Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

Nama Mahasiswa : Dyan Nitarahayu


NIM : P07220215017
Tanggal Praktik : 25 Maret 2019
Judul Kasus : Luka Bakar
Ruangan : IGD RS. Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

A. Definisi
Combutsio (Luka bakar) adalah injury pada jaringan yang disebabkan oleh suhu
panas (thermal), kimia, elektrik dan radiasi (Suriadi, 2010).
Luka bakar adalah salah satu cedera yang paling luas yang berkembang di dunia.
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka
bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi
(Pitoyo, 2013:2).
Luka bakar adalah luka yang di sebakan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti
api,air panas,listrik,bahan kimia dan radiasi; juga oleh sebab kontak dengan suhu
rendah,luka bakar ini bisa menyebabkan kematian ,atau akibat lain yang berkaitan
dengan problem fungsi maupun estetika. (Kapita Selekta kedokteran edisi 3 jilid 2).

B. Etiologi
Etiologi luka bakar antara lain adalah sebagai berikut :
1. Luka bakar suhu tinggi (thermal burn) yang disebabkan oleh karena terpapar atau
kontak dengan api, cairan panas dan bahan padat. Luka bakar api berhubungan
dengan asap atau cedera inhalasi.
2. Luka bakar bahan kimia (chemical burn) disebabkan oleh kontaknya jaringan
kulit dengan asam atau basa yang kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak
dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat
kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadibmisalnya karena kontak dengan zat-zat
pembersih yang sering digunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai
zat kimia yang digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer. Lebih dari
25.000 produk zat kimia diketahui dapat menyebabkan luka bakar kimia.
3. Luka bakar sengatan listrik (electrical burn) disebabkan karena lewatnya tenaga
listrik bervoltase tinggi melalui jaringan menyebabkan perubahan menjadi tenaga
panas, ia menimbulkan luka bakar yang tidak hanya mengenai kulit dan jaringan
subkutis, tetapi juga semua jaringan pada jalur arus listrik tersebut. Luka bakar
listrik biasanya disebabkan oleh kontak dengan sumber tenaga bervoltase tinggi.
Anggota gerak merupakan kontak yang terlazim, dengan tangan dan tangan yang
lebih sering cedera daripada tungkai dan kaki. Kontak sering menyebabkan
gangguan jantung dan atau pernafasan, dan resusitasi kardiopulmonal sering
diperlukan pada saat kecelakaan tersebut terjadi. Luka pada daerah masuknya
listrik biasanya gosong dan tampak cekung.
4. Luka bakar radiasi (radiasi injury) disebabkan oleh terpapar dengan sumber
radioaktif. Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion
pada industri atau sumber dari radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia
kedokteran. Terpapar oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga
merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi (Musliha, 2010).
D. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorim meliputi: HB, HMT, gula darah, natrium dan elektrolit,
ureum dan kreatinin, protein, urine lengkap, AGD (PO2 dan PCO2). Pemeriksaan
radiologi meliputi: foto thoraks, EKG, CVP untuk mengetahui tekanan sentral.

