Anda di halaman 1dari 2

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus

diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Pembangunan kesehatan pada dasarnya
menyangkut semua segi kehidupan, baik fisik, mental, maupun sosial ekonomi. Menurut
Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pembangunan
kesehatan merupakan upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya, dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif,
partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia,
serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan nasional.
Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan sebagai upaya peningkatan kesehatan
masyarakat adalah apotek. Apotek merupakan salah satu tempat dalam mengaplikasikan
pekerjaan kefarmasian oleh apoteker. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian disebutkan bahwa, apoteker merupakan
tenaga kefarmasian yang melakukan pekerjaan kefarmasian, dimana pekerjaan kefarmasian
didefinisikan sebagai pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat,
pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan
obat dan obat tradisional.
Apotek sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan yang memiliki peranan penting
dalam meningkatkan kesehatan masyarakat, harus mampu menjalankan fungsinya dalam
memberikan pelayanan kefarmasian dengan baik, yang berorientasi langsung dalam proses
penggunaan obat pada pasien. Selain menyediakan dan menyalurkan obat serta perbekalan
farmasi, apotek juga merupakan sarana penyampaian informasi mengenai obat atau persediaan
farmasi secara baik dan tepat, sehingga dapat tercapai peningkatan kesehatan masyarakat yang
optimal dan mendukung penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
Di samping berfungsi sebagai sarana pelayanan kesehatan dan unit bisnis, apotek juga
merupakan salah satu tempat pengabdian dan praktik tenaga teknis kefarmasian dalam
melakukan pekerjaan kefarmasian. Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk
pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi
atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional (PP No. 51 Tahun 2009).
Semua aspek dalam pekerjaan kefarmasian tersebut dapat disebut juga sebagai pelayanan
kefarmasian. Dimana suatu sistem pelayanan kesehatan dikatakan baik, bila struktur dan fungsi
pelayanan kesehatan dapat menghasilkan pelayanan kesehatan yang memenuhi persyaratan
sebagai berikut, yaitu: tersedia, adil dan merata, tercapai, terjangkau, dapat diterima, wajar,
efektif, efisien, menyeluruh, terpadu, berkelanjutan, bermutu, dan berkesinambungan (Azwar,
1996).
Dalam pengelolaan apotek dipimpin oleh seorang apoteker. Apoteker adalah tenaga
profesi kesehatan yang dalam melaksanakan pekerjaannya berdasarkan ilmu yang ditempuh
melalui pendidikan di perguruan tinggi. Berdasarkan aspek bisnis dan kefarmasian dalam
pengelolaan apotek, maka seorang apoteker senantiasa harus memiliki kemampuan dan
pengetahuan yang memadai tentang apotek baik dari aspek managerial maupun klinik, dapat
mengambil keputusan yang tepat, memiliki kemampuan berkomunikasi antar profesi dan
dengan masyarakat, mampu menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisiplin,
berwawasan lingkungan dan keselamatan kerja berdasarkan kode etik profesi apoteker. Dengan
demikian, keberadaan apotek serta penggunaan sediaan farmasi yang tepat, aman, dan rasional
oleh masyarakat akan tetap terjamin.
Apoteker merupakan orang yang bertanggung jawab penuh terhadap seluruh kegiatan
yang berlangsung di apotek. Seorang apoteker diharapkan mampu menguasai segala kegiatan
yang berhubungan dengan pekerjaan teknis farmasi dan non teknis farmasi, yang meliputi
kegiatan perencanaan persediaan, pelayanan, pemberian informasi mengenai obat yang
diberikan dan segala macam kegiatan administrasi yang dilakukan di apotek (Umar, 2009).
Oleh karena itu, seorang apoteker harus mempunyai kemampuan manajemen untuk
pengelolaan apotek yang dikelolanya sehingga dapat mendapatkan keuntungan bagi apotek
tersebut. Selain itu, apoteker juga harus memiliki keterampilan berkomunikasi dalam
menyampaikan informasi obat kepada pelanggan tentang dosis, cara pemakaian, waktu
penggunaan, dan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai