Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Perbandingan Agama.
Dosen pengampu: Moh. Dzawinnuha, S.Hum., M.Pd.
Kelas F
Kelompok 04
Disusun oleh:
1. Asrin Nur Azizah (23010170147)
2. Sulaimanul Ghoni (23020170210)
3. Alvian Mufti Haryanto (23010170287)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi anugerah kepada kami
sehingga dengan anugerah-Nya dapat menyelesaikan makalah kami tentang
“Sosiologi Agama” ini. Selama pembuatan makalah kami juga mendapatkan
banyak dukungan dan juga bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu kami
haturkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd selaku Rektorat Institut Agama Islam
Negeri Salatiga, yang memberikan kemudahan dan kesempatan untuk
menggunakan fasilitasnya.
2. Bapak Moh. Dzawinnuha, S.Hum., M.Pd. selaku Dosen Pengampu yang
memberikan dorongan dan juga masukan kepada kami.
3. Orang tua, yang telah memberikan motivasi, dorongan dan kecukupan
materi kepada kami.
4. Serta rekan-rekan yang banyak membantu dan memberi masukan kepada
kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai “Sosiologi Agama”. Kami juga
menyadari bahwa di dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan juga jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan saran kepada
pembaca agar kedepannya bisa lebih baik lagi.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Sosiologi Agama .......................................... ................ 2
B. Tempat dan fungsi dari Sosiologi Agama ....................................... 2
C. Lahir dan berkembangnya Sosiologi Agama .................................. 3
D. Jenis –jenis Sosiologi Agama ......................................................... 5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 9
B. Kritik dan Saran .............................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan beragam suku bangsa,
budaya dan agama yang tersebar dari sabang sampai merauke, keanekaragaman
yang ada di Indonesia membuat Indonesia dikenal sebagai negara majemuk.
Keanekaragaman tersebut tertuang dalam berbagai kepercayaan atau agama yang
dianut oleh masyarakat.
Pengkajian terhadap kehidupan bersama yang disebut masyarakat manusia
tidak akan dapat memberikan penjelasan lengkap dan memuaskan, jikalau orang
hanya mengunnakan cara pendekatan dari sosiologi umum saja. Karena
masyarakat yang multikompleks mengandung bagian-bagian tertentu yang
mempunyai corak tersendiri, yang disebut fenomena agama. Fenomena ini tidak
akan menjadi jelas hanya dengan sorotan sosiologi umum.
Agama sebagaimana dikatakan oleh ahli sosiologi merupakan suatu
pandangan hidup yang harus diterpkan dalam kehidupan individu atau kelompok.
Keduanya mempunyai hubungan saling mempengaruhi dan saling bergantung
dengan semua faktor yang ikut membentuk struktur sosial dimasyarakat manapun.
Oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui mengenai sosiologi agama ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari sosiologi agama?
2. Bagaimana tempat dan fungsi dari sosiologi agama?
3. Bagaimana lahir dan berkembangnya sosiologi agama?
4. Apa saja jenis-jenis sosiologi agama ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari sosiologi agama.
2. Untuk mengetahui bagaimana tempat dan fungsi dari sosiologi agama.
3. Untuk mengetahui bagaimana lahir dan berkembangnya sosiologi agama.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis sosiologi agama.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Hendro Puspito. Sosiologi Agama, ( Yogyakarta : Kanisius,2000), cet, 16, hlm.7.
2
Firdaus, Relevansi Sosiologi Agama dalam Kemasyarakatan. Vol. X No 2, 2015, hlm. 168
2
yang lain. Namun bila dilihat dari sejarah kelahiran dan berkembangnya sosiologi
agama itu, maka ilmu ini lebih terpakai dari pada ilmu teoretis murni.
Fungsi dari sosiologi agama sendiri yaitu membantu para pemimpin
agama dalam mengatasi maslah-masalah sosio-religius yang tidak kalah beratnya
dengan masalah- masalah sosial nonkeagamaan. Dalam bidang teoritis dimana
para ahli keagamaan memerlukan konsep-konsep dan resep-resep ilmiah praktis
yang sulit diperoleh dari teologi, maka sosiologi agama dapat memberikan
sumbangannya. Terutama sosiologi agama kristen ternyata sudah lebih maju dari
pada sosiologi agama diluar kristen, dapat memberikan yang berharga khususnya
kepada teologi tentang gereja (ekklesiologi).3 Dalam bidang teoritis, para ahli
keagamaan membutuhkan konsep-konsep iliah yang agak sukar diperoleh dalam
teologi, memberikan pengetahuan terkait pola-pola interaksi sosial keagamaan
yang ada dalam masyarakat.
Selain itu fungsi dari sosiologi agama juga untuk mengontrol serta
mengendalikan tindakan serta perilaku keagamaa dalam kehidupan masyarakat,
semakin memahami nilai-nilai, norma, tradisi, serta keyakinan yang dianut oleh
masyarakat lain, juga memahami perbedaan yang ada.
3
Hendropuspito, Sosiologi Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 1983), hlm, 10.
4
Muhammad Fajar, Sosiologi Agama dalam Konteks Indonesia, (Ponorgo: Unida Gontor Press,
2017), hlm.20
3
Sesudah Perang Dunia II tumbuh perkembangan baru. Dalam arus
sosiologi klasik itu munculah suatu minat yang kuat dari sebagian besar ahli
sosiologi yang ditujukan kepada kehidupan agama di dalam gereja. Maka lahirlah
sosiologi gereja. Tujuan penelitian para peminat semata-mata diarahkan dalam
bidang kehidupan gereja dan hasilnya dimaksudkan untuk kepentingan gereja,
khususnya dalam menentukan kebijaksanaan baru.
Maka disimpulkan bahwa mulai saat itu penelitian sosial keagamaan tidak
boleh terbatas pada kehidupan gerejani saja. Tetapi harus mencakup semua bentuk
kepercayaan yang ada di luar Gereja. Sejak tahun 1970 Sosiologi Agama
menghadapi problematik baru yang menyangkut aspek-aspek sebagai berikut:
5
Ibid., hlm.22.
4
semua agama (termasuk nonkonstitusional) yang sungguh memberi
pengaruh nyata atas kehidupan manusia dan masyarakatnya.
2. Masalah pengertian agama dan makna agama. Apakah dalam hal ini ada
perubahan? Untuk mengatasi kesulitan ini perlu terlebih dahulu
diadakan pertanyaan kepada penganut-penganut agama yang berbeda-
beda apa sesungguhnya yang mereka maksud dengan agama.
6
Ibid., hlm.24.
7
` Hendropuspito, Sosiologi Agama,(Yogyakarta: Kanisius, 1983), hlm. 23.
5
menguasainya. Sekurang-kurangnya dikenal 4 jenis aliran- aliran Sosiologi
Agama, antara lain:8
1. Aliran Klasik
Aliran ini muncul pada pertengahan abad ke-19 dan belahan
pertama dari abad ke-20, yang ditopang oleh sejumlah sarjana (kecuali
Durkheim dan Webber, masih dapat ditambah lagi Toqueville, Marks,
Toennis, Simmel, Pareto, Spencer dll.). Karya tulis para sarjana
tersebut masih tetap akan dibaca dan kiranya tidak akan pernah
ditinggalkan sama sekali. Karya mereka lebih bercorak Sosiologi
Dasar daripada Sosiologi Agama, dengan pengecualian Durkhein dan
Webber. Bagi mereka kedudukan Sosiologi (Agama) sangat dekat
dengan sejarah dan filsafat dan merupakan suartu refleksi dan analisis
sistematis terhadap masyarakat, kebudayaan dan agama sebagai
proyek manusia. Tujuannya hendak mengungkapkan pola-pola sosial
dasar dan peranannya dalam menciptakan masyarakat.
Instasi pemerintah dan kalangan agama yang berkonsultasi
dengan pendukung aliran tersebut, akan mendapat jawaban berupa esei
panjang tentang sejarah dari masyarakat agama yang bersangkutan,
yang menganalisis sejarah masyarakat (organisasi) itu. Di dalamnya
ditunjukkan kekuatan-kekuatan (sosial) yang mendorong berdirinya,
unsur-unsur budaya yang menopang kelangsungan hidupnya,
dibandingkan dengan tuntutan-tuntutan modern dalam situasi yang
sudah berubah, lantas mempersilahkan instasi yang berkepentingan
untuk mengadakan perubahan yang sesuai atau tidak mengadakannya.
2. Aliran positivisme
Aliran ini mengikuti sosiologi yang empiris-positivistis dan
menjajarkan masyarakat (dan masyarakat agama) sama dengan benda-
benda alamiah. Ia menyibukkan diri dengan kuantifikasi dari dimensi
8
Ibid., hlm., 24.
6
masyarakat yang kualitatif dengan metode pengukuran yang eksak dan
menarik kesimpulan yang sifatnya netral tanpa diwarnai pertimbangan
teologis atau filosofis, dilepas dari konteks sejarah perkembangan
yang dialami masyarakat itu dalam waktu yang lampau. Cara
penganalisisan demikian itu dipegang ketat dan konsekuen demi
tercapainya hasil yang diinginkan, yaitu hasil yang seobyektif
mungkin.
3. Aliran teori konflik
Dalam pandangan ahli sosiologi aliran ini masyarakat yang
baik (sehat) ialah masyarakat yang hidup dalam situasi konfliktual.
Masyarakat yang disebut dalam situasi keseimbangan (equilibrium)
dianggapnya sebagai masyarakat yang tertidur dan berhenti dalam
proses kemajuannya. Karena konflik (bentrokan) sosial dianggapnya
sebagai kekuatan sosial utama dari perkembangan masyarakat yang
ingin maju kepada tahap-tahap yang lebih sempurna.
Aliran teori konflik ini tidak sependapat dengan para ahli
aliran fungsionalisme, yang melihat equilibrium sosial masyarakat
sebagai bentuk hidup sosial yang ideal, karena dianggap kurang
menyadari, atau membiarkan adanya kekurangan dan ketidak adilan
yang dibungkam oleh struktur kekuasaan yang bertahan. Dari sisi lain
sosiologi aliran teori konflik ini (yang juga disebut sosiologi kritis)
tidak dapat menyetujui metode kuantitatif dari aliran positifisme,
karena dianggapnya sebagai suatu arus yang mengasingkan orang dari
masyarakat.
4. Aliran fungsionalisme
Aliran fungsionalisme melihat masyarakat sebagai suatu
equilibrium sosial dari semua intitusi yang ada di dalamnya.sebagai
keseluruhan sistem sosial masyarakat menciptakan pola-pola
kelakuan yang terdiri atas norma-norma yang dianggap syah dan
mengikat oleh anggota-anggotanya yang menjadi pengambil bagian
(partisipasi) dari system itu. Keseluruhan dari intitusi-intitusi yang
membentuk sistem sosial itu sedemikian rupa, sehingga setiap bagian
7
(intitusi) saling bergantungan dengan semua bagian lainnya
sedemikian erat hingga perubahan dalam satu bagian mempengaruhi
bagian yang lain dan keadaan sistem sebagai keseluruhan.9
BAB III
PENUTUP
I. Kesimpulan
9
Hendropuspito, Sosiologi Agama,(Yogyakarta: Kanisius, 1983), hlm. 25.
8
Sosiologi agama ialah sosiologi umum yang mempelajari masyarakat
agama secara sosiologis guna mencapai keterangan-keterangan ilmiah dan
pasti demi kepentingan masyarakat agama itu sendiri dan masyarakat luas
pada umumnya. Sosiologi Agama merupakan suatu ilmu yang menduduki
tempat yang profan. Ia bukanlah ilmu yang sakral, bukan seperti ilmu teologi,
tetapi ilmu profan yang positif dan empiris. Fungsi dari sosiologi agama
sendiri yaitu membantu para pemimpin agama dalam mengatasi maslah-
masalah sosio-religius yang tidak kalah beratnya dengan masalah- masalah
sosial nonkeagamaan. Sosiologi agama memiliki beberapa aliran seperti aliran
klasik, aliran positivisme, aliran teori konflik dan aliran fungsionalisme.
II. Kritik dan Saran
Dengan penulisan makalah ini diharapkan pembaca dapat memperoleh
pengetahuan yang luas mengenai materi Sosiologi Agama. Penulis menyadari
kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna dalam pembuatan makalah ini,
maka kedepannya penulis akan fokus dan detail lagi dalam menjelaskan
tentang makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih banyak serta yang
dapat dipertanggung jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA
9
Fajar, Muhammad. 2017.Sosiologi Agama dan Konteks Indonesia. (
10