Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan izin Nya-lah sehingga makalah ini
dapat diselesaikan dengan baik.
Makalah ini merupakan bagian dari mata kuliah “Manajemen dan Teknologi
Pengolahan Limbah Cair” yang mengkaji tentang penerapan manajemn dan teknolohi dalam
pengelolaan Limbah cair domestik dengan sistem Komunal. Sebagai mahasiswa tentunya
makalh ini sangat diharapkan memberi sumbangsih ilmu pengetahuan khussnya dlam hal
manajemen dan teknologi limbah cair, yang juga merupakan bagian dari tugas dan salah satu
aspek penilaian mata kuliah.
Kami berharap agar makalah ini bermanfaat bagi masyarakat umum, tidak hanya
sebagai media pembelajaran bagi mahsiswa namun juga pada masyarakat. . Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini dan makalah
selanjutnya.

Makassar, November 2014

Arief Pawennari Muhammad

Manajemen dan Teknologi Pengolahan Limbah Cair


i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................. i


DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 3
C. Tujuan ............................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Tentang Limbah Cair Domestik ......................... 4
B. Manajemen dan Teknologi IPAL Komunal
dalam pengelolaan limbah cair domestik ...................................... 7
C. Kelebihan dan Kekurangan Ipal Komunal ....................................... 23
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 24
B. Saran ................................................................................................ 24

DAFTAR PUSTAKA

Manajemen dan Teknologi Pengolahan Limbah Cair


ii
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pencemaran lingkungan yang terjadi dikota-kota besar di Indonesia tampaknya


semakin sulit dikendalikan. Sebagai contoh ialah kompleksnya permasalahan dalam
mengatasi pencemaran air, khususnya air permukaan. Berdasarkan hasil-hasil penelitian
dari berbagai kalangan dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, baik penelitian yang
dilakukan oleh instansi pemerintah ataupun lembaga-lembaga swadaya masyarakat,
menunjukkan bahwa pencemaran air sungai di dua kota besar, yaitu Jakarta dan
Bandung, didominasi oleh sumber pencemar yang berasal dari daerah pemukiman atau
limbah cair domestik.
Limbah domestik menyebabkan pencemaran sungai dan saluran di berbagai kota
besar di Indonesia. Limbah domestik dengan kandungan bahan organik sebenarnya
dapat dilihat sebagai bahan baku dapat diolah menjadi produk yang berguna.
Beberapa tahun terakhir ini energi merupakan persoalan yang krusial didunia,
sehingga penyediaan energi alternatif perlu digiatkan. Pemanfaatan limbah cair
domestik merupakan salah satu cara untuk memproduksi energi terbaharukan.
Salah satu indikasi tercemarnya air perkotaan adalah kadar COD. Data
menunjukkan kandungan COD dari berbagai saluran pembuangan dan sungai di
dalam kota yang melebihi nilai ambang batas 250 ppm. Pengolahan limbah
domestik dapat dilakukan dengan cara fisika, kimia maupun biologi agar dampak
negatif limbah dapat diminimalkan. Pemilihan pengolahan limbah didasarkan
pertimbangan biaya yang rendah menjadi bahan pertimbangan. Plumpur aktif untuk
menurunkan kadar COD berguna berupa biogas.
Air limbah kota-kota besar di Indonesia secara garis besar dapat dibagi menjadi
tiga yaitu air limbah industri dan air limbah domestik yakni yang berasal dari buangan
rumah tangga dan yang ke tiga yakni air limbah dari perkantoran dan pertokoan (daerah
komersial). Saat ini selain pencemaran akibat limbah industri, pencemaran akibat limbah
domestikpun telah menunjukkan tingkat yang cukup serius. Permasalahan yang ada
sampai saat ini adalah laju perkembangan pembangunan sarana pengelolaan air limbah
secara terpusat sangat lambat hanya sekitar 3,5 % dari total daerah pelayanan), serta
teknologi pengolahan air limbah rumah tangga invidual (On Site treatment), ataupun
semi komunal yang ada tidak memadai atau sangat kurang sekali, sehingga pelaksanaan

Manajemen dan Teknologi Pengolahan Limbah Cair 1


pengelolaan limbah untuk wilayah yang belum terlayani oleh jaringan air limbah belum
dapat dilaksanakan. Sistem penbuangan air limbah yang umum digunakan masyarakat
yakni air limbah yang berasal dari toilet dialirkan ke dalam tangki septik dan air
limpasan dari tangki septik diresapkan ke dalam tanah atau dibuang ke saluran umum.
Sedangkan air limbah non toilet yakni yang berasal dari mandi, cuci serta buangan dapur
dibuang langsung ke saluran umum.
Beberapa contoh teknologi pengolahan air limbah rumah tangga dengan sistem “
On Site Treatment“ anatara lin adalah teknologi biofilter baik anaerob, aerob ataupun
kombinasi anaerob-aerob, Sistem modifikasi lumpur aktif (modified activated sludge)
dan lainnya. Sistem tersebut dapat diaplikasikan untuk tiap-tiap rumah tangga maupun
semi komunal yakni beberapa rumah menggunakan satu unit alat pengolahan air limbah.
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat dan untuk
mengetahui apakah program tersebut telah mencapai sasarannya, maka diperlukan
evaluasi. Kegiatan pembangunan pembuatan pengolahan limbah domestik sudah berjalan
lebih dari lima tahun, dan saat ini sudah perlu diadakan evaluasi untuk perbaikan sistem
dan mengantisipasi kendalakendala yang muncul di lapangan, agar pengolahan dapat
berjalan lancar dan terkendali. Evaluasi merupakan suatu proses sistematis dalam
mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan informasi untuk mengetahui
tingkat keberhasilan pelaksanaan program pemerintah dalam elayanan kepada
masyarakat. Informasi hasil evaluasi akan dibandingkan dengan sasaran yang telah
ditetapkan pada program tersebut. Apabila hasilnya sesuai dengan sasaran yang
ditetapkan, berarti program tersebut efektif. Jika sebaliknya, maka program tersebut
dianggap tidak efektif
Instalasi Pengolahan Air Limbah Komunal (IPAL Komunal) merupakan
bangunan yang digunakan untuk memproses air limbah buangan penduduk yang
difungsikan secara komunal (digunakan oleh sejumlah rumah tangga) agar lebih aman
pada saat dibuang ke lingkungan atau lebih sesuai dengan baku mutu lingkungan.
Pembangunan IPAL tersebut diprioritaskan di permukiman padat pinggirsungai.
Pembangunan IPAL Komunal ada yang langsung ditunjuk oleh Pemerintah Kota
dan adapula pembangunan yang diusulkan kepada Pemerintah Kota Yogyakarta.
Proses pembangunan sepenuhnya diserahkan kepada warga melalui LPMK (Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan) masingmasing kelurahan, pemerintah kota
dalam pembangunan ini berperan dalam pendanaan, pendampingan dan pengawasan

