BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
terbentuk maka kristal ini akan mengikuti aliran urin keluar atau tertahan di ginjal
dan menjadi awal permulaan yang kemudian terjadi tahap pembentukan dan tahap
agregasi yang pada akhirya terbentuk batu (Pearle dan Lotan, 2012).
3. Penurunan sitrat
Adanya sitrat dalam urin sekitar 300-900 mg/24 jam dalam bentuk asam
sitrat, akan mencegah pembentukan batu kalsium fosfat. Ekskresi dari
sitrat dipengaruhi oleh hormon dan menurun konsentrasinya saat
terjadinya menstruasi.
4. Infeksi ginjal
Infeksi dapat memicu terbentuknya batu terutama infeksi bakteri.
Bakteri yang paling sering ditemukan di inti batu saluran kemih adalah
Staphylococcus dan Escherichia coli.
5. Tidak adekuatnya proses pengeluaran urin atau urin yang statis
Batu akan cenderung terbentuk jika pengeluaran urin sering tidak
sempurna.
6. Pembatasan pergerakan (immobilisation) yang lama
Pembatasan pergerakan oleh karena beberapa faktor, seperti paraplegia
(kelumpuhan otot ektremitas bawah) akan berdampak kepada proses
pemecahan kalsium dari tulang dan menyebabkan peningkatan kalsium
dalam urin.
7. Hiperparatiroidisme
Hiperparatiroidisme memicu terjadinya kondisi hiperkalsemia.
Hiperparatiroidisme ini menyebabkan peningkatan proses eliminasi
kalsium dalam urin.
2. Oksalat
Merupakan produk normal hasil metabolisme. Pada kondisi normal,
sekitar 10-15% oksalat akan ditemukan di dalam urin yang terbentuk
oleh karena faktor diet makanan. Ekskresi normal oksalat dalam urin
a. Batu kalsium
i. Hiperkalsiuria; didefinisikan sebagai ekskresi kalsium dalam urin
yang melebihi 4 mg/kg/hari atau lebih dari 7 mmol/hari pada laki-
laki dan 6 mmol/hari pada perempuan.
ii. Hiperoksaluria; penyebabnya adalah gangguan tahapan biosintesis
(hiperoksaluria primer), malabsorpsi saluran cerna yang disebabkan
oleh inflammatory bowel disease, dan konsumsi oksalat yang tinggi.
iii. Hiperurikosuria; didefinisikan sebagai kadar asam urat dalam urin
yang melebihi 600 mg/hari. Penyebabnya adalah konsumsi purin
yang tinggi dan penyakit yang didapat atau herediter.
iv. Hipositraturia; keseimbangan asam basa sangat berpengaruh besar
terhadap ekskresi sitrat dalam urin, seperti asidosis metabolik akan
mengurangi kadar sitrat dalam urin. Sebaliknya, pada keadaan
alkalosis kadar sitrat dalam urin akan meningkat, diikuti peningkatan
kadar hormon paratiroid, estrogen, growth hormone, dan vitamin D.
v. pH urin yang rendah; segala gangguan yang mengakibatkan
penurunan pH urin akan memicu terbentuknya batu.
Peny. Gout
c. Batu sistin
Beberapa faktor dapat memengaruhi kelarutan sistin termasuk
konsentrasi sistin, pH, ikatan ionik, dan makromolekul urin.
d. Batu infeksi
Komposisi utama batu infeksi adalah magnesium amonium, fosfat
heksahidrat (MgNH4PO4 • 6H2O) dan dapat terkandung kalsium fosfat
dalam pembentukan karbonat apatit (Ca10[PO4]6 • CO3).
e. Batu lainnya
i. Xanthine dan Dihydroxyadenine Stones
ii. Ammonium Acid Urate Stones
iii. Matrix Stones
Keterangan:
A. Apatite
B. Struvit
C. Kalsium oksalat dehidrat
D. Kalsium oksalat monohidrat
E. Sistin
F. Ammonium acid urate
2.2.2 Indikasi
ESWL disarankan pada individu yang menderita batu yang terbentuk di
bagian bawah ginjal dengan ukuran 1 cm atau kurang, karena terdapat peluang yang
kuat untuk mencapai status bebas batu dengan morbiditas yang minimal. Sedangkan
pasien yang menderita batu ukuran 2 cm atau lebih, tetap lebih baik jika dilakukan
PNL, karena terapi ini dapat memberikan peluang mencapai status bebas batu
dengan satu kali tindakan (Ferrandino et al., 2012).
2.2.3 Kontraindikasi
Menurut guildelines yang dikeluarkan EAU (2014), ada beberapa
kontraindikasi yang harus diperhatikan dalam perencanaan terapi ESWL, yaitu:
a. Kehamilan
b. Gangguan perdarahan
c. Infeksi saluran kemih yang tidak terkontrol
d. Aneurisma aorta
e. Malformasi rangka tubuh yang serius dan obesitas yang serius
f. Obstruksi anatomi pada bagian distal akibat batu
2.2.4 Komplikasi
Menurut D’Addesi et al. (2012), komplikasi yang dapat terjadi setelah
pelaksanaan terapi ESWL berasal dari beberapa faktor sebagai berikut:
a. Pembentukan dan pengeluaran fragmen
b. Infeksi
c. Efek pada jaringan ginjal dan yang bukan ginjal
d. Efek pada fungsi ginjal
e. Hipertensi
Berdasarkan guidelines yang dikeluarkan EAU (2014), ada beberapa komplikasi
yang berkaitan dengan terapi ESWL, yaitu:
a. Yang berhubungan dengan fragmen batu
steinstrasse
pertumbuhan kembali dari fragmen yang tersisa
kolik
b. Infeksi
bakteriuria
sepsis
c. Efek pada jaringan
ginjal: hematoma yang simtomatik dan asimtomatik
kardiovaskular: disritmia, morbiditas pada jantung
gastrointestinal: perforasi, hematoma hati dan limpa
ESWL dapat menyebabkan perdarahan pada parenkim subskapular dari
sedang ke berat dan tampak hematoma dengan pencitraan radiologi. Pertambahan
usia diindikasikan memegang peranan penting dalam faktor resiko terjadinya
hematoma (Glickman, 2009).
2.2.5 Prognosis
Keberhasilan ESWL pada batu yang terbentuk di bagian bawah ginjal lebih
rendah (60%) daripada PNL (90%) pada ukuran batu yang lebih besar dari 10 mm
(Ferrandino et al., 2012).