Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH KOMPOSISI CAMPURAN TEPUNG TULANG IKAN PATIN (Pangasius

pangasius) DAN PELET TERHADAP PERTUMBUHAN


DAN KADAR PROTEIN IKAN LELE (Clarias sp.)

Agus Tri Susanto, Trianik Widyaningrum

ABSTRAK

P
enelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi campuran tepung tulang
ikan patin dan pelet terhadap pertumbuhan dan kadar protein lele, untuk mengetahui
komposisi campuran tepung tulang ikan patin dan pelet yang paling berpengaruh ter-
hadap pertumbuhan dan kadar protein lele. Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperi-
men yang menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari satu faktor yaitu
komposisi tepung tulang ikan patin dan pelet dengan komposisi 0% : 100%, 10% : 90%, 20% :
80%, 30% : 70%, 40% : 60% dengan pemberian makan sebanyak 5 % dari berat badan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi campuran tepung tulang ikan patin ber-
pengaruh terhadap pertumbuhan dan kadar protein lele, komposisi pemberian tepung tulang
ikan patin dan pelet dengan perbandingan 40% : 60% merupakan komposisi yang paling ber-
pengaruh terhadap pertambahan berat, panjang dan kadar protein lele. Hasil penelitian ini di-
harapkan dapat digunakan sebagai sumber belajar siswa SMA Kelas XII pada materi pembela-
jaran pertumbuhan pada hewan.

Kata Kunci : Tulang ikan patin (Pangasius pangasius), Lele (Clarias sp), Pertumbuhan, Kadar
protein, Sumber belajar.

JURNAL BIOEDUKATIKA VOL. 1 NO. 1 JULI 2013 HAL. 1 - 96 85


PENDAHULUAN menengah ke atas, karena ikan lele mempu-
nyai daging yang lezat, harganya relatif mu-
Pada industri pengolahan ikan maupun rah dan mempunyai kandungan protein yang
pemanfaatan ikan oleh rumah tangga, bagian tinggi.
dari ikan yang dibuang dan menjadi limbah Untuk menyediakan pakan dalam
adalah kepala, ekor, sirip, tulang dan jeroan jumlah yang cukup dan seimbang perlu dise-
dengan menghasilkan ikan yang telah di- diakan pakan buatan. Pakan buatan adalah
siangi rata-rata sebesar 65% (Irawan, 1995) pakan yang diramu dari beberapa macam
(Mulia, 2004). Limbah yang berasal dari bahan kemudian diolah menjadi bentuk khu-
usaha industri perikanan maupun pengolah- sus sebagai mana dikehendaki (Mudjiman,
an rumah tangga cukup besar, salah satunya 2011). Pelet adalah salah satu jenis makanan
adalah tulang ikan. Limbah perikanan yang terbaik untuk ikan karena banyak mengand-
berasal dari tulang ikan patin sebagai salah ung gizi dan protein. Pelet pada saat ini telah
satu contoh masih belum diolah dan diman- banyak beredar dan mudah didapatkan, akan
faatkan secara maksimal. tetapi bahan utama untuk pembuatan pelet
Pemanfatan tulang ikan patin sebagai sangat mahal maka diperlukan alternatif ba-
pakan alternatif, merupakan salah satu cara han tambahan lain yang murah dengan kan-
yang baik dalam mengatasi limbah pengola- dungan protein yang cukup tinggi (Agus,
han hasil perikanan. Limbah tersebut dapat 2003).
dimanfaatkan untuk sumber pakan bagi ikan, Bahan tambahan tersebut dapat beru-
antara lain dapat digunakan untuk ikan lele, pa tepung tulang ikan patin. Diharapkan ba-
terutama untuk meningkatkan kadar protein- han tambahan tersebut dapat meningkatkan
nya. pertumbuhan ikan lele, karena ikan patin
Ikan lele tergolong ikan omnivor yang memiliki kandungan protein yang cukup
mampu menerima pakan komersial dengan tinggi dan kolesterol yang rendah. Kandun-
baik. Ikan ini mampu bertahan hidup di gan tulang ikan patin antara lain air 6,53%,
perairan yang airnya mengandung sedikit abu 56,38%, protein 22,23%, lemak 2,73%,
oksigen. Ikan lele juga relatif tahan terha- kalsium 264,53 (mg/g b), serta fosfor 88,38
dap pencemaran bahan-bahan organik se- (mg/g b) (Kaya, 2008).
hingga ikan ini mampu hidup di comberan Penelitian ini bertujuan untuk menge-
yang airnya kotor (Suyanto, 2011). Ikan lele tahui pengaruh komposisi campuran tepung
banyak digemari oleh masyarakat luas, baik tulang ikan patin dan pelet terhadap pertum-
dari kalangan menengah ke bawah maupun buhan dan kadar protein lele, untuk mengeta-

