Desain ………………………………………………………………………
3. Rencana Prosedur Untuk Pengujian Bahan Disusun……….. 9
4. Mutual Check Direncanakan Sesuai Gambar Kerja ………. 33
37
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Menyusun Rencana Mutu
Bahan Konstruksi Berdasarkan Detail Design Sesuai Spesifikasi 40
C. Sikap Kerja dalam Menyusun Rencana Mutu Bahan Konstruksi
Berdasarkan Detail Design Sesuai Spesifikasi ……………………. 40
BAB III MENGANALISIS KEBUTUHAN BAHAN BERDASARKAN
DETAIL DESAIN DAN SPESIFIKASI TEKNIK ……………….... 41
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Menganalisis Kebutuhan
Bahan Berdasarkan Detail Desain Dan Spesifikasi Teknik ….. 41
1. Gambar Kerja Yang Telah Disetujui Pemeri Kerja
Dianalisis……………………………………………………………………
41
2. Antara Gambar Dokumen Tender Dengan Spesifikasi
Teknik Dianalisis Kesesuaiannya……………………………………
3. Jenis Kebutuhan Bahan Dianalisis Sesuai Dengan Mutu 45
Konstruksi …………………………………………………………………
46
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Menganalisis Kebutuhan
Bahan Berdasarkan Detail Desain Dan Spesifikasi Teknik ……… 52
BAB I
PENDAHULUAN
A. TUJUAN UMUM
Setelah mempelajari modul ini peserta latih diharapkan mampu menyusun
rencana pengendalian mutu.
B. TUJUAN KHUSUS
Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi ini melalui buku informasi
memberi pengertian bagaimana menyusun rencana pengendalian mutu guna
memfasilitasi peserta latih sehingga pada akhir pelatihan diharapkan memiliki
kemampuan sebagai berikut:
1. Menyusun rencana mutu bahan konstruksi berdasarkan detail desain sesuai
spesifikasi
2. Menganalisis kebutuhan bahan berdasarkan detail desain dan spesifikasi
teknik
3. Melakukan perhitungan kebutuhan bahan untuk keperluan uji mutu di
laboratorium
4. Menyusun metode kerja, jadual (schedule) kerja, alat-alat dan SDM untuk
kebutuhan uji mutu
BAB II
Waktu yang Di
No. Kegiatan
perlukan (hari)
1. Tahap persiapan yaitu proses pemeriksaan bahan
utama pembentuk beton antara lain:
a. Kerikil
(SSD) , kandungan lumpur ˂ 1%
b. Pasir SSD,
1
kandungan lumpur ˂ 5%
c. Pemeriksaan
gradasi pasir, kerikil
d. Pemilihan
portland semen
2. Proses perencanaan campuran beton, antara lain:
a. Tentukan nilai factor air semen ( f a s ) bebas
b. Tentukan nilai slump
c. Tentukan ukuran maksimum kerikil
d. Jumlah semen = kadar air bebas/ f a s.
e. Jumlah semen minimum.
1
f. Persentase agregat halus
g. Berat volume beton.
h. Kadar agregat gabungan = Berat volume
beton –(jumlah semen +kadar air bebas )
i. Timbang bahan sesuai kompsisi yang sudah
ditetapkan.
3. Tahap ketiga yaitu proses pencampuran bahan 1
pembentuk beton.
a. Pekerjaan Tanah
Semua pekerjaan tanah tiap pekerjaan harus dilaksanakan menurut
ukuran dan ketinggian yang ditunjukkan dalam gambar.Yang dimaksud
dengan ” ketinggian tanah ” dalam spesifikasi adalah tinggi ” permukaan
tanah ” sesudah pembersihan lapangan dan sebelum pekerjaan tanah
dimulai.
1) Daerah Pengambilan Bahan (”Borrow Area”)
Bahan untuk timbunan yang diperlukan untuk pekerjaan harus
diambilkan dari daerah pengambilan bahan (” Borrow Area”) setelah
diuji untuk mengetahui kelayakannya.
Sebelum penggalian pada tanah tersebut, permukaannya harus
dikupas dari tanaman termasuk akar-akarnya.
2) Percobaan Pendahuluan Untuk Bahan Timbunan
Bahan-bahan yang diusulkan sebagai bahan timbunan harus diuji
menurut cara yang di syaratkan didalam Laboratorium yang disetujui
guna mendapatkan ketebalan lapisan yang ditimbun, sampai berapa
jauh pemadatannya serta kebutuhan air, siraman dalam
pemadatannya, demikian juga kelayakannya.
3) Pemadatan Khusus pada Timbunan
Timbunan dengan pemadatan khusus harus terdiri dari bahan-bahan
yang telah disetujui dihampar dalam tiap-tiap lapisan datar dan merata
tebal 0,20 – 0,25 m dengan kemiringan keluar, dan kemudian
dipadatkan sehingga tebal setelah padat menjadi lebih kurang 0,15 m.
Kandungan air dari tanah timbunan harus dijaga sedemikian dengan
cara pengeringan alami atau dengan pembasahan memakai alat
semprot. Untuk pemadatan harus menggunakan mesin giling, alat
e. Beton
1) Semen
Semen yang dipergunakan dalam pekerjaan harus Semen Portland
sesuai dengan merek yang disetujui dan memenuhi Standar Nasional
Indonesia, NI-8 atau standar lain nya sesuai spesifikasi teknik. Harus
menyertakan sertifikat pengujian dari pabrik untuk tiap-tiap
pengiriman.
2) Bahan Batuan
Bahan batuan untuk beton dan adukan harus memenuhi Standar
Nasional Indonesia NI-2 atau standar lainnya yang dipersyaratkan
dalam spesifikasi teknik pasir harus diambil dari sungai atau tambang
pasir penambahan bahan lain seperti pasir dari batu pecah akan di
ijinkan apabila pasir yang ada tidak memenuhi gardasinya. Kandungan
maximum terhadap lempung berat, bila diuji menurut ketentuan
standar uji.
Bahan bantuan (kerikil) harus memenuhi persyaratan bergradasi baik
dengan diameter maxsimum tergantung klas dari betonnya. Harus
membuat percobaan untuk contoh material secara rutin dan dengan
frekuiensi yang sebagaimana spesifikasi teknik.
3) Air
Air yang dipakai untuk membuat dan merawat beton untuk adukan
harus dari sumber yang memenuhi Standar Nasional Indonesia, NI-2
atau standar lainnya sesuai spesifikasi teknik.
Harus diadakan percobaan mengenai air yang di usulkannya untuk
sebelum melaksanakan pekerjaan beton.
4) Zat Tambahan
Beton dan adukan harus dibuat dari semen. pasir, kerikil dan air
seperti di tentukan. Dapat memakai zat penambah ( additives) atau cat
7) Perancah.
Tiang-tiang cetakan harus dipasang diatas papan kayu yang kokoh dan
harus mudah distel dengan baja. Tiang perancah boleh mempunyai
paling banyak satu sambungan yang tidak disokong kearah samping.
Bambu tidak boleh digunakan untuk tiang-tiang perancah. Stabilitas
perlu dipikirkan terutama terhadap berat sendiri beton serta beban-
beban lain yang timbul selama pengecoran seperti akibat getaran alat
penggetar, berat pekerja dll.
8) Pekerjaan Permukaan
Untuk penyelesaian prrmukaan beton dibedakan dua jenis,
sebagaimana diuraikan berikut:
a) Penyelesaian kasar.
penyelesaian kasar dari beton adalah penyelesaian yang dihasilkan
oleh cor yang menggunakan cetakan dari kayu yang digergaji baik
dan disambung-sambung dengan tajam dan siku siku.
b) Penyelesaian halus.
Penyelesaian halus adalah penyelesaian yang dihasilkan
pemakaiaan papan-papan kayu rata. plywood atau pelat untuk
acuan. Muka beton yang diacu dan diselesaikan dengan halus
bebas dari tanda tanda kayu, lekuk-lekuk dan Iain-lain.
Kecuali ditentukan lain maka penyelesaian halus harus dituntut
untuk oermukaan beton yang akan tetap kelihatan.
9) Kelas Beton
Kelas beton yang dipergunakan dalam pekerjaan dan batangan dari
bahan bahan pokok untuk tiap kelas, harus sesuai dengan Standar
Indonesia PBI 71. NI – 2 atau standar lain sesuai spesifikasi teknik.
Harus menentukan perbandingan bahan untuk beton sesuai dengan
kelasnya sampai mendapat persetujuan Direksi. Penentuan
perbandingan diatas harus sesuai dengan petunjuk Standar Nasional
Indonesia, PBI 71, NI-2 atau standar lain yang disyaratkan dalam
spesifikasi teknik.
10)Pengujian Beton
Pengujian beton harus dilaksanakan menurut prosedur yang digariskan
dalam Standar Nasi'onal Indonesia. NI-2. PBI 1971 atau standar lain
yang disyaratkan dalam spesifikasi teknik.
Selama pengecoran harus selalu melakukan Slump Test pada saat
mulai pengecoran Test-test itu harus .dilakukan berdasarkan Standar
Nasional Indonesia, NI-2. PBI 1971 atau standar lain yang disyaratkan
dalam spesifikasi teknik.
11)Sambungan Pengecoran
Tempat sambungan harus ditempatkan sedemikian rupa, sehingga
pengaruh dari penyusutan dan suhu sangat diperkecil.
Siar pengecoran harus rapat air, dan harus dibentuk dalam garis-garis
lurus. dengan acuan yang kaku tegak lurus pada garis tegangan pokok
dan sejauh mungkin dari tempat dengan gaya lintang/geser yang
terkecil. Sambungan itu,merupakan jenis pertemuan biasa.
Llkuran vertikal dari beton yang dituangkan pada satu kali pengecoran
harus tidak lebih dari 1,0m dan ukuran mendatar lebih dari 7 m .
12)Beton Pra Cetak
Beton Pracetak harus memenuhi semua ketentuan Spesifikasi sejauh
itu memungkinkan. Setiaip unit pracetak harus segera ditandai
dengan tanggal pengecoran dan setelah dicetakan dibuka maka
selama 28 hari tidak boleh ada gangguan terhadap beton
13)Pembetonan Pada Permukaan Tidak Kedap Air
Pemborong tidak boleh melaksanakan pengecoran pada permukaan
yang tidak kedap air sebelum permukaan itu ditutup dengan
kulit/membran kedap air atau bahan kedap lainnya yang disetujui oleh
Direksi.
Pipa beton
K175 Beton bertulang 40
Umumnya.
Kerikil harus terdiri dari kerikil sungai yang bersih, keras dan tahan
lama atau pecahan batu dengan gradasi baik, dari 50 mm sampai 1
mm.
5) Filter Kerikil Bergradasi (Graded Gravel Filter)
Filter kerikil yang dimaksudkan disini harus mempunyai pembagian
butir tertentu dan terdiri dari bahan yang mengandung silikat, bersih
keras dan tahan lama serta bebas dari lapisan yang melekat, seperti
tanah liat. Kerikil untuk filter ini harus mempunyai pembagian butir
yang memenuhi syarat seperti di bawah ini :
a) Ukuran 50 % bahan filter berada antara 5 sampai 8 kali ukuran 50
% bahan yang dilindungi
b) Keseragaman bahan filter harus sama dengan keseragaman bahan
yang dilindungi dan yang dimaksud dengan keseragaman suatu
contoh bahan ialah perbandingan antara yang berukuran 60 %
sampai dengan ukuran 10 % dari bahan tersebut.
6) Filter Pasir (Sand Filter)
Pasir untuk filter pada umumnya harus sesuai dengan ketentuan
spesifikasi untuk bahan batuan halus, tetapi harus selalu merupakan
pasir kasar dan mudah dilalui air.
7) Pemasangan bata
Bata harus dipasang dengan benar menurut garis-garis dengan arah
mendatar tegak dan dengan ukuran sesuai yang diperlihatkan dalam
gambar.
Sesaat sebelum dipasang, bata dicelupkan lebih dahulu ke dalam air.
Umumnya tebal sambungan siar mendatar tidak boleh lebih dari 0,6
cm dan tegak 1 cm.
8) Pekerjaan Siar
Gambar 2. Bronjong
23)Pencetakan Pelat
Pelat harus dicetak diatas dasaran yang dipersiapkan khusus untuk itu,
harus diperhatikan pencegahan terjadinya perubahan bentuk dan
pembengkokan dari cetakan selama dan sesudah pengecoran. Bila
pelat dicetak diatas tanah asli, permukaannya harus dilapisi dengan
plywood atau dengan bahan lain untulk mendapatkan dasar yang rata
dan air semen dari beban baru tidak diisap oleh tanah.
Beton harus dicor dalam lapis-lapis dan dipadatkan dengan sebaik-
baiknya, harus dijaga agar beton dapat memenuhi ruang seluruhnya.
Permukaan atasnya kemudian digosok sampai halus.
24)Pemasangan Pelat
Lapisan dasar harus dipadatkan, diratakan, dibersihkan dan dibasahi
sebelum pelat-pelat ditempatkan dalam posisi masing-masing.
Pelat harus dipasang demikian pula hingga batas atas dan bawah
menjadi simetris. Sambungan harus selembar 2 cm dan harus disiar
dengan hati-hati dengan spe 1 PC : 2Ps secara rata. Tebal siar sama
dengan tebal pelat. Sebelum disiar sambungan harus dibersihkan
secara menyeluruh dicuci dan disikat dengan sikat baja, bila
diperlukan pada pelat juga harus dipasang pipa-pipa peresapan.
25)Batu candi
Batu candi digunakan pada bendung, lebih-lebih pada bendung yang
membawa bahan kasar (seperti pasir dn batu) untuk menanggulangi
gerusan pasir pada permukaan bendung batu candi tersebut harus
memenuhi persyaratan dalam spesifikasi tekink dan mutunya harus
diuji dalam laboratorium.
a) Ukuran
Setiap batu harus dibentuk dari batu besar dan dibelah menyerupai
piramida terpancungdengan ukuran 30 cm30cm bujur sangkar atau
maksimum 40cm x 40cm pada permukaan luarnya. Bagian dalam
3) Pemasangan
Pipa harus diletakkan/dipasang dengan selimut pasangan batu kali
menurut ukuran yang ditunjukkan didalam gambar. Pasangan batu kali
pembungkusnya harus dengan adukan 1 pc : 4 ps.
4) Landasan Beton
Lapisan landasan dari beton kelas Bo harus dihampar keseluruh lebar
dari formasi atau galian fondasi dengan ketebalan minimum 70 mm
dan menurut kemiringan rencana dari saluran pipanya.
5) Meletakkan Pipa.
Setiap pipa selekasnya sebelum diletakkan/dipasang harus disikat
bersih dan diperiksa terhadap cacat – cacat yang ada. Setiap pipa
harus dipasang dengan teliti menurut arah dan ketinggian yang
ditunjukkan dalam gambar atau seperti yang diperintahkan oleh
Direksi. Dalam keseksamaan sebagai berikut :
Diameter : Toleransi dalam arah dan ketinggian :
Sampai dengan 75 Cm ± 5 mm
Diatas 75 Cm ± 10 mm
6) Pemasangan Pipa dengan Pembungkus Pasangan Batu Kali
Pasangan batu pembungkus pipa harus dibentuk sedemikian sehingga
bagian luar pipa selalu terbungkus dengan adukan pasangan batu.
cm dibawah pipa bagian bawah atau 1/6 dari diameter luar pipa.
Dipilih mana yang lebih besar.
9) Bahan untuk Dasaran
Bahan dasaran harus terdiri dari pasir kasar, kerikil, baru pecah, bata
pecah atau beton pecah menurut persetujuan Direksi. Semua bahan
harus lolos dari saringan dengan ukuran dibawah ini :
Diameter Saringan (mm) % Lolos
75 5-30
52 5-20
45 1-10
Acuan harus dibuat kuat, dipasang teliti dan dibuat kaku sesuai garis
bentuk yang ditentukan
6) Beton Untuk Galian Lebih (Concrete for Overbreak)
Beton untuk mengisi rongga akibat kelebihan galian harus sama
mutunya dengan lapis beton terowongan dan diisikan dengan cara
sama pula seperti untuk bagian – bagian lainnya.
7) Grouting Untuk Celah
Setelah pengecoran lapisan beton selesai dan apabila ada celah, maka
harus dilakukan pengisian / grouting pada celah tersebut, hingga
yakin bahwa lapisan beton menjadi penuh sampai batas permukaan
galian.
Pengisian (grouting) dilaksanakan melalui lubang yang dibor sebesar
minimum 40 mm menembus beton sampai permukaan tanah dengan
jarak tidak lebih dari 4,0 meter. Kedalam lobang bor tersebut akan
diisikan / diinjeksikan grout dengan tekanan 0,2 MN/m2 (2 kg/cm2)
atau menurut petunjuk Direksi dengan grout dengan perbandingan
tidak lebih 8 air : 1 Pc. Setelah grout mengeras, maka lobang-lobang
dibersihkan dan sedalam 0,1 m diisi dengan spesi. Pengisian dengan
grout dilakukan hanya setelah paling sedikit 14 hari pengecoran beton
selesai.
8) Lubang Pelepas Tekanan ( Pressure Relief Holes)
Setelah selesai pengisian grout dengan tekanan untuk pengisian
rongga-rongga dan untuk konsolidasi, harus membuat lobang-lobang
pelepas tekanan pada atap terowongan di lokasi sesuai dengan
kedalaman seperti pada gambar.
9) Sambungan Konstruksi (Construction Joint)
Sambungan konstruksi harus melingkar (terpisah dari sambungan
antara dinding dan dasar) dan harus dipasang karet water stop atau
seperti tercantum dalam gambar. Sambungan memanjang
Keterangan :
P = beban maksimum (kg)
A = luas penampang (cm2)
e. Kelas beton
Tabel 2. Kelas Beton
Ukuran Max Berat Min. Berat Max
Kelas dari kerikil PC tiap m3 dari air tiap Pemakaian
(mm) Beton (Kg) Kg PC (Kg)
Beton Prestres
Tiang –tiang
Beton Bertulang
K300 20 350 0,48
Bagian Beton Bertulang
Pracetak
Lapisan beton tahan
abrasi / aus
Beton bertulang untuk
K225 20 320 0,50 konstruksi besar utama,
dan pelat beton pra cetak
Beton bertulang
K175 40 275 0,55 Beton masa
Pipa
K125 40 250 0,60 Beton masa
Bo Lantai kerja
f. Perbandingan Campuran
Penentuan perbandingan diatas harus sesuai dengan petunjuk Standar
Nasional Indonesia, PBI 71, NI – 2.
Dan dilakukan percobaan campuran dengan pengujiannya untuk tiap kelas
beton.
g. Campuran Percobaan (Trial Mixes)
Membuat campuran percobaan untuk setiap klas beton dengan memakai
alat-alat yang sama yang akan dipakai dipekerjaan.
Campuran percobaan akan diijinkan bila kekuatan dari uji kubus yang
diambil dari tiap kelas beton memenuhi syarat-syarat spesifikasi untuk
masing-masing kelas beton.
h. Pengujian Beton
Pelaksanaan pengujian beton menurut prosedur yang digariskan, dalam
Standar nasional Indonesia, NI – 2, PBI 1971.
Contoh beton untuk test kubus dari campuran percobaan dan dari tempat
penuangan beton pada pekerjaan kemudian dirawat seperlunya dan
menyerahkan kepada laboratorium yang disetujui untuk diadakan
pengujian. Kubus-kubus harus dibuat dalam cetakan 15 x 15 x 15 Cm
seperti disyaratkan dalam Standar Nasional Indonesia, NI – 2, PBI 1971.
Selama pengecoran harus selalu melakukan Slump Test pada saat mulai
pengecoran. Test-test itu harus dilakukan berdasar Standar Nasional
Indonesia, NI – 2, PBI 1971. Kecuali ditentukan lain maka hasil test harus
sesuai dengan tabel 4.4.1 dari Standar nasional Indonesia, NI – 2, PBI
1971.
Untuk tiap test dibuat laporan, yang menjelaskan hasil-hasil tersebut
dalam satuan metrik.
e) Mutu Produk
Pemeriksaan pemenuhan persyaratan kualitas konstruksi dan
komponennya dengan melakukan pengujian menggunakan standar
keteknikan SNI atau standar dari Negara donor.
(1) Pemeriksaan terhadap kualitas :
(a) Hasil test kualitas produk dan standar yang digunakan;
(b) Sistem uji kualitas produk dan pengambilan sampelnya;
(c) Hasil evaluasi test poduk dan metodenya;
(d) Bahas metode pengujian dan pengambilan sampel.
(2) Pemeriksaan terhadap Kuantitas :
(a) Pemeriksaan terhadap prosedur permohonan dan
persetujuan untuk memulai pelaksanaan setiap tahap
kegiatan
(b) Pemeriksaan terhadap pengukuran hasil pelaksanaan untuk
pembayaran antara lain :
Cara mengukur kuantitas berdasar dokumen kontrak
dan pelaksanaannya;
Waktu pengukuran, hasil pengukuran dan back up
datanya;
Buku Harian.
1. Cermat
2. Teliti
BAB III
a. Gambar konstruksi
Gambar ini dibuat dan diterbitkan oleh Konsultan Desain, sebagai acuan
utama untuk pelaksanaan pekerjaan di lapangan
Gambar konstruksi mempunyai ciri umum tidak harus mendetail dalam
penggambarannya, namun harus mencakup keseluruhan lingkup
pekerjaan, baik yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor pelaksana
maupun oleh pihak lain (misal : instansi khusus atau Kontraktor Spesialis
lain yang ditunjuk Owner) -- dan diberikan notasi yang jelas tentang
lingkup pekerjaan yang terkait, baik pada gambar maupun dalam
dokumen dokumen pelelangan (kontrak).
Pada setiap set gambar konstruksi, biasanya diberikan acuan Standard
Drawing (Standar Detail) yang harus diikuti oleh Kontraktor dalam
mengaplikasikan apa yang digambarkan oleh Konsultan Desain pada
gambar konstruksi.
Gambar ini pada umumnya didistribusikan dengan jalur :
Konsultan Desain ke Konsultan MK atau Owner, lalu dari Konsultan MK
kepada kontraktor.
Gambar konstruksi pada umumnya bersifat mengikat dengan kekuatan
tertinggi apabila terjadi ketidaksesuaian antar dokumen kontrak, terutama
pada jenis kontrak lump-sum (baik fixed price maupun fixed unit price)
a. Gambar desain
Gambar desain adalah gambar yang dibuat untuk mempersiapkan suatu
proyek sampai dengan tahap pelelangan. Gambar desain juga disebut
gambar perencanaan atau gambar prarencana. Gambar ini belum
merupakan gambar lengkap karena hanya terdiri dari gambar yang pokok-
pokok saja, misalnya gambar denah. Biasanya gambar prarencana
diperlukan hanya diperlukan untuk keperluan negosiasi atau konsultasi.
Setelah rencana proyek tersebut disepakati/disetujui Pengguna Jasa dan
pihak-pihak terkait lainnya, maka dibuat gambar rencana yang dilengkapi
dengan gambar konstruksi dan gambar pelengkap lainnya.
b. Gambar tender
Gambar tender adalah gambar yang digunakan sebagai acuan dalam
perhitungan volume pekerjaan dalam proses pemilihan kontraktor.
Gambar ini sudah lebih detil dari gambar perencanaan. Ukuran-ukuran
penting sudah tertera dengan jelas, gambar-gambar pelengkap sudah
tersedia, acuan-acuan untuk pembangunan juga sudah diberikan.
Tujuannya adalah menunjang perhitungan yang cermat sesuai dengan
spesifikasi yang diminta. Gambar ini mengikat terhadap penawaran yang
sudah diberikan dan menjadi acuan terhadap klaim dalam tahap
selanjutnya
3) Air
Air yang dipakai untuk membuat dan merawat beton untuk adukan
harus dari sumber yang disetujui oleh Direkai dan memenuhi Standar
Nasional Indonesia, NI-2 atau standar lainnya sesuai spesifikasi teknik.
4) Zat Tambahan
Beton dan adukan harus dibuat dari semen. pasir, kerikil dan air
seperti di tentukan. Pemborong boleh memakai zat penambah
(additives) atau cat tambahan untuk mempermudah persiapan
pembuatan sambungan cor atau persetujuan Direksi.
5) Tulangan
Tulangan baja untuk beton harus sesuai dengan Gambar dari sesuai
dengan Standar Indonesia NI-2/PBI. 1971 atau standar lain yang
disyaratkan atau spesifikasi teknik.
6) Kelas Beton
Kelas beton yang dipergunakan dalam pekerjaan dan batangan dari
bahan bahan pokok untuk tiap kelas, harus sesuai dengan Standar
Indonesia PBI 71. NI – 2 atau standar lain sesuai spesifikasi teknik dan
sifat-sifatnya yang terpenting.
7) Beton Pra Cetak
Beton Pracetak harus memenuhi semua ketentuan Spesifikasi sejauh
itu memungkinkan. Setiaip unit pracetak harus segera ditandai
dengan tanggal pengecoran dan setelah dicetakan dibuka maka
selama 28 hari tidak boleh ada gangguan terhadap beton.
8) Penyekat Air (Water-Stops)
Apabila tidak diminta lain,penyekat air (water-stops) harus dari karet
seperti tercamtum dalam gambar.
9) Pengisi Sambungan (Joint Filters)
Sambungan harus fibre Board yang direndam bitumen noporLi
"Expandite Floxceli" atau bahan sejenis yang disetujui.
c. Pasangan Batu
1) Batu
Batu harus bersih dan keras, tahan lama dan sejenis, bersih dari
campuran besi, noda-noda, lobang-lobang, pasir, cacat atau ketidak
sempurnaan lainnya. Batu tersebut harus diambil dari sumber yang
disetujui oleh Direksi
2) Bata
Semua bata harus memenuhi Standar Nasional Indonesia dan bermutu
paling baik dari masing-masing jenis. Bata harus keras, utuh dan
dibakar dengan baik, sama ukurannya, kuat, lurus dan tajam sudut-
sudutnya harus diperoleh dari pabrik yang disetujui oleh Direksi.
3) Adukan
Adukan untuk pekerjaan pasangan harus dibuat dari semen portland
dan pasir dengan perbandingan isi 1 : 3 atau 1 : 4 seperti ditentukan
dalam gambar untuk tiap jenis pekerjaan
4) Kerikil Pengisi (Gravel Backing)
Kerikil harus terdiri dari kerikil sungai yang bersih, keras dan tahan
lama atau pecahan batu dengan gradasi baik, dari 50 mm sampai 1
mm.
5) Filter Kerikil Bergradasi (Graded Gravel Filter)
kuat tidak mudah pecah dan tahan terhadap cuaca atau bahan-bahan
yang dibawa arus sungai.
Setiap batu harus dibentuk dari batu besar dan dibelah menyerupai
piramida terpancungdengan ukuran 30 cm 30cm bujur sangkar atau
maksimum 40cm x 40cm pada permukaan luarnya. Bagian dalam
berukuran minimal 20cm x 20cm dan tingginya 30 – 60cm
d. Pekerjaan pipa
1) Pipa Beton dan Sambungan
Pipa beton dengan diameter kurang dari 0,7 meter, dibuat tanpa
tulangan dengan permukaan yang halus dan rata serta dibuat dari
beton K. 175. Untuk pipa beton dengan diameter lebih besar dari 0,7
meter dibuat dengan tulangan spiral dan dibuat dari beton K. 225
2) Sambungan Pipa Besi atau Pipa Asbes
Sambungan pipa harus dibuat sesuai dengan petunjuk dari pabriknya.
3) Sambungan Lentur dan Sayap (Flange Adaptors)
Bila pemakaian sambungan viking Johnson atau yang sejenis
menggunakan sambungan sayap, maka pemasangan sayap harus
sesuai dengan petunjuk dari pabriknya.
4) Bahan untuk Dasaran
Bahan dasaran harus terdiri dari pasir kasar, kerikil, baru pecah, bata pecah
atau beton pecah menurut persetujuan Direksi. Semua bahan harus lolos dari
saringan dengan ukuran dibawah ini :
Diameter Saringan (mm) % Lolos
75 5-30
52 5-20
45 1-10
BAB IV
MELAKUKAN PERHITUNGAN KEBUTUHAN BAHAN UNTUK
KEPERLUAN UJI MUTU DI LABORATORIUM
11) Konsolidasi
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan sifat-sifat
pemanfaatan suatu jenis tanah yaitu sifat perubahan isi dan proses
keluarnya air dari dalam pori tanah yang diakibatkan adanya
perubahan tekanan vertical yang bekerja pada tanah tersebut
b. Bahan untuk beton
1) Pemeriksaan Terhadap Berat Jenis Semen
Maksud dan tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menentukan berat
jenis semen. Berat jenis semen adalah perbandingan antara berat isi
kering pada suhu konstan dengan berat isi air suling pada temperatur
4º C yang isinya sama dengan isi semen tersebut.
Benda uji/contoh diambil sebanyak 100 gram semen yang masih baru
(semen yang belum kena hawa lembab/membeku ).
2) Pemeriksaan Terhadap Waktu Pengikatan Semen
Maksud dan tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menentukan waktu
permulaan mengikatnya semen. Waktu permulaan mengikatnya semen
adalah dari mulainya mencampur air dengan semen sampai pasta
tersebut kehilangan sifat plastis (menjadi beku)
Benda uji/contoh diambil sebanyak 400 gram semen yang masih baru
(semen yang belum kena hawa lembab/membeku)
3) Pemeriksaan Terhadap Kekekalan Semen (Soundness Test)
Maksud dan tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui baik dan
buruknya jenis semen terhadap stabilitas pengikatan semen.Contoh
semen sebanyak 200 gram untuk dibuat dua sample.
4) Pemeriksaan Terhadap Kekuatan tekan maksimum
Benda uji/contoh diambil sebanyak 200 gram, dan contoh ini boleh
contoh yang kering, contoh yang SSD maupun contoh yang basah atau
yang baru diambil dari lapangan.
9) Pemeriksaan Terhadap Kotoran Organik Agregat Halus .
Maksud dan tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui kotoran
organik yang terkandung pada agregat halus / pasir. Kotoran organik
yang terkandung pada agregat halus / pasir bisa menimbulkan efek
merugikan terhadap mutu beton.
Benda uji / contoh diambil sebanyak 500 gram.
10)Pemeriksaan Terhadap Kekekalan Agregat (Soundness Test)
Maksud dan tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui
kekekalan atau daya tahan suatu agregat terhadap cuaca atau sinar
matahari.
Benda uji / contoh sebagai berikut dengan menurut jenisnya.
b) Untuk agregat halus / pasir.
Adapun jenis contoh yang akan diambil adalah :
Tertahan saringan 0,3 mm lolos saringan 0,6 mm
Tertahan saringan 0,6 mm lolos saringan 1,2 mm
Tertahan saringan 1,2 mm lolos saringan 2,5 mm
Tertahan saringan 2,5 mm lolos saringan 5 mm
Tertahan saringan 5 mm lolos saringan 10 mm
,masing-masing contoh sebanyak 110 gram
c) Untuk agregat kasar / koral
Pengambilan untuk jenis contoh pertama;
Tertahan saringan 5 mm lolos saringan 10 mm sebanyak 300 gr
Tertahan saringan 10 mm lolos saringan 20 mm sebanyak 1000gr
Tertahan saringan 20 mm lolos saringan 40 mm sebanyak 1500gr
Tertahan saringan 40 mm lolos saringan 60 mm sebanyak 3000 gr
Tertahan saringan 60 mm lolos saringan 80 mm sebanyak 3000 gr
b) Agregat halus
Agregat halus adalah agregat yang lolos saringan no.4 atau ukuran
4,75 mm (Mulyono, 2003).
Persyaratan agregat halus SK SNI S04-1989-F :
(1) Butir-butirnya keras dan tidak berpori.
(2) Kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca (terik
matahari dan hujan), jika di uji dengan larutan garam natrium
sulfat bagian yang hancur maksimum 12%, jika di uji dengan
garam magnesium sulfat maksimum 18%.
(3) Tidak mengandung lumpur (butiran halus yang lewat ayakan
0,06 mm) lebih dari 5%.
(4) Tidak boleh mengandung zat-zat yang reaktif terhadap alkali.
(5) Butiran agregat yang pipih dan panjang tidak boleh lebih dari
20%.
(6) Modulus halus butir antara 1,5 – 3,8 dan dengan variasi butir
sesuai standar gradasi.
(7) Agregat halus dari laut/pantai, boleh dipakai asalkan dengan
petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui.
Jenis agregat halus (pasir):
(1) Pasir galian
Pasir golongan ini diperoleh langsung dari permukaan tanah
atau dengan cara menggali terlebih dahulu. Pasir ini biasanya
tajam bersudut, berpori dan bebas dari kandungan garam
walaupun biasanya harus dibersihkan dari kotoran tanah
dengan jalan dicuci terlebih dahulu.
(2) Pasir sungai
Pasir ini diperoleh langsung dari dasar sungai, yang pada
umumnya berbutir
Unsur (%)
Kapur (CaO) 60 – 65
Silika (SiO2) 17 – 25
Alumina (Al2O3) 3–8
Besi (Fe2O3) 0,5 – 6
Magnesia (MgO) 0,5 – 4
Sulfur (SO3) 1–2
Soda/potash Na2O+K2O) 0,5 – 1
c. Bahan timbunan.
1) Bahan untuk timbunan biasa
a) Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang
berplastisitas tinggi, yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut
AASHTO M145 atau sebagai CH menurut " Unified atau Casagrande
Soil Classification System". Bila penggunaan tanah yang
berplastisitas tinggi tidak dapat dihindarkan, bahan tersebut harus
digunakan hanya pada bagian dasar dari timbunan atau pada
penimbunan kembali yang tidak memerlukan daya dukung atau
kekuatan geser yang tinggi. Tanah plastis seperti itu sama sekali
tidak boleh digunakan pada 30 cm lapisan langsung di bawah
bagian dasar perkerasan atau bahu jalan atau tanah dasar bahu
jalan.
b) Bahan timbunan bila diuji dengan SNI 03-1744-1989, harus
memiliki CBR tidak kurang dari 6 % setelah perendaman 4 hari bila
dipadatkan 100 % kepadatan kering maksimum (MDD) seperti
yang ditentukan oleh SNI 03-1742-1989.
c) Tanah sangat expansive yang memiliki nilai aktif lebih besar dari
1,25 atau derajat pengembangan yang diklasifikasikan oleh
AASHTO T258 sebagai "very high" atau "extra high", tidak boleh
digunakan sebagai bahan timbunan. Nilai aktif adalah perbandingan
Tabel dibawah adalah konversi nilai kuat tekan beton menurut dimensi
benda uji;
Tabel 7. Konversi Nilai Kuat Tekan Beton Menurut Dimensi Benda Uji
BAB V
MENYUSUN METODE KERJA, JADUAL (SCHEDULE) KERJA, ALAT-ALAT DAN
SDM UNTUK KEBUTUHAN UJI MUTU
a) kadar lengas,
b) tekstur,
c) tetapan Atterberg,
d) kenaikan kapiler,
e) luas permukaan (specific surface),
f) erodibilitas (sifat ketererosian) tanah menggunakan hujan tiruan
(rainfall simulator)
Metode pelaksanaan yang digunakan dalam penyelidikan ini antara lain:
1) Metode Tes Deep Boring.
Tes Deep Boring adalah pekerjaan pengambilan sample tanah asli
untuk mengetahui kondisi tanah per-layer dan jika dimungkinkan
sampai ke tanah keras. Dalam boring ini sekaligus dilakukan dengan
tes Undisturbed dan Disturbed Sampling serta SPT (standard
penetration test) disetiap interval 2 m. Hal ini mengacu sesuai dengan
prosedur ASTM D.1586. Contoh tanah yang diperoleh dari tabung SPT,
dimasukan dalam kantong plastik dan diberi label nama sesuai dengan
nilai/jumlah pukulan, kedalaman dan nomor bornya. Contoh tanah
yang diperoleh dari SPT tersebut bisa digunakan untuk visual
description maupun uji laboratorium bila diperlukan.
2) Metode Tes Undisturbed dan Disturbed Sampling
Tanah tak terganggu (undisturbed soil sample) adalah tanah yang
terletak dibawah permukaan tanah yang memiliki struktur berbeda dari
tanah terganggu (disturbed soil sample) karena tanah tersebut masih
belum terganggu oleh faktor luar. Sedangkan tanah terganggu
merupakan tanah yang memiliki distribusi ukuran partikel sama
dengan seperti di tempat asalnya, tetapi strukturnya telah rusak.
Tujuan pengambilan sampel tanah tak terganggu untuk berbagai
analisa sifat fisik tanah seperti penentuan;
a) bobot isi tanah (bul density),
dalam Bore Hole setelah dibor terlebih dahulu dengan alat bor. Alat ini
diturunkan bersama-sama pipa bor dan diturunkan hingga ujungnya
menumpu ke tanah dasar. Setelah menumpu alat ini kemudian dipukul
(dengan alat pemukul yang beratnya 63,5 kg) dari atas. Pada
pemukulan pertama alat ini dipukul hingga sedalam 15,24 cm.
Kemudian dilanjutkan dengan pemukulan tahap kedua sedalam 30,48
cm. Pada pukulan kedua inilah muncul nilai "N" yang merupakan
manifestasi jumlah pukulan yang dibutuhkan untuk membuat tabung
belah standar mencapai kedalaman 30,48 cm. Menurut teori Terzaghi
dan Peck, hubungan nilai N dengan kerapatan relatif adalah sebagai
berikut:
Tabel. 8 Hubungan Nilai N Dengan Kerapatan Relatip
Nilai N Kerapatan Relatip (Dr)
˂4 Sangat tidak padat
4-10 Tidak Padat
10-30 Kepadatan sedang
30-50 Padat
˃ 50 Sangat padat
4) Sondir Test
Penyelidikan tanah dibutuhkan untuk keperluan desain pondasi, salah
satu metode pelaksanaan adalah dengan metode sondir. Uji ini
dilakukan untuk mengetahui elevasi lapisan tanah keras (Hard Layer)
dan homogenitas tanah dalam arah lateral. Tujuan sondir secara
umum adalah untuk mengetahui kekuatan tanah tiap kedalaman dan
stratifikasi tanah secara pendekatan. Hasil CPT disajikan dalam bentuk
diagram sondir yang mencatat nilai tahanan konus dan friksi selubung,
kemudian digunakan untuk menghitung daya dukung pondasi yang
diletakkan pada tanah tersebut. Penyondiran ini dilaksanakan hingga
mencapai lapisan tanah keras dimana alat ini dilengkapi dengan
Adhesion Jacket Cone type Bagemann yang dapat mengukur nilai
perlawanan konus (cone resistance) dan hambatan lekat (local friction)
3. Derajat kepadatan.
Semakin baik cara pemadatan beton segar, semakin baik pula kualitas
yang dihasilkan. Pemadatan di lapangan biasa dilakukan dengan potongan
besi tulangan ø16 yang ditumpulkan, atau dengan alat bantu vibrator.
4. Umur beton.
Semakin bertambah umur beton, semakin meningkat pula kuat tekan
beton. Pada umumnya,beton dan dianggap mencapai kuat tekan 100%
pada umur 28 hari.
5. Cara perawatan.
Beton dirawat di laboratorium dengan cara perendaman, sedangkan di
lapangan dilakukan dengan cara perawatan lembab (menutup beton
dengan karung basah) selama 7- 14 hari.
6. Jenis semen.
Semen tipe I cenderung bereaksi lebih cepat daripada PPC. Semen tipe I
akan mencapai kekuatan 100% pada umur 28 hari, sedangkan PPC
diasumsikan mencapai kekuatan 100% pada umur 90 hari.
7. Jumlah semen.
Semakin banyak jumlah semen yang digunakan, semakin baik kualitas
beton yang dihasilkan, karena pasta semen yang berfungsi sebagai
matriks pengikat jumlahnya cukup untuk menyelimuti luasan permukaan
agregat yang digunakan.
8. Kualitas agregat yang meliputi:
a. gradasi,
b. teksture permukaan,
c. bentuk,
d. kekuatan,
e. kekakuan, dan
f. ukuran maksimum agregat.
Prosedur dan tata cara pengujian kuat tekan beton di Indonesia dapat
dilakukan dengan mengacu SNI : 03-1974-1990.
Kuat tekan beton adalah besarnya beban persatuan luas yang menyebabkan
benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu, yang
dihasilkan oleh alat uji tekan. Peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan
uji kuat tekan beton menurut SNI 03-1974-1990, terdiri dari:
1. Cetakan silinder dengan diameter 152 mm dan tinggi 305 mm,
2. Tongkat pemadat terbuat dari baja yang bersih dan bebas karat,
berdiameter 16 mm, panjang 600 mm, dan ujungnya dibulatkan,
3. Mesin pengaduk (mixer),
4. Timbangan,
5. Mesin uji tekan (compression testing machine),
6. Sendok cekung,
7. Sarung tangan.
Pengadukan campuran beton dapat dilakukan dengan mesin (mixer) ataupun
secara manual dengan tangan.
Untuk membuat benda uji kuat tekan beton harus diikuti beberapa tahapan
perlakuan beton segar sebagai berikut:
1. Mengisi cetakan dengan adukan beton dalam 3 lapis, yang setiap lapisnya
dipadatkan dengan 25 kali tusukan secara merata.
2. Meratakan permukaan beton.
3. Menutup permukaan benda uji dengan bahan kedap air dan biarkan
selama 24 jam.
4. Membuka cetakan dan keluarkan benda uji.
5. Merendam dalam bak perendam berisi air pada temperatur ±25 oC.
Setelah benda uji siap, prosedur pengujian dapat mulai dilaksanakan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Meletakan benda uji pada mesin tekan secara sentris.
Struktur Organisasi:
Kepala Laboratorium
Uji Mutu
Staf administrasi/
keuangan
Ass. Laboratorium
Uji Mutu
g. Kepala Laboratorium.
1) Menyusun rencana operasional dan pengembangan laboratorium;
2) Menyiapkan jadwal kegiatan laboratorium;
3) Mengkoordinasikan segala kegiatan yang dilaksanakan dalam
Laboratorium;
4) Melakukan pembinaan kepada anggota laboratorium;
1. Cermat
2. Teliti
DAFTAR PUSTAKA
A. Dasar Perundang-undangan
B. Buku referensi
1. Draft SKKNI 2005 Ahli Mutu Pada Pekerjaan Sumber Daya Air , Departemen
Pekerjaan Umum.
2. Pedoman Peningkatan Profesionalitas SDM Konstruksi, 2007
3. SNI 5-04-1989 F, mutu dan cara uji agregat beton
4. SNI 03-1966-1989 , Metode Pengujian Batas Plastis
5. SNI 03 -3422-1994 , Pengujian Analisis Ukuran Butir Tanah
6. SNI 03-1744-1989, Metode Pengujian CBR Laboratoriun
7. Peraturan Beton Indonesia (PBI) 1971.
8. Pedoman Peningkatan Profesionalitas SDM Konstruksi, 2007.
C. Referensi lainnya
1. https://www.bphn.go.id/data/documents/08pdpapua013.doc tentang ;
Pengujian Mutu Material Dan Konstruksi Bangunan.
2. https://lauwtjunnji.weebly.com/gambar--for-construction-dan-shop-drawing.
html.
3. (https://konstruksiplus.blogspot.com/2009/01/gambar-gambar- konstruksi
.html 29 Jan 2009.
A. Daftar Peralatan/Mesin
No Nama Peralatan Keterangan
1
2
3
4
5
B. Daftar Bahan
No Nama Bahan Keterangan
1
2
3
4