PEMERIKSAAN KWALITAS
I. PENDAHULUAN
Kemurnian serta kwalitas suatu sediaan radiofarmasi harus dianggap sebagai
satu hal yang sangat kritis, mengingat banyaknya gejala-gejala sampingan yang
mungkin timbul akibat jika kurang diperhatikannya persyaratan ini.
Dalam beberapa hal, pemeriksaan kemurnian ini berbeda dengan sediaan
farmasi, yang konvensionil, misalnya terhadap warna dari larutan injeksi, pada sediaan
radiofarmasi tidak perlu dilakukan mengingat faktor radiasi yang selalu akan merubah
warna dari suatu larutan.
Hingga saat ini sebetulnya belum ada suatu kriteria kemurnian dari suatu sediaan
radiofarmasi, kecuali beberapa negara yang telah maju dalam bidang ini telah
memasukkan dalam farmakopenya masing-masing.
Farmakope Indonesiapun telah memuat beberapa macam sediaan, dengan
standar Pharmacopoeae Internationalis.
Ternyata, kriteria ini bagi tiap macam sediaan masih berbeda-beda dari satu
negara terhadap negara lainnya.
2. Kemurnian kimia :
Kemurnian kimia suatu sediaan dapat diartikan sebagai tidak terdapatnya zat-zat
lain seperti yang telah tercantum dalam rumusan sediaan tersebut. Termasuk
dalam kemurnian kimia ini juga penentuan jumlah larutan penyangga (buffer),
kadar molekul serta pembawa (carrier). Penentuan logam-logam berat serta
metaloid asing juga kadang-kadang ditentukan.
Karakteristik fisika
Tampilan fisik dari radiofarmasetik adalah sangat penting sejak kedatangan dan
seterusnya. Seseorang hams familier dengan warna dan keadaan
radiofarmasetik. Larutan murni tidak boleh mengandung material tertentu.
Larutan serum albumin manusia berlabel I-131 adalah jernih dan agak kuning,
tetapi radiasi membuat gelap wadah gelas dan larutan.
Larutan koloidal emas Au-198 adalah merah ceri pekat. Beberapa defiasi dari
warna ini dan kejernihan hams dipandang dengan Concern sebab is bisa
merefleksi perubahan dalam radiofarmasetik dan bisa menghilangkan sifat
biologiknya.
Karakteristik fisik dari beberapa radiofarmasetik diberikan pada tabel 7-1.
Pembuatan koloid atau agregat hams mempunyai jarak bentuk yang sesuai
untuk partikel yang dimaksud. Misalnya, untuk visualisasi dari sistim
retikuloendotelial, bentuk partikel koloid hams dalam jarak 1 nm — 1 m dengan
rata-rata bentuk sekitar 100 nm.
Pembuatan koloid sulfur-Tc-99m, bentuk partikel (80-500 nm) bisa bervariasi dari
batch ke batch dan hams dicek dalam setiap pembuatan. Ini dapat dicek dengan
ultramikrosp atau elektron mikroskop. Opservasi ini selanjutnya hams
dikolaborasikan dengan studi distribusi jaringan pada binatang, dimana koloid
dari bentuk yang sesuai akan dilokalisasikan pada liver, sedangkan partikel
agregat yang lebih besar akan dideposit dalam pam-pam.
Pada pembuatan agregat seperti albumin berlabel Tc-99m dan MAA-Tc-99m,
bentuk partikel akan bervariasi antara 10 dan 100 m. Bentuk bisa dicek dengan
hemocytometer dibawah sinar mikroskop atau dengan Coulter counter.
Sediaan yang mengandung partikel yang lebih besar dari 150 m bisa dibuang
sebab ada kemungkinan memblok arterial pulmonary yang akhirnya
menghasilkan kondisi embolik. Selanjutnya, partikel agregat bisa di pecah
kedalam partikel koloid yang lebih kecil yang kemudian akan dilokalisasikan
dalam sistim retikuloendotelial.
Jumlah partikel dalam sediaan adalah penting dan dapat dideterminasi dengan
menghitungpartikel dengan hemocytometer dibawah sinar mikroskop.