Anda di halaman 1dari 2

“HARGA KOPRA MENGEKSPLOITASI PEREMPUAN”

Oleh : Asterlita T Raha

(Kabid. Akspel GMKI Cab. Tondano & Anak Petani KOPRA)

“Bumi, air, perempuan dan seluruh kekayaan alam yang terkandung di dalamnya di
kuasai oleh negara dan di monopoli untuk kemakmuran penguasa”

Indonesia adalah salah satu Negara produsen kopra terbanyak di dunia, luas tanaman kelapa
pada tahun 2016 sekitar 3,6 juta hektar dengan produksi 3,2 juta setara kopra, dimana lebih
dari 98% di usahakan oleh perkebunan rakyat yang tersebar hampir di seluruh wilaya Indonesia.
Salah satunya Maluku utara, Maluku utara merupakan salah satu daerah penghasil kopra dan
merupakan salah satu produk unggulan pertanian. Pada tahun 2015 berdasarkan Balai Pusat
Statistik (BPS) Maluku utara, luas perkebunan kelapa mencapai 147.733 hektar dengan jumlah
produksi 231.619 ton.

Awal tahun 2018 komoditi kopra mengalami penurunan harga di pengaruhi oleh mekanisme
pasar global, dari Rp. 9.000,00;- Rp. 5.500,00; per kilogram; kemudian mempengaruhi kondisi
perekonomian masyarakat Maluku utara. Di lansir dari Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku
utara, terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin pada tahun 2018. September 2017 sebesar
78,28 ribu orang (6,44 persen) menjadi 81,46 ribu orang (6,64 persen) bertambah sekitar 3,2
ribu orang di 2017. Data ini membuktikan bahwa komoditi kopra sangatlah memegang peranan
penting dalam meningkatkan perekonomian masyarakat.

Akhir-akhir ini berbagai tuntutan muncul di setiap kabupaten menuntut agar pemerintah
memberikan solusi terkait dengan harga kopra yang menurun secara signifikan. Berbagai
gagasan di sampaikan bahwa pemerintah tidak dapat menginterfensi harga, sebab mekanisme
pasar globar. Namun pemerintah adalah merupakan pelaksana amanat untuk mensejatrakan
rakyatnya sehingga telah menjadi tugas dan tanggungjawab untuk mengurusi segala persoalan
rakyat termasuk petani kopra; pasal 33 UUD tahun 1945 secara tegas melarang adanya
penguasaan sumber daya alam di tangan orang ataupun seorang. Dengan kata lain monopoli
tidak dapat dibenarkan dalam praktek pengelolahan sumber daya alam karena bertentangan
dengan prinsip pasal 33.

Turunnya harga kopra sangat berdampak buruk bagi perempuan, mengapa demikian.? Provinsi
Maluku utara adalah salah satu daerah yang masih kental akan paham patriarki, di mana laki-
laki masih begitu mendominasi sektor-sektor strategis (public) sedangkan perempuan lebih
banyak mengurusi ranah domestik atau menjadi ibu rumah tangga (IRT), mengelolah segala
kebutuhan konsumtif mulai dari makanan, pakaian, dll yang secara langsung erat kaitannya
dengan pasar.

Pada agustus 2018 Badan Pusat Statistik mencatat, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Perempuan Maluku utara adalah 49,78 % sedangkan laki-laki mencapai 80,04% dari TPAK
Maluku utara sebesar 66,76%. Itulah mengapa jika harga kopra menurun dengan kisaran
RP.2000,00; per kilogram (daerah Loloda dan sekitarnya) maka di pastikan penjajahan bagi
petani kopra nyata dan melegitimasi eksploitasi bagi perempuan.

Konstruksi sosial yang menempatkan perempuan dalam posisi subordinat di urusan konsumtif
dan sebagai pelayan yang mengurusi segala kebutuhan suami, anak mertua bahkan dirinya
sendiri. Salah satunya perempuan desa, citra atau pelebelan halus dan ketelatenan menjadi ciri
khas perempuan yang di jadikan alasan untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan marginal
sehingga perempuan dalam pekerjaan hanya di jadikan sebagai pencari nafka tambahan dan
bukan pencari nafka utama. Inilah yang memperkokoh kekuasaan laki-laki, bahkan Negara yang
seolah-olah adalah maskulin pun ikut menjadi pelaku kesewenang-wenangan bagi perempuan.

Catatan Tahunan Komnas HAM sekitar 300 ribu lebih kasus kekerasan terhadap perempuan dan
anak, dan diantarannya di dominasi oleh Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dan pemicu
terbesar adalah persoalan ekonomi. Persoalan ekonomi sangat mengeksploitasi perempuan
sebab perempuan dikonstruksi hanya mampu melakukan pekerjaan marginal.

Demikian menjual tubuhpun adalah halal jika perut keroncongan menyanyikan lagu kelaparan,
usus sebagai seruling memikat saat akal tak lagi mampu berkompromi. Mungkin kisah Tuty
yang mati di Arab akan terulang di lembaran sejaran perempuan.

Mengenangkan ibu

Adalah mengenangkan buah-buah

Istri adalah makanan utama

Pacar adalah lauk pauk

Dan ibu adalah pelengkap sempurna

Kenduri besar kehidupan

-sajak Ibunda

Perempuan berdikarilah sebab tubuhmu bukan ladang tambang eksploitasi serta segala
akumulasi kekuasaan dan LAWAN segala bentuk monopoli yang menempatkanmu dalam titik
nadir kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai