Kelompok 10
DAFTAR ISI
Halaman
III.PENUTUP ..........................................................................................
3.2 Saran...............................................................................................
A. Latar Belakang
Setiap individu pasti pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri
merupakan alasan yang paling umum orang mencari perawatan kesehatan.
Walaupun merupakan salah satu dari gejala yang paling sering terjadi di bidang
medis, nyeri merupakan salah satu yang paling sedikit dipahami. Individu yang
merasakan nyeri merasa menderita dan mencari upaya untuk menghilangkannya.
Perawat meggunakan berbagai intervensi untuk dapat menghilangkan nyeri
tersebut dan mengembalikan kenyamanan klien. Perawat tidak dapat melihat dan
merasakan nyeri yang dialami oleh klien karena nyeri bersifat subjektif. Tidak ada
dua individu yang mengalami nyeri yang sama dan tidak ada kejadian nyeri yang
sama menghasilkan respon yang identik pada seseorang.
Nyeri terkait erat dengan kenyamanan karena nyeri merupakan faktor utama
yang menyebabkan ketidaknyamanan pada seorang individu. Pada sebagian besar
klien, sensasi nyeri ditimbulkan oleh suatu cidera atau rangsangan yang cukup
kuat untuk berpotensi mencederai. Bagi dokter nyeri merupakan masalah yang
membingungkan. Tidak ada pemeriksaan untuk mengukur atau memastikan nyeri.
Dokter hampir semata-mata mengandalkan penjelasan dari pasien tentang nyeri
dan keparahannya. Nyeri alasan yang paling sering diberikan oleh klien ditanya
kenapa berobat.
Dampak nyeri pada perasaan sejahtera klien sudah sedemikian luas diterima
sehingga banyak institusi sekarang menyebut nyeri “tanda vital kelima”, dan
mengelompokkannya dengan tanda-tanda klasik suhu, nadi, pernapasan, dan
tekanan darah.
Perawat menghabiskan lebih banyak waktunya bersama pasien yang
mengalami nyeri dibanding tenaga professional perawatan kesehatan lainnya dan
perawat mempunyai kesempatan untuk membantu menghilangkan nyeri dan
efeknya yang membahayakan. Peran pemberi perawatan primer adalah untuk
mengidentifikasi dan mengobati penyebab nyeri dan meresepkan obat-obatan
untuk menghilangkan nyeri. Perawat tidak hanya berkolaborasi dengan tenaga
professional kesehatan lain tetapi juga memberikan intervensi pereda nyeri,
mengevaluasi efektivitas intervensi pereda nyeri, mengevaluasi efektivitas
intervensi, dan bertindak sebagai advokat pasien saat intervensi tidak efektif.
Selain itu, perawat berperan sebagai pendidik untuk pasien dan keluarga,
mengajarkan mereka untuk mengatasi penggunaan analgetik atau regimen pereda
nyeri oleh mereka sendiri jika memungkinkan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan nyeri?
2. Bagaimana konsep nyeri dalam keperawatan?
3. Apa arti dari kenyamanan?
4. Bagaimana konsep kenyamanan dalam keperawatan
5. Jelaskan metode dan konsep asuhan keperawatan pada nyeri dan
kenyamanan?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami makna dan konsep nyeri
2. Mengetahui dan memahami makna dan konsep kenyamanan
3. Mengetahui dan memahami konsep dan metode asuhan keperawatan pada
nyeri dan kenyamanan
BAB II
PEMBAHASAN
1. DEFINISI NYERI
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat
sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal
skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan
atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.
Berikut adalah pendapat beberapa ahli mengenai pengertian nyeri:
§ International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori
subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait
dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan
kondisi terjadinya kerusakan.
§ Mc. Coffery (1979) mendefinisikan, nyeri sebagai suatu keadaan yang
mempengaruhi seseorang yang keberadaannya diketahui hanya jika orang
tersebut pernah mengalaminya.
§ Wolf Weifsel Feurst (1974), mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu
perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa
menimbulkan ketegangan.
§ Arthur C. Curton (1983), nyeri merupakan suatu mekanisme produksi bagi
tubuh, timbul ketika jaringan sedang dirusak dan menyebabkan individu
tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri.
§ Scrumum mengartikan nyeri sebagai suatu keadaan yang tidak
menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut
saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis dan
emosional.
2. PENYEBAB NYERI
1. Trauma
a) Mekanik : rasa nyeri timbul akibat ujung-ujung saraf bebas
mengalami kerusakan, misalnya akibat benturan, gesekan, luka dan lain-
lain.
b) Thermis : nyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat
rangsangan akibat panas dan dingin, misal karena api dan air.
c) Khemis : timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat
asam atau basa kuat.
d) Elektrik : timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai
reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar.
2. Peradangan : nyeri terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf
reseptor akibat adanya peradangan atau terjepit oleh pembengkakan,
misalnya : abses.
3. Gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah
4. Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya karena edema akibat
terjadinya penekanan pada reseptor nyeri.
5. Tumor, dapat juga menekan pada reseptor nyeri.
6. Iskemi pada jaringan, misalnya terjadi blokade pada arteri
koronaria yang menstimulasi reseptor nyeri akibat tertumpuknya asam
laktat.
7. Spasme otot, dapat menstimulasi mekanik.
3. FISIOLOGI NYERI
4. KLASIFIKASI NYERI
1. Menurut tempatnya:
a. Periferal Pain
· Superfisial Pain (Nyeri Permukaan)
· Deep Pain (Nyeri Dalam)
· Reffered Pain (Nyeri Alihan), nyeri yang dirasakan pada area yang
bukan merupakan sumber nyerinya.
b. Central Pain : Terjadi karena perangsangan pada susunan saraf
pusat, spinal cord, batang otak dan lain-lain.
c. Psychogenic Pain : Nyeri dirasakan tanpa penyebab organik, tetapi
akibat dari trauma psikologis.
d. Phantom Pain : perasaan pada bagian tubuh yang sudah tak ada
lagi. contohnya pada amputasi, Phantom pain timbul akibat dari stimulasi
dendrit yang berat dibandingkan dengan stimulasi reseptor biasanya. Oleh
karena itu, orang tersebut akan : merasa nyeri pada area yang telah
diangkat.
e. Radiating Pain : Nyeri yang dirasakan pada sumbernya yang
meluas ke jaringan sekitar.
f. Nyeri somatis dan nyeri viseral
kedua nyeri ini umumnya bersumber dari kulit dan jaringan di bawah kulit
(superfisial) pada otot dan tulang.
Refleks Tidak Ya Ya
kontraksi otot
2. Menurut Sifatnya:
a. Insidentil : timbul sewaktu-waktu dan kemudian menghilang.
b. Steady : nyeri timbul menetap dan dirasakan dalam waktu yang
lama.
c. Paroxysmal : nyeri dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali
dan biasanya menetap 10 – 15 menit, lalu menghilang dan kemudian
timbul kembali.
d. Intractable Pain : nyeri yang resisten dengan diobati atau dikurangi.
Contoh pada arthritis, pemberian analgetik narkotik merupakan
kontraindikasi akibat dari lamanya penyakit yang dapat mengakibatkan
kecanduan.
5. RESPON NYERI
a. Respon Psikologis
Respon psikologis sangat berkaitan dengan pemahaman klien terhadap
nyeri yang terjadi atau arti nyeri bagi klien. Pemahaman dan pemberian arti
nyeri sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, persepsi, pengalaman
masa lalu dan juga faktor sosial budaya.
b. Respon fisiologis terhadap nyeri
· Stimulasi Simpatik:(nyeri ringan, moderat, dan superficial)
1) Dilatasi saluran bronkhial dan peningkatan respirasi rate
2) Peningkatan heart rate
3) Vasokonstriksi perifer, peningkatan BP
4) Peningkatan nilai gula darah
5) Diaphoresis
6) Peningkatan kekuatan otot
7) Dilatasi pupil
8) Penurunan motilitas GI
7. INTENSITAS NYERI
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri
dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan
individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan
sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda oleh dua orang yang berbeda.
Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah
menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun,
pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti
tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007).
Keterangan :
0 :Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi
dengan baik.
4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti
perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti
perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi
nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih
posisi nafas panjang dan distraksi
10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi,
memukul
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Nyeri merupakan suatu gejala yang bersifat objektif. Hanya orang yang
merasakan bisa mengungkapkan. Kebutuhan dasar manusia untuk memenuhi rasa
yang tidak nyaman atau nyeri ini, perawat perlu memperhatikan, mengkaji konsep
dasar nyeri pada klien yang mengalami gangguan keamanan.
3.2 Saran
Semoga dengan memahami konsep dasar nyeri ini, kita bisa menerapkan
dan membagi ilmu dalam menyelesaikan masalah dan gangguan tidak nyaman ini
dalam kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, E.J. 1997. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Gibson, John. 1992. Diagnosa Gejala Penyakit Untuk Perawat. Penerbit Yayasan
Essentia Media. Yogyakarta.
Long, C.B. 1996. Medical Surgical Nursing. Alih Bahasa oleh Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan. Bandung.
Taylor, C., Carol L. & Pricilla L. 1997. Fundamental of Nursing : the Art and
Science of Nursing. Lippicott Philadelphia.
Prianthara, Dhita. 2012. Konsep Nyeri.
http://dhitaprianthara.blogspot.com/2012/02/konsep-nyeri.html. Diunduh pada
tanggal 23 Mei 2012.
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah volume 1. EGC. Jakarta.
Potter & Perry. 2006. Fundamental Keperawatan volume 2. EGC. Jakarta.
Destu, Fayl. 2010. Asuhan Keperawatan Klien dengan Nyeri.