Anda di halaman 1dari 25

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) adalah metode kontrasepsi yang

masa kerjanya lama dan mempunyai efektivitas tinggi terhadap pencegahan

kehamilan, yang terdiri dari susuk/implant, AKDR/IUD, MOP, dan MOW (BkkbN,

2011 c). Implant dan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)/IUD (Intra Uterine

Devices) adalah metode kontrasepsi jangka panjang paling efektif yang bersifat

reversible, sedangkan MOW dan MOP adalah metode kontrasepsi jangka panjang

yang tidak reversible. Implant dan AKDR juga memiliki keuntungan tambahan yaitu

menyenangkan, disukai pengguna, dan murah dengan angka kegagalan < 1% serta

bisa “dilupakan” tidak harus dikonsumsi setiap hari seperti pil atau harus disuntik

ulang setiap 1 atau 3 bulan seperti kontrasepsi suntikan. Oleh karena itu, implant dan

AKDR seharusnya menjadi metode kontrasepsi pilihan pertama yang ditawarkan

kepada sebagian besar wanita (Brown, 1997; Stoddard, 2011).

Pada pertengahan tahun 1990-an metode kontrasepsi jangka panjang

merupakan metode kontrasepsi yang dominan di banyak negara. Lebih dari 170 juta

sterilisasi sudah dilakukan dan menjadi metode kontrasepsi yang paling penting di

banyak negara, khususnya India, Cina, dan negara-negara Asia lainnya serta di

beberapa negara di Amerika Latin (Brown, 1997).

Universitas Sumatera Utara


Dalam hal lain, antusiasme awal untuk IUD juga besar. Namun demikian di

beberapa negara, ditemukan kurangnya perhatian terhadap tindakan konseling

(terutama terhadap efek samping IUD), masalah yang juga dijumpai pada tahun 1980-

an ketika Norplan/implan diperkenalkan. Kadang-kadang petugas hanya terpaku pada

jumlah klien yang mau memakai metode kontrasepsi tersebut. IUD kemudian

digunakan secara luas di banyak negara, khususnya Cina, dimana saat ini

diperkirakan ada sebanyak 82 juta akseptor IUD (Brown, 1997). Hasil penelitian

Stevens-Simon (1999) di Amerika Serikat, ada hubungan yang bermakna antara

pemakaian implant pada awal post partum ( dalam 6 bulan post partum) dengan

terjadinya kehamilan pada tahun pertama post partum. Wanita dewasa dan remaja

yang tidak menggunakan alat KB setelah partus atau yang memakai metode KB

selain implant, kemungkinan untuk menjadi hamil dalam 1 tahun pertama 35 kali

lebih besar dibandingkan yang memakai implant dalam 6 bulan post partum. Dan

kemungkinan hamil pada tahun kedua post partum 8,6 kali pada wanita yang tidak

memakai implant dibandingkan yang memakai.

Menurut Brown (1997) kontrasepsi jangka panjang harus tersedia bagi wanita

yang aktif secara seksual yang telah memperoleh informasi tentang MKJP dan mau

menggunakannya secara sukarela. Ini memerlukan suatu sistem layanan yang

membuat metode ini tersedia dan terjangkau oleh akseptor, termasuk layanan

pencabutan kembali alat kontrasepsi oleh tenaga kesehatan. Di negara-negara

berkembang masalah biaya pencabutan ini telah menjadi suatu kendala dalam

pemakaian MKJP. Dengan demikian, pada waktu pemasangan setiap metode

Universitas Sumatera Utara


kontrasepsi jangka panjang yang memerlukan tindakan pencabutan kembali

diperlukan adanya suatu jaminan ketersediaan biaya pencabutan oleh penyedia

layanan.

2.1.1 Implant / Susuk KB

a. Implant / susuk KB adalah suatu alat kontrasepsi yang berbentuk batang

silastik lembut dan mengandung levonorgestrel (progestin) yang disusukkan

di bawah kulit. Jumlah batangnya bervariasi, ada yang 6 batang (Norplant), 1

batang (Implanon), dan 2 batang (Jadena dan Indoplant).

b. Cara kerja implant

1) Mengentalkan lendir serviks

2) Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi

implantasi

3) Mengurangi transportasi sperma

4) Menekan ovulasi

c. Efektivitas. Sangat efektif, angka kegagalan hanya berkisar antara 0,2 – 1

kehamilan per 100 perempuan.

d. Keuntungan memakai implant

1) Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)

2) Pengembalian kesuburan yang cepat setelah pencabutan

3) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam

4) Bebas dari pengaruh estrogen

5) Tidak mengganggu coitus

Universitas Sumatera Utara


6) Tidak mengganggu produksi ASI

7) Klien hanya perlu kembali ke klinik jika ada keluhan

8) Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan

e. Keterbatasan implant. Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan

pola haid berupa perdarahan bercak (spotting), hipermenorea atau

meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorea

f. Yang tidak boleh menggunakan implant

1) Hamil atau diduga hamil

2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya

3) Benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara

4) Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi

5) Mioma uterus

6) Gangguan toleransi glukosa

g. Jadwal kunjungan kembali. Klien tidak perlu kembali ke klinik kecuali ingin

mencabut implant atau jika ditemukan hal-hal sebagai berikut :

1) Amenorea yang disertai nyeri perut bagian bawah

2) Perdarahan yang banyak dari vagina

3) Luka bekas insisi mengeluarkan darah atau nanah

4) Ekspulsi dari batang implant

5) Sakit kepala hebat, penglihatan jadi kabur atau nyeri dada hebat

Universitas Sumatera Utara


2.1.2 Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) / Intra Uterine Devices (IUD)

a. Pengertian AKDR / IUD. Alat kontrasepsi dalam rahim ( AKDR / IUD )

merupakan alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim. Alat kontrasepsi

dalam rahim terbuat dari plastik elastik, dililit tembaga atau campuran

tembaga dengan perak. Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas

dengan waktu penggunaan dapat mencapai 8-10 tahun, dengan metode kerja

mencegah masuknya sprematozoa/sel mani ke dalam saluran tuba.

Pemasangan dan pencabutan alat kontrasepsi ini harus dilakukan oleh tenaga

medis (dokter atau bidan terlatih), dapat dipakai oleh semua perempuan usia

reproduksi namun tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar infeksi

menular seksual.

b. Jenis AKDR. Jenis AKDR yang dipakai di Indonesia antara lain adalah :

1) Copper-T. AKDR berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana

pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan

tembaga halus ini mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang

cukup baik.

2) Copper-7. AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk

memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang

vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga luas

permukaan 200mm², fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada

AKDR Copper-T.

Universitas Sumatera Utara


3) Multi load. AKDR ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua

tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari

ujung atas ke ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat

tembaga dengan luas permukaan 250 mm² atau 375 mm² untuk

menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu standar,

small, dan mini.

4) Lippes loop. AKDR ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral

atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang

pada ekornya. Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut

ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru),

tipe B 27,5 mm (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang

kuning) dan tipe D berukuran 30 mm dan tebal (benang putih). Lippes

loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan dari

pemakaian AKDR jenis ini adalah bila terjadi perforasi, jarang

menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan

plastik.

c. Cara kerja AKDR. Cara kerja dari AKDR antara lain yaitu

1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.

2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri.

3) Mencegah sperma dan ovum bertemu, membuat sperma sulit masuk ke

dalam alat reproduksi dan mengurangi sperma untuk fertilisasi.

4) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.

Universitas Sumatera Utara


d. Keuntungan dan kelemahan AKDR. Adapun keuntungan dari penggunaan alat

kontrasepsi AKDR yakni :

1) Sangat efektif. 0,6 - 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun

pertama (1 kegagalan dalam 125 - 170 kehamilan).

2) IUD dapat efektif segera setelah pemasangan.

3) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak

perlu diganti).

4) Tidak mempengaruhi hubungan seksual.

5) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.

6) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak takut untuk hamil.

7) Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A.

8) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI

9) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak

terjadi infeksi).

10) Dapat digunakan sampai menapouse ( 1 tahun atau lebih setelah haid

terakhir).

11) Tidak ada interaksi dengan obat-obat.

e. Kelemahan dari penggunaan AKDR yaitu :

1) Adanya efek samping yang umum terjadi, seperti : perubahan siklus

haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3

bulan), haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar mensturasi, saat

haid lebih sakit.

Universitas Sumatera Utara


2) Merasa sakit dan kram selama 3- 5 hari setelah pemasangan, perdarahan

berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab

anemia, perforasi dinding uterus (sangat jarang bila pemasangan benar).

3) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.

4) Tidak baik digunakan perempuan dengan IMS atau sering berganti

pasangan.

5) Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS

memakai AKDR, PRP dapat memicu infertilitas.

6) Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelviks diperlukan dalam

pemasangan AKDR.

7) Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah

pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1 - 2 hari.

8) Pencabutan AKDR hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter

atau bidan) yang terlatih.

9) Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi

apabila AKDR dipasang segera setelah melahirkan).

10) Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu.

f. Waktu penggunaan AKDR. Penggunaan AKDR sebaiknya dilakukan pada

saat :

1) Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil.

2) Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.

Universitas Sumatera Utara


3) Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4

minggu pascapersalinan; setelah 6 bulan apabila menggunakan metode

amenorea laktasi (MAL).

4) Setelah terjadinya keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila

tidak ada gejala infeksi.

5) Selama 1 sampai 5 hari setelah sanggama yang tidak dilindungi.

g. Waktu kontrol AKDR. Kelemahan dari penggunaan AKDR adalah perlunya

kontrol kembali untuk memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu.

Waktu kontrol AKDR yang harus diperhatikan adalah :

1) 1 bulan pasca pemasangan

2) 3 bulan kemudian

3) Setiap 6 bulan berikutnya

4) Bila terlambat haid 1 minggu

5) Perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya

2.1.3 Kontrasepsi Mantap / Sterilisasi

a. Metode Operasi Pria (MOP) / Vasektomi. Metode operasi pria yang dikenal

dengan nama vasektomi merupakan operasi ringan, murah, aman, dan

mempunyai arti demografis yang tinggi, artinya dengan operasi ini banyak

kelahiran yang dapat dihindari.

1) Pengertian. Vasektomi adalah suatu prosedur klinik yang dilakukan untuk

menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa

deferensia (pemotongan, pengikatan, penyumbatan ke-2 saluran mani)

Universitas Sumatera Utara


sehingga alur transportasi sperma terhambat dan pada waktu bersanggama sel

mani tidak dapat ke luar membuahi sel telur yang mengakibatkan proses

fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi. Tindakan yang dilakukan

adalah lebih ringan dari pada sunat atau khinatan pada pria, dan pada

umumnya dilakukan sekitar 15-45 menit, dengan cara mengikat dan

memotong saluran mani yang terdapat di dalam kantong buah zakar.

2) Peserta Vasektomi.

a) Suami dari pasangan usia subur yang dengan sukarela mau melakukan

vasektomi serta sebelumnya telah mendapat konseling tentang

vasektomi.

b) Mendapat persetujuan dari isteri :

(1) Jumlah anak yang ideal, sehat jasmani dan rohani

(2) Umur isteri sekurang-kurangnya 25 tahun

(3) Mengetahui prosedur vasektomi dan akibatnya

(4) Menandatangani formulir persetujuan (informed consent).

3) Cara kerja. Menghalangi jalannya sel sperma sehingga tidak dapat membuahi

sel telur.

4) Kelebihan

a) Efektivitas tinggi untuk melindungi kehamilan (efektivitas secara ilmiah

99,9%, efektivitas pemakaian 99,85%)

b) Tidak ada kematian dan angka kesakitannya rendah

c) Biaya lebih murah, karena membutuhkan satu kali tindakan saja

Universitas Sumatera Utara


d) Prosedur medis dilakukan hanya sekitar 15-45 menit dan pasien tidak

perlu dirawat di rumah sakit

e) Tidak mengganggu hubungan seksual

f) Lebih aman, karena keluhan lebih sedikit jika dibandingkan dengan

kontrasepsi lain

5) Keterbatasan

a) Masih memungkinkan terjadi komplikasi (misal perdarahan, nyeri, dan

infeksi).

b) Tidak melindungi pasangan dari penyakit menular seksual termasuk

HIV/AIDS. Harus menggunakan kondom selama 15-20 kali sanggama

agar sel mani menjadi negatif.

c) Pada orang yang mempunyai problem psikologis dalam hubungan

seksual, dapat menyebabkan keadaan semakin terganggu.

6) Vasektomi tidak dapat dilakukan apabila

a) Pasangan suami-isteri masih menginginkan anak lagi

b) Suami menderita penyakit kelainan pembekuan darah

c) Jika keadaan suami-isteri tidak stabil

d) Jika ada tanda-tanda radang dan/atau infeksi jamur pada buah zakar,

hernia, kelainan akibat cacing tertentu pada buah zakar dan kencing

manis yang tidak terkontrol.

b. Metode Operasi Wanita (MOW) / Tubektomi

Universitas Sumatera Utara


1) Pengertian. Tubektomi ialah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba

Fallopii wanita yang mengakibatkan yang bersangkutan tidak dapat hamil

lagi. Dahulu tubektomi dilakukan dengan jalan laparatomi atau pembedahan

vaginal. Sekarang, dengan alat dan tehnik baru, tindakan ini diselenggarakan

secara lebih ringan dan tidak memerlukan perawatan di rumah sakit.

2) Cara kerja. Tubektomi menghambat perjalanan sel telur wanita sehingga tidak

dapat dibuahi oleh sperma.

3) Efektivitas. Efektivitas secara ilmiah (theoretical effectiveness) yaitu 99,5%,

efektivitas pemakaian (use effectiveness) yaitu 99,5%.

4) Keuntungan tubektomi

a) Motivasi hanya dilakukan satu kali saja sehingga tidak diperlukan

motivasi berulang-ulang.

b) Efektivitas hampir 100% dan efektif langsung setelah operasi.

c) Tidak mempengaruhi libido seksual.

d) Tidak ada efek samping jangka panjang

e) Mengurangi risiko kanker ovarium

f) Kegagalan dari pihak pasien (patient’s failure) tidak ada.

5) Keterbatasan. Resiko dan efek samping bedah tetap ada dan tidak melindungi

dari IMS, HIV/AIDS, dan Hepatitis B.

6) Yang tidak boleh menjalani tubektomi.

a) Hamil atau diduga hamil

b) Penyakit jantung, paru, infeksi akut

Universitas Sumatera Utara


c) Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya

d) Tidak boleh menjalani proses pembedahan

e) Masih menginginkan anak lagi

f) Belum memberikan persetujuan secara tertulis

2.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka


Panjang

Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda

disebut juga determinan perilaku, yang dapat dibedakan menjadi dua yakni :

1) Faktor internal, yakni karakteristik individu yang bersangkutan yang

bersifat bawaan, misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis

kelamin, dan lain-lain.

2) Faktor eksternal, yakni lingkungan baik lingkungan fisik, sosial, budaya,

ekonomi, politik. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang

dominan yang mewarnai perilaku seseorang.

Menurut Affandi dalam Mutiara (1998), faktor-faktor yang memengaruhi

pemakaian kontrasepsi adalah :

a) Faktor pola perencanaan keluarga. Adalah mengenai penentuan besarnya

jumlah keluarga yang menyangkut waktu yang tepat untuk mengakhiri

kesuburan. Dalam perencanaan keluarga harus diketahui kapan kurun waktu

reproduksi sehat, berapa sebaiknya jumlah anak sesuai kondisi, berapa jarak

umur antar anak. Seorang wanita secara biologik memasuki usia reproduksinya

beberapa tahun sebelum mencapai umur dimana kehamilan dan persalinan

Universitas Sumatera Utara


dapat berlangsung dengan aman. Kurun waktu yang paling aman adalah umur

20 – 35 tahun dengan pengaturan :

1. Anak pertama lahir sesudah ibunya berumur 20 tahun

2. Anak kedua lahir sebelum ibunya berumur 30 tahun

3. Jarak antara anak pertama dan kedua sekurang-kurangnya 2 tahun atau

diusahakan jangan ada 2 anak balita dalam kesempatan yang sama.

Kemudian menyelesaikan besarnya keluarga sewaktu istri berusia 30 – 35

tahun dengan kontrasepsi mantap.

b) Faktor subyektif. Bagaimanapun baiknya suatu alat kontrasepsi baik dipandang

dari sudut kesehatan maupun rasionalitasnya belumlah tentu dirasakan cocok

dan dipilih oleh akseptor/calon akseptor. Pilihan ini sangat pula tergantung pada

pengetahuannya tentang alat kontrasepsi tersebut, baik yang didapat dari

keluarga/kerabat maupun dari petugas kesehatan atau tokoh masyarakat.

c) Faktor obyektif. Pemilihan kontrasepsi yang digunakan disesuaikan dengan

keadaan wanita (kondisi fisik dan umur) serta disesuaikan dengan fase-fase

menurut kurun waktu reproduksinya. Biasanya pemilihan jenis kontrasepsi juga

disesuaikan dengan maksud penggunaan kontrasepsi tersebut. Lebih lanjut

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.1 Konsep Pemilihan Alat Kontrasepsi yang Rasional


Fase Mencegah Fase Menjarangkan Fase Mengakhiri
Kehamilan kehamilan kehamilan
a. Pil a. IUD a. Kontap
b. Suntikan b. Suntikan b. IUD
c. IUD c. Pil c. Implant
d. Implant d. Suntikan
e. Pil
Umur ≤20 tahun 30-35 tahun

Universitas Sumatera Utara


d) Faktor motivasi. Kelangsungan pemakaian kontrasepsi sangat tergantung dari

motivasi dan penerimaan pasangan suami istri. Motivasi akseptor KB untuk

terus menggunakan kontrasepsi yang lama, akan merubah metode, atau

menghentikan sama sekali penggunaan kontrasepsi, dipengaruhi oleh berbagai

faktor. Mereka yang menggunakan kontrasepsi dengan tujuan untuk membatasi

kelahiran mempunyai tingkat kemantapan yang lebih tinggi dibandingkan

mereka yang bertujuan untuk menunda kehamilan.

2.3 Definisi Perilaku

Perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus

(rangsangan dari luar). Perilaku juga dapat dikatakan sebagai totalitas penghayatan

dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama antara beberapa faktor.

Sebagian besar perilaku manusia adalah operant response yang berarti respons yang

timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus tertentu yang disebut

reinforcing stimulation atau reinforcer yang akan memperkuat respons. Oleh karena

itu untuk membentuk perilaku seperti pemakaian alat kontrasepsi jangka panjang

perlu adanya suatu kondisi tertentu yang dapat memperkuat pembentukan perilaku.

Di antara berbagai teori dan model perilaku kesehatan, yang saat ini menonjol

di bidang promosi dan komunikasi kesehatan, salah satunya adalah Model

Kepercayaan Kesehatan (Health Belief Model). Menurut Model Kepercayaan

Kesehatan (Becker, 1974, 1979), perilaku ditentukan apakah seseorang : (1) percaya

bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatan tertentu; (2) menganggap masalah

Universitas Sumatera Utara


ini serius; (3) meyakini efektivitas tujuan pengobatan dan pencegahan; (4) tidak

mahal; dan (5) menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan. Sebagai

contoh, seorang wanita akan mempergunakan kontrasepsi apabila : (1) dia telah

mempunyai beberapa orang anak dan mengetahui bahwa ia masih potensial untuk

hamil pada beberapa tahun mendatang; (2) melihat kesehatan dan status ekonomi

tetangganya menjadi rusak karena terlalu banyak anak; (3) mendengar bahwa tehnik

kontrasepsi tertentu menunjukkan efektivitas sebesar 95%; (4) sementara itu

kontrasepsi aman dan tidak mahal; dan (5) dianjurkan oleh petugas kesehatannya

supaya mulai memakai kontrasepsi (Graeff, 1996).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Roger (1974),

menyatakan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng

daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan dan dari penelitian tersebut

juga terungkap, bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri

orang tersebut terjadi proses berurutan yaitu:

1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus atau obyek.

2. Interest , dimana orang mulai tertarik kepada stimulus.

3. Evaluation (menimbang-nimbang terhadap baik atau tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Trial , dimana orang sudah mencoba berperilaku baru.

5. Adaptation, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikap terhadap stimulus

Universitas Sumatera Utara


2.3.1 Perbedaan-Perbedaan Perilaku Individu

Mengapa manusia itu berbeda dalam bertindak di antaranya adalah:

1) Manusia berbeda perilakunya karena berbeda kemampuannya. Setiap manusia

memiliki perbedaan dalam berperilaku karena proses penyerapan informasi yang

berbeda dari setiap individu tersebut yang kemudian mempengaruhi perilaku

seseorang dalam bertindak.

2) Manusia berbeda perilakunya karena adanya perbedaan kebutuhan. Hal ini

merupakan bagian dari teori motivasi yang ditemukan oleh para ilmuwan psikologi

seperti, Maslow, Mcleland, McGregor, dan lain-lain. Kebutuhan manusia menjadi

motif secara intrinsik individu tersebut dalam berperilaku.

3) Manusia berbeda karena mempunyai lingkungan yang berbeda dalam

memengaruhinya. Faktor lingkungan sangat berpengaruh pada manusia, suatu

keputusan yang dibuat oleh individu dapat dipengaruhi dengan apa yang terjadi di

luar dari dirinya dengan kata lain motivasi eksternal berperan di sini. Lingkungan

membentuk manusia menjadi lebih baik atau menjadi jahat, ramah, atau sombong.

4) Faktor Like or Dislike with Something. Percaya atau tidak faktor ini juga

memengaruhi seseorang dalam berperilaku, apabila seseorang tidak suka pada

atasannya dalam memimpin, maka apapun yang dikatakan atasan hanya merupakan

masukan tidak langsung dilakukan.

Universitas Sumatera Utara


Faktor internal Keyakinan
Faktor eksternal Kepercayaan
Harga
Faktor predisposisi
Faktor pemungkin
Faktor pendorong Perilaku

Faktor pola
perencanaan keluarga
Faktor subjektif Pemakaian alat
Faktor objektif kontrasepsi jangka
Faktor motivasi panjang

Gambar 2.1 : Kerangka Teori Modifikasi dari Teori Becker (1974),


Roger (1974), Lawrence Green (1980), Affandi (1988)

2.4 Landasan Teori

Faktor keputusan konsumen untuk menggunakan alat kontrasepsi jangka

panjang tidak terlepas dari faktor perilaku yang dimiliki oleh masing-masing

individu. Adapun faktor-faktor yang merupakan penyebab perilaku dapat dijelaskan

dengan Teori Lawrence Green yang dibedakan dalam tiga jenis yaitu :

1) Faktor predisposisi (Predisposing factors)

Faktor ini merupakan faktor anteseden terhadap perilaku yang menjadi dasar

atau motivasi bagi perilaku. Termasuk dalam faktor ini adalah pengetahuan, sikap,

keyakinan, nilai dan persepsi yang berkenaan dengan motivasi seseorang atau

kelompok untuk bertindak.

Universitas Sumatera Utara


2) Faktor pemungkin (Enabling factors)

Faktor pemungkin adalah faktor anteseden terhadap perilaku yang

memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana. Termasuk dalam faktor

pemungkin adalah ketrampilan, sumber daya pribadi dan komunitas. Seperti

tersedianya pelayanan kesehatan termasuk alat-alat kontrasepsi, keterjangkauan,

kebijakan, peraturan dan perundangan.

3) Faktor pendorong (Reinforcing factors)

Faktor pendorong/penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan

kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tentu saja tergantung

pada tujuan dan jenis program. Faktor ini terwujud dalam sikap dan perilaku petugas

kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku

masyarakat.

Faktor Perilaku Non perilaku


predisposisi

Faktor
pemungkin Masalah Non masalah
kesehatan kesehatan

Faktor
pendorong Kualitas
hidup

Gambar 2.2 Faktor yang Memengaruhi Perilaku Kesehatan

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan beberapa penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pemakaian

alat kontrasepsi jangka panjang dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut :

1. Umur

Menurut Notoatmodjo (1993), umur merupakan salah satu faktor yang

memengaruhi perilaku seseorang termasuk dalam hal pemakaian alat kontrasepsi

jangka panjang. Mereka yang berumur tua mempunyai peluang lebih kecil untuk

menggunakan alat kontrasepsi termasuk alat kontrasepsi jangka panjang

dibandingkan dengan yang muda.

Hasil penelitian Dang di Vietnam (1995) dilaporkan bahwa ada hubungan

yang kuat antara umur dengan penggunaan kontrasepsi. Wanita yang berumur < 20

tahun kemungkinan untuk menggunakan alat kontrasepsi sebesar 0,73 kali

dibandingkan dengan yang berumur 40 tahun atau lebih. Sementara wanita yang

berumur 30-34 tahun dan 35-39 tahun kemungkinannya untuk menggunakan

kontrasepsi hanya sekitar 0,15 dan 0,38. Hal ini menunjukkan adanya penurunan

penggunaan kontrasepsi pada wanita yang lebih tua.

Hasil penelitian Murti (2009) ada hubungan yang kuat antara umur ibu

dengan pemakaian MKJP. Wanita berusia 35-49 tahun 15,1% memakai MKJP

dibandingkan 6,8% pada yang berusia 25-34 tahun dan 2,9% pada wanita berusia 15-

24 tahun.

