Anda di halaman 1dari 10

BAB I

Pendahuluan
A. Latar Belakang
Menjalani kehamilan itu berat, apalagi kehamilan yang tidak dikehendaki. Terlepas
dari alasan apa yang menyebabkan kehamilan, aborsi dilakukan karena terjadi kehamilan
yang tidak diinginkan. Apakah dikarenakan kontrasepsi yang gagal, perkosaan, ekonomi,
jenis kelamin atau hamil di luar nikah.
Diseluruh dunia, 46 juta kehamilan setiap tahun berakhirbdengan aborsi, dimana
36 juta dari aborsi terjadi di Negara-negara berkembangdan 10 juta di Negara-negara
maju(Henshaw et al, 1999). WHO memperkirakan bahwa, diseluruh dunia, kira-kira 21,6
juta unsafe abortions terjadi pada tahun 2008, dan hamper semua kasus aborsi ini terjadi
di negara berkembang. Saat ini aborsi menjadi salah satu masalah yang cukup serius, dilihat
dari tingginya angka aborsi yang kian meningkat dari tahun ke tahun.
Di Indonesia sendiri, angka pembunuhan janin per tahun sudah mencapai 3 juta.
Masih sedikit sekali perempuan yang mendapat akses dan peluang untuk berpartisipasi
optimal dalam proses pembangunan. Tidak heran bila jumlah perempuan yang menikmati
hasil pembangunan lebih terbatas dibandingkan laki-laki. Saifuddin (1979 di dalam Pradono
dkk 2001) memperkirakan sekitar 2,3 juta. Sedangkan sebuah studi terbaru yang diselenggarakan
oleh Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia memperkirakan angka kejadian aborsi di
Indonesia per tahunnya sebesar 2 juta (Utomo dkk 2001). Angka yang tidak sedikit mengingat
besarnya tingkat kehamilan di Indonesia. Selain itu, ada yg mengkategorikan aborsi itu
pembunuhan. Ada yang melarang atas nama agama. Ada yang menyatakan bahwa jabang
bayi juga punya hak hidup sehingga harus dipertahankan.
Praktik aborsi kalangan remaja di Jawa Barat mencapai 160 hingga 200 ribu kasus per
tahun. Angka itu menunjukkan satu dari sekitar 9 remaja di Jawa Barat melakukan aborsi. Diduga
angkanya lebih banyak, sebab masalah aborsi masih seperti fenomena gunung es. Jumlah remaja
(15-19 tahun) putri di Jabar diperkirakan sebanyak 1,824 juta jiwa. Sedangkan untuk nasional,
jumlah remaja yang melakukan praktik aborsi mencapai 700 hingga 800 ribu remaja. Dari survei
yang dilakukan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) di 5 kota, yaitu Cirebon,
Tasikmalaya, Palembang, Singkawang, dan Kupang. Dari 1.388 responden remaja, diketahui
16,35% diantaranya telah melakukan hubungan seksual.

perempuan harus berperang melawan perasaan dan kepercayaannya mengenai nilai


hidup seorang calon manusia yang dikandungnya, sebelum akhirnya mengambil
keputusan. Belum lagi penilaian moral dari orang-orang sekitarnya bila sampai
tindakannya ini diketahui. Hanya orang-orang yang mampu berempati yang bisa
merasakan betapa perempuan berada dalam posisi yang sulit dan menderita ketika harus
memutuskan untuk mengakhiri kehamilannya.
Aborsi sering kali ditafsirkan sebagai pembunuhan bayi, walaupun secara jelas Badan
Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan aborsi sebagai penghentian kehamilan sebelum
janin dapat hidup di luar kandungan atau kurang dari 22 minggu (WHO 2000). Dengan
perkembangan tehnologi kedokteran yang sedemikian pesatnya, sesungguhnya perempuan
tidak harus mengalami kesakitan apalagi kematian karena aborsi sudah dapat
diselenggarakan secara sangat aman dengan menggunakan tehnologi yang sangat
sederhana. Bahkan dikatakan bahwa aborsi oleh tenaga profesional di tempat yang
memenuhi standar, tingkat keamanannya 10 kali lebih besar dibandingkan dengan bila
melanjutkan kehamilan hingga persalinan.Sayangnya, masih banyak perempuan di
Indonesia tidak dapat menikmati kemajuan tehnologi kedokteran tersebut. Mereka yang
tidak punya pilihan lain, terpaksa beralih ke tenaga yang tidak aman yang menyebabkan
mereka beresiko terhadap kesakitan dan kematian. Terciptanya kondisi ini terutama
disebabkan karena hukum di Indonesia masih belum berpihak kepada perempuan dengan
melarang tindakan ini untuk dilakukan kecuali untuk menyelamatkan ibu dan bayinya.
Akibatnya, banyak tenaga profesional yang tidak bersedia memberikan pelayanan ini;
walaupun ada, seringkali diberikan dengan biaya yang sangat tinggi karena besarnya
konsekuensi yang harus ditanggung bila diketahui oleh pihak yang berwajib. Perkiraan
jumlah aborsi di Indonesia setiap tahunnya cukup beragam. Hull, Sarwono dan Widyantoro
(1993) memperkirakan antara 750.000 hingga 1.000.000 atau 18 aborsi per 100 kehamilan.
Saifuddin (1979 di dalam Pradono dkk 2001) memperkirakan sekitar 2,3 juta. Sedangkan
sebuah studi terbaru yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian Kesehatan Universitas
Indonesia memperkirakan angka kejadian aborsi di Indonesia per tahunnya sebesar 2 juta
(Utomo dkk 2001).Menjadi remaja berarti menjalani proses berat yang membutuhkan
banyak penyesuaian dan menimbulkan kecemasan. Lonjakan pertumbuhan badani dan
pematangan organ-organ reproduksi adalah salah satu masalah besar yang mereka hadapi.
Perasaan seksual yang menguat tak bisa tidak dialami oleh setiap remaja meskipun
kadarnya berbeda satu dengan yang lain. Begitu juga kemampuan untuk
mengendalikannya.
Di Indonesia saat ini 62 juta remaja sedang bertumbuh di Tanah Air. Artinya, satu dari lima
orang Indonesia berada dalam rentang usia remaja. Mereka adalah calon generasi penerus
bangsa dan akan menjadi orangtua bagi generasi berikutnya. Tentunya, dapat dibayangkan,
betapa besar pengaruh segala tindakan yang mereka lakukan saat ini kelak di kemudian
hari tatkala menjadi dewasa dan lebih jauh lagi bagi bangsa di masa depan.Ketika mereka
harus berjuang mengenali sisi-sisi diri yang mengalami perubahan fisik-psikis-sosial akibat
pubertas, masyarakat justru berupaya keras menyembunyikan segala hal tentang seks,
meninggalkan remaja dengan berjuta tanda tanya yang lalu lalang di kepala mereka.
Pandangan bahwa seks adalah tabu, yang telah sekian lama tertanam, membuat remaja
enggan berdiskusi tentang kesehatan reproduksi dengan orang lain. Yang lebih
memprihatinkan, mereka justru merasa paling tak nyaman bila harus membahas seksualitas
dengan anggota keluarganya sendiri!
Tak tersedianya informasi yang akurat dan “benar” tentang kesehatan reproduksi memaksa
remaja bergerilya mencari akses dan melakukan eksplorasi sendiri. Arus komunikasi dan
informasi mengalir deras menawarkan petualangan yang menantang. Majalah, buku, dan
film pornografi yang memaparkan kenikmatan hubungan seks tanpa mengajarkan
tanggung jawab yang harus disandang dan risiko yang harus dihadapi, menjadi acuan
utama mereka. Mereka juga melalap “pelajaran” seks dari internet, meski saat ini aktivitas
situs pornografi baru sekitar 2-3%, dan sudah muncul situs-situs pelindung dari pornografi
. Hasilnya, remaja yang beberapa generasi lalu masih malu-malu kini sudah mulai
melakukan hubungan seks di usia dini, 13-15 tahun.Hasil penelitian di beberapa daerah
menunjukkan bahwa seks pra-nikah belum terlampau banyak dilakukan. Di Jatim, Jateng,
Jabar dan Lampung: 0,4 – 5% Di Surabaya: 2,3% Di Jawa Barat: perkotaan 1,3% dan
pedesaan 1,4%. Di Bali: perkotaan 4,4.% dan pedesaan 0%. Tetapi beberapa penelitian lain
menemukan jumlah yang jauh lebih fantastis, 21-30% remaja Indonesia di kota besar
seperti Bandung, Jakarta, Yogyakarta telah melakukan hubungan seks pra-nikah.
Berdasarkan hasil penelitian Annisa Foundation pada tahun 2006 yang melibatkan siswa
SMP dan SMA di Cianjur terungkap 42,3 persen pelajar telah melakukan hubungan seks
yang pertama saat duduk di bangku sekolah. Beberapa dari siswa mengungkapkan, dia
melakukan hubungan seks tersebut berdasarkan suka dan tanpa paksaan.Ketakutan akan
hukuman dari masyarakat dan terlebih lagi tidak diperbolehkannya remaja putri belum
menikah menerima layanan keluarga berencana memaksa mereka untuk melakukan aborsi,
yang sebagian besar dilakukan secara sembunyi-sembunyi tanpa mempedulikan standar
medis. Data WHO menyebutkan bahwa 15-50 persen kematian ibu disebabkan karena
pengguguran kandungan yang tidak aman. Bahkan Departemen Kesehatan RI mencatat
bahwa setiap tahunnya terjadi 700 ribu kasus aborsi pada remaja atau 30 persen dari total
2 juta kasus di mana sebgaian besar dilakukan oleh dukun.
Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberikan dampak pada
kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui penyebab utama kematian ibu hamil
dan melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia.Namun sebenarnya aborsi juga
merupakan penyebab kematian ibu, hanya saja muncul dalam bentuk komplikasi
perdarahan dan sepsis. Akan tetapi, kematian ibu yang disebabkan komplikasi aborsi sering
tidak muncul dalam laporan kematian, tetapi dilaporkan sebagai perdarahan atau sepsis.
Hal itu terjadi karena hingga saat ini aborsi masih merupakan masalah kontroversial di
masyarakat. Di satu pihak aborsi dianggap ilegal dan dilarang oleh agama sehingga
masyarakat cenderung menyembunyikan kejadian aborsi, di lain pihak aborsi terjadi di
masyarakat. Ini terbukti dari berita yang ditulis di surat kabar tentang terjadinya aborsi di
masyarakat, selain dengan mudahnya didapatkan jamu dan obat-obatan peluntur serta
dukun pijat untuk mereka yang terlambat datang bulan.
B. Tujuan
1. Mengetahui definisi aborsi
2. Mengetahui peraturan perundang- undangan mengenai aborsi
3. Mengetahui hukum islam mengenai kasus aborsi
BAB II
ABORSI
A. Definisi
Aborsi adalah Berakhirnya suatu kehamilan ( oleh akibat – akibat tertentu ) sebelum
buah kehamilan tersebut mampu untuk hidup di luar kandungan / kehamilan yang tidak
dikehendaki atau diinginkan.
Aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi secara prematur dari uterus─embrio, atau
fetus yang belum dapat hidup.(Dorland, 2002). Dengan kata lain, aborsi adalah berhentinya
kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin.
Gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) adalah terjadi keguguran janin;
melakukan abortus sebagai melakukan pengguguran (dengan sengaja karena tak
menginginkan bakal bayi yang dikandung itu). Secara umum, istilah aborsi diartikan sebagai
pengguguran kandungan, yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu secara
sengaja maupun tidak. Biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda (sebelum bulan ke
empat masa kehamilan).
Dalam dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi, yaitu:
1) Aborsi Spontan / Alamiah
Aborsi spontan / alamiah berlangsung tanpa tindakan apapun. Kebanyakan
disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma
2) Aborsi Buatan / SengajaAborsi buatan / sengaja adalah pengakhiran kehamilan
sebelum usia kandungan 28 minggu sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja
dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dalam hal ini dokter, bidan
atau dukun beranak).
3) Aborsi Terapeutik / Medis, sedangkan
Aborsi terapeutik / medis adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan
atas indikasi medik.Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai
penyakit darah tinggi menahun atau penyakit jantung yang parah yang dapat
membahayakan baik calon ibu maupun janin yang dikandungnya.Tetapi ini semua
atas pertimbangan medis yang matang dan tidak tergesa-gesa.
Aborsi dalam Pandangan Islam

Sebelum membahas hukum aborsi, ada dua fakta yang dibedakan oleh para fuqaha dalam
masalah ini.
Pertama : apa yang disebut imlash ( aborsi, pengguguran kandungan ). Kedua, isqâth (
penghentian kehamilan ).
Imlash adalah menggugurkan janin dalam rahim wanita hamil yang dilakukan dengan
sengaja untuk menyerang atau membunuhnya. Dalam hal ini, tindakan imlash ( aborsi ) tersebut
jelas termasuk kategori dosa besar; merupakan tindak kriminal. Pelakunya dikenai diyat ghurrah
budak pria atau wanita, yang nilainya sama dengan 10 diyat manusia sempurna. Dalam kitab Ash
- Shahîhayn, telah diriwayatkan bahwa Umar telah meminta masukan para sahabat tentang
aktivitas imlâsh yang dilakukan oleh seorang wanita, dengan cara memukuli perutnya, lalu
janinnya pun gugur. Al-Mughirah bin Syu’bah berkata: '' Rasulullah saw. telah memutuskan dalam
kasus seperti itu dengan diyat ghurrah 1 budak pria atau wanita ''. Pernyataan tersebut dibenarkan
oleh Muhammad bin Maslamah, yang pernah menjadi wakil Nabi saw. di Madinah. Karena itu,
pada dasarnya hukum aborsi tersebut haram.
Ini berbeda dengan isqâth al - haml ( penghentian kehamilan ), atau upaya menghentikan
kehamilan yang dilakukan secara sadar, bukan karena keterpaksaan, baik dengan cara
mengkonsumsi obat, melalui gerakan, atau aktivitas medis tertentu. Penghentian kehamilan dalam
pengertian ini tidak identik dengan penyerangan atau pembunuhan, tetapi bisa juga diartikan
dengan mengeluarkan kandungan baik setelah berbentuk janin ataupun belum dengan paksa.
Dalam hal ini, penghentian kehamilan ( al - ijhâdh ) tersebut kadang dilakukan sebelum
ditiupkannya ruh di dalam janin, atau setelahnya. Tentang status hukum penghentian kehamilan
terhadap janin, setelah ruh ditiupkan kepadanya, maka para ulama sepakat bahwa hukumnya
haram, baik dilakukan oleh si ibu, bapak, atau dokter.Sebab, tindakan tersebut merupakan bentuk
penyerangan terhadap jiwa manusia, yang darahnya wajib dipertahankan.Tindakan ini juga
merupakan dosa besar.
Persoalan aborsi di bawah usia tiga bulan memang masih mengandung perbedaan pendapat.
Salah seorang ulama yang membolehkan aborsi adalah Muhammad Ramli dalam kitabnya An-
Nihayah, dengan alasan karena pada masa itu belum ada makhluk yang bernyawa.
Yang jelas setelah masa itu, atau sejak berusia empat bulan, para ulama sepakat
mengharamkan pengguguran janin karena roh sudah ditiupkan ke dalam janin.akan hidup sebagai
manusia.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa tentang hukum aborsi sebagai
respon pertanyaan masyarakat.
Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 4 Tahun 2005, tentang Aborsi menetapkan ketentuan
hukum Aborsi sebagai berikut;
1. Aborsi haram hukumnya sejak terjadinya implantasi blastosis pada dinding rahim ibu (nidasi).
2. Aborsi dibolehkan karena adanya uzur, baik yang bersifat darurat ataupun hajat. Darurat adalah
suatu keadaan di mana seseorang apabila tidak melakukan sesuatu yang diharamkan maka ia akan
mati atau hampir mati. Sedangkan Hajat adalah suatu keadaan di mana seseorang apabila tidak
melakukan sesuatu yang diharamkan maka ia akan mengalami kesulitan besar.
1c. Kebolehan aborsi sebagaimana dimaksud huruf b harus dilakukan sebelum janin
berusia 40 hari.
3. Aborsi haram hukumnya dilakukan pada kehamilan yang terjadi akibat zina.
Fatwa tersebut berdasarkan pada dalil-dalil:
1) Al-Qur’an,
2) Hadits,
3) Kaidah Fiqih dan
4) berbagai pendapat Ulama sebagai berikut:
 Firman Allah SWT:
a. Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu: janganlah
kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapak, dan
janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rezki
kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji,
baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa
yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar”.
Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahami (nya). (QS.
al-An`am[6]: 151).

b. ”Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan
memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa
besar.” (QS. al-Isra`[17]: 31).

c. ”Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas
bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan
kata-kata yang baik. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan
mereka. Dan orang-orang yang berkata: ”Ya, Tuhan kami, jauhkan azab Jahanam dari kami,
sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal”. Sesungguhnya Jahanam itu seburuk-
buruk tempat menetap dan tempat kediaman.Dan orang-orang yang apabila membelanjakan
(harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di
tengah-tengah antara yang demikian. Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain
beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan
(alas an) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia
mendapat (pembalasan) dosa (nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat
dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertaubat,
beriman dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan.
Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.Dan orang yang bertaubat dan
mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang
sebenar-benarnya.” (QS. al-Furqan[25]: 63-71).
d. “Hai Manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah)
sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari
segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak
sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami
kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi,
kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu
ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun,
supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat
bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan
suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.” (QS. al-Hajj[22]: 5)

e. “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
Kami bungkus dengan daging, Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka
Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (QS. al-Mu`minun[23]: 12-14)

 Hadits nabi saw:


a. ”Seseorang dari kamu ditempatkan penciptaannya di dalam perut ibunya dalam selama empat
puluh hari, kemudian menjadi `alaqah selama itu pula (40 hari), kemudian menjadi mudhghah
selama itu pula (40 hari); kemudian Allah mengutus seorang malaikat lalu diperintahkan empat
kalimat (hal), dan dikatakan kepadanya: Tulislah amal, rezki dan ajalnya, serta celaka atau
bahagia-(nya); kemudian ditiupkan ruh padanya.” (Hadits riwayat Imam al-Bukhari dari
`Abdullah).
Hadits di atas menunjukkan bahwa permulaan penciptaan janin dan penampakan anggota-
anggota tubuhnya, adalah setelah melewati 40 atau 42 malam.Dengan demikian, penganiayaan
terhadapnya adalah suatu penganiayaan terhadap janin yang sudah mempunyai tanda-tanda
sebagai manusia yang terpelihara darahnya (ma'shumud dam).Tindakan penganiayaan tersebut
merupakan pembunuhan terhadapnya. Berdasarkan uraian di atas, maka pihak ibu si janin,
bapaknya, ataupun dokter, diharamkan menggugurkan kandungan
ibu tersebut bila kandungannya telah berumur 40 hari.
Siapa saja dari mereka yang melakukan pengguguran kandungan, berarti telah berbuat dosa
dan telah melakukan tindak kriminal yang mewajibkan pembayaran diyat bagi janin yang gugur,
yaitu seorang budak laki-laki atau perempuan,atau sepersepuluh diyat manusia sempurna (10 ekor
onta), sebagaimana telah diterangkan dalam hadits shahih dalam masalah tersebut.

b. ”Dua orang perempuan suku huzail berkelahi. Lalu satu dari keduanya melemparkan batu kepada
yang lain hingga membunuhnya dan (membunuh pula) kandungannya. Kemudian mereka
melaporkan kepada Rasulullah.Maka, beliau memutuskan bahwa diat untuk (membunuh) janinnya
adalah (memberikan) seorang budak laki-laki atau perempuan.” (Hadits muttafaq `alaih –riwayat
Imam al-Bukhari dan Muslim- dari Abu Hurairah; lihat `Abdullah bin `Abdur Rahman al-Bassam,
Tawdhih al-Ahkam min Bulugh al-Maram, [Lubnan: Mu`assasah al-Khidamat al-Thiba`iyyah,
1994], juz V, h.185):
c. ”Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh pula membahayakan orang lain.” (Hadits
riwayat Ibnu Majah dari `Ubadah bin al-Shamit, Ahmad dari Ibn `Abbas, dan Malik dari Yahya).

 Kaidah Fiqih :
a. ”Menghindarkan kerusakan (hal-hal negatif) diutamakan dari pada mendatangkan kemaslahatan.”
b. ”Keadaan darurat membolehkan hal-hal yang dilarang (diharamkan).”
c. ”Hajat terkadang dapat menduduki keadaan darurat.”

 Pendapat Para Ulama


Selain itu pendapat para ulama juga menjadi pertimbangan dikeluarkannya ketentuan hukum
tentang aborsi yaitu:
1) Imam al-Ghazali dari kalangan mazhab Syafi`i dalam Ihya` `Ulum al-Din, tahqiq Sayyid `Imrab
(al-Qahirah: Dar al-Hadits, 2004), juz II, hal.67 : jika nutfah (sperma) telah bercampur (ikhtilah)
dengan ovum di dalam rahim dan siap menerima kehidupan (isti`dad li-qabul al-hayah), maka
merusaknya dipandang sebagai tindak pidana (jinayah).

2) Ulama Al-Azhar dalam Bayan li-an-Nas min al-Azhar asy-Syarif (t.t.: Mathba`ah al-Mushhaf al-
Syarif, t.th.), juz II, h. 256 :
Jika aborsi dilakukan sebelum nafkhi ar-ruh, maka tentang hukumnya terdapat empat pendapat
fuqaha`. Pertama, boleh (mubah) secara mutlak, tanpa harus ada alasan medis (`uzur); ini menurut
ulama Zaidiyah, sekelompok ulama Hanafi –walaupun sebagian mereka membatasi dengan
keharusan adanya alasan medis, sebagian ulama Syafi`i, serta sejumlah ulama Maliki dan
Hanbali.Kedua, mubah karena adala alasan medis (`uzur) dan makruh jika tanpa `uzur; ini menurut
ulama Hanafi dan sekelompok ulama Syafi`i. Ketiga, makruh secara mutlak; dan ini menurut
sebagian ulama Maliki. Keempat, haram; ini menurut pendapat mu`tamad (yang dipedomani) oleh
ulama Maliki dan sejalan dengan mazhab Zahiri yang mengharamkan `azl (coitus interruptus); hal
itu disebabkan telah adanya kehidupan pada janin yang memungkinkannya tumbuh berkembang.

Jika aborsi dilakukan setelah nafkhi ar-ruh pada janin, maka semua pendapat fuqaha` menunjukkan
bahwa aborsi hukumnya dilarang (haram) jika tidak terdapat `uzur; perbuatan itu diancam dengan
sanksi pidana manakala janin keluar dalam keadaan mati; dan sanksi tersebut oleh fuqaha` disebut
dengan ghurrah.

3) Syeikh `Athiyyah Shaqr (Ketua Komisi Fatwa Al-Azhar) dalam Ahsan al-Kalam fi al-Taqwa, (al-
Qahirah: Dar al-Ghad al-`Arabi, t.th.), juz IV, h. 483:

Jika kehamilan (kandungan) itu akibat zina, dan ulama mazhab Syafi`i membolehkan untuk
menggugurkannya, maka menurutku, kebolehan itu berlaku pada (kehamilan akibat) perzinaan
yang terpaksa (perkosaan) di mana (si wanita) merasakan penyesalan dan kepedihan
hati.Sedangkan dalam kondisi di mana (si wanita atau masyarakat) telah meremehkan harga diri
dan tidak (lagi) malu melakukan hubungan seksual yang haram (zina), maka saya berpendapat
bahwa aborsi (terhadap kandungan akibat zina) tersebut tidak boleh (haram), karena hal itu dapat
mendorong terjadinya kerusakan (perzinaan).
Selain daripada itu, dalam menyikapi janin hasil perzinahan sekalipun, Nabi Muhammad SAW
tidak pernah menganjurkan kepada perempuan dari suku al-Ghamidiyah yang melakukan
perzinahan untuk mengaborsi kandungannya.Bahkan dalam kasus hamil di luar nikah ini, Nabi
justru menangguhkan pengabulan permintaannya untuk disucikan dengan hukuman rajam sampai
melahirkan yang diteruskan sampai berakhirnya masa menyusui bayi, demi keberlangsungan
hidup janin dan menjunjung tinggi kehidupan.
Jika nutfah (gumpalan darah) telah lewat empat puluh dua malam, maka Allah mengutus
seorang malaikat padanya, lalu dia membentuk nutfah tersebut; dia membuat pendengarannya,
penglihatannya, kulitnya, dagingnya, dan tulang belulangnya. Lalu malaikat itu bertanya (kepada
Allah),'Ya Tuhanku, apakah dia (akan Engkau tetapkan) menjadi lakilaki atau perempuan ?' Maka
Allah kemudian memberi keputusan...' (HR. Muslim dari Ibnu Masâ).
Namun demikian, dibolehkan melakukan aborsi baik pada tahap penciptaan janin, ataupun
setelah peniupan ruh padanya, jika dokter yang terpercaya menetapkan bahwa keberadaan janin
dalam perut ibu akan mengakibatkan kematian ibu dan janinnya sekaligus. Dalam kondisi seperti
ini, dibolehkan melakukan aborsi dan mengupayakan penyelamatan kehidupan jiwa ibu.
Menyelamatkan kehidupan adalah sesuatu yang diserukan oleh ajaran Islam, sesuai firman
Allah SWT: “Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia
telah memelihara kehidupan manusiasemuanya” (TQS Al Maidah : 32)
Di samping itu aborsi dalam kondisi seperti ini termasuk pula upaya pengobatan.Sedangkan
Rasulullah SAW telah memerintahkan umatnya untuk berobat.Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla setiap kali menciptakan penyakit, Dia ciptakan pula
obatnya.Maka berobatlah kalian!” (HR. Ahmad)
Kaidah fiqih dalam masalah ini menyebutkan:
“Idza taaradha mafsadatani ruiya azhamuha dhararan birtikabi akhaffihima” (Jika berkumpul dua
madharat (bahaya) dalam satu hukum, maka dipilih yang lebih ringan madharatnya)” (Abdul
Hamid Hakim, 1927, Mabadi` Awaliyah fi Ushul Al Fiqh wa Al Qawaid Al Fiqhiyah, halaman
35).
Berdasarkan kaidah ini, seorang wanita dibolehkan menggugurkan kandungannya jika
keberadaan kandungan itu akan mengancam hidupnya, meskipun ini berarti membunuh janinnya.
Memangmengggugurkan kandungan adalah suatu mafsadat. Begitu pula hilangnya nyawa sang
ibu jika tetap mempertahankan kandungannya juga suatu mafsadat. Namun tak syak lagi bahwa
‘menggugurkan kandungan janin itu lebih ringan madharatnya daripada menghilangkan nyawa
ibunya, atau membiarkan kehidupan ibunya terancam dengan keberadaan janin tersebut’
(Abdurrahman AlBaghdadi, 1998).
Pendapat yang menyatakan bahwa aborsi diharamkan sejak pertemuan sel telur dengan sel
sperma dengan alas an karena sudah ada kehidupan pada kandungan, adalah pendapat yang tidak
kuat.
Sebab kehidupan sebenarnya tidak hanya wujud setelah pertemuan sel telur dengan sel sperma,
tetapi bahkan dalam sel sperma itu sendiri sudah adakehidupan, begitu pula dalam sel telur, meski
kedua sel itu belum bertemu.Kehidupan (al hayah) menurut Ghanim Abduh dalam kitabnya Naqdh
Al Isytirakiyah Al Marksiyah (1963) halaman 85 adalah sesuatu yang ada pada organisme hidup.
(asy syai` al qa`im fi al ka`in al hayyi).
Ciri-ciri adanya kehidupan adalah adanya pertumbuhan, gerak, iritabilita,membutuhkan
nutrisi, perkembangbiakan, dan sebagainya. Dengan pengertian kehidupan ini, maka dalam sel
telur dan sel sperma (yang masih baik, belum rusak) sebenarnya sudah terdapat kehidupan, sebab
jika dalam sel sperma dan sel telur tidak ada kehidupan, niscaya tidak akan dapat terjadi
pembuahan sel telur oleh sel sperma. Jadi, kehidupan (alhayah) sebenarnya terdapat dalam sel telur
dan sel sperma sebelum terjadinya pembuahan, bukan hanya ada setelah pembuahan.
Agama Islam memberi aturan bagi umat muslim dalam rangka kehidupan dan peradaban yang
lebih baik. Tak terkecuali dalam hal pengguguran kandungan yang disengaja atau
aborsi.Hukum aborsi menurut Islam jelas keharamannya karena janin bayi yang berada dalam
rahim seorang ibu telah mempunyai nyawa. Penghilangan terhadap nyawa seseorang adalah
pembunuhan
Allah swt berfirman:
Janganlah kalian membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah, kecuali dengan cara yang
haq. (QS. al-An‘am [6]: 151)Bahkan, syariat Islam menetapkan penundaan terhadap pelaksanaan
hukuman qishash pada wanitahamil untukmenjaga janinnya.Hal ini berdasarkan pada kisah
terkenal seorang wanita al-Ghamidiyah yang mendatangi Nabi sawuntuk meminta dihukum
qishash. Wanita tersebut tetap dihukum setelah melahirkan karena hukuman ini tidak boleh
dikenakan pada janin yang masih dikandungnya.
Dalam penetapan hukum pelarangan aborsi, terdapat sedikit perbedaan dari keempat mazhab
besar fiqih Islam, yaitu sebagai berikut:
1) Mazhab Hanafi berpendapat bahwa aborsi bisa dilakukan hanya bila membahayakan dan
mengancam keselamatan si ibu dan hanya dapat dilakukan sebelum masa empat bulan kehamilan.

2) Mazhab Maliki melarang aborsi apabila telah terjadi pembuahan.

3) Mazhab Syafii berpaham apabila setelah terjadinya fertilisasi zygote, tidak boleh diganggu.Jika
diganggu, dianggap sebagai kejahatan.

4) Mazhab Hambali berpendapat karena adanya pendarahan yang menimbulkan miskram, hal ini
menunjukkan bahwa aborsi adalah dosa.

Dari pandangan mazhab mana pun, jelas menyatakan bahwa aborsi dalam pandangan
agama Islam tidak diperkenankan dan merupakan dosa besar karena dianggap membunuh nyawa
manusia tidak bersalah.Pelakunya bisa diminta pertanggungjawaban atas tindakannya itu.

Anda mungkin juga menyukai