Manajemen dan Teknologi Pengolahan Limbah Cair 2


B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, rumusan masalah yang dapat
disimpulkan adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana gambaran umum mengenai limbah cair domestik?
2. Bagaimana bentuk teknologi yang di gunakan dalam IPAL Komunal
3. Bagaimana bentuk manajemen pengelolaan limbah cair domestik dengan IPAL
Komunal?
4. Apa saja kelebihan dan kekuarangan pengelolaan limbah cair domestik menggunakan
IPAL Komunal ?

C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui sistem pengolahan limbah
cair domestik dengan teknologi IPAL Komunal sebagai solusi pengolahan limbah cair
domestik untuk pencegahan pencemaran akibat limbah cair perkotaan.

Manajemen dan Teknologi Pengolahan Limbah Cair


3
BAB II. PEMBAHASAN

1. Gambaran Umum Limbah Cair Domestik

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001, air limbah
adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang berwjud cair. Air limbah dapat berasal
dari rumah tangga (domestik) maupun industri (industri).

Air limbah atau yang lebih dikenal dengan air buangan ini adalah merupakan :

a. Limbah cair atau air buangan ( waste water ) dalah cairan buangan yang berasal dari
rumah tangga, perdagangan, perkantoran, industri maupun tempat-tempat umum
lainnya yang biasanya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat
membahayakan kesehatan atau kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian
lingkungan hidup.
b. Kombinasi dari cairan atau air yang membawa buangan dari perumahan, institusi,
komersial, dan industri bersama dengan air tanah, air permukaan, dan air hujan.
c. Kotoran dari masyarakat dan rumah tangga, industri, air tanah/permukaan serta
buangan lainnya (kotoran umum).
d. Cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, perdagangan, perkantoran, industri
maupun tempat-tempat umum lainnya, dan biasanya mengandung bahan-bahan atau
zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan/kehidupan manusia serta mengganggu
kelestarian lingkungan hidup.
e. Semua air/szat cair yang tidak lagi dipergunakan, sekalipun kualitasnya mungkin baik.

Limbah cair domestik adalah hasil buangan dari perumahan, bangunan perdagangan,
perkantoran, dan sarana sejenisnya. volume limbah cair dari daerah perumahan bervariasi,
dari 200 sampai 400 liter per orang per hari, tergantung pada tipe rumah. Aliran terbesar
berasal dari rumah keluarga tunggal yang mempunyai beberapa kamar mandi, mesin cuci
otomatis, dan peralatan lain yang menggunakan air. Angka volume limbah cair sebesar 400
liter/orang/hari bisa digunakan untuk limbah cair dari perumahan dan perdagangan, ditambah
dengan rembesan air tanah ( infiltration ).

Limbah cair baik domestik maupun non domestik mempunyai beberapa karakteristik
sesuai dengan sumbernya, karakteristik limbah cair dapat digolongkan pada karakteristik
fisik, kimia, dan biologi sebagai berikut (Metcalf and Eddy, 2003) :

Manajemen dan Teknologi Pengolahan Limbah Cair


4
1. Karakteristik Fisika

Karakteristik fisika ini terdiri daribeberapa parameter, diantaranya :

a. Total Solid (TS)


Padatan terdiri dari bahan padat organik maupun anorganik yang dapat larut,
mengendap atau tersuspensi. Bahan ini pada akhirnya akan mengendap di
dasar air sehingga menimbulkan pendangkalan pada dasar badan air penerima
b. Total Suspended Solid (TSS)
Merupakan jumlah berat dalam mg/l kering lumpur yang ada didalam air limbah
setelah mengalami penyaringan dengan membran berukuran 0,45 mikron.
a. Warna. Pada dasarnya air bersih tidak berwarna, tetapi seiring dengan waktu dan
menigkatnya kondisi anaerob,warna limbah berubah dari yang abu–abu menjadi
kehitaman.
b. Kekeruhan
Kekeruhan disebabkan oleh zat padat tersuspensi, baik yang bersifat organik
maupun anorganik, serta menunjukkan sifat optis air yang akan membatasi
pencahayaan kedalam air.
c. Temperatur
Merupakan parameter yang sangat penting dikarenakan efeknya terhadap reaksi
kimia, laju reaksi, kehidupan organisme air dan penggunaan air untukberbagai
aktivitas seharihari.
d. Bau
Disebabkan oleh udara yang dihasilkan pada proses dekomposisi materi atau
penambahan substansi pada limbah.

2. Karateristik Kimia
a. Biological Oxygen Demand (BOD)
Biological oxygen demand atau kebutuhan oksigen biologis adalah jumlah oksigen
yang dibutuhkan oleh mikroorganisme di dalam air lingkungan untuk
memecah atau mendegradasi atau mengoksidasi limbah organik yang terdapat
didalam air.

Manajemen dan Teknologi Pengolahan Limbah Cair


5
b. Chemical Oxygen Demand (COD)
Merupakan jumlah kebutuhan oksigen dalam air untuk proses reaksi secara kimia
guna menguraikan unsur pencemar yang ada. COD dinyatakan dalam ppm(part per
milion).(Metcalf and Eddy, 2003)
c. Protein
Protein merupakan bagian yang penting dari makhluk hidup, termasuk di
dalamnya tanaman, dan hewan bersel satu. Di dalam limbah cair, protein
merupakan unsur penyabab bau, karena adanya proses pembusukan dan peruraian
oleh bakteri. (Metcalf and Eddy, 2003)
d. Karbohidrat
Karbohidrat antara lain : gula, pati, sellulosa dan benang-benang kayu terdiri dari
unsur C, H, dan O. Gula dalam limbah cair cenderung terdekomposisi oleh enzim
dari bakteribakteri tertentu dan ragi menghasilkan alkohol dan gas CO2 melalui
proses fermentasi.
e. Minyak dan Lemak
Minyak dan lemak merupakan bahan pencemar yang banyak ditemukan di
berbagai perairan, salah satu sumber pencemarnya adalah dari agroindustri.
f. Detergen
Deterjen termasuk bahan organik yang sangat banyak digunakan untuk keperluan
rumah tangga, hotel, dan rumah sakit. Fungsi utama deterjen adalah sebagai
pembersih dalam pencucian, sehingga tanah, lemak dan lainnya dapat dipisahkan.
g. Derajat keasaman (pH)
Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH sekitar
6,5 7,5. Air akan bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH. Bila pH di
bawah pH normal, maka air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai
pH di atas pH normal bersifat basa

3. Karakteristik Biologi

Karakteristik biologi digunakan untuk mengukur kualitas air terutama air yang
dikonsumsi sebagai air minum dan air bersih. Parameter yang biasa digunakan adalah
banyaknya mikroorganisme yang terkandung dalam air limbah. Pengolahan air limbah secara
biologis dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang melibatkan kegiatan
mikroorganisme dalam air untuk melakukan transformasi senyawa-senyawa kimia yang

Manajemen dan Teknologi Pengolahan Limbah Cair 6


terkandung dalam air menjadi bentuk atau senyawa lain. Mikroorganisme mengkonsumsi
bahan-bahan organik membuat biomassa sel baru serta zat-zat organik dan memanfaatkan
energi yang dihasilkan dari reaksi oksidasi untuk metabolismenya. (Metcalf and Eddy,
2003)

2. Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Komunal Sebagai Solusi Pengelolaan


Limbah Cair Domestik

A. Manajemen Pengelolaan IPAL komunal


Pada prinsipnya, pengelolaan IPAL komunal pelu pendampingan pemerintah
ditujukan untuk memberdayakan masyarakat agar mereka bisa mengemban peran inti
dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan sistem AMPL. UU No. 22/1999
mendefinisikan pemberdayaan masyarakat sebagai ‘suatu usaha untuk meningkatkan rasa
memiliki dan partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
infrastruktur.’ ‘ (Ayat 92, paragraf 2).
Dengan demikian, peran Pemerintah berubah dari ’provider’/penyedia menjadi
fasilitator untuk layanan sanitasi yang dikelola dan berbasis masyarakat. Kebijakan
tersebut juga menganjurkan masyarakat untuk bekerja sama dengan mitra lain, dan
menekankan bahwa perempuan harus diikutsertakan dalam pengambilan keputusan.
Utamanya dalam hal terkait perencanaan layanan dan teknologi, pelaksanaan dan
pengelolaan.
Salah satu contoh program yang dapat dilaksanakan yaitu Sanimas atau Sanitasi
Berbasis Masyarakat adalah program untuk menyediakan prasarana air limbah bagi
masyarakat di daerah kumuh padat perkotaan. Dalam pembangunan fasilitas sanimas,
digunakan konsep pemberdayaan masyarakat untuk menjadikan masyarakat aktor
utama dalam proses perencanaan, pembangunan, operasional dan pemeliharaan
fasilitas sanitasi komunal, dengan tujuan agar fasilitas yang terbangun dapat memberikan
manfaat yang berkelanjutan.
Perlunya suatu konsep penyelenggaraan sanitasi / air limbah domestik, berdasarkan
kebutuhan dan kesesuaian masyarakat itu sendiri, melalui perencanaan, pemilihan
teknologi, pembangunan, operasi dan pemeliharaan oleh masyarakat
sendiri,pendampingan fasilitator.

Manajemen dan Teknologi Pengolahan Limbah Cair


7
Pertimbangan pemilihan Sistem Pengelolaan Air:
1. kepadatan penduduk;
2. ketersediaan air bersih;
3. kedalaman muka air tanah;
4. permeabilitas tanah;
5. kemiringan tanah;
6. kebutuhan dan ketersediaan lahan;
7. kemudahan operasi;
8. ketersediaan sumber daya manusia, dan
9. kemampuan pembiayaan.

Gambar 1. Alur Proses Perencnaan Pembangunan IPAL Komunal

1. Proses Penyusunan Rencana Induk

Rancangan induk memuat keseluruhan gambaran mengenai system pengelolaan air


limbah domesik perkotaan dengan cara mengetahui kebutuhan administratif di daerah

Manajemen dan Teknologi Pengolahan Limbah Cair


8
lokasi, juga memuat kebijakan untuk pelaksanaan program pengelolaan air limbah
domestik.
Hal utama yang perlu diperhatikan adalah penentuan skema dasar yang meliputi:
 Periode desain
 Daerah rencana
 Sistem/proses pengolahan
Hal lain yang menjadi bahan pertimbangan adalah:
 Jumlah penduduk saat ini dan proyeksi sesuai periode desain
 Rencana umum tata ruang kota
 Kondisi perumahan
 Peta dan panjang jalan
 Data mengenai kualitas air di sungai utama
 Fasilitas penyediaan air bersih
 Konfirmasi dengan peraturan legal lainnya yang terkait
 Rencana anggaran
 persepsi masyarakat
Prosedur dalam membuat rancangan induk dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Penentuan Skema Dasar

1. Periode desain
2. Daerah Rencana
3. Sistem dan proses pengolahan air limbah
Penentuan proses pengolahan air limbah harus memperhatikan: kepadatan
penduduk, sumber air yang ada, permeabilitas tanah, kedalaman muka air tanah,
kemiringan tanah, kemampuan membiayai, kualitas air limbah yang akan diolah,
tingkat pengolahan, sifat instalasi pengolahan air limbah, pertimbangan masyarakat,
lokasi instalasi pengolahan, pertimbangan terhadap biaya pembongkaran
Dalam pemilihan teknologi pengolahan air limbah (IPAL) ada beberapa hal
yang harus dipertimbangkan, antara lain sebagai berikut:
a) Kualitas dan kuantitas air limbah yang akan diolah
b) Kemudahan pengoperasian dan ketersediaanSDM yang memenuhi kualifikasi
untuk pengoperasian jenis IPAL terpilih
c) Jumlah akumulasi lumpur
d) Kebutuhan dan ketersediaan lahan

Manajemen dan Teknologi Pengolahan Limbah Cair


9
e) Biaya pengoperasian
f) Kualitas hasil olahan yang diharapkan
g) Kebutuhan energi

b. Survei
Survei merupakan dasar bagi pembuatan Rencana Induk. Diperlukan waktu yang
cukup dalam melakukan survei dan data yang diperlukan harus diambil pada saat
survey. Selain mengumpulkan data-data yang diperlukan juga visualisasi
keseluruhan gambaran daerah yang dapat dilihat oleh kasat mata harus diketahui.
Untuk itu perlu diusahakan agar dapat mengambil detail tersebut, termasuk juga
kondisi daerah dimasa lalu, kondisi saat ini, dan gambaran di masa yang akan
datang. Survei yang harus dilakukan meliputi :
a. Kondisi alam yang meliputi, topografi, kondisi iklim, dan hidrogeologi.
b. Fasilitas yang ada yang meliputi, sungai dan saluran yang ada, jalan,
c. bangunan/fasilitas bawah tanah (jaringan telkom, PLN, PAM,Gas dll).
d. Pengumpulandata terkait meliputi, rencana penggunaan tanah/lahan, rencana
e. pengembangan perkotaan, rencana sungai, rencana jalan, dan rencana
f. pemasangan bangunan bawah (Rencana Umum Tata Ruang Kota).
g. Data mengenai kualitas badan air penerima.
h. Data kependudukan.
c. Prediksi
Prediksi berhubungan dengan proyeksi jumlahpenduduk, perkembangan kota, dan
timbulan air limbah domestik yang pada akhirnya menjadi acuan dasar dalam
perhitungan debit/kapasitas air limbah perkotaan. Prediksi proyeksi jumlah
penduduk berkaitan erat dengan sifat kota yang pada akhirnya menentukan
jumlahpenduduk dan tingkat aktivitas.

d. Perencanaan fasilitas
Perencanaan fasilitas menyangkut: Penentuan standar desain dan Pertimbangan
untuk fasilitas dasar , Penentuan standar desain ,Pertimbangan untuk fasilitas dasar
e. Evaluasi
Rancangan Induk untuk Sistem/Proses Pengolahan Air Limbah Domestik terdiri
dari skema drainase, survei, prediksi, rencana fasilitas, maka masing-masing hal
tersebut harus dipertimbangkan secara terintegrasi pada evaluasi Rancangan Induk.

Manajemen dan Teknologi Pengolahan Limbah Cair


10
Pertimbangan terhadap masalah non teknis yang meliputi :
 Peraturan
 Persepsi masyarakat
 Pemeliharaan dan pengoperasian
 Pembiayaan
 Kelembagaan

2. Pembangunan Sarana

Pembangunan sarana selain melibatkan unsur pemerintah dan kontraktor sebaiknya


melibatkan masyarakat dimana lokas IPAL komunalakan dibangun, keterlibatan masyarakat
sangat di perlukan guna menimbulkan rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap sarana
IPAL komunal sera memeriksa dan mempersiapkan kontribusi masyarakat berupa tenaga dan
material (natura) telah siap/ tersedia, (tenaga dalam bentuk surat pernyataan kesanggupan dari
masyarakat, bahan/material harus sudah tersedia di lokasi pekerjaan). Pada pelaksanaan
konstruksi ada bagian pekerjaan yang bila ditinjau dari jenis dan sifat pekerjaannya tidak
memungkinkan untuk dilaksanakan sendiri olehmasyarakat, sehingga perlu diklasifikasikan
untuk mendapatkan pertimbangan agar dikerjakan oleh pihak ketiga sebagai sub-
pemasok/sub-kontraktor.

3. Pengelolaan dan Pemeliharaan

a. Aspek Kelembagaan
Kelembagaan di tingkat lokal dengan didukung oleh komitmen dan kebijakan
pemerintah merupakan faktor yang mempengaruhi keberlanjutan sistem mengelola
sistem pengelolaan air limbah (Parkinson dan Teyler, 2003). Pengelolaan air
limbah komunal di diserahkan pada masyarakat dengan membentuk kelembagaan
lokal berupa Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Pembentukan KSM yang
beranggotakan pengurusRT/RW dan tokoh masyarakat yang tidak satupun menjadi
pemanfaat sarana IPAL, mekanisme pengambilan keputusan dilakukan melalui
musyawarah yang melibatkan pengurus KSM dan tokoh masyarakat yang
mewakili masyarakat, selanjutnya hasil keputusan disosialisasikan kepada
masyarakat pemanfaat IPAL. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengurus KSM,
mekanisme ini dilakukan karena jumlah pemanfaat yang banyak sehingga tidak
efektif jika semua masyarakat dilibatkan. KSM beranggotakan pengurus RT/RW,
tokoh masyarakat dan perwakilan calon pemanfaat yang bertugas mulai tahap

Manajemen dan Teknologi Pengolahan Limbah Cair


11
perencanaan hingga tahap pembangunan sarana IPAL, sedangkan KPP
beranggotakan masyarakat pemanfaat yang bertugas dalam pengelolaan IPAL pasca
tahap pembangunan. Pengambilan keputusan dilakukan melalui musyawarah seluruh
masyarakat pemanfaat. Namun demikian, secara umum fungsi kelembagaan di kedua
kelurahan tersebut belum berjalan secara optimal. Kegiatan yang terlihat hanya
pengumpulan iuran untuk dana operasional, sedangkan kegiatan pemeliharaan fisik
sebagaimana yang direncanakan dalam rencana kerja masyarakat (RKM) seperti
inspeksi saluran belum pernah dilakukan.
Dukungan pemerintah terhadap program pembangunan sanitasi di Kota diwujudkan
dengan peyusunan dokumen Strategi Sanitasi Kota (SSK) dan pembentukan
Kelompok Kerja (POKJA) Sanitasi yang berfungsi untuk mengintegrasikan peran
dan tugas dari masing-masing satuan kerja dalam pembangunan sanitas dimana
anggotanya meliputi Bappeda, Badan Lingkungan Hidup, Dinas PU Cipta Karya,
Dinas Kesehatan dan Kantor Pemberdayaan Masyarakat. Namun demikian, dalam
pelaksanaanya fokus kegiatannya masih sebatas pada kegiatan perencanaan dan
pembangunan fisik sarana, sedangkan kegiatan yang bersifat monitoring dan
pembinaan yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan dan sumber
daya manusia masih jarang dilakukan, terutama pada pasca tahap pembangunan.

b. Aspek Peranserta Masyarakat


Peranserta masyarakat dalam pengelolaan air limbah komunal diharapkan muncul
mulai tahap perencanaan hingga tahap operasional dan perencanaan. Dalam tahap
perencanaan, masyarakat diharapkan terlibat dalam setiap pengambilan keputusan
diantaraya dalam pemilihan teknologi dan pemilihan lokasi IPAL.

