Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANORGANIK II

I. NOMOR PERCOBAAN : IV
II. NAMA PERCOBAAN : Pembuatan_Garam _Kompleks _ dan _ Garam
Rangkap.
III. TUJUAN PERCOBAAN : .

Mempelajari pembuatan dan sifat-sifat garam rangkap kupri ammonium sulfat


dan garam kompleks tetraamin tembaga(II) sulfat monohidrat.
IV. DASAR TEORI
Cadangan tembaga di dunia cenderung makin berkurang seiring dengan
makin meningkatnya konsumsi logam tembaga di dunia, sehingga bijih tembaga
kadar rendah mulai mendapatkan perhatian untuk digunakan sebagai bahan baku
alternatif pada proses pembuatan tembaga. Salah satu bijih tembaga kadar rendah
yang dimiliki Indonesia adalah malachite, bijih oksida yang mempunyai rumus
kimia (Cu2(OH)2CO3), dapat digunakan sebagai sumber daya mineral alternatif
untuk membuat tembaga (Subagja, 2014).
Menurut Arifin, tembaga merupakan unsur mineral mikro yang sangat
berperan dalam proses metabolisme tubuh. SO42- merupakan salah satu anion dari
zat anorganik yang terlarut pada produced water yaitu stream limbah terbesar yang
dihasilkan oleh industri minyak bumi dan gas alam. Sulfat ini dapat direduksi oleh
mikroorganisme yaitu Desulfovibrio desulfuricans yang dapat mengurangi, sulfat
dalam keadaan anaerob dan dapat membentuk logam sulfida bila atom S berikatan
dengan kation dan logam yang bebas air. Hal ini berarti bakteri memanfaatkan
sulfat dalam pertumbuhannya. Senyawa CuSO4 merupakan salah satu elemen
mikro yang dibutuhkan dalam pertumbuhan blue green algae. Cupri sulfat (CuSO4)
juga dinyatakan sebagai penghambat mikroorganisme antara lain jamur, alga, dan
bakteri (Widiyanti dkk, 2015).
Kompleks logam juga dikenal sebagai kompleks koordinasi. Kompleks logam
adalah struktur yang terdiri dari atom pusat atau ion logam yang terikat dengan
anion (ligan). Senyawa yang mengandung kompleks koordinasi disebut senyawa
koordinasi. Senyawa yang mengandung logam mempunyai banyak keunggulan

Universitas Sriwijaya
dibandingkan senyawa berbasis karbon konvensional dalam pengembangan
senyawa obat baru. Keuntungan ini adalah karena kemampuan untuk
mengkoordinasikan ligan dalam konfigurasi tiga dimensi, sehingga memungkinkan
fungsional kelompok yang dapat disesuaikan dengan target molekul yang
ditentukan.
Orbital d yang terisi sebagian dalam logam transisi memberikan sifat
elektronik. Keadaan oksidasi dari logam juga merupakan pertimbangan penting
dalam senyawa koordinasi, mengingat bahwa hal itu memungkinkan interaksi
dalam kimia redoks biologis dan memainkan peran yang berpengaruh dalam
optimal dan ketersediaan hayati zat yang diberikan. Aktivitas anti kanker senyawa
Cu(I) mungkin akibat dari mekanisme yang berbeda, itu adalah ,kemampuan
mereka untuk menghasilkan oksigen reaktif spesies (ROS). Ion Cu(I) dapat
berkurang hidrogen peroksida menjadi radikal hidroksil. Ion Cu(II) pada gilirannya
dapat direduksi menjadi Cu(I) oleh anion superoksida (Baile et al, 2015).
Logam berat telah dilepaskan secara berlebihan ke lingkungan karena
industrial yang cepat dan telah menciptakan keprihatinan global yang utama.
Kadmium, seng, tembaga, nikel, timah, merkuri, dan kromium sering terdeteksi
pada limbah industri berasal dari pelapisan logam, kegiatan penambangan,
peleburan, pembuatan baterai, penyamakan kulit, penyulingan minyak, pembuatan
cat, pestisida, pembuatan pigmen, percetakan, dan fotografi industri. Industri
elektroplating dan pengerjaan logam melepaskan sejumlah besar logam berat,
termasuk ion tembaga (Cu) dan nikel (Ni). Kontaminasi lingkungan akibat tembaga
disebabkan oleh pertambangan, sirkuit tercetak, metalurgi, produksi serat,, korosi
pipa, dan industri pelapisan logam. Industri besar lainnya yang mengeluarkan
tembaga dalam limbah mereka adalah kertas atau pulp, penyulingan minyak bumi,
dan pengawetan kayu (Parmar and Thakur, 2013).
Logam–logam ini dalam sumber air cenderung terdapat dalam kadar yang
sangat rendah namun dapat terakumulasi dalam sedimen dan biota air. Logam-
logam berat tersebut diantaranya adalah kadmium (Cd), kobalt (Co), tembaga (Cu),
raksa (Hg) dan timbal (Pb). Sifat beracun dan berbahaya dari logam berat
ditunjukan oleh sifat fisik dan kimia bahan baik dari segi kuantitas maupun
kualitasnya. pencemaran lingkungan disebabkan oleh limbah yang dihasilkan pada

Universitas Sriwijaya
industri maupun produk yang dihasilkannya. Pencemaran yang berbahaya salah
satunya adalah pencemaran logam tembaga (Cu). Tembaga (Cu) adalah sebuah
nutrisi yang penting untuk seluruh tumbuhan dan hewan. Telah banyak ditemukan
ion tembaga dalam aliran darah hewan dan manusia sebagai kofaktor pada berbagai
macam enzim. Logam berat Cu walaupun bersifat esensial bagi seluruh makhluk
hidup namun akan menjadi racun jika terakumulasi dalam jumlah besar di dalam
tubuh. Tembaga mempunyai bilangan oksidasi +l dan +2, akan tetapi yang
jumlahnya melimpah adalah Cu dengan bilangan oksidasi +2 atau Cu(II), karena
Cu(I) di air mengalami disproporsionasi membentuk sebagai senyawa yang tidak
larut. Dengan demikian Cu yang stabil adalah Cu(II). Cu(II) dalam jumlah kecil
diperlukan oleh tubuh untuk pembentukan sel-sel darah merah, tetapi dalam jumlah
besar dapat rnenyebabkan rasa yang tidak enak pada lidah. Kadar Cu maksimum
yang diperbolehkan adalah 0,05-1.5 ppm (Harera et al, 2015).
Tembaga memiliki satu elektron pada orbital s tunggal di luar kulit 3d yang
terisi. Hal ini kurang umum dengan golongan alkali kecuali stoikiometri formal
dalam tingkat oksidasi +1. Kulit d yang terisi jauh kurang efektif daripada kulit
pada gas mulia dalam melindungi elektron s dari muatan inti, sehingga potensial
pengionan pertama Cu lebih tinggi daripada golongan alkali karena elektron-
elektron kulit d juga dilibatkan dalam ikatan logam, panas penyubliman, dan titik
leleh tembaga juga jauh lebih tinggi daripada alkali. Potensial pengionan kedua dan
ketiga Cu sangat jauh lebih rendah daripada potensial kedua dan ketiga pada alkali
dan berperan untuk sifat logam transisi.
Senyawa yang mengandung tembaga termasuk adalah diamagnetik kecuali
dimana warna dihasilkan dari pita anion dan pemindahan muatan, ia tidak berwarna.
Kestabilan relatif sangat kuat bergantung kepada sifat anion dan ligan lain yang ada
dan cukup beragam dengan pelarut atau sifat atom tetangganya dalam kristal.
Larutan akuo memiliki konsentrasi kesetimbangan yang rendah dari Cu+ (<10-2 M)
dapat terjadi. Satu-satunya senyawa kupri yang stabil terhadap air adalah yang
sangat tidak larut seperti CuCl atau CuCN. Ketidakstabilan terhadap air ini
berkaitan sebagian dengan besarnya energi kisi dan solvasi dan tetapan
pembentukan yang tinggi bagi kompleks ion Cu2+ sedemikian, sehingga turunan
Cu(I) adalah tidak stabil. Jenis kompleks Cu yang paling umum adalah kompleks

Universitas Sriwijaya
dengan ligan halida sederhana atau amina yang hampir tidak pasti tetrahedral.
Bahkan yang dengan stoikiometri seperti K2CuCl3 tetap memiliki koordinasi
tetrahedral, bila mereka berantai dengan menggunakan bersama ion halida. Cu(I)
membentuk beberapa jenis kompleks polinuklir dimana empat atom Cu terletak
pada sisi tetrahedron.
Kebanyakan senyawaan Cu(I) cukup mudah teroksidasi Cu(II), namun
oksidasi selanjutnya menjadi Cu(III) adalah sulit. Terdapat larutan Cu2+ yang di
kenal baik dan sejumlah besar garam berbagai anion didapatkan, banyak
diantaranya larut dalam air menambah muatan kompleks. Dalam senyawaannya,
kation dikelilingi oleh anion atau molekul netral. Gugus yang langsung
mengelilingi suatu kation disebut ligan dimana cabang ilmu kimia anorganik yang
membahas gabungan dari kation dan ligannya disebut kimia koordinasi (Cotton dan
Wilkinson, 1989).
Persamaan reaksi ionisasi merupakan persamaan reaksi dimana suatu
senyawa terurai menjadi ion-ion. Penulisan ion dan muatannya harus diperhatikan
agar tidak menimbulkan kesalahan penafsiran terhadap senyawa tersebut. Fasa
merupakan bagian penting dalam penulisan persamaan reaksi yang tidak dapat
dipisahkan. Pada persamaan reaksi ionisasi, fasa senyawa berbeda dengan fasa ion-
ionnya. Umumnya fasa senyawa garam berupa padatan karena merupakan senyawa
yang sukar larut dan cenderung mengendap, sedangkan ion-ion terlarut dalam
larutan. Faktor-faktor yang memengaruhi kelarutan ada 3 yaitu jenis pelarut, suhu,
dan pengadukan. Pengaruh ion senama yang dimaksud disini adalah pelarutan suatu
garam ke dalam suatu larutan yang memiliki ion yang sama. Misalnya, seorang
praktikan melarutkan garam XY ke dalam larutan MY. Garam XY ini terdiri dari
ion X+ dan juga Y-,.sedangkan larutan MY terdiri dari ion M+ dan Y-. Ion senama
dalam kasus ini adalah ion Y-, ion Y- dalam larutan MY memiliki konsentrasi
tertentu. Apabila ditambahkan garam XY, maka konsentrasi ion Y akan meningkat.
Garam XY akan sangat sedikit larut. Hal ini akan berbeda apabila garam XY
dilarutkan dalam air. Suatu garam yang sukar larut memiliki kelarutan yang berbeda
dalam air, larutan asam, dan larutan basa. Kecenderungan yang terjadi adalah garam
yang sifatnya asam akan lebih mudah larut dalam larutan yang bersifat basa dan

Universitas Sriwijaya
garam yang sifatnya basa akan lebih mudah larut dalam larutan yang bersifat asam
(Ulfah dkk, 2016).

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Baile, B. M., Kolhe, N. S., Deotarse, P. P., Jain, A. S. and Kulkarni, A. A., 2015.
Metal Ion Complex -Potential Anticancer Drug-A Review. International
Journal of Pharma Research & Review, 4 (8): 59-66.

Cotton, F. A. dan Wilkinson, G., 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta:


Universitas Indonesia.

Harera, L. R., Sudiarti, T. dan Wulandari, M., 2015. Sintesis Cu(II)-Imprinted


Polymers untuk Ekstraksi Fasa Padat dan Prakonsentrasi Ion Tembaga (II)
dengan Ligan Pengkhelat 4-(2-Pyridylazo) Recorcinol. Jurnal Al-Kimiya, 2
(1): 30-39.

Parmar, M. and Thakur, L. S., 2013. Heavy Metal Cu, Ni and Zn: Toxicity, Health
Hazards and Their Removal Techniques by Low Cost Adsorbent: a Short
Overview. International Journal of Plant, Animal and Environmental
Sciences, 3 (3): 143-157.

Subagja, R., 2014. Pengendapan Tembaga dari Larutan Tembaga Sulfat dengan
Cara Sementasi Menggunakan Besi. Jurnal Majalah Metalurgi, 29 (2): 161-
170.

Ulfah, T., Rusman, dan Khaldun, I., 2016. Analisa kesulitan Pemahaman Konsep
Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan pada Siswa SMA Inshafuddin Tahun
Ajaran 2015/2016. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia, 1 (4): 43-51.

Widiyanti, N. L. P. M., Setiawan, I. G. A. N. dan Suryanti, I. A. P., 2015. Pengaruh


Garam Dapur dan Cupri Sulphat Terhadap Pertumbuhan Alga Cyanophyta
yang Diisolasi dari Batu Bata Bangunan Pura di Desa Tejakula Buleleng.
Jurnal Sains dan teknologi, 4 (2): 608-620.

Universitas Sriwijaya
V. ALAT DAN BAHAN
5.1.. Alat
a. Gelas arloji
b. Gelas beker 100 mL
c. Gelas ukur 5 mL dan 10 mL
d. Hot plate
e. Tabung reaksi besar dan kecil
f. Vakum buchner
5.2.. Bahan
a. Akuades (H2O)
b. Ammonia (NH3) 6 M
c. Ammonia (NH3) 15 M
d. Etanol (C2H5OH) 96 %
e. Kristal Ammonium Sulfat ((NH4)2SO4)
f. Kristal Kupri Sulfat Anhidrat (CuSO4)
g. Kristal Kupri Sulfat Pentahidrat (CuSO4.5H2O)

Universitas Sriwijaya
VII. SIFAT FISIK DAN KIMIA
7.1..Ammonia (NH3, BM = 17 gr/mol)
a. Sifat fisik
˗ Wujud : cairan
˗ Warna : Tidak berwarna
˗ Bau : Memiliki bau yang menyengat
˗ Densitas : 0,69 g/cm3
˗ Titik lebur : -77,73oC
b. Sifat kimia
˗ Dalam air membentuk NH4+ dan OH-
˗ Dapat menetralisir asam
˗ korosif
c. Bahaya
- Berakibat serius pada keterpaan singkat, meskipun ada pertolongan.
- Stabil, tidak reaktif, meskipun pada suhu tinggi.
7.2..Etanol (C2H5OH, BM = 46,04 gr/mol)
a. Sifat fisik
˗ Wujud : Cairan
˗ Warna : Tidak berwarna
˗ Bau : Berbau khas
˗ Densitas : 0,760 g/cm3
˗ Titik lebur : -114,1oC
b. Sifat kimia
˗ Stabil dalam temperatur normal
˗ Larut dalam air
˗ Mudah menguap
˗ Pelarut yang baik untuk bahan organik
c. Bahaya
- Keterpaan intensif dan terus-menerus berakibat serius, kecuali ada
pertolongan.
- Stabil, tidak reaktif, meskipun pada suhu tinggi.
7.3..Kristal Ammonium Sulfat ((NH4)2SO4, BM = 132,13 gr/mol)

Universitas Sriwijaya
a. Sifat fisik
˗ Wujud : Berbentuk kristal
˗ Warna : Berwarna putih
˗ Bau . : Tidak berbau
˗ Densitas : 1,77 g/cm3
˗ Titik lebur : 235oC
b.Sifat kimia
˗ Tidak larut dalam aseton, alkohol, dan eter
˗ Higroskopis
˗ Dalam bentuk gas mudah terbakar
˗ Tidak mudah meledak
c. Bahaya
- Keterpaan intensif dan terus-menerus berakibat serius, kecuali ada
pertolongan.
- Stabil, tidak reaktif, meskipun pada suhu tinggi.
7.4..Kristal Kupri Sulfat Anhidrat (CuSO4, BM = 159,62 gr/mol)
a. Sifat fisik
˗ Wujud : Berbentuk kristal
˗ Warna : Berwarna abu-abu putih
˗ Bau . : Tidak berbau
˗ Densitas : 3,6 g/cm3
˗ Titik lebur : 110oC
b.Sifat kimia
˗ Higroskopis
˗ Tidak larut dalam etanol
˗ Bereaksi dengan asam klorida membentuk warna hijau
c. Bahaya
- Keterpaan intensif dan terus-menerus berakibat serius, kecuali ada
pertolongan.
- Stabil, tidak reaktif, meskipun pada suhu tinggi.
7.5..Kristal Kupri Sulfat Pentahidrat (CuSO4.5H2O, BM = 249,70 gr/mol)
a. Sifat fisik

Universitas Sriwijaya
˗ Wujud : Berbentuk kristal
˗ Warna : Berwarna biru
˗ Bau : Tidak berbau
˗ Densitas : 2,248 g/cm3
˗ Titik lebur : 150oC
b. Sifat kimia
˗ Higroskopis
˗ Tidak larut dalam etanol
˗ Bereaksi dengan asam klorida membentuk warna hijau
c. Bahaya
- Berakibat serius pada keterpaan singkat, meskipun ada pertolongan.
- Stabil, tidak reaktif, meskipun pada suhu tinggi.

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai