Draf PTK
Draf PTK
PENDAHULUAN
(dalam http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/03/01-masalah-pendidikan-di-
indonesia-5/):
Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan
ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Indonesia hanya berpredikat
sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di
dunia. Kualitas pendidikan di Indonesia memang masih sangat rendah bila
di bandingkan dengan kualitas pendidikan di negara – negara lain. Hal –
hal yang menjadi penyebab utamanya yaitu efektifitas, efisiensi, dan
standardisasi pendidikan yang masih kurang dioptimalkan.
yang terjadi di negara ini. Matematika merupakan ilmu yang terdiri dari produk
sendiri konsep yang ada dalam Matematika. Konsep – konsep yang ada dalam
yang dilakukan oleh guru. Suatu konsep dalam Matematika akan mudah diterima
oleh siswa apabila dalam proses pembelajaran siswa dapat melihat proses
ditemukannya suatu konsep atau teori tersebut. Sejauh mana siswa menerima dan
1
memahami konsep Matematika yaitu mampu menyelesaikan permasalahan yang
nilai prestasinya.
memprihatinkan jika dilihat dari rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa.
Rendahnya hasil belajar siswa berkaitan dengan kurangnya peran guru dalam
halaman tanpa melihat keterkaitan antara konsep – konsep atau masalah”. Dalam
bersama teman – temannya sehingga siswa tidak ada timbal balik antara guru
dengan siswa dan pelajaran yang diberikan oleh guru tersebut tidak tersampaikan
dengan baik karena keaktifan siswa tidak dirangsang untuk memahami dan
linear. Proses pengajaran akan berhasil selain ditentukan oleh kemampuan guru
dalam menentukan metode dan alat yang digunakan dalam pengajaran, juga
ditentukan oleh minat belajar siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Slameto
(2003: 35) : “ metode mengajar guru yang kurang baik diakibatkan karena guru
kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut
2
menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa kurang senang terhadap
pelajaran”.
Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan minat dan kebutuhan
siswa serta melibatkan siswa menjadi lebih aktif adalah model pembelajaran yang
menggunakan penstrukturan isi pelajaran yang akan disajikan. Harahap (2011: 17)
menyatakan:
Melalui model pengorganisasian dan penyampaian pelajaran yang optimal
akan memberikan daya tarik siswa untuk mempelajari suatu bidang studi,
sehingga akan tercapai tujuan pengajaran yang diinginkan. Dengan kata
lain, guru dalam memberikan pengalaman mengajar pada siswa harus
mampu memberikan kemudahan pada siswa dalam belajar melalui model
pembelajaran yang cocok dengan materi yang disajikan.
kooperatif. Student Team Achievement Divisions ( STAD ) adalah salah satu tipe
sebagian besar merupakan konsep – konsep yang harus diketahui siswa secara
cepat, karena waktu yang digunakan untuk materi Sistem Persamaan dan
Pertidaksamaan Linear ini hanya beberapa kali pertemuan saja. Disamping itu,
3
memahami materi karena model ini terdiri atas komponen strategi yang tersusun
baik, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “ Upaya
Ajaran 2015/2016”.
2. Rumusan Masalah
Persamaan dan Pertidaksamaan Linear di kelas X-2 SMA Negeri 1 Nanga Pinoh
3. Batasan Istilah
Karena luasnya ruang lingkup permasalahan dan agar penelitian menjadi
4
2. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengajarkan tentang pokok bahasan
4. Tujuan Penelitian
5. Manfaat Penelitian
pengetahuan dalam mengajar matematika pada masa yang akan datang dan
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian Belajar
masyarakat. Banyak ahli telah memberi batasan atau defenisi tentang belajar.
Defenisi belajar sangat sulit untuk diformulasikan secara utuh atau memuaskan,
karena melibatkan semua aktifitas dan proses yang diharapkan untuk dimasukkan
ataupun dihapus. Menurut gagne (dalam Dahar, 1996: 11), belajar dapat
bahwa : “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
didapat dari lingkungan. Interaksi tersebut, salah satunya adalah proses belajar
6
Demikian juga diungkapkan oleh Djamarah (2002: 13) berpendapat bahwa :
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali sifat maupun
jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang
merupakan perubahan dalam arti belajar. Ada perubahan – perubahan yang tidak
dapat dikategorikan dalam belajar, seperti perilaku saat orang dalam keadaan
Yusri (dalam Hasanah, 2011: 14) mengemukakan bahwa ciri – ciri belajar
itu adalah :
proses bukan hasil, yakni suatu proses untuk merubah tingkah laku sehingga
sebelumnnya. Belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi didalam diri
7
Hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa yang telah mengikuti
proses belajar mengajar. Hasil pada dasarnya merupakan sesuatu yang diperoleh
dicapai oleh seseorang setelah melakukan usaha tertentu. Dalam hal ini hasil
belajar yang dicapai siswa dalam bidang studi tertentu setelah mengikuti proses
belajar mengajar.
Sebagaimana Hudojo (1998: 44) mengatakan bahwa : “hasil belajar
oleh anak, sedangkan hasil belajar dipengaruhi oleh besarnya usaha yang
melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri – ciri
sebagai berikut :
1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar
instrinsik pada diri siswa. siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang
8
2. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu
mengembangkan kreativitasnya.
4. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif),
diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan
hambatan dari dalam diri siswa maupun hambatan yang berasal dari luar diri
(2010: 170) faktor – faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua
macam :
1. Faktor intern siswa, yakni hal – hal atau keadaan – keadaan yang
dan sikap;
9
c. Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti
telinga).
2. Faktor ekstern siswa, yakni hal – hal atau keadaan – keadaan yang
sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor ini dapat
yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat – alat belajar
(2003: 9) bahwa :
1. Anak berkesulitan belajar memperoleh hasil belajar jauh dibawah
fungsi neurologist.
10
Secara garis besar kesulitan belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua
yang diharapkan.
dapat dilihat dari beberapa karakteristik adanya perubahan tingkah laku dari siswa
satu faktor penting belajar siswa. dalam hal ini, dapat terjadi siswa yang
rendah sewaktu tes dilaksanakan. Hal ini menunujukkan bahwa salah satu
melakukan kesalahan dalam menjawab soal yang diberikan guru akibat kurangnya
pemahaman siswa akan konsep. Untuk dapat membantu anak berkesulitan belajar
siswa dalam mengerjakan soal – soal. Namun, mengatasi kesulitan siswa tersebut
tidaklah mudah. Salah satu kendalanya guru tidak mengetahui secara tepat faktor
11
– faktor yang menyebkan kesulitan tersebut, dan dimana letak kesulitan tersebut
serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan belajar siswa tersebut.
4. Model Pembelajaran
Model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk
Trianto, 2009: 21) bahwa : “model merupakan sesuatu yang nyata dan dikonversi
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
tercapai”.
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada
strategi, metode atau prosedur. Menurut Kardi dan Nur (dalam Trianto, 2009: 23),
pengembangnya.
2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan
tercapai.
12
Dari uraian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
merupakan pembelajaran koperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru
kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa
bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai
pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan
siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi
pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Guru yang menggunakan STAD
a. Penyajian kelas
13
Penyajian kelas merupakan penyajian materi yang dilakukan guru secara
difokuskan pada konsep – konsep dari materi yang dibahas. Setelah penyajian
kelompok harus tercipta suatu kerja kooperatif antar siswa untuk mencapau
bekerja sama dalam belajar. Lebih khusus lagi untuk mempersiapkan semua
sebaiknya terdiri dari satu siswa dari kelompok atas, satu siswa dari
kelompok bawah dan dua siswa dari kelompok sedang. Guru perlu
dalam satu kelompok, walaupun ini tidak berarti siswa dapat menentukan
penyajian kelas dan bekerja serta berlatih dalam kelompok. Siswa harus
memperoleh hasil yang lebih baik dibanding dengan hasil sebelumnya. Skor
peningkatan individual dihitung berdasarkan skor dasar dan skor tes. Skor
dasar dapat diambil dari skor tes yang paling akhir dimiliki siswa, nilai pretes
14
yang dilakukan oleh guru sebelumnya melaksanakan pembelajaran kooperatif
metode STAD.
e. Pengakuan kelompok
Pengakuan kelompok dilakukan dengan memberikan penghargaan atas
usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar. Kelompok dapat diberi
sertifikat atau bentuk penghargaan lainnya jika dapat mencapai kriteria yang
kreativitas guru.
a. Persiapan STAD
1. Materi
Materi pembelajaran kooperatif metode STAD dirancang sedemikian rupa
tersebut.
2. Menetapkan siswa dalam kelompok
Kelompok siswa merupakan bentuk kelompok yang heterogen. Setiap
diperhitungkan juga latar belakang, ras dan sukunya. Guru tidak boleh
15
Merangking siswa berdasarkan hasil belajar akademiknya di dalam kelas.
rangking tersebut. Salah satu informasi yang baik adalah skor tes.
b. Menentukan jumlah kelompok
Setiap kelompok sebaiknya beranggotakan 4 – 5 siswa. untuk menentukan
dengan empat. Jika hasil baginya tidak bulat, misalnya ada 28 siswa,
dibentuk yang terdiri dari siswa dengan tingkat hasil belajar rendah,
demikian tingkat hasil belajar rata – rata semua kelompok dalam kelas
paling akhir yang dimiliki oleh siswa. Selain itu, skor awal dapat diambil
sebaiknya diawali dengan latihan – latihan kerja sama kelompok. Hal ini
16
STAD terdiri atas lima kegiatan pengajaran yang teratur, yaitu
mengapa hal itu penting untuk memunculkan rasa ingin tahu siswa.
pembelajaran.
2. Pengembangan
a. Guru menentukan tujuan – tujuan yang ingin dicapai dari
pembelajaran.
b. Guru menekankan bahwa yang diinginkan adalah agar siswa
masalahnya.
3. Praktek terkendali
a. Guru menyuruh siswa mengajarkan soal – soal atau jawaban
menyelesaikan soal – soal yang diajukan oleh guru. Hal ini akan
17
menyebabkan siswa mempersiapkan diri untuk menjawab
satu atau dua soal, dan kemudian guru memberikan umpan balik.
c. Kegiatan kelompok
1. Pada hari pertama kegiatan kelompok STAD, guru sebaiknya
lembar jawabannya
c. Guru menyarankan siswa agar bekerja secara berpasangan atau
18
yang belum memahami, teman sekelompoknya bertanggung jawab
untuk menjelaskan.
3. Guru melakukan pengawasan kepada setiap kelompok selama siswa
menerima satu lembar kuis. Waktu yang disediakan guru untuk kuis adalah
setengah sampai satu jam pelajaran. Hasil dari kuis itu kemudian diberi
Kelebihan :
19
a. Dapat mengembangkan prestasi siswa, baik hasil tes yang dibuat guru
b. Rasa percaya diri siswa meningkat, siswa merasa lebih terkontrol untuk
keberhasilan akademisnya.
komitmen.
dewasa.
berbagai perspektif.
lebih baik.
20
k. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan
mendapat nilai rendah, karena dalam tes lisan siswa dibantu oleh
anggota kelompoknya.
belajar mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal – hal yang
teman sebaya.
pengetahuan.
21
a. Apabila guru terlena tidak mengingatkan siswa agar selalu
misalnya tiga, maka seorang anggota akan cenderung menarik diri dan
kurang aktif saat berdiskusi dan apabila kelompok lebih dari lima maka
yang lambat berpikir tidak dapat berlatih belajar mandiri. Dan juga
pelajaran secara cepat, serta penilaian terhadap individu dan kelompok dan
22
mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian materi. Dengan cara inilah
6. Materi Pembelajaran
30
Penyelesaian
5x + 5 = 30
5x + 5 - 5 = 30 – 5 ( kedua ruas sama-sama dikurangi 5 )
5x + 0 = 25
5x = 25 ( Kedua ruas sama-sama dibagi 5 )
x = 5 Maka himpunan penyelesaiannya adalah {5}
2. Persamaan linear dua peubah
Bentuk umum :
ax + by + c = 0 dimana a, b, c R dan a, b , c ≠ 0
23
Persamaan ini dapat diselesaikan dengan 2 cara yaitu :
1. Eliminasi ( menghilangkan )
2. Subtitusi ( mengganti )
Contoh :
3x – 2y = 12
4x + y = 5
Penyelesaian
a. menghilangkan nilai x
3x – 2y = 12 × 4 || 12x – 8y = 48
4x + y = 5 × 3 || 12x + 3y = 15
-11y = 33
-y = 3
y = -3
b. menghilangkan nilai y
3x – 2y = 12 ×1 || 3x – 2y = 12
4x + y = 5 ×2 || 8x + 2y = 10
11x = 22
x =2
jadi himpunan penyelesaian adalah {2, -3}
7. Kerangka Konseptual
merupakan pembelajaran koperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru
24
kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa
bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai
pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan
siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi
pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Guru yang menggunakan STAD
8. Hipotesis Tindakan
penelitian ini adalah hasil belajar matematika siswa akan lebih meningkat dengan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Pendekatan kualitatif berguna untuk menemukan data yang berbentuk kata – kata
25
menemukan data hasil belajar siswa yang berbentuk angka yaitu dari tes hasil
belajar siswa.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 1 Nanga Pinoh pada
Division di kelas X-2 SMA Negeri 1 Nanga Pinoh Tahun Ajaran 2015/2016.
4. Populasi dan Sampel
4.1. Populasi
Adapun yang menjadi populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X
4.2. Sampel
Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-2
Student Team Achievement Division dan variabel terikat adalah hasil belajar
Matematika siswa.
6. Defenisi operasional
pertidaksamaan linear.
26
Model pembelajaran Koperatif tipe STAD adalah pendekatan Cooperative
7. Prosedur Penelitian
kelas, maka penelitian ini memiliki beberapa tahapan yang berupa siklus. Tiap
siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang akan dicapai. Pada penelitian
ini jika siklus I tidak berhasil, yaitu hasil belajar Matematika siswa belum
mencapai ketuntasan, maka dilaksanakan siklus II dan siklus akan berhenti jika
SIKLUS I
1. Permasalahan I
Dalam siklus ini permasalahan diperoleh dari data tes diagnostik awal
yang diberikan kepada siswa di kelas X-2 dan hasil wawancara dengan guru
dan siswa yang memperoleh nilai di bawah 65 atau tidak tuntas. Dari tes
dialami siswa, sehingga diperlukan suatu cara untuk mengatasi kesulitan ini,
Pada tahap perencanaan tindakan ini, hal – hal yang dilakukan adalah :
27
a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
pelaksanaan tindakan, yaitu : (1) lembar kerja siswa, (2) buku mata
aktivitas guru dan siswa), tes awal, dan tes untuk melihat hasil
belajar siswa.
3. Tahap pelaksanaan tindakan I
Setelah tahap perencanaan tindakan I disusun, maka tahap selanjutnya
disusun.
c. Selama pelaksanaan tindakan diadakan observasi terhadap siswa dan
I kepada siswa.
4. Observasi I
Observer (guru Matematika SMA Negeri 1 kelas X-2 Nanga Pinoh)
dalam hal ini peneliti dan siswa dianalisis melalui tiga tahap yaitu reduksi
6. Refleksi I
28
Tahap ini dilakukan untuk mengambil keputusan perencanaan tindakan
SIKLUS II
Alternatif
Permasala Pelaksanaan
pemecahan
ha tindakan I
Seles (Rencana Siklu
ai n Tindakan ) I sI
Refleksi I Analisis data I Observasi I
Belum
Siklus
Terselesaik
selanjutnya
ann
29
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti sebelum menyusun
diperoleh dari hasil belajar siswa kedalam bentuk tebel dengan menggunakan
Keterangan :
PPH = Persentase Penilaian Hasil
B = Skor yang diperoleh
N = Skor total
yang diajarkan.
30
80% - 89% : kemampuan tinggi
pencapaian taraf penguasaan minimal yang ditetapkan bagi setiap unit bahan
Keterangan :
dari tes awal yang diberikan hingga mencapai minimal 85% siswa
memperoleh skor 65
Sejalan dengan itu, Usman (2004:64) menyatakan bahwa : “Seorang siswa
dinyatakan tuntas belajar bila memiliki daya serap paling sedikit 65%.
siswa dikelas tersebut tuntas belajar”. Jika kriteria ini telah tercapai, maka
31
Lembar observasi yang sudah dilengkapi oleh observer berdasarkan hasil
terjadi didalam kelas. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kekurangan dan
BAB IV
Perencanaan dan persiapan untuk siklus yang pertama dua hari sebelum
tindakan dilakukan. Pada saat itu peneliti dan kolaborator yakni guru dalam Team
pembelajaran dan materi yang terkait dengan listrik statis. Selain itu juga
dipersiapkan pedoman wawancara, lembar observasi, jurnal untuk guru dan juga
32
1.Hasil Nontes
Hasil nontes siklus satu mencakup hasil yang diperoleh dari wawancara,
observasi, dan jurnal. Hasil wawancara menunjukkan bahwa sebagian besar siswa
merasa lebih tertantang untuk menggali ide berdasarkan kata kunci yang
pertama kali dilakukan. Walaupun begitu ada sebagian siswa yang masih merasa
siswa nampak lebih aktif, ada kompetisi antarkelompok, Namun masih terdapat
lainnya dua puluh siswa tampak aktif dan serius mengerjakan tugas.
oleh sebagian besar siswa yakni 23 orang menunjukkan reaksi positif. Dan
beberapa siswa juga menyatakan bahwa teknik ini sangat bagus digunakan karena
2.Hasil Tes
sebagai berikut:
33
1. Baik sekali 85-100 5 Skor rata-rata 2227/28
= 79,54
2. Baik 72-83 12
Kategori: Baik
3. Cukup 62-71 6
4. Kurang 51-61 5
Jumlah 28
Dari 28 siswa yang diteliti terdapat 5 siswa berkategori baik sekali yang
Untuk kategori cukup sejumlah 6 siswa atau 21%, sedangkan kategori kurang
sejumlah 5 siswa atau 18%. Dengan menerapkan cara perhitungan yang telah
diuraikan pada analisis data, diperoleh data skor rata-rata kemampuan ditinjau dari
pemahamannya sebesar 79,54. Jika skor maksimal 100, skor rata-rata siswa
sebesar 79,54 itu berarti berada pada kategori baik dan jika dipersentase mencapai
85%.
34
1. Baik sekali 85-100 6 Nilai rata-rata
2232/28= 79,71
2. Baik 72-83 10
Kategori : Baik
3. Cukup 62-71 7
4. Kurang 51-61 5
Jumlah
berkategori baik sekali sebanyak 6 siswa atau 21 %, sedangkan yang berada pada
posisi baik sebanyak 10 siswa atau 36 %. Siswa yang berkategori cukup sebanyak
7 siswa atau 25% dan siswa berkategori kurang sebanyak 5 siswa atau 18%.
Dengan menerapkan cara perhitungan yang telah diuraikan pada analisis data,
masalah sebesar 79,71. Jika skor maksimal 100, skor rata-rata siswa sebesar
79,71 itu berarti berada pada kategori baik dan jika dipersentase mencapai 85%.
1. Hasil Nontes
pada siklus teknik simulasi dilakukan dalam kelompok, pada siklus kedua teknik
35
simulasi ditempuh secara individu. Dari hasil wawancara dapat diinformasikan
bahwa siswa yang semula berautosugesti bahwa ia tidak berbakat dan tidak yakin
membuka diri dan ternyata memang mampu memahami Sistem Persamaan dan
Pertidaksamaan Linear dengan bagus asal mau berusaha dan berlatih secara terus-
menerus.
dengan teknik simulasi lebih mampu mengaktifkan siswa dan lebih menarik bagi
siswa terbukti dari 28 siswa terdapat 27 siswa atau 96% menunjukkan reaksi
menganggap bahwa teknik ini sangat tepat digunakan sebagai salah satu alternatif
2475/28=88,39
2. Baik 73-83 14
Kategori : Baik
3. Cukup 62-72 3
sekali
4. Kurang 51-61 0
Jumlah 28
36
Kemampuan memahami khususnya memahami Sistem persamaan dan
pada tabel di atas sejumlah 11 siswa atau 39% mencapai kategori baik sekali,
sedangkan 14 siswa atau 50% berkategori baik. Hanya 3 siswa atau 11% yang
berkategori cukup dan tak seorang pun berkategori kurang. Dengan skor
maksimal 100, jika skor rata-rata mencapai 88,39 berarti rata-rata siswa
berkategori baik sekali dan jika dipersentase kemampuan rata-rata siswa dalam
2504/28=89,43
2. Baik 73-83 14
Kategori= Baik
3. Cukup 62-72 2
sekali
4. Kurang 51-61 0
37
Kemampuan siswa dalam memahami Sistem Persamaan dan
Pertidaksamaan Linear ditinjau dari aspek Pemecahan Masalah adalah siswa yang
berkategori baik sekali sejumlah 12 siswa atau 43%, sedangkan yang berkategori
baik 14 siswa atau 50%. Siswa dalam kategori cukup sebanyak 2 siswa atau 7%
dan tak seorang siswa pun menempati kategori kurang.Secara klasikal skor rata-
rata mencapai 89,43 berada pada kategori baik sekali yang jika dipersentase
3 Pembahasan
Pembahasan akan meliputi hasil tes dan nontes yang telah diperoleh dari
penelitian pada siklus I dan siklus II. Hasil tes berupa nilai kemampuan
dan sikap siswa yang diperoleh melalui observasi, wawancara, dan jurnal.Dari
aspek pemahaman materi, pada siklus pertama hanya 5 siswa yang mencapai
kategori baik sekali, sedangkan pada siklus kedua11 siswa yang mampu
mencapai kategori baik sekali.Siswa yang berkategori baik pada siklus I sebanyak
12 siswa menjadi 14 siswa pada siklus II. Untuk kategori cukup pada siklus I
sebanyak 6 siswa menjadi 3 orang pada siklus II. Kategori kurang pada siklus I
sebanyak 5 orang dan tidak seorangpun siswa yang berkategori kurang pada siklus
II.
baik sekali dan menjadi 11 orang pada siklus II. Katergori baik pada siklus
38
pertama 10 siswa menjadi 14 siswa pada sikuls II. Kategori cukup 7 siswa pada
siklus pertama dan 2 siswa pada siklus II dan kategori kurang pada siklus I
sebanyak 5 siswa dan tak satu pun siswa yang berkategori kurang pada siklus II.
Peningkatan ini dipengaruhi oleh sikap dan perilaku siswa pada siklus II
yang lebih serius dan siswa semakin merasa percaya diri bahwa setiap orang bisa
mengurangi siswa yang agak kurang berminat pada memahami materi. Dilihat
dari kedua aspek yakni aspek pemahaman dan pemecahan masalah matematika
siswa , secara umum mengalami peningkatan skor dari siklus I ke siklus II seperti
berarti 36%
2. Siklus 88,39 89,43 88,91 Yang berniali kurang tidak
39
masalah pada siklus pertama mencapai nilai rata-rata 79,63. Pada siklus kedua
nilai rata-rata mencapai 88,91, berarti terjadi peningkatan sebesar 9,29 atau 9%.
Pada siklus pertama tuntas belajar secara klasikal sudah tercapai, namun
yang bernilai kurang ada 10 siswa, atau ketuntasan mencapai 64% secara klasikal,
yang belum tuntas 36 %.Pada siklus kedua seluruh siswa mencapai ketuntasan
belajar, tidak terdapat siswa yang bernilai kurang. Dengan demikian pada siklus
Peningkatan nilai rata-rata dan pencapaian tuntas belajar klasikal sungguh sangat
dipengaruhi oleh banyak hal. Teknik pembahasan hasil penelitian siswa secara
klasikal ternyata memberi motivasi yang cukup tinggi pada siswa. Para siswa
lebih antusias dan serius untuk memahami Sistem Persamaan dan Pertidaksamaan
dan dihargai. Dengan kata lain siswa lebih senang jika hasil karyanya dikomentari
40
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
hasil pada siklus pertama sebesar 79,54 menjadi sebesar 88,39 pada siklus
teknik ini juga dapat meningkatkan jumlah siswa yang tuntas belajar. Pada
41
2. Melalui model pembelajaran STAD ini, bebagai perubahan sikap positif
juga diperoleh siswa. Para siswa lebih antusias, aktif, kreatif, serius,
dapat diwujudkan.
5.2. Saran
Untuk meningkatkan kemampuan memahami Sistem persamaan dan
42
DAFTAR PUSTAKA
Cipta.
Djamarah, S.B. dan Zain, A., (2002). Strategi Belajar Mengajar. Surabaya :
Rineka Cipta.
Pressindo.
43
Slameto, (2003). Belajar Dan Faktor – Faktor Yang mempengaruhinya. Jakarta :
Rineka Cipta.
44