B.. Teknologi IPAL Komunal

Sistem IPAL Komunal diterapkan untuk menangani limbah domestik pada


wilayah yang tidak memungkinkan untuk dilayani oleh sistem terpusat ataupun secara
individual. Penanganan dilakukan pada sebagian wilayah dari suatu kota, dimana setiap
rumah tangga yang mempunyai fasilitas MCK pribadi menghubungkan saluran
pembuangan ke dalam sistem perpipaan air limbah untuk dialirkan menuju instalasi
pengolahan limbah komunal. Untuk sistem yang lebih kecil dapat melayani 2-5 rumah

Manajemen dan Teknologi Pengolahan Limbah Cair


12
tangga, sedangkan untuk sistem komunal dapat melayani 10-100 rumah tangga atau
bahkan dapat lebih. Effluent dari instalasi pengolahan dapat disalurkan menuju sumur
resapan atau juga dapat langsung dibuang ke badan air (sungai). Fasilitas sistem
komunal dibangun untuk melayani kelompok rumah tangga atau MCK umum. Bangunan
pengolahan air limbah ini dapat diterapkan di perkampungan dimana tidak
memungkinkan bagi warga masyarakatnya untuk membangun septictank individual di
rumahya masing-masing.

Dalam rangka pelaksanaan pengembangan prasarana dan sarana air limbah


komunal berbasis masyarakat melalui proses pemberdayaan, wilayah untuk pembangunan
Instalasi Pengolahan Air limbah Komunal yang memenuhi persyaratan teknis minimal :

a. Kawasan pemukiman padat, kumuh, miskin dan rawan sanitasi atau kawasan pasar
dan pemukiman sekitarnya.
b. Memiliki permasalahan sanitasi yang mendesak segeraditangani seperti
pencemaran limbah atau terjadinyagenangan.
c. Tersedia lahan yang cukup, 100 m2 untuk 1 (satu) unit bangunan Instalasi
Pengolah Air Limbah (IPAL) Komunal.
d. Tersedia Sumber Air (PDAM/Sumur/Mata Air/Air Tanah).
e. Adanya Saluran/Sungai untuk menampung efluen pengolahan air limbah.
f. Masyarakat yang bersangkutan menyatakan tertarik dan bersedia untuk
berpartisipasi melalui kontribusi (baik uang, barang atau tenaga)

Pada dasarnya telah cukup banyak opsi teknologi pengolahan air limbah yang dapat
diterapkan. Kesulitan timbul pada saat pemilihan teknologi yang paling tepat dan efisien
terkait kondisi lingkungan yang ada, khususnya untuk daerah spesifik. Langkah penyesuaian
perlu dilakukan agar teknologi yang ada dapat diterapkan. Secara umum, beberapa teknologi
dasar yang biasa diterapkan di Indonesia adalah teknologi tangki septik dengan sistem
resapan, anaerobic baffled reactor (ABR), anaerobic upflow filter (AUF), biofiltrasi, dan
rotating biological contactor (RBC). Disamping itu, terdapat beberapa teknologi tepat guna
seperti Tripikon-S dan T-Pikon-H.

1. Proses Pengolahan Limbah Cair Domestik IPAL Komunal

a Pengolahan Fisik

Manajemen dan Teknologi Pengolahan Limbah Cair


13
Maksud pengolahan fisik adalah memisahkan zatyang tidak diperlukan dari dalam air
tanpa menggunakan reaksi kimia dan reaksi biokimia hanya menggunakan proses secara
fisik sebagai variabel pertimbangan untuk rekayasa pemisahan dari air dengan polutan
atau zat-zat pencemar yang ada di dalam air limbah tersebut.
Beberapa cara pemisahan yang dapat dilakukan diantaranya adalah:
a) Pemisahan sampah dari aliran dengan saringan sampah (screen),
b) Pemisahan grit (pasir) dengan pengendapan melalui grit chamber, kecepatan aliran
dalam grit chamber tersebut diatur sedemikian rupasehingga yang diendapkan hanya
pasir yang relatif mempunyai spesifik grafiti yang lebih berat dari partikel lain.
c) Pemisahan partikel discrete (sendiri tidak mengelompok) dari suspensi melalui
pengendapan bebas (unhindered settling), d. Pemisahan pengendapan material
flocculant(hasil proses flokkulasi atau proses sintesa oleh bakteri) yaitu parikel yang
mengelompok oleh gaya saling tarik menarik (van der waals forces) menjadi
menggumpal lebih besar dan kemudian menjadi lebih berat dan mudah mengendap.
d) Pemisahan partikel melalui metoda sludge blankedyang disebut juga hindered
sedimentation.
e) Pemisahan dengan metoda konsolidasi pengendapan yaitu diendapkan pada
lapisanlapisan cairan yang dangkal sehingga mempercepat (compress) pengendapan.
Sistem ini disebut lamella separator. Penerapannya seperti tube settlerdan plat
settler.

Pada tahap ini beberapa unit teknologi yang di gunakan yaitu Saringan sampah
(Screen), Bak Penangkap Pasir (Grit Chamber),Bak Pengendap I (Preliminary
Sedimentation) dan Bak Pengendap II (clarifier)

b. Pengolahan biologis
Pengolahan biiologis adalah penguraian bahan organik yang terkandung dalam air
limbah oleh jasad renik /bakteri sehingga menjadi bahan kimia sederhana berupa
mineral. Pemilihan metoda pengolahan mana yang digunakan untuk pengolahanair
limbah tergantung tingkat pencemaran yang harus dihilangkan, besaran beban
pencemaran, beban hidrolisdan standar buangan (effluent) yang diperkenankan.
Pengolahan secara biologis terdiri dari dua prinsip utama yaitu pengolahan secara
anaerobik atau pengolahan yang tidak melibatkan oksigen dan pengolahan secara
aerobik atau pengolahan dengan melibatkan oksigen. Kedua sistem ini akan berbeda
dalam aplikasi teknologi yang akan digunakan.

Manajemen dan Teknologi Pengolahan Limbah Cair


14
a) Pengolahan Anaerobik
Pengolahan secara anaerobik menggunakan bakteri yang hidup dalam kondisi
anaerob yaitu bakteri hidrolisa, bakteri acetonogenik dan metanogenik. Semua
proses penguraian bahan organik oleh bakteri menjadi bahan sederhana dilakukan
tanpa oksigen. Contoh pengolahan anaerobic yang umum digunakan adalah: septic
tank, imhoff tank, kolam anarobik, UASB(upflow anaerobic sludge blanket),
anaerobic filter dan Phytoremediasi (penanganan pencemaran menggunakan
tumbuhan)
b) Pengolahan Aerobik
Pengolahan secara aerobik terjadi melalui dua proses utama yaitu penguraian bahan
organik yang disebut dengan proses oksidasi dan proses fermentasi lewat enzim
yang dikeluarkan oleh bakteri. Contoh unit pengolahan aerobik yang bisa digunakan
adalah: Kolam Aerasi Fakultatif, Tipe Aerobic Flow Through, Tipe Aerated lagoon
Extended Aearation, Lumpur Aktif (Activated Sludge), Oxidation Ditch, Kolam
stabilisasi fakultatif, RBC ( Rotating Biological Contactor), Sistem IPAL Bio-filter
c) Teknologi Pengolahan Lumpur
Metode teknologi yang biasa di gunakan yaitu : Thickening, Stabilisasi Lumpur
Dengan Sludge Digester,Sludge Conditioning, Pengeringan Lumpur,Pembuangan
Lumpur

Gambar 2. Potongan Memanjang IPAL Komunal

Manajemen dan Teknologi Pengolahan Limbah Cair


15
2. Jenis Teknologi IPAL Komunal

Jenis IPAL komunal yang pada umumnya di gunkana di Indonesia antaara lain :

a. Tangki Septik Konvensional

Fungsi tangki septik konvensional adalah untuk mengolah air limbah domestik dengan
memanfaatkan proses biologis melalui pemisahan padatan dari cairan dimana padatan
tersebut akan secara anaerobik terdekomposisi sementara airnya akan dialirkan ke sistem
pembuangan. Tangki septik konvensional yang dilengkapi dengan sistem resapan
merupakan metode yang paling umum untuk pengolahan air limbah rumah tangga dari
perumahan yang tidak tersambung dengan sistem perpipaan air buangan.Tangki septik
konvensional merupakan sistem pengolahan air limbah rumah tangga yang paling banyak
digunakan untuk sistem individual di Indonesia.

b. Anaerobic Baffled Reactor

Anaerobic baffled reactor (ABR) dapat dikatakan sebagai pengembangan tangki septik
konvensional. ABR terdiri dari kompartemen pengendap yang diikuti oleh beberapa
reaktor baffle. Baffle ini digunakan untuk mengarahkan aliran air ke atas (upflow)
melalui beberapa seri reaktor selimut lumpur (sludge blanket). Konfigurasi ini
memberikan waktu kontak yang lebih lama antara biomasa anaerobik dengan air limbah
sehingga akan meningkatkan kinerja pengolahan. Dari setiap kompartemen tersebut akan
dihasilkan gas. Teknologi sanitasi ini dirancang menggunakan beberapa baffle vertikal
yang akan memaksa air limbah mengalir keatas melalui media lumpur aktif. Pada ABR
ini terdapat tiga zone operasional: asidifikasi, fermentasi, dan buffer. Zone asidifikasi
terjadi pada kompartemen pertama dimana nilai pH akan menurun karena terbentuknya
asam lemak volatil dan setelahnya akan meningkat lagi karena meningkatnya kapasitas
buffer. Zona buffer digunakan untuk menjaga agar proses berjalan dengan baik. Gas
methan dihasilkan pada zona fermentasi

Gambar : Anaerobic Baffled Reactor

Manajemen dan Teknologi Pengolahan Limbah Cair


16
c. Anaerobic Upflow Filter

Anaerobic upflow filter (AUF) merupakan proses pengolahan air limbah dengan metode
pengaliran air limbah ke atas melalui media filter anaerobik. Sistem AUF ini memiliki
waktu detensi yang panjang dan akan menghasilkan efluen anaerob serta biasanya
digunakan untuk mengolah air limbah yang telah diolah sebelumnya dan juga perlu ada
pengolahan lanjutan untuk mendapatkan efluen yang memenuhi standar.Mekanisme
dasar pengolahan pada sistem ini adalah secara fisik, yaitu flokulasi, sedimentasi dan
adsorpsi. Proses atau reaksi biologis secara anaerob sangatlah lambat dan tidak memiliki
dampak penurunan BOD yang signifikan kecuali dengan waktu detensi yang lama.
Namun beberapa organik toksik dapat dikurangi melalui mekanisme fisik dan presipitasi
kimiawi (misalnya dengan sulfit) pada waktu detensi yang lebih pendek.(Onsite
Wastewater Treatment Systems Technology Fact Sheet 5, EPA)

d. Rotating Biological Contactor

Rotating biological contactor (RBC) merupakan salah satu sistem pengolahan air limbah
secara aerobik dengan sistem lapisan tetap (aerobic fixed film system). RBC sendiri
merupakan media tempat menempelnya mikroorganisme aerobik. Dalam sistem RBC
terdapat tiga unit utama, yaitu: (Elisabeth v. Münch, 2005)

Gambar : Rotating Biological Contactor

e. Biofiltrasi
Biofiltrasi merupakan teknologi pengolahan air limbah yang memanfaatkan material
hidup untuk menangkap dan secara biologis mendegradasi polutan didalamnya.
Biofiltrasi air limbah domestik merupakan proses pengolahan yang unik dibandingkan
dengan pengolahan biologis lainnya dimana mikroorganisme menempel pada media
kontak dan air limbah dialirkan melewatinya untuk diolah. Teknologi biofiltrasi ini

Manajemen dan Teknologi Pengolahan Limbah Cair


17
secara umum dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu (a) sistem konvensional dimana
mikroorganisme menempel secara alami pada media kontak dan (b) penempelan
mikroorganisme secara artifisial pada material polimer. Dalam sistem biofiltrasi modern,
mikroorganisme ditempelkan pada media kontak atau diperangkap dalam suatu membran
sehingga dapat lebih meningkatkan penyisihan BOD dan padatan tersuspensi
dibandingkan dengan teknologi biofiltrasi konvensional. Lebih jauh lagi, penyisihan
BOD dan padatan tersuspensi dalam air limbah dapat tercapai dengan baik apabila
mekanisme dan parameter yang mempengaruhi kekuatan penempelan biofilm pada
permukaan artifisial dapat diketahui dan dikontrol.(Pract. Periodical of Haz., Toxic, and
Radioactive Waste Mgmt, Oct 2006).

Gambar : Contoh Konstruksi Biofilter Untuk Pengolahan Air Limbah Domestik -


Kapasitas 20 0rang

f. Tripikon-S dan T-Pikon-H

Tripikon-S (Tri/Tiga Pipa Konsentris-Septik) merupakan salah satu alternatif pengolahan


air limbah domestik yang pada awalnya dikembangkan oleh Laboratorium Teknik Sipil
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Teknologi ini dikembangkan untuk menjawab
tantangan kondisi lingkungan yang dihadapi di daerah yang terpengaruh pasang surut,
seperti misalnya daerah pesisir pantai, muara, sungai, maupun rawa. Teknologi ini dapat

Manajemen dan Teknologi Pengolahan Limbah Cair


18
diterapkan untuk toilet individual maupun komunal.Kemudian teknologi Tripikon-S ini
dikembangkan lebih lanjut oleh Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan
melakukan perubahan dan rancang ulang sistem, menghasilkan T-Pikon-H (T Pipa
Horisontal).Pengolahan yang terjadi dalam T-Pikon-H ini adalah secara semi-aerob dan
anaerob. Konsep dasar pengolahan adalah dengan menggunakan 3 pipa, yaitu: (a) pipa
kecil sebagi inlet dari toilet; (b) pipa medium sebagai tempat terjadinya proses
dekomposisi biologis, dan (c) pipa besar sebagai pelimpah (overflow) efluen. Ketiga pipa
tersebut diatur secara konsentris.Kinerja kedua sistem ini masih perlu dikaji lebih lanjut,
namun bila dilihat dari ide pengolahannya, maka sistem ini dapat menjadi salah satu
alternatif pengolahan air limbah yang potensial untuk dikembangkan.

Dalam IPAL komunal kobinasi Aerob dan Anaerob, komponen utama yang terdapat
dalam IPAL adalah sebagai berikut :

a. Bak Pengendap Awal


Bak pengendap awal merupakan ruangpertama dalam Tangki Septik
KombinasiBiofilter Anaerob-Aerob. Ruang pertama inilebih merupakan sarana untuk
pencampuran antara berbagai macam air buangan (black& grey water) yang masuk ke
dalam tangki. Semua air limbah yang masuk pada ruangpertama ini akan bercampur
sempurna dan diharapkan segera diperoleh suatucampuran yang homogen. Karena
fungsi ruang pengendap awal ini adalah untuk menyamaratakan air limbah dari
berbagai sumber, maka sering disebut bakekualisasi. Pada bak ini selain air limbah
menjadi bercampur sempurna, juga terjadi proses pengolahan secara anaerobik.
Masukan pada ruang ini bukan hanya air limbah segar tetapi juga lumpur aktif yang
berasal dari Bak Pengendap Akhir. Karena itu dalam ruang pertama ini proses
pengolahan sudah berjalan dengan efektif. Endapan yang terjadi pada ruang ini pun
selayaknya dipantau dan secara berkala harus dikuras dengan cara penyedotan.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, diketahui bahwa volume lumpur yang terbentuk
ternyata tidak begitu banyak dan dalam waktu 4 tahun jumlah endapan lumpur tetap
tidak begitu banyak. Karena itu penyedotan lumpur dari ruang pertama praktis dalam
waktu yang cukup lama (> 4 tahun). Pada bagian bawah ruang pertama ini, proses
pengolahan yang terjadi berjalan secara anaerobik, karena tidak dioperasikan dengan
penambahan udara atau oksigen.
b. Biofilter Anaerob

Manajemen dan Teknologi Pengolahan Limbah Cair


19
Ruang kedua dan ketiga dari Tangki Septik Kombinasi Biofilter Anerob-Aerob adalah
ruangan pengolahan air limbahsecara anaerobik. Dalam ruang kedua air limbah
mengalir dari atas ke bawah melalui suatu unggun tetap atau media biofilter anaerob.
Dari ruang kedua air limbah kemudian mengalir ke ruang ketiga, dimana arah aliran
dari bawah ke atas juga melalui media biofilter anaerob. Media filter berupa seperti
sarang tawon dari bahan poli-ethilen.Media filter ini disusun bertumpuk dan seluruhnya
harus tenggelam atau terendam dalam aliran air limbah.
c. Ruang Aerasi

Ruang yang keempat adalah ruang aerasi. Pada ruangan ini dilakukan suplai oksigen
melalui suatu unit alat pendukung, yaitu Blower. Alat Bloweruntuk skala rumah tangga
cukup membutuhkan energi sebesar25 – 40 watt. Arah aliran air limbah dalam ruangan
ini dari atas ke bawah, tetapi arah aliran udara berjalan sebaliknya, yaitu dari bawah ke
atas. Gelembung-gelembung udara yang dihembuskan blowermelalui saluran pipa yang
dibenamkan sampai pada bagian bawah ruang aerasi ini menyebabkan proses
pengkayaan oksigen yang terlarut dalam air limbah berjalan dengan sangat baik.
Dengan adanya suplai oksigen ini maka proses pengolahan air limbah 24 Raharjo, P. N.
2008 selanjutnya akan berlangsung secara aerobik.

d. Biofilter Aerob
Seperti Biofilter Anaerob, Biofilter Aerob juga menggunakan media filter yang sama,
yaitu yang terbuat dari bahan poli-ethilen. Proses penguraian terus berlanjut dan
penguraian senyawa organik rantai yang lebih pendek menjadi H 2O dan CO2. Proses
pengolahan dengan biofilter aerob ini berlangsung pada ruang kelima. Arah aliran air
limbah yang diolah adalah dari bawah ke atas. Gambar 4 : Media filter yang masih baru
dan Biofilter yang sudahterbentuk.
e. Bak Pengendap Akhir
Bak pengendap akhir adalah ruang terakhir dari sistem Tangki Septik Kombinasi
Biofilter Anaerob-Aerob. Pada unit ini biomas yang terbentuk berupa gumpalan akan
mengendap pada bagian bawah ruangan. Lumpur biomas inilah yang disebut sebagai
lumpur aktif dan sebagian lumpur ini disirkulasikan dialirkan kembali ke bak
pengendap awal, demikian seterusnya.
f. Pompa Sirkulasi Lumpur Aktif

Manajemen dan Teknologi Pengolahan Limbah Cair


20
Pompa sirkulasi lumpur aktif umumnya berupa submersible pumpyang diletakkan pada
bagian dasar bak pengendap akhir. Untuk skala rumah tangga pompa sirkulasi lumpur
aktif ini cukup dengan daya 100 watt saja

