Anda di halaman 1dari 15

PENDIDIKAN DAN PROMOSI KESEHATAN

MALARIA

DOSEN PEMBIMBING

Dr. Endah Citra P., M.Kep

DISUSUN OLEH

- Diana Nova Margareta


- Hari Surachman
- Rana Pristianti

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

KAMPUS 2 SEKOLAH TINGGI

ILMU KESEHATAN KUNINGAN

TAHUN 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Cirebon, Maret 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. iv

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... iv


1.2 RumusaMasala ......................................................................................... v
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... v
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... v

BAB II TUJUAN PUSTAKA ........................................................................ vi

2.1 Pengertian Malaria ............................................................................ vi


2.2 Jenia Malaria ...................................................................................... vi
2.3 Aspek Perilaku ................................................................................... vii
2.4 Manifikasi Klinik Penyakit Malaria ................................................ ix
2.5 Masa Inkubasi Dan Gejala ................................................................ ix
2.6 Diagnosa .............................................................................................. ix
2.7 Tindakan Pencegahan Umum ........................................................... x
2.8 Pemberantasan Penyakit Malaria .................................................... x
2.9 Lingkungan Yang Berpengaruh Pada Penyakit Malaria .............. x
2.10 Lingkungan Fisik ............................................................................. xi
2.11 Lingkungan Biologis ........................................................................ xii
2.12 Lingkungan Sosial ............................................................................ xii
2.13 Lingkungan Fisik Yang Berpengaruh Pada Malaria ................... xiii

BAB III PENUTUP ........................................................................................ xiv

3.1 Kesimpulan ......................................................................................... xiv


3.2 Saran ................................................................................................... xiv

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit malaria sampai saat ini merupakan salah satu masalah


kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah klien

iv
serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh
belahan dunia terutama di negara–negara tropik dan sub tropik, baik sebagai
penyakit endemik maupun epidemik. Hasil studi epidemiologik menunjukkan
bahwa malaria menyerang kelompok umur balita sampai dengan umur sekitar
15 tahun. Malaria biasanya terjadi di daerah endemik dan berkaitan dengan
datangnya musim hujan, sehingga terjadi peningkatan aktivitas nyamuk
anopheles pada musim hujan yang dapat menyebabkan terjadinya penularan
penyakit malaria pada manusia melalui gigitan nyamuk. Dalam era otonomi
daerah, pemberdayaan dan kemandirian merupakan salah satu strategi dalam
pembangunan kesehatan. Artinya bahwa setiap orang-orang dan masyarakat
bersama-sama pemerintah berperan, berkewajiban, dan bertanggung jawab
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga,
masyarakat beserta lingkunganya. Menerapkan upaya pencegahan malaria
merupakan langkah ampuh untuk menangkal penyakit. Namun dalam
praktiknya, penerapan upaya pencegahan malaria yang kesannya sederhana
tidak selalu mudah dilakukan. Terutama bagi mereka yang tidak terbiasa. Oleh
karena itu diperlukan pengetahuan tentang upaya pencegahan malaria bagi
keluarga.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
“Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang upaya pencegahan
malaria dengan kejadian malaria pada anak usia 0-9 tahun.

1.3. Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui pengertian malaria
2. Untuk mengetahui pencegahan penyakit malaria
3. Untuk mengetahui pemberantasan penyakit malaria
1.4. Manfaat Penelitian
Sebagai dasar pengetahuan dan pemikiran serta menjadi informasi dalam upaya
pencegahan dan pemberantasan penyakit malaria.

