Anda di halaman 1dari 11

Nomor

Revisi Ke
Berlaku Tgl.

PEDOMAN
PEMBINAAN DAN PELAYANAN
KESEHATAN REMAJA
PUSKESMAS WANADADI I

Ditetapkan

Kepala Puskesmas Wanayasa 2

Susi Kurnitasari, SKM Msi


NIP: 19701202 199303 2 009

DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJARNEGARA

PUSKESMAS WANAYASA 2
Jl.Desa Jatllawang Kecamatan Wanayasa Kabupaten Banjarnegara
PEDOMAN
PEMBINAAN DAN PELAYANAN KESEHATAN REMAJA
PUSKESMAS WANAYASA 2

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja di Indonesia mencakup seperempat dari seluruh jumlah penduduk
Indonesia.Mengingat remaja adalah merupakan masa transisi dari masa kanak-
kanak menuju dewasa, maka remaja memiliki tugas perkembangan yang tidak
mudah, mereka harus mendapatkan identitas diri yang positif agar dapat
berkembang sebagai dewasa muda yang sehat dan produktif.Remaja memiliki
karakteristik yang khas. Remaja cenderung energetik, selalu ingin tahu , emosi
yang tidak stabil, cenderung berontak dan mengukur segalanya dengan
ukurannya sendiri dengan cara berfikirnya yang tidak logis. Hal ini sering
menyebabkan adanya konflik dengan orang tua, guru maupun figur otoritas
lainnya.Namun demikian, tahap ini adalah tahap yang memang harus dilalui oleh
remaja dalam mencari identitas dirinya.Dalam perkembangannya remaja sangat
rentan terhadap pengaruh lingkungan.Lingkungan social dan budaya yang tidak
positif merupakan factor resiko bagi remaja untuk terjebak dalam perilaku
merokok, minum-minuman keras, penggunaan narkoba, seks sebelum menikah,
tawuran, criminal dan kebut-kebutan di jala. Semua perilaku yang dianggap
menyimpang ini sangat beresiko terhadap kesehatan dan keselamatan
remaja,Dari hasil penelitian yang dilakukan Lembaga Demografi Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) di 4 wilayah yaitu Sumatra Selatan, Jawa
Barat, Kalimantan Barat, dan Nusa Tenggara Timur, diketahui bahwa perilaku
beresiko pada remaja khususnya dikota cukup tinggi, dimana terdapat perilaku
merokok 73,1% (laki-laki), 12,2 % (perempuan), Miras 42,2% (laki-laki), dan 3 %
( perempuan), Penggunaan NAPZA 22,4 % (laki-laki), 2,3 % (perempuan), Seks
sebelum menikah 4,7 % (laki-laki), 3,2 % (perempuan).
B. Tujuan

1. Tujuan Umum:
Meningkatkan derajat kesehatan remaja melalui peningkatan pengetahuan,
sikap dan perilaku tentang kesehatan Remaja .

2. Tujuan Khusus
a. Memberikan informasi yang benar dan bertanggungjawab kepada
remaja sehingga remaja bisa mempraktikan perilaku hidup sehat
b. Memberikan motivasi pada remaja untuk mencari pertolongan bila
menghadapi masalah
c. Mengadvokasi pihak lain sebagai pendukung perubahan

C. Sasaran

Definisi remaja yang digunakan adalah modifikasi definisi dari WHO, dimana
remaja adalah mereka yang mencakup usia 10 hingga usia 19 tahun dan belum
menikah.(Depkes RI,2001). Dengan rentang usia antara 10-19 tahun, maka
garapan utamanya adalah tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama/ MTS dan
sekolah Menengah Umum/ MA baik negri maupun swasta serta remaja putus
sekolah.
dengan demikian sasaran remaja dibagi dalam segmentasi sebagai berikut:
1. Remaja sekolah
2. Remaja di luar sekolah
Segmentasi ini sangat penting dilakukan mengingat rentang permasalahan
yang sangat luas dan memerlukan penanganan yang berbeda.
Segmentasi pelayanan remaja ini dapat dibagi menjadi tiga bagian :
1. Remaja tidak bermasalah
Adalah seluruh remaja baik yang tidak berperilaku berisiko dan tidak
mempunyai masalah.Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari remaja
dan membutuhkan pengetahuan mengenai masalah kesehatan reproduksi
dengan benar sehingga keputusan yang diambil sudah diketahui resikonya.
Dalam hal ini Puskesmas berperan sebagai narasumber untuk berbagai
kegiatan penyuluhan bagi remaja di mana kegiatan konseling dan
penyuluhan menjadi kegiatan utama.bagiremaja sekolah dan tentu saja
remaja di luar sekolah, Puskesmas memberikan penyuluhan melalui
kelompok remaja yang ada .
2. Remaja Berisiko.
Remaja Berisiko adalah remaja yang pernah melakukan perilaku yang
berisiko bagi kesehatan seperti misalnya merokok, minum-minuman keras,
menggunakan narkoba dan melakukan seks di luar nikah.Umumnya remaja
yang memiliki masalah di sekolah atau berperilaku anti social memiliki
probabilitas yang lebih besar untuk melakukan perilaku beresiko
dibandingkan dengan remaja yang tidak memiliki masalah di sekolah atau
tidak bersikap anti social, remaja beresiko harus diberikan panutan serta
kesempatan perkembengan yang positif.
3. Remaja Bermasalah
Remaja bermasalah adalah remaja yang telah melakukan perilaku beresiko
dan sudah mengalami dampaknya, atau remaja yang mengalami tindak
kekerasan.oleh karena itu remaja ini bukan saja harus mendapatkan
pelayanan medis namun juga dibantu untuk menyelesaikan masalahnya
secara komprehensif.Untuk itu pelayanan kesehatan remaja dan jejaring
menjadi sangat diperlukan.

Untuk menetapkan sasaran prioritas yang akan diintervensi puskesmas perlu


memperhatikan kemampuan dan ketersediaan sumber daya dengan demikian
Puskesmas menetapkan sasaran prioritas pada remaja yang tidak bermasalah,
khususnya di sekolah, sehingga mereka tidak menjadi remaja yang bermasalah,
mengingat saat ini kemampuan Puskesmas, masih dengan keahlian
sumberdaya yang terbatas. Hal itu bisa dilakukan dengan upaya promotif dan
preventif, sedangkan untuk kasus yang tidak dapat diselesaikan dirujuk ke
fasilitas yang lebih mampu.

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman ini meliputi pelaksanaan dan pembinaan Kesehatan
Remaja dan peran pemangku kepentingan terkait dalam pelaksanaan dan
pembinaan kesehatan Remaja di Puskesmas Wanadadi I.
E. Batasan Operasional
Pelayanan kesehatan remaja dilakukan secara proaktif melalui penerapan
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja (PKPR) dengan tujuan meningkatkan
derajat kesehatan remaja melalui peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku
tentang remaja.

1. Kebijakan dalam kesehatan Remaja


a. Pemerintah, masyarakat termasuk remaja wajib menciptakan
lingkungan yang kondusif agar remaja dapat berperilaku sehat
b. Setiap remaja mempunyai hak yang sama dalam memperoleh
pelayanan kesehatan yang berkualitas termasuk pelayanan informasi,
dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender
c. Upaya kesehtan harus dapat memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya untuk meningkatkan derajat kesehatan remaja
d. Upaya kesehatan remaja dilaksanakan dengan prinsip kemitraan dan
harus mampu membangkitkan, mendorong keterlibatan dan
kemandirian remaja.

Strategi yang diterapkan untuk melaksanakan kebijaksanaan tersebut adalah :

a. Pembinaan kesehatan Remaja disesuaikan dengan kebutuhan tahapan


proses tumbuh kembangnya.
b. Pelaksanaan pembinaan kesehatan Remaja dilaksanakan terpadu
lintas program dan lintas sektoral
c. Pembinaan kesehatan Remaja dilkukan melalui pelayanan kesehtan
dan rujukannya
d. Pembinaan kesehatan Remaja dilakukan melalui intervensi
a. Di sekolah mencakup sekolah formal maupun non formal
b. Di luar sekolah baik yang terorganisir maupun yang tidak terorganisir
e. Pelayanan kesehatan Remaja dilkukan secara proaktif melalui
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR).
Usia remaja merupakan suatu periode transisi dalam upaya menemukan jati
diri dan kedewasaan biologis serta psikologi. Usia tersebut merupakan periode
kritis sehingga perlu dibina dan dibimbing dengan benar. Walaupun secara
biologis remaja telah mampu untuk bereproduksi, namun karena secara fisik
perkembangannya belum sempurna, maka banyak masalah kesehatan yang
terjadi berkaitan dengan reproduksi remaja. Seperti tingginya risiko kematian
akibat kehamilan pada remaja perempuan usia 15-19 tahun yang mencapai 2
kali lebih tinggi daripada perempuan usia 20-24 tahun. Demikian juga dengan
bayinya, bayi yang lahir dari ibu remaja cenderung lahir premature dan
menderita gangguan pertumbuhan, sehingga resiko kematian bayi juga lebih
tinggi.Karena hal itu penyuluhan kesehatan Reproduksi Remaja menjadi sangat
penting diberikan kepada para remaja.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


1. Semua karyawan puskesmas wajib berpartisipasi dalam kegiatan
Pembinaan Kesehatan Remaja mulai dari Kepala Puskesmas, Pemegang
Program Remaja, Bidan Desa dan seluruh karyawan. Pemegang Program
Remaja merupakan koordinator dalam penyelenggaraan kegiatan
Pembinaan Kesehatan Remaja di Puskesmas Wanadadi I
2. Dalam upaya Pembinaan Kesehatan Remaja perlu melibatkan sektor terkait
tingkat kecamatan maupun desa, dan sektor terkait lainnya dengan
kesepakatan peran masing-masing dalam Pembinaan Kesehatan Remaja.

B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadualan kegiatan Pembinaan Remaja dikoordinir oleh
Pemegang Program Remaja sesuai dengan kesepakatan.

C. Jadual Kegiatan.
Jadual pelaksanaan kegiatan Pembinaan Kesehatan Remaja disepakati dan
disusun bersama dengan sektor terkait .
D. Denah Ruang:
Koordinasi pelaksanaan kegiatan Pembinaan Kesehatan Remaja dilakukan oleh
Pemegang Program Remaja yang menempati ruang Imunisasi dari gedung
Puskesmas. Pelaksanaan rapat koordinasi dilakukan di Ruang Tamu Puskesmas
Wanayasa 2 yang terletak di sebelah Timur ruang imunisasi

Ruang Tunggu

Ruang Tamu
Puskesmas R. Poli R .Poli R MTBS R R.Imunis
Wanadadi I Gigi Umum riksa KIA asi

A. Standar Fasilitas
1. Panduan PKP
2.
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

Dalam proses pelayanan kesehatan Remaja, Puskesmas diharapkan mampu :

1. Mendapatkan data dasar kesehatan reproduksi remaja diwilayah kerjanya,


untuk bahan perencanaan pelayanan kesehatan peduli remaja(PKPR)
melalui pendataan.
2. Melakukan konseling dan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan
etika, empati, menjaga privacy, tidak menghakimi, menghormati pendapat
klien, dan mendorong klien mengambil keputusan sendiri, setelah diberi
informasi yang benar.
3. Menggunakan fasilitas/ sarana pelayanan/ konseling secara rasional sesuai
standar
4. Melakukan pelayanan peduli remaja baik di dalam gedung maupun di luar
gedung.
5. Melaksanakan rujukan internal dan atau eksternal yang diperlukan sesuai
dengan sistem yang ada.
6. Melakukan promosi keberadaan klinik, jenis pelayanan, hari, dan jam buka
pelayanan.
7. Mengorganisasi PKPR dengan menjalin kerjasama dan kemitraan dengan
lintas sector dan pihak lain yang peduli remaja.
8. Memberdayakan SDM dengan pembagian tugas yang jelas.melakukan
pencatatan dan pelaporan sesuai dengan sistim yang telah ada.
9. Melakukan montoring dan evaluasi hasil pelayanan untuk perbaikan
perencanaan lebih lanjut.
BAB V
LOGISTIK

Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan Pembinaan Kesehatan


Remaja direncanakan dalam pertemuan Puskesmas sesuai dengan tahapan
kegiatan dan metoda Pembinaan yang akan dilaksanakan.

BAB VI
KESELAMATAN SASARAN
Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan pemberdayaan perlu
diperhatikan keselamatan sasaran dengan melakukan identifikasi risiko terhadap
segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya
pencegahan risiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang
akan dilaksanakan

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan pemberdayaan perlu


diperhatikan keselamatan kerja karyawan puskesmas dan lintas sektor terkait
dengan melakukan identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat
terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap harus
dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Pemantauan dilakukan melalui analisa laporan yang masuk dan kunjungan
lapangan yang dilakukan secara periodic.
Evaluasi di tingkat puskesmas
Indicator keberhasilan dapat dilihat dari input, proses, dan output sebagai berikut
1. Input
a. Jumlah petugas terlatih
b. Jenis buku dan materi
c. Penyediaan tempat dan waktu yang peduli remaja
2. Proses
Adanya pelaksanaan pelayanan kesehatan peduli remaja
3. Output
a. Jumlah keterlibatan Puskesmas sebagai narasumber dalam berbagai
penyuluhan yang terkait dengan remaja dan permasalahannya.
b. Prosentase kunjungan remaja yang dating ke puskesmas yang mendapat
konseling kesehatan reproduksi remaja

Evaluasi untuk kegiatan di luar gedung


Keberhasilan kegiatan luar gedung dilihat dari indicator di bawah ini :
1. Jumlah sekolah lanjutan yang telah dijangkau oleh kegiatan kesehatan
remaja melalui UKS
2. Jumlah konseling/ penyuluhan yang dilakukan di sekolah oleh petugas
kesehatan
3. Jumlah dan jenis kegiatan perluasan jangkauan di luar sekolah baik pada
kelompok yang terorganisir maupun yang tidak.
4. Jumlah jenis kegiatan terkait kesehatan remaja yang dilakukan di sekolah,
seperti outlet TTD mandiri, penyuluhan gizi.

Evaluasi bisa dilakukan dengan melihat


1. Jumlah keterlibatan Puskesmas sebagai narasumber dalam berbagai
penyuluhan yang terkait dengan remaja dan permasalahannya.
2. Jumlah konseling/ penyuluhan yang dilakukan di sekolah oleh petugas
kesehatan
3. Jumlah dan jenis kegiatan perluasan jangkauan di luar sekolah baik pada
kelompok yang terorganisir maupun yang tidak

BAB IX
PENUTUP
Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dan lintas sektor terkait
dalam pelaksanaan dan pembinaan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan
dengan tetap memperhatikan prinsip proses pembelajaran dan manfaat.

Keberhasilan kegiatan pemberdayaan masyarakat tergantung pada komitmen yang


kuat dari semua pihak terkait dalam upaya meningkatkan kemandirian masyarakat
dan peran serta aktif masyarakat dalam bidang kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai