Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan izin Nya-lah sehingga makalah ini
dapat diselesaikan dengan baik.
Makalah ini merupakan bagian dari mata kuliah “Manajemen dan Teknologi
Pengolahan Limbah Cair” yang mengkaji tentang penerapan manajemn dan teknolohi dalam
pengelolaan Limbah cair domestik dengan sistem Komunal. Sebagai mahasiswa tentunya
makalh ini sangat diharapkan memberi sumbangsih ilmu pengetahuan khussnya dlam hal
manajemen dan teknologi limbah cair, yang juga merupakan bagian dari tugas dan salah satu
aspek penilaian mata kuliah.
Kami berharap agar makalah ini bermanfaat bagi masyarakat umum, tidak hanya
sebagai media pembelajaran bagi mahsiswa namun juga pada masyarakat. . Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini dan makalah
selanjutnya.
Halaman
DAFTAR PUSTAKA
A. Latar Belakang
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui sistem pengolahan limbah
cair domestik dengan teknologi IPAL Komunal sebagai solusi pengolahan limbah cair
domestik untuk pencegahan pencemaran akibat limbah cair perkotaan.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001, air limbah
adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang berwjud cair. Air limbah dapat berasal
dari rumah tangga (domestik) maupun industri (industri).
Air limbah atau yang lebih dikenal dengan air buangan ini adalah merupakan :
a. Limbah cair atau air buangan ( waste water ) dalah cairan buangan yang berasal dari
rumah tangga, perdagangan, perkantoran, industri maupun tempat-tempat umum
lainnya yang biasanya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat
membahayakan kesehatan atau kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian
lingkungan hidup.
b. Kombinasi dari cairan atau air yang membawa buangan dari perumahan, institusi,
komersial, dan industri bersama dengan air tanah, air permukaan, dan air hujan.
c. Kotoran dari masyarakat dan rumah tangga, industri, air tanah/permukaan serta
buangan lainnya (kotoran umum).
d. Cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, perdagangan, perkantoran, industri
maupun tempat-tempat umum lainnya, dan biasanya mengandung bahan-bahan atau
zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan/kehidupan manusia serta mengganggu
kelestarian lingkungan hidup.
e. Semua air/szat cair yang tidak lagi dipergunakan, sekalipun kualitasnya mungkin baik.
Limbah cair domestik adalah hasil buangan dari perumahan, bangunan perdagangan,
perkantoran, dan sarana sejenisnya. volume limbah cair dari daerah perumahan bervariasi,
dari 200 sampai 400 liter per orang per hari, tergantung pada tipe rumah. Aliran terbesar
berasal dari rumah keluarga tunggal yang mempunyai beberapa kamar mandi, mesin cuci
otomatis, dan peralatan lain yang menggunakan air. Angka volume limbah cair sebesar 400
liter/orang/hari bisa digunakan untuk limbah cair dari perumahan dan perdagangan, ditambah
dengan rembesan air tanah ( infiltration ).
Limbah cair baik domestik maupun non domestik mempunyai beberapa karakteristik
sesuai dengan sumbernya, karakteristik limbah cair dapat digolongkan pada karakteristik
fisik, kimia, dan biologi sebagai berikut (Metcalf and Eddy, 2003) :
2. Karateristik Kimia
a. Biological Oxygen Demand (BOD)
Biological oxygen demand atau kebutuhan oksigen biologis adalah jumlah oksigen
yang dibutuhkan oleh mikroorganisme di dalam air lingkungan untuk
memecah atau mendegradasi atau mengoksidasi limbah organik yang terdapat
didalam air.