Universitas Sumatera Utara


2. Jumlah Anak Hidup

Berdasarkan jumlah anak yang dimiliki, paritas 2-3 merupakan paritas paling

aman ditinjau dari sudut risiko terjadinya kematian maternal. Paritas 1 dan lebih dari

3 memiliki risiko kematian maternal yang lebih tinggi dibandingkan paritas 2-3.

Hasil penelitian Dang (1995) menemukan ada hubungan yang bermakna

antara jumlah anak dengan pemakaian kontrasepsi. Wanita dengan jumlah anak 4

orang atau lebih memiliki kemungkinan untuk menggunakan alat kontrasepsi sebesar

1,73 kali dibandingkan dengan wanita yang memiliki 2 orang anak atau kurang.

Jumlah anak hidup memengaruhi pasangan usia subur dalam menentukan

metode kontrasepsi yang akan digunakan. Pada pasangan dengan jumlah anak hidup

masih sedikit terdapat kecenderungan untuk menggunakan metode kontrasepsi

dengan efektivitas rendah, sedangkan pada pasangan dengan jumlah anak hidup

banyak terdapat kecenderungan menggunakan metode kontrasepsi dengan efektivitas

tinggi seperti MKJP. Pada wanita dengan jumlah anak hidup 3-4 terdapat 15,2% yang

menggunakan MKJP dibandingkan 8% pada jumlah anak hidup 1-2. Jumlah anak

hidup juga memengaruhi PUS dalam memilih kontrasepsi yang bersifat sementara

atau permanen (MOW) (Purwoko, 2000; Murti, 2009).

3. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang (overt behavior), sebab dari pengalaman dan dari hasil penelitian

ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng (long lasting)

daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Gerungan, 1986).

Universitas Sumatera Utara


Menurut Affandi dalam Mutiara (1998), pemilihan alat kontrasepsi oleh PUS

sangat tergantung pada pengetahuannya tentang alat kontrasepsi tersebut, baik yang

didapat dari keluarga/kerabat maupun yang didapat dari petugas kesehatan atau tokoh

masyarakat. Hasil penelitian Purba (2008) juga menunjukkan ada pengaruh yang

bermakna antara tingkat pengetahuan terhadap pemakaian alat kontrasepsi.

4. Persepsi Nilai Anak

Persepsi (perception) diartikan sebagai tanggapan/wawasan atau proses

mental yang terjadi pada diri manusia yang akan mengacu kepada bagaimana

manusia tersebut mengindra, mereseptor stimulus tertentu (Widayatun, 1999).

Anak mempunyai nilai tertentu bagi orang tua, dan memiliki anak menuntut

beberapa konsekuensi yang harus dipenuhi karenanya. Latar belakang sosial (tingkat

pendidikan, kesehatan, adat/budaya, pekerjaan, tingkat penghasilan) yang berbeda

menyebabkan pandangan yang berbeda mengenai anak. Di daerah pedesaan anak

mempunyai nilai yang tinggi bagi keluarga. Anak dapat memberikan kebahagiaan

kepada orang tuanya selain itu akan merupakan jaminan di hari tua dan dapat

membantu ekonomi keluarga, banyak masyarakat di desa di Indonesia yang

berpandangan bahwa banyak anak banyak rejeki. Dari Penelitian Mohamad Koesnoe

di daerah Tengger, petani yang mempunyai tanah luas akan mencari anak angkat

sebagai tambahan tenaga kerja. Studi lain yang dilakukan oleh proyek VOC (Value Of

Children) menemukan bahwa keluarga-keluarga yang tinggal di pedesaan Taiwan,

Philipina, Thailand mempunyai anak yang banyak dengan alasan bahwa anak

memberikan keuntungan ekonomi dan rasa aman bagi keluarganya (Siregar, 2003).

Universitas Sumatera Utara


Menurut Arnold dan Fawcett dalam Ancok (2006), dengan memiliki anak

orangtua akan memperoleh hal-hal yang menguntungkan dan hal-hal yang

merugikan. Hal-hal yang menguntungkan antara lain : 1) keuntungan emosional; 2)

keuntungan ekonomi dan rasa aman; 3) pengayaan dan pengembangan diri; 4)

identifikasi pada anak; 5) kemesraan keluarga dan keutuhan perkawinan, sedangkan

hal-hal yang merugikan antara lain : 1) beban emosional; 2) beban ekonomi; 3)

berkurangnya keleluasaan dan kesempatan; 4) beban tenaga; 5) beban bagi keluarga.

