3 HP 13
3 HP 13
Burhanuddin
ABSTRAK
Tanaman sumber inokulum bulai mutlak diperlukan dalam kegiatan penelitian penyakit bulai
pada tanaman jagung terutama untuk skrining galur-galur jagung hasil persilangan para
pemulia dan pengujian efektivitas fungisida terhadap penyakit bulai. Penelitian ini terdiri dari
dua kegiatan, keduanya dilaksanakan di rumah kasa (screen house) Balai Penelitian Tanaman
Sereal Maros Sulawesi Selatan. Tujuan penelitian adalah 1) untuk mengetahui berapa lama
waktu penyimpanan suspensi konidia masih efektif digunakan sebagai bahan inokulan pada
tanaman jagung, 2) berapa kali frekuensi waktu inokulasi dilakukan untuk menghasilkan
tanaman sumber inokulum intensitas serangan bulainya tinggi. Penelitian disusun dalam
rancangan acak kelompok (RAK) terdiri dari 3 perlakuan dan 4 ulangan. Kegiatan pertama yaitu
(1) inokulasi suspensi konidia bulai sesaat setelah dibuat bahan inokulannya, (2) inokulasi
suspensi konidia bulai setelah bahan inokulannya disimpan selama dua hari (24 jam), dan (3)
inokulasi suspensi konidia bulai setelah bahan inokulannya disimpan selama tiga hari (48 jam).
Ketiga perlakuan tersebut diaplikasikan pada umur 10 HST. Sedangkan kegiatan kedua yaitu
(1) inokulasi suspensi konidia bulai pada umur 10 HST, (2) inokulasi suspensi konidia bulai
pada umur 10 dan 11 HST, serta (3) inokulasi suspensi konidia bulai pada umur 10, 11, dan 12
HST (inokulan yang digunakan adalah suspensi konidia bulai masing-masing dibuat sesaat
sebelum diaplikasikan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk menghasilkan tanaman
sumber inokulum penyakit bulai yang memiliki intensitas serangan bulai yang tinggi maka
setiap inokulasi digunakan suspensi konidia yang dibuat sesaat sebelum diaplikasikan ke
tanaman jagung dan cukup dilakukan satu kali saja pada 10 hari setelah tanam
PENDAHULUAN
Penyakit bulai (Downy mildew) merupakan salah satu faktor pembatas penting
dalam peningkatan produksi jagung di dunia (Surtleff 1980), termasuk di Indonesia
(Semangun 1993; Wakman 2004a dan 2004b). Penyakit ini disebabkan oleh jamur
Peronosclerospora spp. Spesies P. maydis dilaporkan dominan menyerang tanaman
jagung di Pulau Jawa, Kalimantan dan Sumatera. Sedangkan spesies P. philippinensis
dominan menyerang tanaman jagung diPulau Sulawesi dan Filipina (Shurtleff 1980;
Wakman dan Djatmiko 2002). Penyakit ini sangat berbahaya karena dapat
menyebabkan kerugian mencapai 100 persen atau gagal panen terutama bila
menyerang tanaman muda pada varietas jagung yang peka (Sudjadi 1979).
Pengendalian penyakit bulai pada tanaman jagung idealnya dilakukan secara
terpadu. Komponen-komponen dalam konsep pengendalian hama-penyakit terpadu
396
Seminar Nasional Serealia, 2013
antara lain adalah varietas tahan dan pestisida (bahan kimia). Penggunaan varietas
tahan merupakan salah satu cara pengendalian yang mudah diterapkan oleh petani
dan aman terhadap lingkungan. Sedangkan penggunaan bahan kimia dilakukan
sebagai alternatif terakhir, diterapkan apabila komponen pengendalian lainnya kurang
efektif.
Varietas jagung tahan dan fungisida yang efektif mengendalikan penyakit bulai
diperoleh melalui serangkaian kegiatan penelitian seperti skrining galur-galur jagung
dari hasil persilangan oleh para pemulia. Sedangkan untuk mengetahui jenis-jenis
fungisida yang efektif mengendalikan penyakit bulai dapat dilakukan melalui pengujian
efektivitasnya terhadap penyakit di lapangan, rumah kaca atau di laboratorium.
Kegiatan skrining galur-galur jagung maupun uji efektivitas fungisida terhadap
penyakit bulai mutlak diperlukan sumber inokulum. Selama ini, persiapan tanaman
sumber inokulum dilakukan pada 3-4 minggu lebih awal sebelum galur-galur yang diuji
ditanam dengan cara menginokulasi suspensi konidia bulai selama tiga kali berturut-
turut pada umur 10,11, dan 12 hari setelah tanam (HST).
Apakah suspensi konidia bulai cukup dibuat satu kali saja untuk digunakan
sebagai bahan inokulan selama tiga hari bertutut-turut atau harus dibuat setiap
perlakuan inokulasi belum diketahui secara pasti. Demikian juga halnya terhadap
frekuensi waktu inokulasi yang efektif dan efisien juga belum tersedia data yang
memadai.
Percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui berapa lama
penyimpanan suspensi konidia bulai masih efektif sebagai bahan inokulan dan berapa
kali aplikasi inokulan dilakukan untuk menghasilkan tanaman sumber inokulum dengan
intensitas serangan bulai yang tinggi.
397
Burhanuddin: Pengaruh Penyimpanan dan Frekuensi ……
Prosedur Percobaan
Kegiatan Pertama : Penyimpanan suspensi konidia bulai
Benih jagung varietas Anoman ditanam pada baki plastik yang terlebih dahulu
diisi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 3 : 1, setiap baki ditanam 20 biji,
penanaman dilakukan 3 kali dengan interval waktu tanam satu hari. Pada umur 10 hari
setelah tanam masing-masing diinokulasi dengan bahan inokulan suspensi konidia
bulai dengan cara meneteskan bahan inokulan tepat di titik tumbuh tanaman (bahan
inokulan yang digunakan dibuat satu kali saja). Suspensi konidia yang tersisa dari
inokulasi hari pertama disimpan di dalam kulkas sebagai bahan inokulan pada hari
kedua dan ketiga.
398
Seminar Nasional Serealia, 2013
jumlah tanaman terinfeksi bulai setiap perlakuan. Persentase serangan penyakit bulai
dihitung berdasarkan formula berikut :
B
P = ----- x 100%
T
Dimana :
P = Persentase serangan penyakit bulai
B = Jumlah tanaman jagung terinfeksi bulai
T = Jumlah tanaman jagung yang diinokulasi
399
Burhanuddin: Pengaruh Penyimpanan dan Frekuensi ……
Tabel 2. Rata-rata intensitas serangan bulai pada tiga perlakuan waktu inokulasi
suspensi konidia bulai pada tanaman jagung
400
Seminar Nasional Serealia, 2013
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
----------------- dan Sumardi. 1971. The influence of guttation water of maize seedling on
Sclerospora maydis. Proc. Workshop VII Inter-Asian Corn Prog., Los
Bonos:101-104.
Shurtleff, M.C. 1980. Compendium of Corn Diseases. Second Edition. The American
Phytopathological Society. P.105.
401
Burhanuddin: Pengaruh Penyimpanan dan Frekuensi ……
---------------. 2004b. Penyebab penyakit bulai pada tanaman jagung, tanaman inang
lain, daerah sebaran dan pengendaliannya. Seminar Mingguan Balitsereal.
Jumat 23 Juli 2004.
402