JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat serta
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Draft Proposal yang berjudul
Pendirian Industri Sediaan Obat Cair Non Β-Lactam. Proposal tersebut disusun untuk
memenuhi syarat mengikuti mata kuliah Farmasi Industri di Program Studi Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Institut Sains dan Teknologi Nasional. Penulis menyampaikan rasa hormat
dan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Prof. Dr. Teti Indrawati, MS. Apt.
yang telah membantu kami dalam penyusunan proposal ini.
Kami juga menyadari sepenuhnys bahwa masih banyak kekurangan serta kelemahan
dalam menyusun proposal ini. Demikian akhir kata, bukan pujian yang kami harapkan,
melainkan kritik dan saran guna memperbaiki proposal ini. Akhir kata, kami ucapkan terima
kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
2.3 Tahapan Untuk Mendapatkan Izin Industri Obat Sediaan Cair Non
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Proses mendirikan Industri Obat Sediaan Cair Non β-Lactam ?
2. Mengetahui alur proses perizinan Industri Obat Sediaan Cair Non β-Lactam ?
3. Mengetahui syarat Perizinan untuk membangun Industri Obat Sediaan Cair Non β-
Lactam ?
4. Mengetahui Perolehan Biaya dan BEP pada suatu Perusahaan ?
5. Mengetahui penerapan aspek CPOB dalam Industri Obat Sediaan Cair Non β-Lactam ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi industri farmasi yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010 Pasal 1 ayat 3,.Industri farmasi adalah
badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan
pembuatan obat atau bahan obat.Setiap pendirian industri farmasi wajib memperoleh izin
industri farmasi dari Direktur Jendral Pembinaan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Menteri
Kesehatan RI. Adapun persayaratan untuk memperoleh izin industri farmasi berdasarkan
pasal 4 ayat 1 adalah sebagai berikut:
a. Berbadan usaha berupa perseroan terbatas.
b. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat.
c. Memiliki NPWP.
d. Memilki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang Apoteker Warga Negara Indonesia,
masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu, produksi, dan pengawasan
mutu; serta.
e. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak langsung dalam
pelanggaran peraturan perundang-undangan dibidang kefarmasian.
Menurut pasal 8 Industri farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB. Pemenuhan
persyaratan CPOB dibuktikan dengan sertifikat CPOB. Sertifikat CPOB berlaku selama 5
(lima) tahun sepanjang memenuhi persyaratan.
2.3 Tahapan Untuk Mendapatkan Izin Industri Obat Sediaan Cair Non β-Lactam Dari
Departemen Kesehatan
Untuk memperoleh izin Industri Obat Sediaan Cair Non β-Lactam diperlukan
persetujuan prinsip. Permohonan Persetujuan Prinsip diajukan secara tertulis kepada Direktur
Jenderal BPOM. Persetujuan Prinsip diberikan oleh Direktur Jenderal BPOM setelah Industri
Obat Herbal Terstandar memperoleh persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP) dari
Kepala Badan. Dalam hal permohonan persetujuan prinsip telah diberikan, Industri Obat
Sediaan Cair Non β-Lactam dapat langsung melakukan persiapan, pembangunan, pengadaan,
pemasangan, dan instalasi peralatan, termasuk produksi percobaan dengan memperhatikan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pendirian Industri Obat Sediaan Cair Non β-Lactam wajib memenuhi ketentuan di
bidang tata ruang dan lingkungan hidup dan wajib memenuhi persyaratan CPOB dan
dibuktikan dengan sertifikat yang berlaku selama 5 (lima) tahun sepanjang memenuhi
persyaratan.
Mengurus RIP harus membuat surat permohonan yang di ajukan ke badan POM
berupa formulir yang berisi :
1. Nama badan hukum
2. Alamat kantor
3. Alamat rencana industri
4. Alamat gudang
5. Bentuk sediaan yang akan diproduksi
RIP harus ditanda tangani oleh direktur utama dan diserahkan ke Badan POM setelah
itu baru mendapatkan surat persetujuan dari Kepala Badan POM.
2.5 Persetujuan Prinsip
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.1799/MENKES/PER/XII/2010
Persetujuan Prinsip diberikan kepada Industri Obat Sediaan Cair Non β-Lactam yang telah
memperoleh persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP) dari Kepala Badan, sebelum
Industri Obat Herbal Terstandar melakukan persiapan, pembangunan, pengadaan,
pemasangan, dan instalasi peralatan, termasuk produksi percobaan. Persetujuan Prinsip
diajukan pemohon ke Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala BPOM dan Dinas
Kesehatan Provinsi.
Tata cara pengajuan Permohonan Prinsip adalah sebagai berikut:
1. Permohonan Persetujuan Prinsip yang diajukan dilengkapi dengan persyaratan sebagai
berikut:
a) Fotokopi akta pendirian badan hukum yang sah sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b) Fotokopi KTP/identitas direksi dan komisariat perusahaan;
c) Susunan direksi dan komisaris;
d) Pernyataan direksi dan komisaris tidak pernah terlibat pealanggaran peraturan
perundang-undangan di bidang farmasi;
e) Fotokopi sertifikat tanah;
f) Fotokopi surat izin tempat usaha berdasarkan undang-undang gangguan (HO);
g) Fotokopi surat tanda daftar perusahaan;
h) Fotokopi surat izin usaha perdagangan;
i) Fotokopi nomor induk wajib pajak (NPWP);
j) Persetujuan lokasi dari Pemerintah Daerah Provinsi;
k) Persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP);
l) Rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat;
m) Asli surat pernyataan ketersediaan bekerja penuh dari masing-masing apoteker
penanggung jawab produksi, apoteker penanggung jawab pengawasan mutu,
apoteker penanggung jawab pemastian mutu.