86 JURNAL BIOEDUKATIKA VOL. 1 NO. 1 JULI 2013 HAL. 1 - 96


hui komposisi campuran tepung tulang ikan lama 30 menit. Kemudian menggunakan
patin dan pelet yang paling berpengaruh ter- Metode kering (pengovenan) pada suhu
hadap pertumbuhan dan kadar protein. 105°C selama 12 jam. Lalu tulang ikan pa-
tin dilakukan penggilingan kasar. Setelah di-
METODE giling lalu di oven pada suhu 70 °C selama
Jenis Penelitian 2 jam. Setelah itu dilakukan penggilingan
Jenis penelitian ini merupakan peneli- sampai halus kemudian diayak dan menjadi
tian eksperimen yaitu dengan memberi per- tepung tulang ikan patin
lakuan campuran pelet dan tepung tulang
ikan patin dengan komposisi masing-mas- Pemberian Pakan.
ing (100%:0%), (90%:10%), (80%:20%), Pakan diberikan untuk lele terdiri dari
(70%:30%), dan (60%:40%). pakan tepung tulang ikan patin dan pakan
standar (pelet). Pemberian pakan ikan sebay-
Cara Kerja ak 5 % dari berat total badan ikan. Pemberian
Identifikasi ikan lele (Clarias sp.) di- pakan ikan dilakukan tiga kali sehari yaitu
lakukan di Laboratorium Hidrologi jurusan pagi (jam 06.00), siang (jam 12.00), dan sore
Perikanan Fakultas Pertanian Universitas hari (jam 18.00) (Mudjiman, 2011).
Gadjah Mada Yogyakarta.
Pengukuran Pertumbuhan Ikan.
Aklimatisasi. Pengukuran pertumbuhan ikan dilaku-
Sebelum diujikan ke dalam ember kan dengan cara mengukur panjang dan be-
penelitian ikan lele dipilih sebayak 40 ekor rat tubuh ikan lele dilakukan 1 minggu sekali
yang berumur 1,5 bulan dan dalam keadaan hingga minggu ke 6 yaitu dengan menggu-
sehat, kemudian dipelihara dalam bak akli- nakan rumus sebagai berikut :
masi selama 1 minggu dengan memberikan Rerata pertumbuhan panjang ikan
pakan berupa makanan pokok pelet seban- P = Lt - Lo
yak 5% dari berat total dan diberikan 3 kali Keterangan: P = Pertambahan pan-
sehari (Mudjiman, 2011). jang ikan (cm). Lt = Panjang rata-rata ikan
pada akhir (cm). Lo = Panjang rata-rata ikan
Proses Pengolahan Tepung Tulang Ikan pada awal (cm)
Patin. Rerata pertambahan berat ikan
Tulang ikan patin dicuci dengan air B = Wt – Wo
bersih. Lalu direbus pada suhu 100 °C se- Keterangan: B = Pertambahan berat

JURNAL BIOEDUKATIKA VOL. 1 NO. 1 JULI 2013 HAL. 1 - 96 87


(gram). Wt = Berat rata – rata ikan akhir Rancangan penelitian menggunakan
pada tiap minggu (gram). Wo= Berat rata RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan
– rata ikan awal pada tiap minggu (gram) satu factor. Masing-masing perlakuan di-
Derajat kelangsungan hidup ulang sebanyak 5 kali ulangan. Untuk men-
S = Nt x 100% getahui pengaruh komposisi tepung tulang
No
ikan patin dan pelet terhadap pertumbuhan
Keterangan: S = Derajat kelangsun-
dan kadar protein ikan lele, maka data yang
gan hidup (%). No = Jumlah ikan diawal
diukur meliputi pertambahan panjang, be-
penelitian. Nt = Jumlah ikan diakhir peneli-
rat dan kadar protein ikan lele diuji dengan
tian (Effendi, 2002).
analisis regresi. Untuk mengetahui perbe-
daan antara perlakuan dilakukan uji Anava
Perhitungan Kadar Protein Lele Secara
dan apabila terdapat berbeda dilanjutkan
Kuantitatif.
dengan uji BNT 5%.
Perhitungan kadar protein ikan lele
dilakukan di Laboratorium Ilmu Makanan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ikan Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian
UGM Yogyakarta. Dilakukan perhitungan Hasil Identifikasi Ikan Lele (Clarias sp.).
kadar protein ikan lele setelah mendapat Klasifikasi :
perlakuan. Menurut Buwono (2004), dalam
Kingdom : Animalia
menentukan kadar protein dilakukan perhi-
Phylum : Chordata
tungan dengan menggunakan metode semi- Class : Pisces
Ordo : Ostariophysi
mikro sebagai berikut:
Subordo : Siluroidea
(( B - S) × N × 14,007 × 100)
%N= (g sampel ×1000) Family : Clariidae
Genus : Clarias
Keterangan : Spesies : Clarias sp. (Saanin, 1986)

%N = Kadar N total dalam sampel.


B = Titrasi NaOH blangko.
S = Titrasi NaOH sampel.
N = Normalitas NaOH.
g = Gram sampel.
14,007 = Masa atom (Buwono, 2004).

Rancangan Penelitian dan Analisis


Data.

88 JURNAL BIOEDUKATIKA VOL. 1 NO. 1 JULI 2013 HAL. 1 - 96


Rerata
Jenis Minggu Ke -
(gram)
Perlakuan
1 2 3 4 5 6
K 4,8 5 5,8 1.55 6,2 6,6 5,76
A 5,2 6,4 6,4 6,6 6,8 7 6,4
B 5,6 6,6 7 7 8,2 8,6 7,16
C 6,2 7,4 7,4 7,8 8,4 9,6 7,8
D 7,2 7,4 8,4 8,8 9,6 11 8,73
Rerata Pertambahan Berat Ikan lele (Clarias sp.).
Tabel 1. Rerata pertambahan Berat Ikan Lele (Clarias sp.) selama enam minggu.
Rerata pertambahan berat ikan lele ter- Dari hasil perhitungan analisis varian
besar adalah pada perlakuan D (komposisi (ANAVA), pada taraf signifikan 5% nilai F
pelet : tepung tulang ikan patin dengan per- hitung (25,693) lebih besar F tabel (2,67) hal
bandingan 60 % : 40 %) yaitu 8,73 gram. ini berarti kelima perlakuan tersebut mem-
Sedangkan rerata pertambahan berat badan punyai perbedaan yang signifikan antara
ikan lele terkecil adalah pada perlakuan kon- perlakuan terhadap pertambahan berat ikan
trol (komposisi pelet : tepung tulang ikan pa- lele.
tin dengan perbandingan 100 % : 0 % ) yaitu Berdasarkan hasil uji BNT pada taraf
5,76 gram. 5% terlihat bahwa berat ikan lele pada per-
Dari hasil perhitungan regresi nilai lakuan A (90% pelet dan tepung tulang ikan
garis regresinya adalah Y = 5,300 + 0,073x patin 10%) tidak berbeda nyata dengan kon-
dengan r = 0,725 hal tersebut berarti dengan trol (100% pelet dan tepung tulang ikan patin
perlakuan pemberian komposisi pelet 0%) sedangkan perlakuan B (80% pelet dan
dan tepung tulang ikan patin memberikan tepung tulang ikan patin 20%), perlakuan
pengaruh positif terhadap pertambahan be- C (70% pelet dan tepung tulang ikan patin
rat ikan lele. 30%), perlakuan D (60% pelet dan tepung
tulang ikan patin 40%) berbeda nyata.
Rerata Pertambahan Panjang Ikan Lele (Clarias sp.).
Rerata
Jenis Minggu Ke -
(gram)
Perlakuan
1 2 3 4 5 6
K 0,72 1,48 1,18 1,22 0,88 0,76 1,04
A 0,98 2,38 1,08 0,96 0,84 1,06 1,21
B 0,92 2,24 1,84 1,24 1,08 1,4 1,39
C 1,28 2,34 1,88 1,22 1,14 1,47 1,55
D 1,62 2,72 2,08 1,9 1,24 1,58 1,85
Tabel 2. Rerata Pertambahan Panjang Ikan Lele (Clarias sp.) selama 6 minggu.

JURNAL BIOEDUKATIKA VOL. 1 NO. 1 JULI 2013 HAL. 1 - 96 89


Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa re- Hasil Rerata Kadar Protein Ikan Lele
rata pertambahan panjang ikan lele terbesar (Clarias sp.)
Perlakuan Kadar protein Lele ( % ) Rerata ka-
adalah pada perlakuan D (komposisi pelet :
Ulangan dar protein
tepung tulang ikan patin dengan perbandin- (% )
1 2
gan 60 % : 40 %) yaitu 1,85 cm dan rerata K 15,074 14,756 14,92
A 15,432 14,973 15,20
pertambahan panjang ikan terkecil pada per-
B 16,494 15,874 16,18
lakuan kontrol (komposisi pelet : tepung tu- C 17,964 18,701 18,33
lang ikan patin dengan perbandingan 100 % D 20,364 19,912 20,14
: 0 %) sebesar 1,04 cm selama 6 minggu. Tabel 3. Rerata Jumlah Kumulatif Kadar
Dari hasil perhitungan regresi nilai Protein ikan lele (Clarias sp.)
garis regresinya adalah Y = 0,500 + 0,022x
dengan r = 0,687 hal tersebut berarti dengan Berdasarkan Tabel 3 rerata jumlah ku-
perlakuan pemberian komposisi pelet dan mulatif kadar protein lele pada minggu ke-
tepung tulang ikan patin memberikan pen- 6, pada berbagai komposisi pemberian te-
garuh positif terhadap pertumbuhan panjang pung tulang ikan patin menunjukkan bahwa
ikan lele. semakin tinggi komposisi pemberian tepung
Berdasarkan hasil perhitungan analisis tulang ikan patin maka rerata jumlah kumu-
varian (ANAVA), pada taraf signifikan 5% latif kadar protein lele semakin besar.
nilai F hitung (127,777) lebih besar F tabel Dari Tabel 3 terlihat bahwa perlakuan
(2,67) hal ini berarti kelima perlakuan terse- D dengan komposisi pemberian pakan pelet
but mempunyai perbedaan yang signifikan : tepung tulang ikan patin dengan perband-
antara perlakuan komposisi campuran pelet ingan 60% : 40% menunjukkan kadar pro-
dan tepung tulang ikan patin terhadap rerata tein tertinggi yaitu 20,14%. Sedangkan pada
terhadap pertambahan panjang ikan lele. kontrol menunjukkan kadar protein terkecil
Berdasarkan hasil uji BNT pada taraf 5% yaitu 14,92%.
bahwa panjang ikan lele semua perlakuan Dari hasil perhitungan regresi kompo-
(penambahan tepung tulang ikan patin den- sisi pemberian tepung tulang ikan patin ter-
gan komposisi berbeda) menghasilkan pan- hadap rerata jumlah kadar protein lele pada
jang lele yang berbeda nyata. minggu ke-6, diperoleh persamaan garis re-
gresi Y = 14,236 + 0.146x. dan r hitung =
0,869.
Berdasarkan hasil perhitungan analisis
varian (ANAVA), pada taraf

90 JURNAL BIOEDUKATIKA VOL. 1 NO. 1 JULI 2013 HAL. 1 - 96


Signifikan 5% nilai F hitung (68,770) tian. Kematian ikan lele dapat terjadi karena
lebih besar F tabel (5,19). Hal ini berarti per- stres dalam lingkungan barunya.
lakuan tersebut mempunyai perbedaan yang
signifikan antara perlakuan (komposisi pak- Pertumbuhan Dan Kadar Protein Ikan
an pelet dan tepung tulang ikan patin) terha- Lele (Clarias sp.)
dap jumlah kumulatif kadar protein ikan lele Uji pendahuluan dilaksanakan selama
(Clarias sp.). satu minggu, uji pendahuluan ini dilakukan
Berdasarkan uji BNT 5% pada per- yaitu dengan pemberian campuran tepung
lakuan A (90% pelet dan tepung tulang ikan tulang ikan patin dan pelet sebagai pakan
patin 10%) tidak berbeda nyata dengan kon- dengan komposisi yang berbeda – beda un-
trol (100% pelet dan tepung tulang ikan patin tuk dapat menentukan takaran pakan yang
0%) sedangkan perlakuan B (80% pelet dan pas untuk Lele pada uji sesungguhnya. Ber-
tepung tulang ikan patin 20%), perlakuan dasarkan uji pendahuluan dapat ditetapkan
C (70% pelet dan tepung tulang ikan patin komposisi campuran tepung tulang ikan patin
30%), perlakuan D (60% pelet dan tepung dan pelet yaitu kontrol tanpa pemberian te-
tulang ikan patin 40%) berbeda nyata. pung tulang ikan patin, perlakuan A (10:90),
perlakuan B (20:80), perlakuan C (30:70)
Pembahasan dan perlakuan D (40:60). Pemberian pakan
Aklimasi dalam dilakukan sebanyak 3 kali sehari yaitu
Sebelum ikan lele diujikan ke dalam pagi (jam 6.00), siang (jam 12.00) dan sore
bak penelitian terlebih dahulu ikan lele diak- hari (jam 18.00) (Mudjiman, 2011).
limasi. Tujuan aklimasi ini untuk mengeta- Pertumbuhan dapat dirumuskan seb-
hui kemampuan mempertahankan hidupnya agai pertambahan ukuran panjang atau be-
(survival rate) dan mengadaptasikan hewan rat pada periode waktu tertentu (Effendi,
uji ke dalam tempat penelitian. Dari 40 ekor 2002). Pertumbuhan merupakan parameter
ikan lele yang diaklimasi, ada 6 ekor ikan yang mempunyai nilai ekonomi yang cu-
lele yang mengalami kematian. Hal terse- kup penting dalam budidaya ikan. Parameter
but berarti bahwa aklimasi menunjukkan pertumbuhan yang biasa diukur adalah berat
kemampuan bertahan 85% untuk semua dan panjang badan ikan (Sutisna dan Ratno,
perlakuan. Hal ini disebabkan karena ikan 2010).
lele berada pada lingkungan yang baru yang Pada Tabel 1 dan Tabel 2 dapat terlihat
semula berada pada lingkungan kolam ke- bahwa pertambahan berat badan dan panjang
mudian dipindahkan ke dalam bak peneli- badan ikan lele yang tertinggi adalah pada

JURNAL BIOEDUKATIKA VOL. 1 NO. 1 JULI 2013 HAL. 1 - 96 91


perlakuan D (komposisi dengan perbandin- tuk pertumbuhan ikan lele diperlukan kadar
gan pakan pelet : tepung tulang ikan patin protein yang tinggi seperti yang terdapat
dengan perbandingan 60 % : 40 %) dengan pada tulang ikan patin yaitu sebesar 22,23%
rerata berat badan sebesar 8,73 gram dan gram pada setiap 100 gram, sedangkan pada
panjang badan 1,85 cm hal tersebut dise- pelet hanya 2 gram dalam setiap 100 gram
babkan karena pada perlakuan D (komposisi (Widodo, 2000).
dengan perbandingan pakan pelet : tepung Dari hasil uji kadar protein (Tabel 3)
tulang ikan patin dengan perbandingan 60 terlihat bahwa jumlah kumulatif rerata ka-
% : 40 %) kandungan zat gizi yang terdapat dar protein lele paling banyak terdapat pada
pada pelet dan campuran tepung tulang ikan perlakuan D (yaitu komposisi pemberian te-
patin lebih banyak dibandingkan dengan per- pung tulang ikan patin dengan perbandingan
lakuan yang lain. Maka selera makan ikan 60% : 40%) yaitu 20,14%, hal ini disebabkan
menjadi cukup tinggi dan menyebabkan be- karena pemberian komposisi tepung tulang
rat badan dan panjang ikan bertambah. ikan patin lebih banyak dibandingkan den-
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan gan kontrol dan yang terendah pada kontrol
Sutisna dan Ratno (2010) yaitu pada umum- (lele yang hanya diberi pelet yaitu 14,46%),
nya, pertumbuhan erat hubungannya dengan hal ini disebabkan karena kandungan zat gizi
efisiensi konversi pakan. Pemberian pakan yang terdapat pada pelet yang berperan seb-
dalam penelitian ini dilakukan sebanyak 3 agai kontrol masih belum mencukupi untuk
kali sehari yaitu pagi (jam 6.00), siang (jam pertumbuhan karena pada pelet zat penyu-
12.00) dan sore hari (jam 18.00) (Mudjiman, sun utamanya yaitu karbohidrat dan lemak
2011). (Widodo, 2000) sehingga lele yang hanya
Pertambahan panjang dan berat badan diberi pelet saja memiliki kadar protein ter-
Clarias sp yang terendah yaitu pada kontrol kecil dibandingkan dengan lele pada kelom-
(lele yang diberi pakan dengan pakan pelet pok perlakuan.
: tepung tulang ikan patin dengan perband- Menurut Kaya (2008), kandungan
ingan 100 % : 0 %) yaitu rerata panjang protein tulang ikan patin mencapai 22,22%
1,04 cm dan rerata berat 5,76 gram hal ini dan selain protein dalam tepung tulang ikan
disebabkan karena kandungan zat gizi yang patin juga mengandung fosfor yang tinggi.
terdapat pada pelet yang berperan sebagai Menurut Poedjiadi (2006) fosfor merupakan
kontrol masih belum mencukupi untuk per- salah satu unsur penyusun protein selain
tumbuhan karena pada pelet zat penyusun karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, dan
utamanya yaitu karbohidrat dan lemak. Un- sulfur. Tingginya kandungan fosfor yang

92 JURNAL BIOEDUKATIKA VOL. 1 NO. 1 JULI 2013 HAL. 1 - 96


terdapat pada tulang ikan patin sebagai pe- 3. Kegiatan penutup
nyusun komponen protein dapat memacu Dalam proses kegiatan belajar men-
pertumbuhan. Sehingga kandungan protein gajar guru sebelumnya membuat persiapan
dalam komposisi campuran pelet dan tepung mengajar, berikut ini merupakan salah satu
tulang ikan patin tinggi. bentuk persiapan guru dalam mengajar yaitu
silabus, RPP (Rencana Pelaksanaan Pembe-
Implementasi Hasil Penelitian Sebagai lajaran), serta media pembelajaran berupa
Sumber Belajar di SMA Power Point.
Hasil penelitian ini dapat digunakan
guru biologi sebagai sumber belajar siswa KESIMPULAN DAN SARAN
SMA dengan cara mengimplementasikan ha- Dari penelitian ini dapat disimpulkan
sil penelitian yang berupa data dan gambar bahwa Pemberian komposisi campuran te-
(foto) ke dalam media pembelajaran berupa pung tulang ikan patin (Pangasius pangas-
power point serta didesain sedemikian men- ius) dan pelet berpengaruh terhadap pertum-
arik agar para siswa tertarik untuk mengikuti buhan dan kadar protein ikan lele (Clarias
proses KBM. sp.). Komposisi pemberian pelet dan tepung
Materi pembelajaran tersebut selanjut- tulang ikan patin yang paling berpengaruh
nya disampaikan oleh guru dengan memilih terhadap pertumbuhan dan kadar protein lele
strategi pembelajaran. Di dalam memilih (Clarias sp.) adalah pada perlakuan D yaitu
strategi pembelajaran digunakan pendeka- perbandingan pelet dan tepung tulang ikan
tan, ada pun pendekatan yang digunakan patin dengan komposisi 60 % : 40 % sebesar
adalah pendekatan deduktif dan pendekatan 20,14 %.
dengan ketrampilan proses. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
Pendekatan tersebut dapat dilakukan tentang keefektifan tulang ikan patin sebagai
oleh guru pada saat proses pembelajaran ber- pakan tambahan terhadap ikan jenis lain-
langsung yaitu guru melaksanakan metode nya. Informasi kepada masyarakat mengenai
pembelajaran ceramah, tanya jawab, dan campuran pelet dan tepung tulang ikan patin
diskusi. yang dapat mempercepat produksi budidaya
Langkah-langkah kegiatan belajar ikan lele. Perlu dilakukan penelitian lebih
mengajar yang dapat dilakukan adalah seb- lanjut untuk mengetahui kandungan cam-
agai berikut: puran tepung tulang ikan patin dan pelet.
1. Kegiatan Awal
2. Kegiatan Inti

JURNAL BIOEDUKATIKA VOL. 1 NO. 1 JULI 2013 HAL. 1 - 96 93


DAFTAR PUSTAKA Saanin, H. 1986. Taksonomi Dan Kunci Iden-
tifikasi Ikan I. Jakarta: Bina Cipita.
Agus, G. 2003. Ikan Mas. Jakarta: Agro Me-
dia Sutisna, Dedy Haryadi Dan Ratno, 2010.
Pembenihan Ikan Air Tawar. Yogya-
Buwono, Ibnu Dwi. 2004. Kebutuhan Asam karta: Kanisius.
Amino Esensial dalam Ransum Ikan.
Yogyakarta: Kanisius. Suyatno, S. Rachmatum. 2011. Budi Daya
Ikan Lele. Edisi Revisi. Jakarta: Pene-
Effendi, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Bo- bar Swadaya.
gor: Yayasan Dewi Sri.
Widodo, W. 2000. Kandungan proksimat
Kaya, Adrianus Orias Wiliam. 2008.” Pelet Ikan. Jurnal penelitian Andal
Pemanfaatn Tepung Tulang Ikan Patin
(Pangasius sp.) Sebagai Sumber Kal-
sium Dan Fosfor Dalam Pembuatan
Biscuit”. Jurnal Perikanan. Vol 7 No.
1.

Mulia. 2004. Kajian Potensi Limbah Tulang


Ikan Patin (Pangasius sp.) Sebagai
Alternatif Sumber Kalsium Dalam
Produk Mi Kering. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.

Mudjiman, A. 2011. Makanan Ikan edisi re-


visi. Jakarta: Penebar Swadaya.

Poedjiadi, anna dan Titin Supriyanti. 2006.


Dasar-Dasar Biokimia edisi revisi. Ja-
karta: UI-Press.

94 JURNAL BIOEDUKATIKA VOL. 1 NO. 1 JULI 2013 HAL. 1 - 96

Anda mungkin juga menyukai