Gambar : Contoh konstruksi biofilter anaerob – aerob, kapasitas 24 Orang

Gambar : Zonasi dalam Tangki Septic Tank

Manajemen dan Teknologi Pengolahan Limbah Cair


21
Gambar : Contoh penampang IPAL Komunal

Gambar : IPAL Komunal pemukiman warga

Manajemen dan Teknologi Pengolahan Limbah Cair


22
C. Kelebihan dan Kekurangan Sisitem IPAL Komunal dalam Pengolahan Limbah Cair
Domestik

Dalam penerapan sebuah teknologi atau sistem tentunya terdapat kelebihan dan
kekurangan yang menyertai suatu eknologi, begitu pula pada sistem IPAL komunal terdapat
kelebihan dan kekurangan yang menyertainya. beberapa kelebihan dan kekurangan sistem
IPALkomunal adalahsebagai berikut :

Kelebihan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal::

1. Lahan yang dibutuhkan sedikit karena dibangun di bawah tanah


2. Biaya pengoperasian dan perawatan mudah dan mudah
3. Efisiensi pengolahan limbah tinggi
4. Banyak tersedia di pasar, diproduksi massal (buatan pabrik)
5. Umur pelayanan panjang
6. Bila digunakan dengan benar tidak ada masalah dengan lalat dan bau
7. Biaya investasi rendah
8. Keperluan tanah kecil
9. Tidak perlu energy listrik

Kekurangan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal:


1. Biaya konstruksi bisa menjadi besar jika bahan filter tidak ada di sekitar.
2. Diperlukan tenaga ahli untuk design dan pengawasan pembangunan konstruksi
IPAL.
3. Effluen dan lumpur tinja masih perlu pengolahan sekunder dan atau pembuangan
yang cocok.
4. Memerlukan sumber air konstan
5. Tidak diboleh terkena banjir, sehingga permukaan bangunan/ lubang pemeriksaan
harus diatas muka air banjir

Manajemen dan Teknologi Pengolahan Limbah Cair


23
BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Teknologi yang di gunakan dalam IPAL komunal secara umum hampir sama dengan
IPAL pada umumnyaseperti Anaerobic Baffled Reactor,Tangki Septik
Konvensional,Anaerobic Upflow Filter,Rotating Biological Contactor dan Biofiltrasi
namun memrlukan beberapa penyesuaian dalam hal kapasitas dan pengelolaan
2. Pengolahan limbah cair domestik dengan sistem komunal selain membutuhkan
perencanaan mengenai teknologi yang sesuai dengan kondisi lahan dan daerah
yangakan di bangun, juga perlu memperhatikaan aspek sosial kemasyrakatan sebagai
pelaksana, pengguna dan pengelola IPAl Komunal
3. Peran serta masyrakat dan pendampingann pihak pemeritah sangat di butuhkan dalam
manajemen pengelolaan limbah cair domestik dengan sistem IPAL komunal

B. Saran

Perlu adanya pengembangan lebih jauh mengenai sistem IPAL Komunal khusu pada
derahpesisi karena sebagian besar penduduk daerah pesisir masih sangat minim dalam hala
sanitasi termasuk pengellaan air limbah domestik, tentunya dengan memperhatikan
kondisi karateristik derah pesisir.

Manajemen dan Teknologi Pengolahan Limbah Cair


24
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Pengolahan Air Limbah Domestik Individual Atau Semi Komunal. [onine]
http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuAirLimbahDomestikDKI/BAB10SEM
I%20KOMUNAL.pdf
Anonim. Perencanaan Pengelolaan Air Limbah Dengan Sistem Terpusat. Universitas
Brawijaya. Malang. http://wat er.lecture .ub.ac.id/file s/2012/05/ perencanaa
n_pengelolaan_ai r_limbah_dengan _siste m_ t er pus a t.pdf

Filliazati, Mega, Apriani Isna. Zahara,. Pengolahan Limbah Cair Domestik Dengan
Biofilter Aerob Menggunakan Media Bioball Dan Tanaman Kiambang.
Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura,
Pontianak http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmtluntan /articl e/d ownload/4
028/40 62
Karyadi Lukman. 2010. Partisipasi Masyarakat Dalam Program Instalasi Pengolahan
Air Limbah (Ipal) Komunal Di Rt 30 Rw 07 kelurahan Warungboto,
Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Skripsi. Universitas Negeri
Yogyakarta. http://eprints.un y.ac.id/527/1/Luk man_K._06405244 030.pdf
Kusuma Dwi. Mengenal Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) [online]
http://dwikusumadpu. wordpress.com/2013/ 05/29/mengenal-instalasi-pengolahan-
air-limbah-ipal-rumah-tangga/

Rahmi Sa’adah Nur dan Winarti Puji. 2011. Pengolahan limbah cair domestik
menggunakan lumpur aktif proses anaerob. Fakultas Teknik, Universitas
Diponegoro http://core.kmi.open.a c.uk/downl oad/ pd f / 11 711734 .pdf

Rahardjo P. Nugro. 2008. Kajian Aspek Kebijakan Dan Regulasi Dalam Masalah
Pengelolaan Limbah Cair Industri Rumah Tangga. JAI Vol.4, No.2, 2008
http://download.portalgaruda.org/articl e.php?article=61974&val=4559
Water and sanitation Program Team. 2011. Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk
Daerah Spesifik. East Asia & the Pacific (WSP-EAP ). Jakarta.
http://www.wsp.org /sites/wsp.o rg/file s/publications/wsp_O
psi_Sanitasi_yang_terjangk au.pdf

Yudo Satmoko Dan Indriatmoko. 2006. Evaluasi Hasil Pembangunan Instalasi Pengolah
Air Limbah Domestik Tipe Komunal Di Wilayah Kotamadya Jakarta Pusat
.Jurnal Teknik Lingkungan. http://kelair .bppt.go. id/jtl/2006/khusus2/07ipal.pdf

Manajemen dan Teknologi Pengolahan Limbah Cair


Tugas
Mata Kuliah : Manajemen dan Teknologi Pengolahan Limbah Cair
Dosen : Dr. Ir. Drs. H. Syahriar Tato, SH, MS, MH, MM

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK


DENGAN SISTEM IPAL KOMUNAL

ARIEF PAWENNARI MUHAMMAD


P1801213409

KONSENTRASI KESEHATAN LINGKUNGAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2014

Manajemen dan Teknologi Pengolahan Limbah Cair

Anda mungkin juga menyukai