2. Fotokopi surat pengangkatan bagi masing-maing apoteker penangnggung jawab
produksi, apoteker penanggung jawab pengawasan mutu, apoteker penanggung jawab
pemastian mutu.
3. Persetujuan prinsip diberikan oleh Direktur Jenderal paling lama dalam waktu 14 (empat
belas) hari kerja setelah permohonan diterima atau ditolak.
4. Jika persetujuan prinsip diterima, maka Industri Obat Sediaan Cair Non β-Lactam akan
melaksanakan pembangunan fisik, Industri Obat Herbal Terstandar wajib menyampaikan
laporan informasi kemajuan pembangunan fisik setiap 6 (enam) bulan sekali kepada
Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan dan Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi.
5. Dalam pelaksanaan penyelesaian pembangunan fisik, atas permohonan pemohon Industri
Obat Sediaan Cair Non β-Lactam diberikan jangka waktu 3 (tiga) tahun dan dapat
diperpanjang oleh Direktur Jenderal untuk paling lama 1 (satu) tahun.
6. Persetujuan prinsip akan batal demi hukum apabila setelah jangka waktu 3 (tiga) tahun
dan/atau setelah jangka waktu 1 (satu) tahun perpanjangan Industri Obat Sediaan Cair
Non β-Lactam belum menyelesaikan pembangunan fisik.
Persetujuan prinsip berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat diubah berdasarkan
permohonan dari pemohon izin Industri Obat Sediaan Cair Non β-Lactam yang
bersangkutan.
2.7 Tahapan Untuk Mendapatkan Izin Industri Obat Sediaan Cair Non β-Lactam
2.7.6 Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dan Surat Izin Gangguan (HO)
Pada prinsipnya Perseroan Terbatas (PT) merupakan suatu perikatan antara 2 orang
atau lebih sehingga pendirian PT mesti dijalankan oleh 2 orang atau lebih. Perikatan itu
dilakukan dengan cara pembuatan Akta Pendirian PT dihadapan Notaris.
Untuk selanjutnya Akta Notaris Pendirian PT memuat nama perseroan, maksud dan
tujuan perseroan, kedudukan perseroan, besarnya modal dasar dan saham perusahaan,
pembagian masing-masing saham persero (susunan pemegang saham), siapa saja yang ada
didalam perseroan menjadi pengurus (susunan direksi dan komisaris), jangka waktu
berdirinya perseroan, bidang usaha perseroan serta kesepakatan-kesepakatan lain yang
dikehendaki para pendiri perseroan dan aturan-aturan lain berdasarkan peraturan
pemerintahan yang dituangkan dalam anggaran dasar perseroan.
Untuk selanjutnya setelah pengajuan permohonan perusahaan yang ditujukan kepada
Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui Ditjen AHU guna
memperoleh Surat Keputusan Pengesahan Pendirian Badan Hukum Perseroan Terbatas.
Merupakan surat Izin yang membutuhkan legalitas atau pemenuhan berkas untuk
mendukung usaha yang bergerak di bidang industri. Izin usaha ini wajib dimiliki oleh usaha
yang memiliki modal sebesar Rp 5 juta sampai Rp 200 juta. Untuk mendapatkan surat ini
pengusaha dapat mengajukan di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah Tingkat II
Kabupaten atau Kota. Sedangkan bila usaha sudah berkembang dan meliputi usaha besar
dapat mengajukan di Pelayanan Perizinan Terpadu Tingkat I Provinsi atau BKPM. Setiap
daerah terkadang terdapat perbedaan dalam kepengurusan Izin Usaha Indsutri. Untuk itu
diperlukan pencarian informasi lebih lanjut tentang syarat pengajuan di daerah serta
dokumen yang dibutuhkan sesuai jenis industri yang dijalankan.
Tanda Daftar Perusahaan (TDP) adalah daftar catatatan resmi sebagai bukti bahwa
perusahaan/ badan usaha telah melakukan wajib daftar perusahaan sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tantang wajib daftar. Hal-hal yang perlu di daftarkan :
1) Akta pendirian perusahaan
2) Akta perubahan anggaran dasar dan laporan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia
3) Akta perubahan anggaran dasar dan surat persetujuan Mentri Hukum dan hak Asasi
Manusia Republik Indinesia.
Prosedur permohonan Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
1) Permohonan Tanda Daftar Perusahaan (TDP) yang berupa PT dan yayasan harus
mendapatkan pengesahaan dan persetujuan akta pendirian perusahaan dari Menteri
Hukum dan hak Asasi Manusia terlebih dahulu.
2) Perusahaan mengambil formulir permihonan permohonan TDP
3) Perusahaan membayar biaya administrasi pendaftaran TDP sesuai dangan Surat
Keputusan Menteri Perdagangan No.286/Kep/II/85.
4) Petugas kantor pendaftaran perusahaan
Dokumen-dokmen yang diperlukan untuk pengurusan Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
Dokumen yang diperlukan untuk pengurusan Tanda Daftar Perusahaan (TDP), antara lain :
Untuk Perseroan Terbatas (PT), Persekutuan Komanditer (CV)/ Firma (Fa) dan
Koperasi adalah sebagai berikut.
1. Formulir Isian
2. Fotocopy Akta Pendirian Perusahaan
3. Fotocopy Pengesahaan Akta
4. Asli dan Fotocopy Pengesahaan Akta Pendirian
5. Fotocopy Surat Keterangan Domisili Perusahaan
6. Fotocopy Surat Izin Tempat Usaha
7. Nomor Pokok Wajib Pajak
8. Fotocopy SIUP
9. Fotocopy KTP
10. Fotocopy akta Pendirian dan Pengesahan
11. Fotocopy KTP penanggung jawab koperasi
12. Bukti setor biaya administrasi
13. Fotocopy paspor jika pemilik WNA
Merupakan izin untuk melakukan kegiatan industri yang diberikan kepada semua
jenis industri dalam kelompok industri kecil dengan investasi perusahaan sebesar Rp.
5.000.000 – Rp. 200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan. Perusahaan yang ingin
mendapatkan TDI, dapat mengajukan permohonan kepada dinas perindustrian setempat di
setiap kabupaten/kota.
1. Formulir Permohonan Izin IA untuk IMB rumah tinggal yang telah diisi dan
ditandatangani materai Rp 6.000
2. Fotokopi bukti kepemilikan tanah
3. Untuk surat tanah, harus melampirkan surat pernyataan bahwa tanah yang dikuasai
dan/atau dimiliki tidak dalam sengketa
4. Fotocopy KTP pemilik rumah (1 lembar)
5. Gambar konstruksi bangunan minimal 7 set (denah, tampak muka, samping, belakang,
rencara utlitas)
6. Persetujuan tetangga (untuk bangunan berhimpit dengan batas persil)
7. Bukti pelunasan PBB terakhir
8. Surat perjanjian penggunaan lahan (jika tanah bukan milik pemohon IMB)
9. Formulir yang telah dilegalisir dari kelurahan dan kecamatan tempat bangunan akan
didirikan
10.Surat Perintah Kerja (SPK) apabila pembangunan dikerjakan dengan sistem “borongan”
11.Data hasil penyelidikan tanah bagi yang disyaratkan
Izin BPOM merupakan surat izin yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan
Makanan guna melindungi masyarakat terhadap bahaya konsumsi suatu produk makanan dan
minuman serta obat-obatan. Produsen makanan, minuman serta obat yang disajikan dalam
suatu kemasan tertentu, wajib mendaftarkan produknya ke BPOM guna memperoleh izin
penjualan dan peredaran di masyarakat. Pendaftaran produk makanan tersebut dilakukan
dengan cara datang langsung ke kantor Badai POM yang terletak di Jln. Pasteur No.25 Pasir
Kaliki, Cicendo. Kota. Bandung Jawa Barat, pada jam kantor. Registrasi produk obat
dilakukan di Gedung B atau Gedung Biru yang merupakan layanan satu atap.
Bagi perusahaan yang ingin memperoleh sertifikat halal LPPOM MUI, baik industri
pengolahan (pangan, obat, kosmetika), Rumah Potong Hewan (RPH), dan
restoran/katering/dapur, harus melakukan pendaftaran sertifikasi halal dan memenuhi
persyaratan sertifikasi halal.
a. Syarat Pengurusan sertifikat Halal
1. Administrasi Formulir Rp. 100.000 ( Dalam Negeri) Rp.200.000 (Luar Negeri)
2. Pas Photo Ukr 3x4 2 Lembar, Pemilik
3. Photo Copy KTP 1 Lembar, Pemilik
4. Photo Copy KTP 1 Lembar, Karyawan (Internal Auditor)
5. Lampiran Daftar Menu
6. Lampiran Bahan Baku (dalam kemasan)
7. Photo Copyan Pembelian Sertifikat Halal Ayam & Daging yang masih berlaku
8. Daftar Bahan Baku Untuk Seluruh Produk Yang Disertifikasi Halal
9. Matriks Bahan Baku untuk Setiap Produk yang Disertifikasi Halal
10. Dokumen pendukung bahan baku
11. Copy Sertifikat Halal Produk yang lama (untuk sertifikasi pengembangan /
perpanjangan)
12. Manual SJH untuk perusahaan baru atau Revisi Manual SJH untuk perusahaan yang
telah memiliki Sertifikat Halal (Jika ada)
13. Copy status SJH atau Sertifikat SJH (untuk perusahaan yang telah memiliki Sertifikat
Halal)
14. Diagram alir proses produksi produk yang disertifikasi
15. Peta lokasi pabrik (untuk perusahaan/pabrik baru)
16. Tata letak/lay out pabrik (untuk perusahaan /pabrik baru). Jika pabrik merupakan
bagian dari sebuah site/komplek pabrik, maka lampirkan juga lay out site pabrik
keseluruhan.
17. Pernyataan fasilitas produksi bebas dari unsur babi
18. Daftar alamat pabrik, maklon, gudang (termasuk gudang produk intermediet), dan
fasilitas persiapan pra produksi (contoh fasilitas pencampuran, penimbangan,
pengeringan)
19. Profil perusahaan (untuk perusahaan baru)
20. Rancangan perjalanan audit dari keberangkatan sampai pulang (khusus audit luar
negeri)
21. Surat Depkes
22. NPWP
23. Domisili
b. Persyaratan Bahan dalam Sertifikasi Halal
1. Semua bahan (bahan baku, bahan pembantu dan bahan penolong) yang digunakan
harus memenuhi standar halal bahan
2. Bahan yang berupa intermediet atau raw product tidak boleh dihasilkan dari fasilitas
produksi yang juga digunakan untuk membuat produk yang menggunakan babi atau
turunannya sebagai salah satu bahannya
3. Perusahaan yang menerapkan pengkodean bahan atau produk harus dapat menjamin
traceability (bahan, produsen, status halal). Pengkodean juga harus menjamin bahan
dengan kode sama berstatus halal sama.
c. Standar Bahan Untuk Sertifikasi Halal
1. Tidak mengandung babi atau turunan babi
2. Tidak mengandung minuman beralkohol (khamr) dan turunannya
3. Semua bahan dari hewan (bukan ikan/hewan yang hidup di air) harus dari hewan halal
dan disembelih sesuai aturan Islam (dibuktikan dengan setifikat halal MUI atau dari
lembaga yang diakui MUI)
4. tidak mengandung bahan haram seperti bangkai, darah dan bagian dari tubuh manusia
2.8 Masa Berlaku Perizinan Industri Obat Sediaan Cair Non β-Lactam
Izin Industri Obat Sediaan Cair Non β-Lactam berlaku seterusnya selama industri
yang bersangkutan masih berproduksi dan memenuhi ketentuan peraturan perundang-
undangan. Industri Obat Sediaan Cair Non β-Lactam yang akan melakukan perubahan
bermakna terhadap pemenuhan persyaratan CPOB, baik untuk perubahan kapasitas dan atau
fasilitas produk wajib melapor dan mendapat persetujuan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Setiap perubahan alamat lokasi yang sama atau perubahan alamat dan pindah lokasi,
perubahan penanggung jawab atau nama industri harus dilakukan perubahan izin dengan
mengajukan permohonan perubahan izin kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI dengan tembusan kepada Kelapa BPOM dan
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.
Perubahan akte pendirian perseroan terbatas harus dilaporkan kepada Direktur
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI dengan tembusan
kepada kelapa Badan POM dan kepala Dinas Kesehatan Provinsi.
Setiap orang yang bertanggung jawab atas tempat dilakukannya pemerikasaan oleh
tenaga pengawas mempunyai hak untuk menolak pemeriksaan apabila tenaga pengawas yang
bersangkutan tidak dilengkapi dengan tanda pengenal dan surat perintah pemeriksaan.
Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan adanya dugaan atau patut diduga adanya
pelanggaran pidana di bidang obat dan atau bahan obat, segera dilakukan penyidikan oleh
penyidik Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang berwenang sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.
Pelanggaran terhadap ketentuan dalam peraturan telah ditetapkan dapat dikenakan
sanksi administratif berupa:
a. Peringatan secara tertulis: sanksi ini diberikan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan;
b. Larangan mengedarkan untuk sementara waktu an atau perintah untuk penarikan
kembali obat yang tidak memenuhi standar dan persyaratan keamanan,
khasiat/kemanfaatan atau mutu;
c. Perintah pemusnahan obat atau bahan obat, jika terbukti tidak memenuhi persyaratan
keamanan, khasiat/kemanfaatan, atau mutu;
d. Penghentian sementara kegiatan dapat dikenakan untuk seluruh kegiatan atau sebagian
kegiatan;
e. Pembekuan izin industri farmasi: sanksi ini diberikan oleh Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan;
f. Pencabutan izin industri farmasi.
2.9 Alur Persetujuan Prinsip Industri Obat Sediaan Cair Non β-Lactam
Bangunan, fasilitas dan peralatan untuk pembuatan obat Sediaan Cair Non β-Lactam
hendaklah memiliki desain, konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya
dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan
desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadi kekeliruan,
pencemaran silang dan kesalahan lain, dan memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan
yang efektif untuk menghindarkan pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan
dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat Sediaan Cair Non β-Lactam
Syarat bangunan industri obat herbal terstandar:
1. Bangunan industri harus didirikan dilokasi yang terhindar dari pencemaran dan tidak
mencemari lingkungan.
2. Bangunan Industri harus memenuhi persyaratan hygiene dan sanitasi.
3. Bangunan industri harus memiliki ruang-ruang pembuatan yang rancang bangun dan
luasnya sesuai dengan bentuk , sifat dan jumlah obat tradisional yang dibuat , jenis dan
jumlah peralatan yang digunakan , jumlah karyawan yang bekerja serta fungsi ruangan.
2.11.2 Personalia
Direktur S3 1
Dewan Komisaris Min. S2 2
Sekretaris Min. S1 2
Manajer Teknik dan Produksi Min. S2 1
Manajer Keuangan dan Marketing
Min. S2 1
Manajer Umum dan Personalia Min. S2 1
Supervisor Marketing Min. S1 1
Supervisor Keuangan Min. S1 1
Supervisor Produksi Min. S1 1
Supervisor Teknik Min. S1 1
Supervisor Umum Min. S1 1
Supervisor Personalia Min. S1 1
Kepala Seksi Lab/R&D Min. S1 1
Kepala Seksi Proses Min. S1 4
Kepala Seksi Utilitas Min. S1 1
Kepala Seksi Mesin Instrumentasi Min. S1 1
Total 55
Area Produksi
1. Area produksi hendaklah memenuhi persyaratan CPOB. Sebagai aturan yang lazim
proses dengan membuat satu produk dengan bets berturut-turut (campaign work)
perlu diterapkan. Namun, apabila laik, sangat dianjurkan penggunaan bangunan dan
fasilitas yang diperuntukkan hanya untuk sejenis bahan/produk. Di samping itu sifat
alamiah yang khas dari produksi obat tradisional membutuhkan perhatian khusus
yang harus diberikan kepada pemrosesan produk yang menimbulkan debu. Jika
pemanasan atau pemasakan bahan diperlukan, mekanisme penghisap udara yang
sesuai hendaklah dipasang untuk menghindarkan penumpukan asap dan uap.
2. Untuk mempermudah pembersihan dan menghindarkan kontaminasi silang tindakan
pencegahan yang tepat hendaklah diambil saat mengambil sampel, menimbang,
menggiling, mencampur dan memproses produk, misal dengan menggunakan sistem
penghisap debu dan sistem penanganan udara untuk memperoleh perbedaan tekanan
dan aliran udara yang diinginkan.
3. Tata letak ruang produksi hendaklah dirancang sedemikian rupa untuk:
a) memungkinkan kegiatan produksi dilakukan di area yang saling berhubungan
antara satu ruangan dengan ruangan lain mengikuti urutan tahap produksi dan
menurut kelas kebersihan yang dipersyaratkan;
b) mencegah kesesakan dan ketidakteraturan; dan
c) memungkinkan komunikasi dan pengawasan yang efektif.
4. Luas area kerja dan area penyimpanan bahan atau produk yang sedang dalam proses
hendaklah memadai untuk memungkinkan penempatan peralatan dan bahan secara
teratur dan sesuai dengan alur proses, sehingga dapat memperkecil risiko terjadi
kekeliruan antara produk atau komponen yang berbeda, mencegah pencemaran
silang dan memperkecil risiko terlewat atau salah melaksanakan tahapan proses
produksi atau pengawasan.
5. Permukaan dinding, lantai dan langit-langit bagian dalam ruangan di mana terdapat
bahan awal dan bahan pengemas primer, produk antara atau produk ruahan yang
terpapar ke lingkungan hendaklah halus, bebas retak dan sambungan terbuka, tidak
melepaskan partikulat, serta memungkinkan pelaksanaan pembersihan (bila perlu
disinfeksi) yang mudah dan efektif.
6. Konstruksi lantai di area pengolahan hendaklah dibuat dari bahan kedap air,
permukaannya rata dan memungkinkan pembersihan yang cepat dan efisien apabila
terjadi tumpahan bahan. Sudut antara dinding dan lantai di area pengolahan
hendaklah berbentuk lengkungan.
7. Pipa, fiting lampu, titik ventilasi dan instalasi sarana penunjang lain hendaklah
dirancang dan dipasang sedemikian rupa untuk menghindarkan terbentuk ceruk yang
sulit dibersihkan. Untuk kepentingan perawatan, sedapat mungkin instalasi sarana
penunjang seperti ini hendaklah dapat dijangkau dari luar area pengolahan.
8. Pipa yang terpasang di dalam ruangan tidak boleh menempel pada dinding tetapi
digantungkan dengan menggunakan siku-siku pada jarak cukup untuk memudahkan
pembersihan menyeluruh.
9. Pemasangan rangka atap, pipa dan saluran udara di dalam ruangan hendaklah
dihindari. Apabila tidak terhindarkan, maka prosedur dan jadwal pembersihan
instalasi tersebut hendaklah dibuat dan diikuti.
10. Lubang udara masuk dan keluar serta pipa-pipa dan salurannya hendaklah dipasang
sedemikian rupa untuk mencegah pencemaran terhadap produk.
11. Saluran pembuangan air hendaklah cukup besar, dirancang dan dilengkapi dengan
bak kontrol serta ventilasi yang baik untuk mencegah aliran balik. Sedapat mungkin
saluran terbuka dicegah tetapi bila perlu hendaklah cukup dangkal untuk
memudahkan pembersihan dan disinfeksi.
12. Area produksi di mana terdapat bahan awal dan bahan pengemas primer, produk
antara atau produk ruahan yang terpapar ke lingkungan hendaklah diventilasi secara
efektif dengan menggunakan sistem pengendali udara termasuk filter udara dengan
tingkat efisiensi yang dapat mencegah pencemaran dan pencemaran-silang,
pengendali suhu dan, bila perlu, pengendali kelembaban udara sesuai kebutuhan
produk yang diproses dan kegiatan yang dilakukan di dalam ruangan dan
dampaknya terhadap lingkungan luar pabrik. Area produksi hendaklah dipantau
secara teratur baik selama ada maupun tidak ada kegiatan produksi untuk
memastikan pemenuhan terhadap spesifikasi yang dirancang sebelumnya.
13. Area di mana dilakukan kegiatan yang menimbulkan debu misalnya pada saat
pengambilan sampel, penimbangan bahan atau produk, pencampuran dan
pengolahan bahan atau produk, pengemasan produk serbuk, memerlukan sarana
penunjang khusus untuk mencegah pencemaran silang dan memudahkan
pembersihan.
14. Tata letak ruang area pengemasan hendaklah dirancang khusus untuk mencegah
campur baur atau pencemaran silang.
15. Area produksi hendaklah mendapat penerangan yang memadai, terutama di mana
pengawasan visual dilakukan pada saat proses berjalan.
16. Pengawasan selama-proses dapat dilakukan di dalam area produksi sepanjang
kegiatan tersebut tidak menimbulkan risiko terhadap produksi obat tradisional.
17. Pintu area produksi yang berhubungan langsung ke lingkungan luar, seperti pintu
bahaya kebakaran, hendaklah ditutup rapat. Pintu tersebut hendaklah diamankan
sedemikian rupa sehingga hanya dapat digunakan dalam keadaan darurat sebagai
pintu ke luar. Pintu di dalam area produksi yang berfungsi sebagai barier terhadap
pencemaran-silang hendaklah selalu ditutup apabila sedang tidak digunakan.
2.12.6 Produksi
Produksi pada PT. NUMINO Medica dilaksanakan dengan mengikuti prosedur
tervalidasi yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan Cara Pembuatan Obat
Yang Baik sehingga senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan
mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi).
PEMBAHASAN
Nama Industri Obat Sediaan Cair Non β-Lactam adalah PT. NUMINO Medica yang
merupakan nama pemilik Industri Farmasi ini. Dimana merupakan industri Farmasi yang
memproduksi Obat Sediaan Cair Non β-Lactam dalam bentuk sirup yang dikemas dalam
botol plastik dan mudah dibawa kapan saja dan kemana saja.
Proses pembuatan obat dan/atau bahan obat hanya dapat dilakukan oleh industri
farmasi. Setiap pendirian industri farmasi wajib memperoleh izin industri farmasi dari
Direktur Jenderal. Direktur Jenderal yang dimaksud adalah Direktur Jenderal pada
Kementerian Kesehatan yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang pembinaan
kefarmasian dan alat kesehatan. Persyaratan untuk memperoleh izin industri farmasi
sebagaimana yang tercantum dalam Permenkes RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah
sebagai berikut:
1. Berbadan usaha berupa perseroan terbatas (PT);
2. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat;
3. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;
4. Memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang Apoteker Warga Negara
Indonesia masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu, produksi,
dan pengawasan mutu; dan
5. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung ataupun tidak langsung
dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian.
Dikecualikan dari persyaratan di atas poin 1 dan 2, bagi pemohon izin industri
farmasi milik Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
Sebagai tempat produksi Obat Sediaan Cair Non β-Lactam beralamat di Jalan Sesama
Blok. 3 No. 6 Karawang, Jawa Barat 17550.
3.1.4 Visi dan Misi PT. NUMINO Medica
3.1.7 Personalia
Direktur S3 1
Dewan Komisaris Min. S2 2
Sekretaris Min. S1 2
Manajer Teknik dan Produksi Min. S2 1
Manajer Keuangan dan Marketing
Min. S2 1
Manajer Umum dan Personalia Min. S2 1
Supervisor Marketing Min. S1 1
Supervisor Keuangan Min. S1 1
Supervisor Produksi Min. S1 1
Supervisor Teknik Min. S1 1
Supervisor Umum Min. S1 1
Supervisor Personalia Min. S1 1
Kepala Seksi Lab/R&D Min. S1 1
Kepala Seksi Proses Min. S1 4
Kepala Seksi Utilitas Min. S1 1
Kepala Seksi Mesin Instrumentasi Min. S1 1
Total 56
3.1.8 Produksi
a. Bangunan
1) Area penimbangan
2) Area produksi
3) Area penyimpanan
4) Area pengawasan mutu
5) Sarana pendukung seperti ruang istirahat, kantin, toilet, ruang ganti
pakaian, bengkel perbaikan dan perawatan mesin, dan sarana pemeliharaan
hewan.
c. Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat sediaaan cair non Beta-laktam hendaklah
memiliki desain dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta
ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat cair non Beta-
laktam terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan untuk
memudahkan pembersihan serta perawatan.
d. Bahan
Bahan Istilah umum yang dipakai untuk menunjukkan bahan dasar (Zat
Aktif), bahan tambahan, reagensia, pelarut, bahan pembantu proses, produk
antara, dan bahan penandaan (label).
e. Produk
Produk yang akan dipasarkan berupa produk Obat Sediaan Cair Non β-Lactam
seperti sediaan sirup golongan sulfonamida yaitu kotrimoksazole 240mg/5ml (200
mg sulfametaxazole dan 40 mg Trimetoprim). Industri obat ini memiliki prospek
yang baik karena dalam produksinya menggunakan teknologi tinggi, memerlukan
tenaga kerja yang memiliki keterampilan/keahlian khusus dalam mengaplikasikan
mesin. Kecenderungan masyarakat yang sadar akan kesehatan untuk mengkonsumsi
obat pada saat sakit semakin menguatkan potensi industri obat ini, yang nantinya
akan menambah nilai pasar customer untuk berlangganan.
3.1.9 Pendistribusian
a. Perusahaan Besar Farmasi (PBF)
Industri kosmetik dari PT NUMINO Medica bekerjasama dengan 3 PBF yang
meliputi PBF ZAM CEMERLANG, PBF LIN WEY dan PBF MULIA FARMA.
b. Target Pemasaran
Target pemasaran akan dipasarkan diwilayah Indonesia.
c. Promosi
Perusahaan akan melakukan promosi kosmetik dengan cara :
Melalui internet merupakan cara efektif dan efisien pilihan utama karena pada
umumnya masyarakat jaman sekarang rata rata sudah memakai internet walaupun
beberapa orang masih belum menggunakannya
Melakukan penjualan langsung, karena langsung bertemu dengan pembelinya
dan bisa langsung promosikan Sediaan antibiotik dengan menggunakan resep dari
Dokter.
Memalui brosur, pamphlet
Persetujuan prinsip diberikan oleh Direktur Jenderal paling lama dalam waktu 28
(empat belas) hari kerja setelah permohonan diterima atau ditolak. Persetujuan prinsip
berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat diubah berdasarkan permohonan dari
pemohon izin Industri Obat yang bersangkutan.
3.3 Ruang Lingkup Cara Pembuatan Obat Sediaan Cair Non β-Lactam yang Baik PT.
NUMINO Medica
3.3.1 Manajemen Mutu
PT. NUMINO Medica membuat obat sediaan cair Non β-Lactam dengan tujuan
penggunaannya, memenuhi persyaratan tercantum dalam dokumen izin edar (registrasi)
dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan penggunanya karena tidak aman,
mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen puncak PT. NUMINO Medica bertanggung
jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu “Kebijakan Mutu”, yang memerlukan
partisipasi dan komitmen dari semua jajaran di semua departemen di dalam perusahaan,
para pemasok dan para distributor. Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan
dapat diandalkan, maka PT. NUMINO Medica membuat sistem Pemastian Mutu yang
didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar serta mengkorporasi Cara
Pembuatan Obat sediaan cair Non β-Lactam Yang Baik sesuai dengan CPOB termasuk
di dalamnya Pengawasan Mutu dan Manajemen Risiko Mutu
3.3.2 Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem
pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat sediaan cair Non β-Lactam yang
benar. Oleh sebab itu PT. NUMINO Medica merekrut karyawan yang terkualifikasi
dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Setiap karyawan PT.
NUMINO Medica memahami tugas dan tanggung jawabnya masing-masing serta
memahami prinsip dalam Cara Pembuatan Obat Yang Baik serta setiap karyawan juga
memperoleh pelatihan awal yang berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai
higiene yang berkaitan dengan pekerjaannya.
a. Denah bangunan
Area tanah yang akan dirancang yaitu berluaskan 10 HA dengan luas bangunan
5,2 HA. Dengan luas tanah yang cukup besar ini sehingga dapat memudahkan mengatur
pengelolaan lahan dengan leluasa. Luas area tanah ini akan digunakan untuk membangun
beberapa bangunan seperti lahan kebun dengan luas 1,8 HA area penerimaan material
dengan luas bangunan 800 meter2, pengambilan contoh material dengan luas bangunan
400 meter2 , penyimpanan barang datang dan karantina dengan luas 8000 meter2, gudang
bahan awal dengan luas bangunan 800 meter2, penimbangan dan penyerahan 600 meter2,
pengolahan dengan luas bangunan 800 meter2, penyimpanan produk ruahan dengan luas
bagunan 8000 meter2 , pengemasan dengan luas bangunan 200 meter2, karantina, gudang
produk jadi, tempat bongkar muat, laboratorium dengan luas bangunan 300 meter2,
tempat pencucian peralatan dengan luas bangunan 200 meter2, dan sisa lahan akan
digunakan untuk mendirikan masjid dengan luas 55 meter2 , kantin 30 meter2,dan toilet
10 meter2, dan pos keamanan 5 meter2 dan jalan menuju pabrik dengan luas 1000 meter.
b. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam Produksi obat sediaan cair Non β-Lactam (golongan
sulfonamida) di PT. NUMINO Medica berupa alat-alat yang telah memenuhi standar CPOB
dengan desain dan kontruksi yang simple. peralatan untuk menunjang produksi antara lain :
a) mesin pencampuran,
b) positive displacement pump
c) centrifugal pump
d) mesin pemindahan panas,
e) mesin filtrasi,
f) mesin filling (filteram type dan plunger)
g) mesin fermentasi
h) mesin labelling
PT. NUMINO Medica memiliki tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi yang
diterapkan pada setiap aspek pembuatan obat sediaan cair Non β-Lactam. Ruang lingkup
sanitasi dan higiene PT. NUMINO Medica meliputi personil, bangunan, peralatan dan
perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan segala sesuatu yang dapat merupakan
sumber pencemaran produk. Sumber pencemaran yang potensial dihilangkan melalui
program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu. Karena bahan obat sediaan
cair Non β-Lactam dapat mengandung cemaran mikrobiologis disamping itu proses
produksi obat sediaan cair Non β-Lactam sangat mudah tercemar oleh mikroba yang
dapat menyebabkan perubahan mutu maka untuk mengurangi kontaminasi, diterapkan
sanitasi dan higiene berstandar tinggi. Bangunan dan fasilitas serta peralatan pada PT.
NUMINO Medica selalu dibersihkan dan dilakukan disinfektan menurut prosedur yang
telah ditetapkan dan tervalidasi.
3.3.5 Dokumentasi
Dokumentasi pada PT. NUMINO Medica merupakan bagian dari sistem informasi
manajemen karena dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari
pemastian mutu. Pada PT. NUMINO Medica dokumentasi yang jelas merupakan suatu
bagian yang fundamental untuk memastikan bahwa setiap karyawan menerima uraian
tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil risiko terjadi salah tafsir
dan kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan.
Spesifikasi dari dokumen formula pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan
dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis.
3.3.6 Produksi
=Rp 80.000.000.000,-
Kepala Seksi
Min. S1 1 4.000.000 4.000.000
Pembelian/Pembayaran
Kepala Seksi Penjualan Min. S1 1 4.000.000 4.000.000
Kepala Seksi Promosi Min. S1 1 4.000.000 4.000.000
Kepala Seksi Humas Min. S1 1 4.000.000 4.000.000
Kepala Min. S1 1 4.000.000 4.000.000
Seksi Penerimaan / Pembinaan
Karyawan
Kepala Seksi Humas Min. S1 1 4.000.000 4.000.000
Kepala Seksi Penggajian Min. S1 1 4.000.000 4.000.000
Kepala Seksi Keamanan Min. S1 1 4.000.000 4.000.000
Karyawan Proses Min. S1 20 3.000.000 60.000.000
Karyawan Laboratorium QC/QA
Min. S1 5 3.000.000 15.000.000
dan R&D
Total 56 232.000.000
Jadi :
anggaran untuk keseluruhan pendirian industri obat sediaan cair Non β-Lactam produksi PT.
NUMINO Medica yaitu membutuhkan dana sebesar :
Total : Rp 18.500.000.000
3. BEP
BEP dalam 1 tahun dapat dihiung sebagai berikut
BEP harga produksi : Total biaya / Volume produksi
: Rp 17.500.000.000 / (1.000x12)
: Rp 1.458.333
Artinya, pada tingkat harga sebesar Rp 1.458.333 usaha ini berada pada titik
impas.
BEP volume produksi : Total biaya / Harga
: Rp 17.500.000.000 / Rp 1.500.000
: 11.666
Artinya, pada jumlah produksi sebanyak 11.666 box, perusahaan tidak
mengalami keuntungan dan kerugian (impas)
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pendirian dan Perizinan Industri Obat Sediaan Cair Non β-Lactam PT.
NUMINO Medica harus melalui beberapa proses dan tahapan permohonan izin dari
Depertemen Kesehatan seperti:
Direktur Jenderal, Kepala Badan POM dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.
Selain itu PT. Bioherbal Indonesia juga harus memperoleh Izin Usaha Industri (IUI),
Wajib Daftar Perusahaan (WDP) dan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dari
Departemen Perindustrian dan Perdagangan.
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh PT. NUMINO Medica, yaitu:
Harus memiliki izin prinsip:
Harus memiliki izin tempat mendirikan industri dar pemerintah daerah provinsi
setempat;
Harus memiliki izin industri farmasi yang disetujui oleh BPOM;
Berbadan usaha berupa perseroan terbatas;
Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat;
Mimiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;
Memilki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker warga negara
indonesia, masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu, produksi,
dan pengawasan mutu;
Komisaris dan Direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak langsung
dalampelanggaran peraturan perundang–undangan di bidang kefarmasian.
BPOM mengadakan audit pemenuhan persyaratan CPOB (berarti gedung kita
harus udah sesuai degnan CPOB) paling lama 20 hari kerja sejak diterima tembusan.
Kemudian BPOM menyatakan pabrik kita memenuhi persyaratan CPOB, maka dia
akan mengeluarkan rekomendasi pemenuhan persyaratan CPOB kepada DIRJEN
dengan tembusan kepada DINKES dan tentunya Kita sebagai pemohon. BPOM
mengeluarkan rekomendasi paling lama, dalam waktu 10 hari kerja setelah. Setelah
itu DINKES akan melakukan verifikasi kelengkapan persyaratan administratif, paling
lama 20 hari kerja juga dan perusahan kita dinyatakan memnuhi kelengkapan
persyaratan administrasif, DINKES paling lama 10 hari kerja akan mengeluarkan
rekomendasi pemenuhan persyaratan administratif kepada DIRJEN dengan tembusan
BPOM dan kita sebagai pemohon. Setelah menerima surat rekomendasi baik dari
BPOM maupun DINKES, maka DIRJEN menerbitkan izin industri farmasi paling
lama dalam waktu 10 hari kerja. Jadi total waktu yang dibutuhkan untuk mengajukan
surat izin industri obat herbal terstandart kurang lebih sekitar dua bulan (2 bulan).
PT. NUMINO Medica menawarkan keuntungan yang sangat menjanjikan bagi
para investor. Dengan laba bersih Rp 8.500.000.000,-per tahun dengan kapasitas
produksi adalah 1.000 box/hari atau 12.000 box/tahun dan harga jual Rp 1.500.000,-
/box maka Pay Back Period (PBP) yang dapat diberikan kepada investor yaitu 2,1
tahun dengan nilai ROI sebesar 45.94%
DAFTAR PUSTAKA
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia NOMOR :
Lavari Hafhazah, 2016. Strategi Bisnis Pt. Unilever Dalam Persaingan Produk
Rohaya Upik,Nurlina Ibrahim, Jamaluddin, 2017. Analisis Kandungan Merkuri (Hg) Pada
Krim Pemutih Wajah Tidak Terdaftar Yang Beredar Di Pasar Inpres Kota Palu. Palu:
GALENIKA Journal of Pharmacy Vol. 3 (1) : 77 -83 ISSN: 2442-8744 March 2017