3. Karakteristik Biologi
Karakteristik biologi digunakan untuk mengukur kualitas air terutama air yang
dikonsumsi sebagai air minum dan air bersih. Parameter yang biasa digunakan adalah
banyaknya mikroorganisme yang terkandung dalam air limbah. Pengolahan air limbah secara
biologis dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang melibatkan kegiatan
mikroorganisme dalam air untuk melakukan transformasi senyawa-senyawa kimia yang
1. Periode desain
2. Daerah Rencana
3. Sistem dan proses pengolahan air limbah
Penentuan proses pengolahan air limbah harus memperhatikan: kepadatan
penduduk, sumber air yang ada, permeabilitas tanah, kedalaman muka air tanah,
kemiringan tanah, kemampuan membiayai, kualitas air limbah yang akan diolah,
tingkat pengolahan, sifat instalasi pengolahan air limbah, pertimbangan masyarakat,
lokasi instalasi pengolahan, pertimbangan terhadap biaya pembongkaran
Dalam pemilihan teknologi pengolahan air limbah (IPAL) ada beberapa hal
yang harus dipertimbangkan, antara lain sebagai berikut:
a) Kualitas dan kuantitas air limbah yang akan diolah
b) Kemudahan pengoperasian dan ketersediaanSDM yang memenuhi kualifikasi
untuk pengoperasian jenis IPAL terpilih
c) Jumlah akumulasi lumpur
d) Kebutuhan dan ketersediaan lahan
b. Survei
Survei merupakan dasar bagi pembuatan Rencana Induk. Diperlukan waktu yang
cukup dalam melakukan survei dan data yang diperlukan harus diambil pada saat
survey. Selain mengumpulkan data-data yang diperlukan juga visualisasi
keseluruhan gambaran daerah yang dapat dilihat oleh kasat mata harus diketahui.
Untuk itu perlu diusahakan agar dapat mengambil detail tersebut, termasuk juga
kondisi daerah dimasa lalu, kondisi saat ini, dan gambaran di masa yang akan
datang. Survei yang harus dilakukan meliputi :
a. Kondisi alam yang meliputi, topografi, kondisi iklim, dan hidrogeologi.
b. Fasilitas yang ada yang meliputi, sungai dan saluran yang ada, jalan,
c. bangunan/fasilitas bawah tanah (jaringan telkom, PLN, PAM,Gas dll).
d. Pengumpulandata terkait meliputi, rencana penggunaan tanah/lahan, rencana
e. pengembangan perkotaan, rencana sungai, rencana jalan, dan rencana
f. pemasangan bangunan bawah (Rencana Umum Tata Ruang Kota).
g. Data mengenai kualitas badan air penerima.
h. Data kependudukan.
c. Prediksi
Prediksi berhubungan dengan proyeksi jumlahpenduduk, perkembangan kota, dan
timbulan air limbah domestik yang pada akhirnya menjadi acuan dasar dalam
perhitungan debit/kapasitas air limbah perkotaan. Prediksi proyeksi jumlah
penduduk berkaitan erat dengan sifat kota yang pada akhirnya menentukan
jumlahpenduduk dan tingkat aktivitas.
d. Perencanaan fasilitas
Perencanaan fasilitas menyangkut: Penentuan standar desain dan Pertimbangan
untuk fasilitas dasar , Penentuan standar desain ,Pertimbangan untuk fasilitas dasar
e. Evaluasi
Rancangan Induk untuk Sistem/Proses Pengolahan Air Limbah Domestik terdiri
dari skema drainase, survei, prediksi, rencana fasilitas, maka masing-masing hal
tersebut harus dipertimbangkan secara terintegrasi pada evaluasi Rancangan Induk.
2. Pembangunan Sarana
a. Aspek Kelembagaan
Kelembagaan di tingkat lokal dengan didukung oleh komitmen dan kebijakan
pemerintah merupakan faktor yang mempengaruhi keberlanjutan sistem mengelola
sistem pengelolaan air limbah (Parkinson dan Teyler, 2003). Pengelolaan air
limbah komunal di diserahkan pada masyarakat dengan membentuk kelembagaan
lokal berupa Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Pembentukan KSM yang
beranggotakan pengurusRT/RW dan tokoh masyarakat yang tidak satupun menjadi
pemanfaat sarana IPAL, mekanisme pengambilan keputusan dilakukan melalui
musyawarah yang melibatkan pengurus KSM dan tokoh masyarakat yang
mewakili masyarakat, selanjutnya hasil keputusan disosialisasikan kepada
masyarakat pemanfaat IPAL. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengurus KSM,
mekanisme ini dilakukan karena jumlah pemanfaat yang banyak sehingga tidak
efektif jika semua masyarakat dilibatkan. KSM beranggotakan pengurus RT/RW,
tokoh masyarakat dan perwakilan calon pemanfaat yang bertugas mulai tahap
a. Kawasan pemukiman padat, kumuh, miskin dan rawan sanitasi atau kawasan pasar
dan pemukiman sekitarnya.
b. Memiliki permasalahan sanitasi yang mendesak segeraditangani seperti
pencemaran limbah atau terjadinyagenangan.
c. Tersedia lahan yang cukup, 100 m2 untuk 1 (satu) unit bangunan Instalasi
Pengolah Air Limbah (IPAL) Komunal.
d. Tersedia Sumber Air (PDAM/Sumur/Mata Air/Air Tanah).
e. Adanya Saluran/Sungai untuk menampung efluen pengolahan air limbah.
f. Masyarakat yang bersangkutan menyatakan tertarik dan bersedia untuk
berpartisipasi melalui kontribusi (baik uang, barang atau tenaga)
Pada dasarnya telah cukup banyak opsi teknologi pengolahan air limbah yang dapat
diterapkan. Kesulitan timbul pada saat pemilihan teknologi yang paling tepat dan efisien
terkait kondisi lingkungan yang ada, khususnya untuk daerah spesifik. Langkah penyesuaian
perlu dilakukan agar teknologi yang ada dapat diterapkan. Secara umum, beberapa teknologi
dasar yang biasa diterapkan di Indonesia adalah teknologi tangki septik dengan sistem
resapan, anaerobic baffled reactor (ABR), anaerobic upflow filter (AUF), biofiltrasi, dan
rotating biological contactor (RBC). Disamping itu, terdapat beberapa teknologi tepat guna
seperti Tripikon-S dan T-Pikon-H.
a Pengolahan Fisik
Pada tahap ini beberapa unit teknologi yang di gunakan yaitu Saringan sampah
(Screen), Bak Penangkap Pasir (Grit Chamber),Bak Pengendap I (Preliminary
Sedimentation) dan Bak Pengendap II (clarifier)
b. Pengolahan biologis
Pengolahan biiologis adalah penguraian bahan organik yang terkandung dalam air
limbah oleh jasad renik /bakteri sehingga menjadi bahan kimia sederhana berupa
mineral. Pemilihan metoda pengolahan mana yang digunakan untuk pengolahanair
limbah tergantung tingkat pencemaran yang harus dihilangkan, besaran beban
pencemaran, beban hidrolisdan standar buangan (effluent) yang diperkenankan.
Pengolahan secara biologis terdiri dari dua prinsip utama yaitu pengolahan secara
anaerobik atau pengolahan yang tidak melibatkan oksigen dan pengolahan secara
aerobik atau pengolahan dengan melibatkan oksigen. Kedua sistem ini akan berbeda
dalam aplikasi teknologi yang akan digunakan.
Jenis IPAL komunal yang pada umumnya di gunkana di Indonesia antaara lain :
Fungsi tangki septik konvensional adalah untuk mengolah air limbah domestik dengan
memanfaatkan proses biologis melalui pemisahan padatan dari cairan dimana padatan
tersebut akan secara anaerobik terdekomposisi sementara airnya akan dialirkan ke sistem
pembuangan. Tangki septik konvensional yang dilengkapi dengan sistem resapan
merupakan metode yang paling umum untuk pengolahan air limbah rumah tangga dari
perumahan yang tidak tersambung dengan sistem perpipaan air buangan.Tangki septik
konvensional merupakan sistem pengolahan air limbah rumah tangga yang paling banyak
digunakan untuk sistem individual di Indonesia.
Anaerobic baffled reactor (ABR) dapat dikatakan sebagai pengembangan tangki septik
konvensional. ABR terdiri dari kompartemen pengendap yang diikuti oleh beberapa
reaktor baffle. Baffle ini digunakan untuk mengarahkan aliran air ke atas (upflow)
melalui beberapa seri reaktor selimut lumpur (sludge blanket). Konfigurasi ini
memberikan waktu kontak yang lebih lama antara biomasa anaerobik dengan air limbah
sehingga akan meningkatkan kinerja pengolahan. Dari setiap kompartemen tersebut akan
dihasilkan gas. Teknologi sanitasi ini dirancang menggunakan beberapa baffle vertikal
yang akan memaksa air limbah mengalir keatas melalui media lumpur aktif. Pada ABR
ini terdapat tiga zone operasional: asidifikasi, fermentasi, dan buffer. Zone asidifikasi
terjadi pada kompartemen pertama dimana nilai pH akan menurun karena terbentuknya
asam lemak volatil dan setelahnya akan meningkat lagi karena meningkatnya kapasitas
buffer. Zona buffer digunakan untuk menjaga agar proses berjalan dengan baik. Gas
methan dihasilkan pada zona fermentasi
Anaerobic upflow filter (AUF) merupakan proses pengolahan air limbah dengan metode
pengaliran air limbah ke atas melalui media filter anaerobik. Sistem AUF ini memiliki
waktu detensi yang panjang dan akan menghasilkan efluen anaerob serta biasanya
digunakan untuk mengolah air limbah yang telah diolah sebelumnya dan juga perlu ada
pengolahan lanjutan untuk mendapatkan efluen yang memenuhi standar.Mekanisme
dasar pengolahan pada sistem ini adalah secara fisik, yaitu flokulasi, sedimentasi dan
adsorpsi. Proses atau reaksi biologis secara anaerob sangatlah lambat dan tidak memiliki
dampak penurunan BOD yang signifikan kecuali dengan waktu detensi yang lama.
Namun beberapa organik toksik dapat dikurangi melalui mekanisme fisik dan presipitasi
kimiawi (misalnya dengan sulfit) pada waktu detensi yang lebih pendek.(Onsite
Wastewater Treatment Systems Technology Fact Sheet 5, EPA)
Rotating biological contactor (RBC) merupakan salah satu sistem pengolahan air limbah
secara aerobik dengan sistem lapisan tetap (aerobic fixed film system). RBC sendiri
merupakan media tempat menempelnya mikroorganisme aerobik. Dalam sistem RBC
terdapat tiga unit utama, yaitu: (Elisabeth v. Münch, 2005)
e. Biofiltrasi
Biofiltrasi merupakan teknologi pengolahan air limbah yang memanfaatkan material
hidup untuk menangkap dan secara biologis mendegradasi polutan didalamnya.
Biofiltrasi air limbah domestik merupakan proses pengolahan yang unik dibandingkan
dengan pengolahan biologis lainnya dimana mikroorganisme menempel pada media
kontak dan air limbah dialirkan melewatinya untuk diolah. Teknologi biofiltrasi ini
Dalam IPAL komunal kobinasi Aerob dan Anaerob, komponen utama yang terdapat
dalam IPAL adalah sebagai berikut :
Ruang yang keempat adalah ruang aerasi. Pada ruangan ini dilakukan suplai oksigen
melalui suatu unit alat pendukung, yaitu Blower. Alat Bloweruntuk skala rumah tangga
cukup membutuhkan energi sebesar25 – 40 watt. Arah aliran air limbah dalam ruangan
ini dari atas ke bawah, tetapi arah aliran udara berjalan sebaliknya, yaitu dari bawah ke
atas. Gelembung-gelembung udara yang dihembuskan blowermelalui saluran pipa yang
dibenamkan sampai pada bagian bawah ruang aerasi ini menyebabkan proses
pengkayaan oksigen yang terlarut dalam air limbah berjalan dengan sangat baik.
Dengan adanya suplai oksigen ini maka proses pengolahan air limbah 24 Raharjo, P. N.
2008 selanjutnya akan berlangsung secara aerobik.
d. Biofilter Aerob
Seperti Biofilter Anaerob, Biofilter Aerob juga menggunakan media filter yang sama,
yaitu yang terbuat dari bahan poli-ethilen. Proses penguraian terus berlanjut dan
penguraian senyawa organik rantai yang lebih pendek menjadi H 2O dan CO2. Proses
pengolahan dengan biofilter aerob ini berlangsung pada ruang kelima. Arah aliran air
limbah yang diolah adalah dari bawah ke atas. Gambar 4 : Media filter yang masih baru
dan Biofilter yang sudahterbentuk.
e. Bak Pengendap Akhir
Bak pengendap akhir adalah ruang terakhir dari sistem Tangki Septik Kombinasi
Biofilter Anaerob-Aerob. Pada unit ini biomas yang terbentuk berupa gumpalan akan
mengendap pada bagian bawah ruangan. Lumpur biomas inilah yang disebut sebagai
lumpur aktif dan sebagian lumpur ini disirkulasikan dialirkan kembali ke bak
pengendap awal, demikian seterusnya.
f. Pompa Sirkulasi Lumpur Aktif
Dalam penerapan sebuah teknologi atau sistem tentunya terdapat kelebihan dan
kekurangan yang menyertai suatu eknologi, begitu pula pada sistem IPAL komunal terdapat
kelebihan dan kekurangan yang menyertainya. beberapa kelebihan dan kekurangan sistem
IPALkomunal adalahsebagai berikut :
A. Kesimpulan
1. Teknologi yang di gunakan dalam IPAL komunal secara umum hampir sama dengan
IPAL pada umumnyaseperti Anaerobic Baffled Reactor,Tangki Septik
Konvensional,Anaerobic Upflow Filter,Rotating Biological Contactor dan Biofiltrasi
namun memrlukan beberapa penyesuaian dalam hal kapasitas dan pengelolaan
2. Pengolahan limbah cair domestik dengan sistem komunal selain membutuhkan
perencanaan mengenai teknologi yang sesuai dengan kondisi lahan dan daerah
yangakan di bangun, juga perlu memperhatikaan aspek sosial kemasyrakatan sebagai
pelaksana, pengguna dan pengelola IPAl Komunal
3. Peran serta masyrakat dan pendampingann pihak pemeritah sangat di butuhkan dalam
manajemen pengelolaan limbah cair domestik dengan sistem IPAL komunal
B. Saran
Perlu adanya pengembangan lebih jauh mengenai sistem IPAL Komunal khusu pada
derahpesisi karena sebagian besar penduduk daerah pesisir masih sangat minim dalam hala
sanitasi termasuk pengellaan air limbah domestik, tentunya dengan memperhatikan
kondisi karateristik derah pesisir.
Anonim. Pengolahan Air Limbah Domestik Individual Atau Semi Komunal. [onine]
http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuAirLimbahDomestikDKI/BAB10SEM
I%20KOMUNAL.pdf
Anonim. Perencanaan Pengelolaan Air Limbah Dengan Sistem Terpusat. Universitas
Brawijaya. Malang. http://wat er.lecture .ub.ac.id/file s/2012/05/ perencanaa
n_pengelolaan_ai r_limbah_dengan _siste m_ t er pus a t.pdf
Filliazati, Mega, Apriani Isna. Zahara,. Pengolahan Limbah Cair Domestik Dengan
Biofilter Aerob Menggunakan Media Bioball Dan Tanaman Kiambang.
Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura,
Pontianak http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmtluntan /articl e/d ownload/4
028/40 62
Karyadi Lukman. 2010. Partisipasi Masyarakat Dalam Program Instalasi Pengolahan
Air Limbah (Ipal) Komunal Di Rt 30 Rw 07 kelurahan Warungboto,
Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Skripsi. Universitas Negeri
Yogyakarta. http://eprints.un y.ac.id/527/1/Luk man_K._06405244 030.pdf
Kusuma Dwi. Mengenal Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) [online]
http://dwikusumadpu. wordpress.com/2013/ 05/29/mengenal-instalasi-pengolahan-
air-limbah-ipal-rumah-tangga/
Rahmi Sa’adah Nur dan Winarti Puji. 2011. Pengolahan limbah cair domestik
menggunakan lumpur aktif proses anaerob. Fakultas Teknik, Universitas
Diponegoro http://core.kmi.open.a c.uk/downl oad/ pd f / 11 711734 .pdf
Rahardjo P. Nugro. 2008. Kajian Aspek Kebijakan Dan Regulasi Dalam Masalah
Pengelolaan Limbah Cair Industri Rumah Tangga. JAI Vol.4, No.2, 2008
http://download.portalgaruda.org/articl e.php?article=61974&val=4559
Water and sanitation Program Team. 2011. Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk
Daerah Spesifik. East Asia & the Pacific (WSP-EAP ). Jakarta.
http://www.wsp.org /sites/wsp.o rg/file s/publications/wsp_O
psi_Sanitasi_yang_terjangk au.pdf
Yudo Satmoko Dan Indriatmoko. 2006. Evaluasi Hasil Pembangunan Instalasi Pengolah
Air Limbah Domestik Tipe Komunal Di Wilayah Kotamadya Jakarta Pusat
.Jurnal Teknik Lingkungan. http://kelair .bppt.go. id/jtl/2006/khusus2/07ipal.pdf