E. Penatalaksanaan Medik
1. Fase Emergent (Resusitasi)
Fase emergensi dimulai pada saat terjadinya injury dan diakhiri dengan
membaiknya permeabilitas kapiler, yang biasanya terjadi pada 48-72 jam setelah
injury. Tujuan utama pemulihan selama fase ini adalah untuk mencegah shock
hipovolemik dan memelihara fungsi dari organ vital.
Yang termasuk ke dalam fase emergensi adalah
a. Perawatan sebelum di rumah sakit,
b. Penanganan di bagian emergensi,
c. Periode resusitasi
2. Fase Akut
Fase akut dimulai ketika pasien secara hemodinamik telah stabil,
permeabilitas kapiler membaik dan diuresis telah mulai. Fase ini umumnya
dianggap terjadi pada 48-72 jam setelah injuri.
Fokus management bagi klien pada fase akut adalah sebagai berikut :
mengatasi infeksi, perawatan luka, penutupan luka, nutrisi, managemen nyeri,
dan terapi fisik. (Rahardja, 2014)
3. Fase Rehabilitasi
Fase rehabilitasi adalah fase pemulihan dan merupakan fase terakhir dari
perawatan luka bakar. Penekanan dari program rehabilitasi penderita luka bakar
adalah untuk peningkatan kemandirian melalui pencapaian perbaikan fungsi
yang maksimal. Tindakan-tindakan untuk meningkatkan penyembuhan luka,
pencegahan atau meminimalkan deformitas dan hipertropi scar, meningkatkan
kekuatan dan fungsi dan memberikan support emosional serta pendidikan
merupakan bagian dari proses rehabilitasi.
F. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian Primer
Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma, karenanya
harus dicek Airway, breathing dan circulation-nya terlebih dahulu.
a. Airway
Apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera
pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara
lain adalah: terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu hidung yang
terbakar, dan sputum yang hitam.
b. Breathing
Eschar yang melingkari dada dapat menghambat pergerakan dada
untuk bernapas, segera lakukan escharotomi. Periksa juga apakah ada
trauma-trauma lain yang dapat menghambat pernapasan, misalnya
pneumothorax, hematothorax, dan fraktur costae.
c. Circulation
Luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan
edema, pada luka bakar yang luas dapat terjadi syok hipovolumik karena
kebocoran plasma yang luas. Manajemen cairan pada pasien luka bakar,
dapat diberikan dengan Formula Baxter.
Formula Baxter
1) Total cairan: 4cc x berat badan x luas luka bakar
2) Berikan 50% dari total cairan dalam 8 jam pertama, sisanya dalam 16
jam berikutnya.
2. Pengkajian sekunder
a. Identitas pasien
Resiko luka bakar setiap umur berbeda: anak dibawah 2 tahun dan
diatas 60 tahun mempunyai angka kematian lebih tinggi, pada umur 2 tahun
lebih rentan terkena infeksi.
b. Riwayat kesehatan sekarang
1) Sumber kecelakaan
2) Sumber panas atau penyebab yang berbahaya
3) Gambaran yang mendalam bagaimana luka bakar terjadi
4) Faktor yang mungkin berpengaruh seperti alkohol, obat-obatan
5) Keadaan fisik disekitar luka bakar
6) Peristiwa yang terjadi saat luka sampai masuk rumah sakit
7) Beberapa keadaan lain yang memeperberat luka bakar
c. Riwayat kesehatan dahulu
Penting untuk menentukan apakah pasien ,mempunyai penyakit yang
merubah kemampuan utuk memenuhi keseimbangan cairan dan daya
pertahanan terhadap infeksi (seperti DM, gagal jantung, sirosis hepatis,
gangguan pernafasan).
3. Masalah Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi trakheobronkhial;
oedema mukosa; kompresi jalan nafas
b. Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui
rute abnormal.
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat;
kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatic
4. Intervensi
No. Diagnosa NOC NIC
1. Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji tanda-tanda distress
pertukaran gas asuhan keperawatan nafas, bunyi, frekuensi,
berhubungan selama 3x24 jam irama, kedalaman nafas
dengan diharapkan 2. Monitor tanda-tanda
obstruksi oksigenasi jaringan hypoksia
trakheobronkhi adekuat (agitasi,takhipnea,
al; oedema Kriteria Hasil: stupor,sianosis)
mukosa;  Tidak ada tanda- 3. Monitor hasil
kompresi jalan tanda sianosis laboratorium, AGD, kadar
nafas  Frekuensi nafas oksihemoglobin, hasil
12 - 24 x/mnt oximetri nadi
 SP O2 > 95 4. Tinggikan kepala tempat
tidur. Hindari penggunaan
bantal di bawah kepala,
sesuai indikasi
5. Dorong batuk/latihan
nafas dalam dan
perubahan posisi sering
6. Kolaborasi dengan tim
medis untuk pemasangan
endotracheal tube atau
tracheostomi tube bila
diperlukan
7. Kolabolarasi dengan tim
medis untuk pemasangan
ventilator bila diperlukan
8. Kolaborasi dengan tim
medis untuik pemberian
inhalasi terapi bila
diperlukan

2. Nyeri Setelah dilakukan 1. Kaji respon pasien


berhubungan asuhan keperawatan terhadap rasa sakit
dengan selama 3x24 jam 2. Kaji kualitas, lokasi dan
kerusakan diharapkan pasien penyebaran dari rasa sakit
kulit/jaringan; dapat 3. Berikan posisi yang
pembentukan mendemonstrasikan nyaman
edema hilang dari 4. Ajarkan teknik relaksasi
ketidaknyamanan. 5. Kolaborasi pemberian
Kriteria Hasil: anlgesik narkotik
 menyangkal nyeri sedikitnya 30 menit
 melaporkan sebelum prosedur
perasaan nyaman perawatan luka
 ekspresi wajah 6. Bantu dengan pengubahan
dan postur tubuh posisi setiap 2 jam bila
rileks. diperlukan. Dapatkan
bantuan tambahan sesuai
kebutuhan, khususnya bila
pasien tak dapat
membantu membalikkan
badan sendiri.
3. Kekurangan Setelah dilakukan 1. Awasi tanda vital, CVP.
volume cairan asuhan keperawatan Perhatikan kapiler dan
berhubungan selama 3x24 jam kekuatan nadi perifer
dengan diharapkan Pasien 2. Awasi pengeluaran urine
kehilangan dapat dan berat jenisnya.
cairan melalui mendemostrasikan Observasi warna urine dan
rute abnormal status cairan dan hemates sesuai indikasi
biokimia membaik 3. Perkirakan drainase luka
Kriteria Hasil: dan kehilangan yang
 7opical tampak
manifestasi 4. Timbang berat badan
dehidrasi setiap hari
 resolusi oedema 5. Ukur lingkar ekstremitas
 elektrolit serum yang terbakar tiap hari
dalam batas sesuai indikasi
normal 6. Selidiki perubahan mental

 haluaran urine 1- 7. Observasi distensi

2 cc/kg BB/jam abdomen,7opical 7sis,fece


s hitam.
8. Lakukan program
kolaborasi meliputi :
a) Pasang / pertahankan
kateter urine
b) Pasang/ pertahankan
ukuran kateter IV
c) Berikan penggantian
cairan IV yang
dihitung, elektrolit,
plasma, albumin
9. Awasi hasil pemeriksaan
laboratorium (Hb,
elektrolit, natrium)
10. Berikan obat sesuai
idikasi
11. Tanda-tanda vital setiap
jam selama periode
darurat, setiap 2 jam
selama periode akut, dan
setiap 4 jam selama
periode rehabilitasi.
12. Masukan dan haluaran
setiap jam selama
periode darurat, setiap 4
jam selama periode akut,
setiap 8 jam selama
periode rehabilitasi.
4. Resiko tinggi Setelah dilakukan 1. Pantau :
infeksi asuhan keperawatan a) Penampilan luka
berhubungan selama 3x24 jam bakar (area luka
dengan diharapkan Pasien bakar, sisi donor dan
pertahanan bebas dari infeksi status balutan di atas
primer tidak Kriteria Hasil: sisi tandur bial tandur
adekuat;  8opical demam kulit dilakukan) setiap
kerusakan  pembentukan 8 jam.
perlinduingan jaringan granulasi b) Suhu setiap 4 jam.
kulit; jaringan baik c) Jumlah makanan yang
traumatic dikonsumsi setiap kali
makan.
2. Bersihkan area luka bakar
setiap hari dan lepaskan
jaringan nekrotik
(debridemen)
3. Lepaskan krim lama dari
luka sebelum pemberian
krim baru. Gunakan
sarung tangan steril dan
berikan krim antibiotika
9 opical yang diresepkan
pada area luka bakar
dengan ujung jari. Berikan
krim secara menyeluruh di
atas luka
4. Batasi pengunjung yang
menyebabkan infeksi
silang
5. Kolaborasi untuk
pemberian antibiotik
sistemik dan topical
6. Kolaborasi pemberian
diet, berikan protein
tinggi, diet tinggi kalori.
Berikan suplemen nutrisi
seperti ensure atau
sustacal dengan atau
antara makan bila
masukan makanan kurang
dari 50%.
Daftar Pustaka

Ariningrum, D., & Subandono, J. (2017). Manajemen Luka. In buku pedoman


keterampilan klinis. surakarta.

Rahardja, M. A. (2014). Tatalaksana Nutrisi pada Pasien Luka Bakar Mayor. CDK-223,
41(12), 949–951.

Rahayuningsih, T. (2012). Penatalaksanaan Luka Bakar (Combustio). PROFESI,


8(September), 1–13.

Anda mungkin juga menyukai