v
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Malaria

Malaria adalah infeksi parasit pada sel darah merah yang disebabkan oleh
suatu protozoa spesies plasmodium yang ditularkan ke manusia melalui air liur
nyamuk. Malaria adalah penyakit infeksi dengan demam berkala yang disebabkan
oleh parasit plasmodium dan ditularkan oleh oleh sejenis nyamuk tertentu
(Anopheles). Berbeda dengan nyamuk biasa (Culex), nyamuk ini khususnya
menyengat pada malam hari dengan posisi yang khas, yakni bagian belakang
mengarah keatas dengan sudut 48°.
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat akut maupun kronik, di
sebabkan oleh protozoa genus Plasmodium ditandai dengan demam, anemia, dan
splenomegali. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh plasmodium, yang
ditularkan oleh nyamuk Anopheles terhadap manusia sehingga menyebabkan
infeksi demam yang berkala.
2.2. Etiologi
Plasmodium sebagai penyebab malaria terdiri dari 4 spesies, yaitu
plasmodium vivax, plasmodium falciparum, plasmodium malariae,dan
plasmodium ovale.
2.3. Jenis Malaria

vi
1. Malaria Falsiparum
Disebabkan oleh Plasmodium falcipparum. Gejala demam timbul
intermiten dan dapat kontinyu. Jenis malaria ini paling sering menjadi
malaria berat yang menyebabkan kematian.
2. Malaria Vivaks
Disebabkan oleh Plasmodium vivax. Gejala demam berulang dengan
interval bebas demam 2 hari. Telah ditemukan juga kasus malaria berat
yang disebabkan oleh Plasmodium vivax.
3. Malaria Ovale
Disebabkan oleh Plasodium ovale. Manifestasi klinis biasanya besifat
ringan. Pola demam seperti pada malaria vivaks.
4. Malaria Malarie
Disebabkan oleh Plasodium malariae. Gejala demam berulang dengan
interval bebas demam 3 hari.

2.4. Aspek Perilaku (Bionomik) Nyamuk


Bionomik nyamuk mencakup pengertian tentang perilaku,
perkembangbiakan, umur, populasi, penyebaran, fluktuasi musiman, serta
faktorfaktor lingkungan yang mempengaruhi berupa lisan fisik (musim.
kelembaban. angin. matahari, arus air). lingkungan kimiawi (kadar gram, PH) dan
lingkungan biologik seperti tumbuhan bakau, gangang vegetasi disekitar tempat
perindukan dan musim alami.
Sebelum mempelajari aspek perilaku nyamuk atau makhluk hidup lainnya
harus disadari bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan biologik selalu ada
variasinya. Variasi tingkah laku akan terjadi didalam spesies tunggal baik
didaerah yang sama maupun berbeda. Perilaku binatang akan mengalami
perubahan jika ada rangsangan dari luar. Rangsangan dari luar misalnya
perubahan cuaca atau perubahan lingkungan baik yang alami manpun karena ulah
manusia.
Untuk menujang program pemberantasan malaria perilaku vektor yang ada
hubungannya dengan ketiga macam tempat tersebut penting untuk diketahui
seperti terlihat dibawah ini:

Tempat untuk
berkembangbiak

Tempat untuk mencari Tempat untuk mencari


darah darah

Gambar 2.1. Bionomik Nyamuk

vii
1. Perilaku Mencari Darah.
Perilaku mencari darah nyamuk dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu:
a. Perilaku mencari darah dikaitkan dengan waktu. Nyamuk anopheles pada
umumnya aktif mencari darah pada waktu malarn hari.
b. Perilaku mencari darah dikaitkan dengan tempat. Ada dua golongan nyamuk,
yaitu: eksofagik yang lebih senang mencari darah diluar rumah dan endofagik
yang lebih senang mencari darah didalam rumah.
c. Perilaku mencari darah dikaitkan dengan sumber darah. Berdasarkan macam
darah yang disenangi, kita dapat membedakan atas: antropofilik apabila lebih
senang darah manusia, dan zoofilik apabila nyamuk lebih senang menghisap
darah binatang dan golongan yang tidak mempunyai pilihan tertentu.
d. Frekuensi menggigit, telah diketahui bahwa nyamuk betina biasanya hanya
kawin satu kali selama hidupnya Untuk mempertahankan dan memperbanyak
keturunannya, nyamuk betina hanya memerlukan darah untuk proses
pertumbuhan telurnya. Tiap sekian hari sekali nyamuk akan mencari darah.
Interval tersebut tergantung pada species, dan dipengaruhi oleh temperatur dan
kelembaban, dan disebut siklus gonotrofik. Untuk iklim Indonesia memerlukan
waktu antara 48-96 jam.
2. Perilaku Berkembang Biak.
Nyamuk Anopheles betina mempunyai kemampuan memilih tempat
perindukan atau tempat untuk berkembang biak yang sesuai dengan kesenangan
dan kebutuhannya Ada species yang senang pada tempat-tempat yang kena
sinar matahari langsung (an. Sundaicus), ada pula yang senang pada tempat-
tempat teduh (An. Umrosus). Species yang satu berkembang dengan baik di air
payau (campuran tawar dan air laut) misalnya (An. Aconitus) dan seterusnya
Oleh karena perilaku berkembang biak ini sangat bervariasi, maka diperlukan
suatu survai yang intensif untuk inventarisasi tempat perindukan, yang sangat
diperlukan dalam program pemberantasan. Keterangan oleh vector yang ingi di
pelajari
a. Umur Populasi Vektor.
Umur nyamuk bervariasi tergantung pada species dan dipengaruhi
keadaan lingkungan. Ada banyak cara untuk mengukur unsur populasi nyamuk.
Salah satu cara yang paling praktis dan cukup memungkinkan ialah dengan
melihat beberapa persen nyamuk porous dari jumlah yang diperiksa. Nyamuk
parous adalah nyamuk yang telah pernah bertelur, yang dapat diperiksa dengan
perbedahan indung telur (ovarium).
b. Distribusi Musiman.

Distribusi musiman vektor sangat penting untuk diketahui. Data distribusi


musiman ini apabila dikombinasikan dengan data umur populasi vektor akan
menerangkan musim penularan yang tepat. Pada umumnya satu species yang
berperan sebagai vektor, memperlihatkan pola distribusi manusia tertentu. Untuk
daerah tropis seperti di Indonesia pada umumnya densitas atau kepadatan tinggi

viii
pada musim penghujan, kecuali An.Sundaicus di pantai selatan Pulau Jawa
dimana densitas tertinggi pada musim kemarau
c. Penyebaran Vektor.
Penyebaran vektor mempunyai arti penting dalam epidemiologi penyakit
yang ditularkan serangga. Penyebaran nyamuk dapat berlangsung dengan dua cara
yaitu: cara aktif, yang ditentukan oleh kekuatan terbang, dan cara pasif dengan
perantaraan dan bantuan alat transport atau angin.

2.5. Manifestasi Klinik Penyakit Malaria


Berat ringan manifestasi malaria bergantung pada jenis plasmodium yang
menyebabkan infeksi. Dikenal 4 jenis Plasmodium (P), yang dapat menginfeksi
malaria secara alami, yaitu:
1. Plasmodium vivax, merupakan infeksi dan menyebabkan malaria tertiana/vivax
(demam tiap hari ke-3).
2. Plasmodium falciparum, menimbulkan banyak komplikasi dan mempunyai
perlangsungan yang cukup ganas, mudah resisten dengan pengobatan dan
menyebabkan malaria tropika/falciparum. (demam tiap 24-48 jam).
3. Plasmodium malariae, jarang ada dan dapat menimbulkan sindrom nefrotik dan
menyebabkan malaria quartana /malariae (demam dalam tiap hari ke-4).
4. Plasmodium ovale, memiberikan infeksi yang paling ringan dan sering sembuh
spontan tanpa pengobatan, menyebabkan malaria ovale.

2.6. Masa inkubasi dan gejala


Masa inkubasi Plasmodium falciparum adalah 7-12 hari, Plasmodium
ovale/vivax 10-14 hari dan Plasmodium malariae 4-6 minggu. Periode prodromal
3-5 hari dengan tanda-tanda penyakit atipis, seperti nyeri kepala dan otot, mual,
anoreksia, rasa letih dan sakit. Kemudian timbul serangan demam yang khas,
seperti menggigil dan merasa sangat dingin, disusul dengan perasaan panas
dengan demam tinggi, dan di sertai keringat berlimpah. Gejala penting lainnya
adalah pembesaran limpah dan anemia yang diakibatkan oleh hemolisa semua sel
(sehat dan terinfeksi) yang menyebabkan urin berwarna hitam (blackwater fever).
Juga terdapat defisiensi folat dan gangguan pembentukan sel darah merah
(dyserythropoiesis).
Seranggan panas dingin terdiri atas tiga fase:
1. Fase dingin berlangsung dari 30 menit sampai 1 jam karena timbulnya
penyempitan penbuluh (vasokontriksi). Penderita menggigil karena merasa
sangat dingin dan suhu badan meningkat dengan cepat sampai 41°C.
2. Fase panas segera menyusul fase dingin pada saat mana tubuh terasa sangat
panas selama kira-kira 2-6 jam. Pada fase ini penderita kadang-kadang
menggigau (delirium). Kemudian fase ini di susul oleh fase keringat.
3. Fase berkeringat: penderita merasa sangat letih dan ingin tidur.

2.7. Diagnosa

ix
Plasmodium dapat dideteksi dan diidentifikasi secara mikroskopis dalam
preparat darah yang diwarnai menurut Giemsa atau Wright. Ciri lainnya adalah
monosit yang berisi pigmen. Petunjuk penting, terutama untuk malaria kronis,
berupa timbulnya antibodi spesifik.
Pasien baru dapat dinyatakan bebas malaria bila 2-3 preparat darah yang
diambil tiap hari selama 3-4 hari memberikan hasil negatif pada tes pewarnaan.
2.8. Tindakan Pencegahan Umum
Upaya pencegahan malaria adalah dengan meningkatkan kewaspadaan
terhadap risiko malaria, mencegah gigitan nyamuk, pengendalian vektor dan
kemoprofitalaksis. Pencegahan gigitan nyamuk dapat dilakukan dengan
menggunakan kelambu berinsektisida, repelen, kawat kasa nyamuk dan lain-lain.
Yang juga sangat efektif adalah penggunaan obat-obat penangkal seranga. Pada
malam hari, berbaju lengan panjang.
2.9. Pemberantasan Penyakit Malaria
1. Pencegahan terhadap gigitan nyamuk penularan malaria melalui penggunaan
kelambu yang di celup dengan insektisida, penggunaan repellan, obat anti
nyamuk bakar, pemasang kawat kasa, dan lain-lain.
2. Penataan lingkungan dengan pembersihan lumut dari tempat perkembang
biakkan nyamuk, penimbunan ataupun pengaliran genangan-genangan air,
sistem pipanisasi, dan lain-lain.
3. Penyemprotan rumah dengan insektisida di utamakan untuk

penanggulangan KLB malaria.

2.10. Lingkungan Yang Berpengaruh Pada Penyakit Malaria


Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri host, baik benda
mati, benda hidup, nyata atau abstrak, seperti suasana yang terbentuk akibat
interaksi semua elemen tersebut, termasuk host lain. Lingkungan hidup manusia
pada dasarnya terdiri dari dua bagian, internal dan eksternal. Lingkungan hidup
internal merupakan suatu keadaan yang dinaimis dan seimbang yang di sebut
dengan homeostatis. Kemudian berkembang teori terjadinya penyakit karena sisa-
sisa makluk hidup yang mengalami pembusukan dan meninggalkan kotoran di
udara serta di lingkungan sekitar. Contohnya, adalah timbulnya penyakit malaria
yang di kira karena sisa-sisa pembusukan binatang yang ada di rawa-rawa.
Dalam epidemiologi selalu ada 3 faktor yang di selidiki yaitu:

Host

Environment Agent

x
Gambar 2.2 Segitiga epidemiologi

Dalam teori keseimbangan, interaksi antara ketiga unsur tersebut harus di


pertahankan keseimbanganya, bila terjadi gangguan keseimbangan antara
ketiganya akan menyebabkan timbulnya penyakit tertentu. Penyebaran malaria
terjadi bila ketiga faktor tersebut saling mendukung.
1) Agent (parasit malaria)
Agent atau penyebab penyakit malaria adalah semua unsur atau elemen
hidup ataupun tidak hidup dalam kehadirannya bila diikuti dengan kontak yang
efektif dengan manusia yang rentan akan memudahkan terjadinya suatu proses
penyakit. Agent penyebab malaria adalah protozoa dari genus plasmodium.
2). Host (Penjamu)
a). Manusia (host intermediate)

Penyakit malaria dapat menginfeksi setiap manusia, ada beberapa faktor


intrinsik yang dapat mempengaruhi manusia sebagai penjamu penyakit malaria
antara lain: usia/umur, jenis kelamin, suku/ras, sosial ekonomi, status perkawinan,
riwayat penyakit sebelumnya, cara hidup, keturunan, statuts gizi, dan tingkat
imunitas.
b) Nyamuk (host definitif)
Nyamuk Anopheles yang menghisap darah hanya nyamuk Anopheles
betina. Darah diperlukan untuk pertumbuhan telurnya. Perilaku nyamuk sangat
menentukan dalam proses penularan malaria. Perbedaan nyamuk Anopheles
dengan nyamuk Aedes aegepti yaitu Aedes aegepty yang mempunyai ciri belang
hitam-putih diseluruh tubuh sebagai vektor ke tubuh manusia melalui gigitan
degan aktivitas menggigit pertama di pagi hari selama beberap jam setelah
matahari terbit dan sore hari selama beberapa jam sebelum gelap.
3). Environment (lingkungan)
Lingkungan manusia dan nyamuk berbeda. Nyamuk berkembang biak
dengan baik bila lingkungannya sesuai dengan keadaan yang di butuhkan oleh
nyamuk untuk berkembang biak. Kondisi lingkungan yang mendukung
perkembangan nyamuk tidak sama tiap jenis/spesies nyamuk.
Nyamuk Anopheles aconitus cocok pada daerah perbukitan dengan sawa
non teknis berteras, saluran air yang banyak di tumbuhi rumput yang menghambat
aliran air. Nyamuk Anophles balabacensis cocok pada daerah perbukitan yang
banyak terdapat hutan dan perkebunan (Slamet, 2009: 102).
Jenis nyamuk Anophles maculatus dan Anophles balabacensis sangat
cocok berkembang biak pada tempat genangan air seperti bekas jejak kaki, bekas
jejak roda kendaraan dan bekas lubang galian.
Lingkungan hidup eksternal merupakan lingkungan di luar tubuh manusia
yang terdiri atas tiga komponen, antara lain:
2.11. Lingkungan fisik

xi
Lingkungan fisik ini berinteraksi seling cara konstan dengan manusia
spanjang waktu dan masa serta memegang peran penting dalam proses terjadinya
penyakit pada masyarakat.

2.12. Lingkungan biologis

Keadaan lingkungan sekitar penduduk seperti adanya tumbuhan salak,


bakau, lumut, ganggang dapat mempengaruhi kehidupan larva, karena ia dapat
menghalangi sinar matahari atau melindungi dari serangan mahluk hidup lainnya.
Adanya berbagai jenis ikan pemangsa larva seperti ikan kepala timah, gambusia,
nila, mujair dan lain-lain akan mengurangi populasi nyamuk di suatu daerah.
Begitu pula adanya hewan piaraan seperti sapi, kerbau dan babi dapat
mempengaruhi jumlah gigitan nyamuk pada manusia, bila ternak tersebut
kandangnya tidak jauh dari rumah. Lingkungan biologis bersifat abiotik atau
benda hidup, misalnya tumbuhtumbuhan, hewan, virus, bakteri, jamur, parasit,
serangga dan lain-lain yang dapat berperan sebagai agens penyakit, reservior
infeksi, fektor penyakit dan hospes intermediet.
Hubungan manusia dengan lingkungan biologis bersifat dinamis dan pada
keadaan tertentu saat terjadi ketidak sinambungan diantara hubungan tersebut,
manusia akan menjadi sakit.
2.13. Lingkungan sosial
Lingkungan sosial berupa kultur, adat-istiadat, kebiasaa, kepercayaan,
agama, sikap, standar dan gaya hidup, pekerjaan, kehidupan masyarakat,
organisasi, sosial dan politik. Bila manusia tidak dapat menyesuaikan dirinya
dengan lingkungan sosial, akan terjadinya kejiwaan dan menimbulkan gejala
psikosomatik seperti stres, insomnia, depresi, dan lain-lain.
Pemutusan rantai penularan (mode of transmission) dari arthropodborne
disease dapat dilakukan dengan mempelajari cara penularan dari penyakit yang
ada. Seperti pada penyakit malaria memutuskan rantai penularan dilakukan
melalui manipulasi lingkungan agar populasi nyamuk Anopheles menjadi
berkurang karena transmisi biologis yang berlangsung bersifat parasit malaria
berkembang biak dalam tubuh vektor nyamuk Anopheles.
2.14. Lingkungan Fisik Yang Berprngaruh Pada Penyakit Malaria
Lingkungan fisik di bedakan antara cuaca dan iklim. Cuaca didefinisikan
sebagai fluktasi yang berada di atmosfer dari jam ke jam atau hari ke hari.
Sedangkan iklim adalah rata-rata cuaca yang di deskripsikan dalam hubungan
dengan rata-rata (mean) dan kualitas statistika lainnya yang mengukur variasi
selama 1 periode waktu untuk suhu daerah geografis. Unsur iklim antara lain
curah hujan, suhu udara, kelembapan, angin, durasi sinar matahari dan lain-lain.
a. Suhu Udara.
Suhu udara dimana makin tinggi suhu maka makin pendek masa inkubasi ekstrinsik,
dan sebaliknya makin rendah suhu maka semakin panjang masa inkubasi ekstrinsik.

xii
b. Suhu Air

Suhu air sangat mempengaruhi perkembangbiakkan larva. secara umum


nyamuk Anopheles, lebih menyukai temperatur yang tinggi. Itulah sebabnya jenis
Anopheles lebih banyak dijumpai di daerah tropis. Parasit malaria dalam nyamuk
berhenti berkembang pada temperatur di bawah 16° C. Waktu tetes telur
Anopheles sangat di pengaruhi oleh suhu air, pada tempat perindukannya, makin
tinggi suhu air, waktu tetas semakin singkat. Kondisi yang terbaik untuk
pengembangan Plasmodium pada Anopheles dan penularan infeksi adalah
temperatur antara 20° C dan 30° C. Pada suhu kurang dari 15° C bagi P vivax, P.
malariae, P. ovale, serta suhu kurang dari 19° C, bagi P. falciparum, siklus
sporogoni sangat tertunda. Siklus sporogoni pada suhu 16° C untuk P. vivax
adalah 55 hari dan 7 hari pada suhu 28°C
c. Kelembaban Udara

Kelembaban mempengaruhi umur nyamuk , berkembang biak, kebiasaan


menggit, pencaran tempat istirahat dari nyamuk. Penularan lebih mudah terjadi
ketika kelembapan tinggi. Nyamuk umumnya menyukai kelembapan di atas 60%
Pada kelembaban yang lebih tinggi, nyamuk akan menjadi lebh aktif dan lebih
sering menggigit. Rata-rata kelembapan minimal dalah 60% relatif kelembapan
tertinggi bagi hidup nyamuk memungkinkan lebih lama penularan infeksi pada
beberapa orang.
d. Hujan

Hujan yang diselingi oleh panas akan memperbesar perkembangbiakan Anopheles.


Hujan dapat juga meningkatkan kelembapan relatif, sehingga memperpanjang usia
nyamuk dewasa. Curah hujan minimun yang dibutuhkan oleh nyamuk untuk
berkembangbiak adalah sekitar 1,5 mm per hari. Curah hujan 150 mm perbulan
mengakibatkan perkembangan yang pesat. Hujan berhubungan dengan
perkembangbiakan larva nyamuk. curah hujan yang berlebihan dapat mengubah
aliran kecil air menjadi aliran yang deras hingga banyak larva dan pupa serta telur-
telur terbawa arus air. Sebaliknya, curah hujan yang sedikit, kolam yang tidak terawat
akan mempengaruhi jenis Anopheles tertentu sehingga dapat berkembang biak sangat
banyak. Nyamuk Anopheles berkembang biak dalam jumlah besar jika terjadi hujan
dengan di selingi panas
e. Angin

Kecepatan angin pada saat matahari terbit dan terbenam yang merupakan
saat terbangnya nyamuk kedalam atau ke luar rumah, adalah salah satu faktor
yang ikut menentuk jumlah kontak antara manusia dan nyamuk. Jarak terbang
nyamuk dapat di perpendek atau diperpanjang tergantung kepada angin. Nyamuk
betina mempunyai jarak terbang yang lebih jauh dari pada nyamuk jantan, daya
terbang ini berbeda-beda menurut spesies. Nyamuk Anopheles dapat terbang
sampai 1,6 km dan nyamuk Aedes vexans dapat mencapai 30 kilometer.

xiii
f. Cahaya Matahari

Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-beda.


An. Sundaicus lebih suka di tempat yang teduh dan sedikit cahaya matahari.
Sedangkan An. Barbirostris lebih menyukai tempat terbuka dan dapat hidup baik
di tempat teduh maupun tempat terang.
g. Ketinggian

Ketinggian merupakan salah satu faktor yang menentukan cakupan


georafis dari penularan malaria. Secara umum malaria berkurang pada ketinggian
yang semakin bertambah. Penularan malaria jarang terjadi pada ketinggian di atas
2000 m diatas permukaan laut (mdpl).
h. Kedalaman Air

Kedalaman air secara tidak langsung berpengaruh terhadap produksi Sumber


makanan larva Anopheles dari intensitas cahaya. Larva nyamuk ditemukan
sebagian besar di tempat yang kumpulan air dangkal. Perairan yang dangkal akan
menyebabkan besarnya produktivitas makhluk air dan tumbuhan air. Hal ini erat
kaitannya dengan beberapa cara makan ataupun frekuensi pernapasan dari larva
tersebut, dan hal ini sangat penting dengan kedalaman suatu perairan tempat larva
berkembang biak.

BAB III

PENUTUP

3.1. Simpulan
Penyakit malaria adalah penyakit yang dapat menular ke manusia disebabkan oleh
agen biologi, antara lain virus, bakteri, jamur, dan parasit. Penanggulangan
penyakit malaria adalah upaya kesehatan yang mengutamakan aspek promotif dan
preventif yang ditujukan untuk menurunkan dan menghilangkan angka kesakitan,
kecacatan, dan kematian. Membatasi penularan serta penyebaran penyakit agar
tidak meluas antar daerah serta berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa atau
wabah.

3.2. Saran
1. Sebagai anggota masyarakat yang peduli terhadap kesehatan diharapkan
menjaga kebersihan diri maupun lingkungan rumah.

xiv
2. Untuk menghindari penyakit malaria diharapkan masyarakat melakukan
pencegahan seperti memakai obat anti nyamuk dan kelambu pada malam hari
untuk mencegah penyakit malaria.

DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011 ., Buletin Jendela Data dan


Informasi Kesehatan: Epidemiologi Malaria di Indonesia., Jakarta

https://www.academia.edu/12508931/Makalah_penanggulangan_penyakit_menul
ar_MALARIA_

https://id.scribd.com/doc/62159658/Promosi-Kesehatan-Malaria

xv

Anda mungkin juga menyukai