingga dibawah 10 ml / 100 gram / menit (Wijaya, 2013).
Dislipidemia juga merupakan faktor yang amat penting dalam patofisiologi
aterosklerosis dan stroke. Faktor resiko yang paling penting ialah kadar kolesterol
LDL. Memang ada korelasi antara kadar kolesterol total dengan LDL, sel busa pada
dinding arteri yang disebabkan karena makrofagh terisi lipid intraseluler dalam bentuk
droplet, dan lipid kolesterol ester yang merupakan ciri dari plak aterosklerosis (Junaidi,
2011). Aterosklerosis mempengaruhi berbagai daerah sirkulasi istimewa dan memiliki
manifestasi klinis yang berbeda yang tergantung pada hambatan aliran darah tertentu
yang terkena dampak. Salah satunya yaitu aterosklerosis pada arteri yang memasok
darah ke sistem saraf pusat yang menimbulkan stroke dan (TIA) (Wijaya, A.S dan
Putri, Y.M. 2013).
E. FAKTOR RESIKO
Faktor resiko stroke adalah faktor-faktor yang menjadi penyebab atau yang
mendasari terjadinya stroke pada masing-masing individu. Menurut American Stroke
Association memperkirakan bahwa 80% dari stroke dapat dicegah. Pengetahuan medis
tentang faktor resiko stroke berdasarkan penelitian epidemiologi (American Stroke
Association, 2015). Stroke berdampak terhadap sosioekonomi akibat disabilitas yang
diakibatkannya. Oleh karena prevalensi stroke semakin meningkat di Indonesia dan
merupakan penyakit penyebab kecacatan nomor satu, maka pencegahannya sangat
penting dilakukan melalui deteksi dini faktor resiko dan upaya pengendalian.
Berdasarkan AHA Guideline tahun 2013, menerangkan bahwa faktor resiko
stroke diklasifikasikan menjadi 2 yaitu, faktor yang dapat dimodifikasi dan faktor yang
tidak dapat dimodifikasi. Faktor yang dapat dimodifikasi yakni, hipertensi, merokok,
alkohol dan lainnya dapat dikendalikan dengan merubah pola hidup atau life style
pasien. Sedangkan faktor yang tidak dapat dimodifikasi atau tidak dapat diubah yakni
usia, jenis kelamin, ras atau etnis. Dibawah ini akan dipaparkan beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya stroke.
1. Faktor Resiko Yang Dapat Dimodifikasi
a. Kebiasaan Merokok
Kebiasaan merokok berhubungan dengan kejadian stroke, baik stroke
iskemik maupun stroke hemoragik. Hal ini berhubungan dengan life style
utamanya dilakukan sejak usia muda. Jumlah kematian stroke pertahun yang
dikaitkan dengan merokok di Amerika Serikat, diperkirakan memberikan
kontribusi 12% sampai 14% dari semua stroke yang berakhir dengan kematian
(Goldstein et al, 2011). Ada hubungan yang kuat antara merokok dan kejadian
stroke, dengan merokok dapat meningkatkan resiko oleh sekitar 50%.
Peningkatan resiko ini bergantung pada intensitas merokok, dan orang-orang
yang pengguna rokok berat berada pada resiko tertinggi (Wijaya, A.S dan
Putri, Y.M. 2013).
b. Diet
Diet atau makanan merupakan tingkat resiko yang tinggi dan dapat
meningkatkan keuntungan secara intervensi farmakologi pada orang dengan
penyakit pembuluh darah. Contohnya menurunkan jumlah konsumsi sodium
pada individu dengan riwayat cardiovascular disease, khususnya pada individu
yang mempunyai riwayat tekanan darah tinggi, dengan mengendalikan pola
makan akan membantu mencegah stroke (Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013)
c. Obesitas
Obesitas dapat meningkatkan resiko terkena stroke. Hal ini berkaitan
dengan lipid yang ada ditubuh. Karena pada individu yang mempunyai
timbunan lemak yang berlebih, meningkatkan resiko terbentuknya plak
arterosklerosis ataupun thrombus, sehingga dapat meningkatkan kejadian
serangan stroke iskemik (Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013).
d. Diabetes
Orang dengan diabetes memiliki resiko terhadap arterosklerosis
dan peningkatan prevalensi faktor resiko proaterogenik, terutama hipertensi
dan lipid darah. Pada tahun 2007 sekitar 17,9 juta atau 5,9% orang Amerika
menderita sroke. Pada beberapa studi menunjukkan bahwa diabetes
meningkatkan resiko independen stroke iskemik dengan resiko relatif mulai
dari 1,8 kali lipat menjadi 6 kali lipat (guideline stroke tahun 2011).
e. Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor utama antara kejadian infark serebral dan
intracranial hemoragik. Hubungan antara stroke dan hipertensi sangat kuat,
berlajut dan konsisten, bisa diprediksi dan sebagai etiologik yang signifikan.
Resiko stroke meningkat secara progresif dengan peningkatan tekanan darah
dan sejumlah besar individu yang memiliki tingkat tekanan darah dibawah
ambang yang harus diterapi. Berdasarkan rekomendasi JNC 7 pada kondisi
diatas pendekatan terapi non farmakologi dan perubahan gaya hidup
direkomendasikan untuk mengurangi tekanan darah (Bulechek, gloria m.,
dkk.2015).
2. Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Dimodifikasi
a. Umur
Stroke umumnya diderita oleh orang tua, tetepi insiden stroke anak
telah meningkat beberapa tahun terakhir. Meskipun kelompok muda (usia
antara 22-44 tahun) berada pada resiko yang lebih rendah, namun terjadi
kerugian yang lebih besar jika stroke terjadi pada usia produktif. Sehingga usia
merupakan faktor risiko yang besar, baik pada stroke iskemik maupun stroke
hemoragik. Dilaporkan pada beberapa penelitian bahwa resiko stroke menjadi
berlipat setiap dekade setelah usia 55 tahun (guideline stroke tahun 2011).
b. Jenis kelamin
Tingkat stroke untuk pria lebih tinggi dari pada untuk wanita (anonim,
2011). Pada umumnya pria memiliki rentang usia tertentu dimana resiko stroke
terjadi lebih besar dibandingkan dengan wanita. Terdapat pengecualian pada
mereka yang berusia 35-44 tahun dan mereka yang berusia 85 tahun (guideline
stroke tahun 2011).
Penggunaan alat kontrasepsi oral dan kehamilan berkontribusi besar dalam
angka kejadian stroke pada wanita. Sedangkan pada laki-laki dengan
penyakit kardiovaskuler memiliki resiko stroke yang relatif lebih besar
dibandingkan dengan wanita usia lebih tua (Bulechek, gloria m., dkk.2015).
c. BLR
Kelahiran berat lahir rendah dapat disebabkan oleh gizi buruk atau
masalah kesehatan lainnya. Berdasarkan studi di California Selatan, kemungkinan
stroke terjadi lebih dari dua kali lipat pada mereka yang memiliki berat badan
lahir <2500g dibandingkan dengan bayi yang memiliki berat 4000g. perbedaan
berat lahir dapat didasari pada perbedaan letak geografis dalam hubungannya
dengan kematian akibat stroke, yang juga berhubungan dengan tempat lahir.
Meskipun alas an potensial untuk hubungan ini tidak membuktikan adanya
hubungn kausalitas (Bulechek, gloria m., dkk.2015).
d. Etnis
Kelompok etnis tertentu (Cina, populasi Jepang dan kelompok orang
kulit hitam, sebagian orang Amerika Hispanik) telah meningkatkan tingkat
stroke dibandingkan dengan populasi dunia lainnya (Anonim, 2011). Terutama
pada ras kulit hitam usia muda, memiliki resiko lebih tinggi untuk pendarahan
subarachnoid (SAH) dan pendarahan intraskranial (ICH) dibandingkan dengan
kulit putih. Kemungkinan tingkat kejadian dan angka kematian yang lebih
tinggi pada kulit hitam karena prevalensi hipertensi, obesitas dan diabetes yang
lebih tinggi. Study Strong Heart (SSH) menunjukkan bahwa indian Amerika
memiliki insiden lebih tinggi terkena stroke dibandingkan Afrika-Amerika dan
ras kulit putih (Bulechek, gloria m., dkk.2015).
e. Genetik
Sebuah studi kohort meta analisis menunjukkan bahwa riwayat
keluarga yang positif stroke memiliki resiko terkena stroke sekitar 30%.
Kemungkinan keduanya kembar monozigot memiliki stroke 1,65 kali lipat
lebih tinggi daripada orang-orang yang kembar dizigotik. Kardioembolik stroke
sedikit diwariskan faktor terjadinya stroke dibandingkan dengan faktor lain.
Pada wanita yang memiliki orang tua dengan riwayat stroke, lebih
memungkinkan terkena stroke dibandingkan dengan pria. Peningkatan resiko
stroke pada orang dengan riwayat keluarga positif stroke dapat dimediasi
memalui berbagai mekanisme, meliputi: heritabilitas genetik faktor resiko
stroke tersebut, keluarga sangat mempengaruhi budaya atau lingkungan dan
gaya hidup seseorang serta interaksi antara faktor genetik dan ingkungan
(Bulechek, gloria m., dkk.2015).
F. TANDA DAN GEJALA
Stroke merupakan suatu kedaruratan medis, karena intervensi dini dapat
menghentikan bahkan memulihkan kerusakan pada neuron akibat gangguan perfusi.
Tanda utama stroke atau cerebrovascular accident (CVA) adalah munculnya
serangan mendadak dan terjadi satu atau lebih defisit neurologik fokal. Defisit
tersebut mugkin mengalami perbaikan dengan cepat, mengalami perburukan
progresif, atau menetap.

Gejala yang paling umum dari stroke adalah kelemahan tiba-tiba atau mati rasa
pada wajah, lengan atau kaki, paling sering di salah satu sisi tubuh. Gejala lain
termasuk : kebingungan, kesulitan berbicara atau memahami pembicaraan, kesulitan
melihat dengan satu atau kedua mata, kesulitan berjalan, pusing, kehilangan
keseimbangan atau koordinasi, sakit kepala parah tanpa diketahui penyebabnya,
pingsan atau tidak sadarkan diri. Efek dari stroke tergantung pada bagian mana dari
otak yang terluka dan seberapa parah itu dipengaruhi. Stroke yang sangat parah
dapat menyebabkan kematian mendadak (WHO, 2014).

Stroke iskemik disebabkan oleh oklusi atau stenosis berat arteri serebral,
karena embolus atau trombosis, sehingga mengurangi aliran darah serebral (CBF)
dan gangguan suplai oksigen dan glukosa ke jaringan yang disuplai oleh arteri
tersebut (Johnson et al, 2006). Ketika aliran darah lokal otak menurun di bawah 20
mL/100 g per menit, iskemia terjadi kemudian. Sehingga ketika pengurangan lebih
lanjut di bawah 12 mL/100 g per menit bertahan, maka akan terjadi kerusakan otak
permanen

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Stroke merupakan diagnosis klinik. Pemeriksaan penunjang ditujukan untuk
mencari penyebab, mencegah rekurensi, dan pada pasien yang berat mengidentifikasi
faktor-faktor yang dapat menyebabkan perburukan fungsi SSP. Pemeriksaan penunjang
yang biasa dilakukan pada pasien stroke meliputi (Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013.):
1. Darah lenkap dan LED
2. Ureum, elektrolit, glukosa, dan lipid
3. Rontgen dada dan EKG
4. CT scan kepala
H. PENATALAKSANAAN STROKE
Secara umum, pemberian terapi pada stroke bertujuan untuk stabilisasi jalan
napas dan stabilisasi hemodinamik. Pada stabilisasi jalan napas dilakukan dengan
pemantauan secara terus menerus terhadap status neutologis, nadi, tekanan darah, suhu
tubuh, dan Saturasi oksigen dianjurkan dalam 72 jam, pada pasien dengan defisit
neurologis yang nyata. Untuk penanganan terapi dianjurkan pemberian oksiden pada
keadaan dengan saturasi oksigen < 95% atau perbaiki jalan nafas termasuk
pemasangan pipa orofaring pada pasien yang tidak sadar serta berikan bantuan
ventilasi pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran. Pada stabilisasi
hemodinamik dilakukan dengan pemantauan kecukupan cairan, pemantauan jantung
serta optimalisasi tekanan darah. Terapi umum yang dapat diberikan dapat berupa
pemasangan CVC (Central Venous Catheter), dengan tujuan untuk memantau
kecukupan cairan dan sebagai sarana untuk rnemasukkan cairan dan nutrisi serta
apabila terjadi hipotensi arterial harus dihindari dan dicari penyebabnya, hipovolemia
harus dikoreksi dengan pemberian larutan normal salin dan aritmia jantung yang
mengakibatkan penurunan curah jantung sekuncup harus dikoreksi
I. PENCEGAHAN
1. Pencegahan primer
1) Strategi kampanye nasional yang terintegrasi dengan program pencegahan
penyakit vaskular lainnya
2) Memasyarakatkan gaya hidup sehat bebas strok:
a) Mengindari : rokok, stres mental, alkohol, kegemukan, konsumsi garam
berlebihan, obat-obatan golongan amfetamin, kokain, dan sejenisnya.
b) Mengurangi: kolesterol dan lemak dalam makanan.
c) Mengendalikan: hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung (misalnya
fibrilasi atrium, infark miokard akut, penyakit jantung reumatik), penyakit
vaskular aterosklerosis nlainnya.
d) Menganjurkan konsumsi gizi seimbang dan olah raga teratur.
e) Pencegahan sekunder
2. Pencegahan Sekunder
1) Modifikasi gaya hidup berisiko strok dan fator resiko misalnya:
a) Hipertensi: diet, obat antihipertensi yang sesuia
b) Diabetes melitus: diet, obat hipoglikemik oral/insulin
c) Penyakit jantung aritmia nonvalvular (antikoagulan oral)
d) Dislipidemia: diet rendah lemak dan obat antidislipidemia
e) Berhenti merokok
f) Hindari alkohol, kegemukan, gan kurang gerak
g) Hiperurisemia: diet, antihiperurisermia
h) Polisitimia
2) Melibatkan peran serta keluaraga seoptimal mungkin
3) Obat-obatan yang digunakan
a) Asetosal (asam asetil salisilat) digunakan sebagai obat pilihan pertama,
dengan dosis berkisar antara 80_320 mg/hari
b) Antikoagulan oral (warfarin/dikomarol) diberikan pada pasien dengan faktor
resiko penyakit jantung (fibrilasi atrium, infark miokard akut, kelainan katup),
kodisi koagulopati yang lain dengan syarat-sayarat tertentu. Dosi awal
warfarin 10 mg/hari dan disesuiakan berdasarkan hasil masa
protombin/trombotes (masa protombion 1,3-1,5 kali nilai kontrol atau INR=2-
3 atau trombotes 10-15%), biasanya tercapai
3. Pencegahan Tersier
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Geografi
- Apakah anda tingal di daerah pegunungan atau pantai ?
- Bagaimana keadaan tanah di daerah ini ?
- Berapa luas daerah ini ?
- Ada berapa batas wilayah di daerah ini dan apa saja nama wilayah di masing-
masing batasnya?
2. Demografi
- Berapakah jumlah KK di daerah ini ?
- Berapakah jumlah penduduk di daerah ini ?
- Bagaimana mobilitas penduduk, apakah penduduk jarang di rumah ketika pagi
dan siang hari karena bekerja, sedangkan anak-anak pada sekolah.?
- Apakah daerah ini termasuk daerah yang padat dengan penduduk?
3. Vital Statistik
- Bagaimana status kelahiran di daerah ini?
- Penyakit apa saja yang banyak terjadi di masyarakat khususnya pada wanita usia
dewasa?
- Penyakit apa saja yang banyak terjadi di daerah ini khususnya pada pria usia
dewasa?
- Apakah dalam satu bulan ini sudah terdapat banyak warga yang meninggal?
4. Kelompok Etnis
- Suku apa yang dianut di masyarakat?
5. Nilai dan Keyakinan
- Apakah ada masjid / mushola atau tempat ibadah lainnya?
- Apakah masyarakat menganut agama yang sama?
- Keyakinan apa yang di anut dalam masyarakat?
Pengakajian Sub Sistem
1. Lingkungan fisik
- Apakah rumah penduduk tergolong perumahan yang menetap?
- Apakah pencahayaan di rumah penduduk sudah cukup?
- Apakah di daerah ini sirkulasi udara sudah baik ? misalnya terdapat pepohonan
dan terdapat ventilasi yang cukup pada setiap rumah warga?
2. Pelayanan Kesehatan
- Apakah terdapat praktik klinik swasta di daerah ini ?
- Berapa jumlah tenaga kesehatan di daerah ini (perawat, bidan, dokter)?
- Apakah terdapat mushola atau tempat ibadah lainnya di daerah ini ?
- Ada berapa sekolah yang terdapat pada daerah ini ?
- Apakah terdapat panti sosial di daerah ini?
- Apakah terdapat pasar/swalayan/ toko yang menyediakan kebutuhan masyarakat?
- Apakah ada tempat perkumpulan untuk melakukan musyawarah di daerah ini ?
- Apakah program posyandu terlaksana di daerah ini? Posyandu apa saja yang
diselenggarakan di daerah ini? Apakah posyandu sudah berjalan aktif? Berapa
kali diselenggarakan?
- Apakah sanitasi warga sudah tergolong baik atau tidak ?
- Dari mana sumber air yang digunakan dalam masyarakat?
- Dimanakah pembuangan air limbah pada masyarakat?
- Apakah mayoritas warga telah memiliki jamban pada setiap rumah ?
- Dimanakah mayoritas warga melakukan MCK?
- Dimankah tempat penumpukan/pembuangan sampah ?
- Dari mana terdapatnya sumber polusi yang mungkin mengancam kesehatan atau
kegiatan sehari-hari?
- Apakah ada vektor penyebab penyakit di masyarakat?
3. Keamanan & Transportasi :
- Apakah ada pemadam kebakaran?
- Apakah ada terdapat siskamling atau hansip?
- Apakah ada transportasi umum atau pribadi yang bisa digunakan di masyarakat?
- Apakah keadaan jalanan di daerah ini sudah dalam keadaan baik?
- Bagaimana cara pemilihan RT/RW di daerah ini ?
4. Pemerintah dan politik
- Ada berapa RT dan RW di desa ini ?
- Ada berapa kader di desa ini ?
- Apakah ada karang taruna di desa ini? Apakah sudah berjalan dengan baik dan
aktif?
- Apakah terdapat tokoh agama di desa ini ?
5. Pendidikan
- Tingkat pendidikan komunitas ?
- Apa fasilitas pendidikan yang tersedia?
- Jenis bahasa apa yang digunakan dalam pendidikan?
6. Rekreasi
- Apakah masyarakat sering melakukan rekreasi antar warga atau kelompok
tertentu?
- Fasilitas apa yang digunakan jika pergi berekreasi?
7. Ekonomi
- Apakah warga memiliki pekerjaan yang tetap?
- Berapa jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan?
- Berapa jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan?
- Berapa jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga, dan lanjut usia?
Pengkajian komunitas pada klien struke
1. Riwayat kesehatan
 Apakah ekstermitasnya susah/tidak bisa digerakan?
 apakah pernah mengalami hipertensi dan stressor?
 Apakah pernah jatuh?
2. Riwayat kesehatan keluarga
- Apakah di dalam keluarga ada anggota keluarga yang mengalami hipertensi?
3. Makanan yang dikonsumsi
- Biasanya anda lebih sering makan makanan yang (Asin, manis, pedas)?
- Berapa banyak anda makan dalam sehari?
- Apakah anda sering mengemil makanan seperti kue, roti, biscuit, makanan
berlemak, santan, jeroan dan tetelan? Jika iya, berapa kali dalam seminggu?
- Apakah anda pernah mengkonsumsi alcohol?
- Apakah anda merokok? Jika iya, berapa batang yang anda habiskan dalam sehari?
4. Aktivitas fisik
- Berapa kali anda berolahraga dalam seminggu? Berapa durasi waktunya?
5. Riwayat pengobatan
- Apakah yang anda lakukan dalam mengatasi rasa nyeri/berat di tengkuk tersebut?
6. Komunikasi
- Darimanakah anda mendapatkan informasi mengenai struke?
- Apakah yang telah anda lakukan dalam perawatan struke dalam kehidupan sehari-
hari?
- Apakah ada papan pengumuman tentang struke di lingkungan anda? Jika iya,
Apakah anda mengerti isi dari informasi tersebut?
- Apakah anda juga mendapatkan informasi mengenai struke dari teman terdekat
atau tetangga?
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gaya hidup monoton b.d kurang pengetahuan tentang keuntungan olahraga bagi
kesehatan : suatu kebiasaan hidup yang dicirikan dengan aktivitas fisik yang
rendah.
b. Perilaku kesehatan cenderung beresiko b.d kurang dukungan sosial : Hambatan
kemampuan untuk mengubah gaya hidup/perilaku dalam cara yang memperbaiki
status kesehatan.
c. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan b.d keterampilan komunikasi yang tidak
efektif : ketidakmampuan mengidentifikasi, mengelola, dan/atau mencari bantuan
untuk mempertahankan kesehatan.
d. Defisiensi kesehatan komunitas b.d ketidakcukupan akses pada pemberi layanan
kesehatan.
e. Ketidakefektifan manajemen kesehatan b.d kurang dukungan sosial.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Dx.1 Gaya hidup monoton b.d kurang pengetahuan tentang keuntungan olahraga
bagi kesehatan

Kriteria hasil :
1. Faktor lingkungan yang mempengaruhi perilaku kesehatan : dipertahankan
pada 2 ditingkatkan ke 5.

2. (185522) Strategi pencegahan penyakit : dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke


5.

3. Manfaat dukungan sosial: dipertahankan pada 2 di tingkatkan ke 5.

4. Manfaat olahraga teratur : dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 5.

5. Perilaku meningkatkan kesehatan : dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 5.

NIC :

1. Peningkatan Latihan : Latihan kekuatan.

2. Terapi latihan : Latihan pergerakan sendi.

3. Bantuan modifikasi diri.

4. Fasilitasi tanggung jawab diri.

Dx. 2 Perilaku kesehatan cenderung beresiko b.d kurang dukungan sosial

Kriteria hasil :

1. Penerimaan status kesehatan

a) Mempertahankan hubungan : dipertahankan pada 3 di tingkatkan 5.

b) Menyesuaikan perubahan dalam status kesehatan : dipertahankan pada 2


ditingkatkan ke 4.

c) Membuat keputusan tentang kesehatan : dipertahankan pada 2


ditingkatkan ke 4.

2. Kepercayaan mengenai kesehatan : Sumber-sumber yang diterima

a) Merasakan dukungan dari tetangga :dipertahankan pada 3 ditingkatkan


ke 5.
b) Merasakan dukungan dari penyedia layanan kesehatan : dipertahankan
pada 3 ditingkatkan ke 5.

c) Merasakan dukungan dari dukungan kelompok sendiri : dipertahankan


pada 3 ditingkatkan ke 5.

NIC :

1. Modifikasi perilaku.

2. Membangun hubungan yang kompleks.

3. Peningkatan koping.

4. Dukungan pengambilan keputusan.

Dx. 3 Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan b.d kurang pengetahuan tentang


keuntungan olahraga bagi kesehatan

Kriteria hasil :

1. Keseimbangan Gaya Hidup

a) Mengenali kebutuhan untuk menyeimbangkan aktivitas-aktivitas


hidup : dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 5.

b) Mencari informasi tentang startegi untuk aktivitas hidup yang


seimbang : dipertahankan pada 2 ditingkatkan pada 4.

3. Pengetahuan : Manajemen struke

a) Target tekanan darah dipertahankan pada 3 ditingkatkan ke 5.

b) Pilihan pengobatan yang tersedia dipertahankan pada 2 ditingkatkan


ke 4.

c) manfaat pengobatan jangka panjang dipertahankan pada 2


ditingkatkan ke 4.
d) Ajarkan keluarga melakukan ROM dan pendidikan kesehatan

4. Pengetahuan : gaya hidup sehat

a) strategi pencegahan penyakit dipertahankan pada 2 ditingkatkan di


4.

b) Pentingnya skrining pencegahan dipertahankan pada 2 ditingkatkan


ke 4.

c) strategi meningkatkan keseimbangan hidup dipertahankan pada 2


ditingkatkan ke 4.

NIC :

1. Berikan pendidikan kesehatan.

2. Peningkatan kesadaran kesehatan.

3. Lakukan Skrining kesehatan.

4. Berikan panduan sistem pelayanan kesehatan.

5. Fasilitasi pembelajaran.

Dx. 4 Defisiensi kesehatan komunitas b.d ketidakcukupan akses pada


pemberi layanan kesehatan
Kriteria hasil

1. Status imun komunitas

a) Tingkat imunisasi sama dengan atau lebih besar dari standar


dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.

b) Skrining pada populasi beresiko infeksi dipertahankan pada 1


ditingkatkan ke 4.
c) Kepatuhan dengan rekomendasi imunisasi dipertahankan pada 2
ditingkatkan ke 4.

2. Kontrol resiko komunitas penyakit kronik

a) Penyediaan program pendidikan publik tentang penyakit kronis


dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.

b) Tingkat partisipasi populasi target dalam program pengurangan


resiko dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.

c) Ketersediaan program preventif dipertahankan pada 2 ditingkatkan


ke 4.

d) ketersediaan program pendidikan manajemen penyakit kronis sendiri


dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.

e) pemantauan insiden penyakit kronis dipertahankan pada 2


ditingkatkan ke4.

f) pemantauan komplikasi penyakit kronis dipertahakan pada 2


ditingkatkan ke 5.

3. Kefektifan skrining kesehatan komunitas

a) identifikasi kondisi berisiko tinggi yang umum di komunitas


dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.

b) pemilihan skrining difokuskan pada deteksi dini dipertahankan pada


2 ditingkatkan ke 4.

c) identifikasi kebutuhan skrining untuk orang dewasa dipertahankan


pada 2 ditingkatkan ke 4.

NIC :

1. Pengembangan kesehatan komunitas.


2. Manajemen sumber daya keuangan.

3. Skrining kesehatan.

Dx. 5 Ketidakefektifan manajemen kesehatan b.d kurang dukungan sosial

Kriteria hasil :

1. Perilaku patuh

a) Menanyakan pertanyaan terkait kesehatan dipertahankan pada 2


ditingkatkan ke 4.

b) mencari informasi kesehatan dari berbagai macam sumber


dipertahakan pada 2 ditingkatkan ke 4.

c) Menggunakan informasi kesehatan yang dapat dipercaya untuk


mengembangkan strategi dipertahakan pada 2 ditingkatkan ke 4.

NIC :

1. Membangun hubungan yang kompleks.

2. Modifikasi perilaku.

3. Peningkatan koping.

4. Konseling.

5. Dukungan emosional.

D. IMPLEMENTASI
Implementasi yang dilakukan adalah pendidikan dan demonstrasi ROM
mendapatkan hasil yang baik pada klien Stroke, dimana Klien dan keluarga dapat
mempraktekkan latihan ROM secara mandiri dan Klien sudah sedikit demi sedkit dapat
menggerakkan bagian ektremitasnya yang mengalami kelumpuhan. Implementasi
selanjutnya ialah pendidikan kesehatan mengenai penyakit stroke pada keluarga,
mendapatkan hasil yang baik pada keluarga dengan penderita stroke, dimana pendidikan
kesehatan yang telah diberikan pada keluarga dapat mulai memperhatikan kesehatannya
dan membantu menambah pengetahuan keluarga dalam menerapkannya yaitu salah
satunya untuk memperhatikan makan yang tidak diperbolehkan bagi penderita stroke.
Implementasi selanjutnya ialah personal higiene dan back rub, dimana pada implementasi
ini keluarga dapat mempraktekkan secara mandiri.
BAB IV

PENUTUP

1. KESIMPULAN
Di Indonesia prevalensi klien Stroke jumlahnya dari tahun ke tahu semakin
meningkat. Stroke dapat terjadi pada berbagai golongan usia, namun lebih banyak terjadi
pada usia lansia. Stroke atau Cerebro Vasculer Accident (CVA) adalah kehilangan fungsi
otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak.
Implementasi yang dilakukan adalah pendidikan dan demonstrasi ROM
mendapatkan hasil yang baik pada klien Stroke, dimana Klien dan keluarga dapat
mempraktekkan latihan ROM secara mandiri dan Klien sudah sedikit demi sedkit dapat
menggerakkan bagian ektremitasnya yang mengalami kelumpuhan. Implementasi
selanjutnya ialah pendidikan kesehatan mengenai penyakit stroke pada keluarga,
mendapatkan hasil yang baik pada keluarga dengan penderita stroke, dimana pendidikan
kesehatan yang telah diberikan pada keluarga dapat mulai memperhatikan kesehatannya
dan membantu menambah pengetahuan keluarga dalam menerapkannya yaitu salah
satunya untuk memperhatikan makan yang tidak diperbolehkan bagi penderita stroke.
Implementasi selanjutnya ialah personal higiene dan back rub, dimana pada implementasi
ini keluarga dapat mempraktekkan secara mandiri.
2. SARAN
a. Bagi sasaran
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, klien dapat memahami dan mempraktekkan
tindakan-tindakan yang telah diajarkan oleh perawat secara mandiri;
b. Bagi keluarga
Keluarga yang tinggal bersama klien, seharusnya dapat membantu mengatasi masalah
kesehatan yang dihadapi klien dengan memeriksakan ke pelayanan kesehatan dan
menjaga kesehatan klien, keluarga juga dapat mempraktekkan tindakan yang telah
diajarkan oleh perawat.
c. Bagi masyarakat
Masyarakat dapat lebih menjaga kesehatan dengan cara menjaga kebesihan diri,
lingkungan rumah dan pola makan yang sehat dan berolah raga secara teratur
d. Bagi tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan harus lebih aktif untuk melakukan pencegahan-pencegahan dalam
mengatasi masalah penyakit yang ada di daerah sekitar untuk meminimalkan kejadian
penyakit dan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa
Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika.

WHO., 2010. The World Health Report 2010. http://www.who.int./whr/2010/en/index.html


Akses 13 Oktober 2017.

Nur Arif dan Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarakan Nanda NIC-
NOC.Edisi Revisi. Jilid 1 dan 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC:Jakarta.
Mooheread,sue dkk. 2015. Nursing Interventions Cassification, NOC Edisi VI Ahli Bahasa:
Intrasi Nurjannah, dk. Elesiver; Jakarta.

Herdman t. Heather, S.Kamitsuru. 2015. NANDA Internasional Inc. Diagnosis keperawatan :


Definisi dan Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10 Ahli Bahasa Budi Ana Keliat,dkk.
Jakarta: EGC .

Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta : Aditya Media.

Bulechek, gloria m., dkk.2015 Nursing interventions cassifiction, NIC Edisi VI Ahli Bahasa:
Intrasi Nurjannah, dk. Elesiver; Jakarta

NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.


Ahli bahasa Made Sumarwati dan Nike Budhi Subekti. Jakarta: EGC.

guideline stroke tahun 2011 pokdi stroke perhimpunan dokter spesialis saraf indonesia
(perdossi) bagian ilmu penyakit saraf rsud arifin achmad pekanbaru

Anda mungkin juga menyukai