Cadwell dalam Siregar (2003) mengatakan, di negara maju kekayaan mengalir

dari orang tua ke anak, sedangkan di negara berkembang adalah sebaliknya kekayaan

mengalir dari anak ke orang tua. Jika anak merupakan sumber jaminan ekonomi maka

masyarakat tersebut akan mengalami fertilitas yang tinggi.

5. Dukungan Suami

Menurut McKinley dalam Graeff (1996) individu sangat kuat dipengaruhi

oleh reaksi-reaksi negatif dan positif dari orang-orang dalam kerangka kerja sosial

mereka- keluarga dekat, tetangga, dan tokoh masyarakat tertentu bagi praktik-praktik

kesehatan mereka.

Pemakaian kontrasepsi termasuk kontrasepsi jangka panjang akan semakin

baik jika ada dukungan dari pihak-pihak tertentu. Menurut Friedman dan Sarwono

dalam Purba (2008), ikatan suami istri yang kuat sangat membantu ketika keluarga

menghadapi masalah, karena suami/istri sangat membutuhkan dukungan dari

pasangannya. Hal itu disebabkan orang yang paling bertanggung jawab terhadap

keluarganya adalah pasangan itu sendiri. Dukungan tersebut akan tercipta apabila

Universitas Sumatera Utara


hubungan interpersonalnya baik. Di dalam masyarakat Indonesia khususnya yang

tinggal di pedesaan, suamilah yang berperan sebagai penentu dalam pengambilan

keputusan dalam keluarga, sedangkan istri hanya memberikan sumbang saran.

6. Ada/Tidaknya KIE

KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) adalah suatu kegiatan dimana

terjadi proses komunikasi dengan penyebaran informasi yang mempercepat

tercapainya perubahan perilaku dari masyarakat. KIE sebagai salah satu komponen

operasional yang strategis dalam program KB nasional mempunyai fungsi dan

peranan penting guna meningkatkan dan memantapkan penerimaan masyarakat

khususnya tentang KB dan kesehatan reproduksi (BkkbN, 2009). BkkbN,

Departemen Kesehatan, dan institusi kesehatan lainnya, secara bersama-sama

mendorong organisasi profesi, tokoh masyarakat, dan tokoh agama untuk dapat ikut

menyelenggarakan kegiatan KIE (Saifuddin, 2006).

Komunikasi kesehatan memiliki peran nyata dalam upaya merubah perilaku

kesehatan. Pengalaman-pengalaman menunjukkan bahwa komunikasi , melalui

koordinasi dengan komunitas dan sistem pelayanan kesehatan, mampu menghasilkan

perubahan perilaku populasi secara nyata (Graeff, 1996).

Komunikasi/konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam

pelayanan KB. Dengan melakukan konseling berarti petugas membantu klien dalam

memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan

kebutuhannya. Konseling yang baik juga akan membantu klien dalam menggunakan

kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan keberhasilan KB. Konseling KB dapat

Universitas Sumatera Utara


dilakukan oleh petugas lapangan (PPLKB, PLKB, PKB, PPKBD, dan kader) yang

sudah mendapatkan pelatihan atau oleh petugas medis dan paramedis (dokter, bidan,

perawat, bidan desa) (Saifuddin, 2006).

2.5 Kerangka Konsep

Berdasarkan teori dari Green, maka peneliti merumuskan kerangka konsep

penelitian sebagai berikut :

Variabel Independen

Variabel Dependen
Faktor predisposisi :
1. Karakteristik responden
(Umur, Jumlah anak hidup)
2. Pengetahuan Pemakaian metode
3. Persepsi nilai anak kontrasepsi jangka
panjang pada isteri PUS
Faktor pendorong :
1. Dukungan suami
2. Ada/tidaknya KIE

Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel independen dalam penelitian ini adalah karakteristik responden

(umur dan jumlah anak hidup), pengetahuan, persepsi nilai anak, dukungan suami,

dan ada/tidaknya KIE, sedangkan variabel dependen adalah pemakaian metode

kontrasepsi jangka panjang pada isteri PUS.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai