Anda di halaman 1dari 5

Nyeri

Nyeri paling baik diukur menggunakan visual analog scale (VAS) 10 cm,
dengan “0” adalah tidak nyeri dan disebut “10” bila nyeri hebat, dapat ditentukan
baik ketika istirahat maupun aktivitas. Nyeri yang disebabkan oleh inflamasi akut
di fase awal penyakit biasanya lebih berat daripada fase berikutnya. Terbukti pada
nyeri akibat kompresi saraf disebabkan oleh sinovitis. Kompresi saraf median,
atau carpal tunnel syndrome, merupakan salah satu kondisi tersering pada
pergelangan tangan. Saraf ulnar juga dapat mengalami kompresi pada Guyon’s
canal dan cubital tunnel.

Range of Motion
Pengukuran AROM (Active range-of-motion) pada tangan yang mengalami
peradangan adalah bervariasi. Meningkatnya kekakuan atau gelling, didefinisikan
sebagai kesulitan dalam memulai gerakan sendi setelah periode tidak ada
aktivitas, seringkali ditemukan pada pagi hari. Pengukuran AROM tangan telah
terbukti memiliki tingkat kepercayaan yang rendah sejak pengukuran yang
bervariasi seperti variasi hingga 10 derajat pada pasien RA. Pengukuran fleksi
jari-jari, ekstensi jari aktif, dan thumb opposition dapat memberikan informasi
fungsional. Pengukuran Passive range-of-motion (PROM) melalui pemberian
tekanan yang berlebihan di akhir ROM yang ada tidak direkomendasikan,
terutama jika stabilitas sendi terganggu. Namun, tetap perlu diperhatikan
perbedaan antara AROM dan PROM pada sendi, yang dapat mengindikasikan
adanya ruptur tendon atau ruptur yang akan terjadi (impending rupture).
Ruptur tendon disebabkan oleh hilangnya AROM fleksi atau ekstensi dan
muncul sekunder pada erosi tendon karena tendon tersebut meluncur di area
tulang yang kasar dan tidak teratur. Ada kejanggalan bila terdapat perbedaan
antara AROM dan PROM. Misalnya, tendon extensor pollicis longus (EPL) dan
extensor digitorum communis (EDC) dari jari ketiga, keempat, dan kelima serta
extensor digiti quinti pada pasien RA rentan terhadap ruptur erosi di pergelangan
tangan. EPL dapat ruptur di Lister’s tubercle pada bagian dorsal dari radius distal,
sedangkan EDC dan EDQ dapat ruptur di ulnar distal. Untuk melakukan
pemeriksaan EPL, pasien diminta untuk memanjangkan ibu jari pada semua sendi
dengan telapak tangan menghadap ke bawah; ketidakmampuan untuk
memanjangkan ibu jari secara maksimal dibandingkan PROM yang ada
mengindikasikan terjadi ruptur atau impending rupture dari EPL. Untuk
memeriksa EDQ, terapis harus menahan sendi MCP dari jari telunjuk, jari tengah,
dan jari manis dalam keadaan fleksi dan pasien diminta untuk melakukan isolated
extension pada jari kelingking. Ketidakmampuan untuk memanjangkan jari
kelingking secara mandiri dengan catatan tidak adanya restriksi yang signifikan
pada ekstensi pasif jari kelingking mengindikasikan adanya rupture EDQ. Tidak
jarang pasien tidak menyadari kondisi tersebut, akan tetapi kondisi ini harus di
bawa ke dokter bedah tangan dan ditargetkan untuk diberikan teknik proteksi ke
dalam rencana terapi.
Pola ROM dari gerakan ibu jari mencubit (thumb pinch) harus diperhatikan
dan dievaluasi. Beberapa pasien hanya dapat melakukan cubitan lateral karena
deformitas pronasi dari jari telunjuk. Perhitungan derajat deviasi ulnar di sendi
MCP dapat memberikan informasi yang membantu dalam memprediksi
progresifitas deformitas sendi. Deviasi ulnar sendi MCP bervariasi berdasarkan
posisi sendi MCP (fleksi atau ekstensi), dan maka dari itu posisi sendi MCP harus
dilaporkan bersamaan dengan pengukuran deviasi ulnar. Penulis
merekomendasikan pengukuran deviasi ulnar dalam keadaan ekstensi aktif
maksimal sendi MCP dan biasanya posisi deformitas ini terdapat pada malam hari.
Abduksi jari dan ibu jari harus diukur dan pergerakannya dapat terbatas
pada pasien SS (Systemic Sclerosis). Salah satu metode untuk mengukur abduksi
jari dan ibu jari yaitu menyisipkan kertas pada tangan dengan jari-jari dan ibu jari
abduksi maksimal.

Stabilitas Sendi
Stabilitas sendi jari MCP dan IP acapkali berhubungan dengan proses
penyakit peradangan sendi. Stabilitas dari sendi IP diperiksa dengan cara
menstabilkan secara proksimal kemudian dimiringkan dan diluncurkan sendi
tersebut secara lateral. Ketidakstabilan jelas terlihat bila gerakan dilakukan
berlebihan. Pemeriksaan stabilitas sendi MCP diperlukan kondisi sendi yang fleksi
selama percobaan stres lateral karena pada posisi ini ligamen kolateral akan
menjadi tegang dan normalnya terjadi sedikit pergerakan lateral. Stabilitas ibu jari
lebih lanjut dievaluasi dengan cara pasien diminta melakukan gerakan tip finch
(mencubit). Jika MCP dan IP ibu jari tidak mampu mempertahankan posisi
hampir-netral selama pinch, maka stabilitas sendi dapat dipertanyakan.

Kekuatan
Philip melaporkan bahwa genggaman sebesar 20 pon diperlukan untuk
hampir semua kegiatan sehari-hari. Dinamometer tangan hidrolik Jamar standar
memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi, tetapi terasa menyakitkan pada tangan
rheumatoid. Sfigmomanometer lebih nyaman untuk pasien ini, dan studi yang
dilakukan oleh Agnew telah membahas korelasi antara kedua instrumen tersebut.
Kekuatan pinch dapat diukur menggunakan pinch meter; namun, beberapa pasien
tidak dapat menyelesaikan tip pinch atau three-jaw chuck pinch, dan oleh karena
itu penderita melakukan berbagai kegiatan sehari-hari dengan key pinch atau
pinch lateral. Instabilitas sendi, daripada kelemahan, dapat lebih bermasalah
selama aktivitas sehari-hari (ADL). Bahkan dengan kekuatan otot yang baik,
pasien tidak dapat mempertahankan genggaman terhadap suatu objek jika sendi
kolaps dan menjadi deformitas. Kelemahan di area lainnya yang biasa ditemukan
pada tangan rheumatoid adalah kelemahan otot interoseus dorsal satu. Hal ini
dapat dibuktikan dengan cara pasien diminta abduksi jari telunjuk aktif melawan
resistensi (Gambar 5) untuk menentukan derajat kekuatan yang sesuai.
Gambar 5. Kelemahan dari interous dorsal satu dapat dibuktikan dengan
meminta pasien melakukan abduksi jari telunjuk secara aktif atau melawan objek
ringan untuk menentukan derajat kekuatan yang sesuai.

Aktivitas Sehari-hari (ADL)


Pemeriksaan tingkat fungsional pasien dimulai segera ketika pasien
mendapatkan terapi klinis. Kecepatan ambulasi pasien dapat memberikan
informasi mengenai tingkat nyeri dan luasnya keterlibatan ekstremitas bawah.
Observasi pasien melepas kancing dan melepas pakaian serta duduk di meja bisa
sangat berharga dalam memahami kemampuan pasien melakukan pinch dan
menggenggam, menyelesaikan aktifitas fungsional sederhana, dan menggunakan
tangan untuk mobilitas (misalnya sebagai penopang). Hal ini penting untuk
mendapatkan pemahanan situasi rumah pasien dan sistem pendukung saat
merencanakan program terapi dan desain orthosis yang sesuai. Sebagai contoh,
jika pasien tidak dapat menggunakan orthosis secara mandiri, yang merawat harus
selalu ada untuk membantu. Tujuan terapi dievaluasi seksama, untuk memastikan
orthosis menjadi realistis. Buku harian pasien, sebagaimana dijelaskan oleh
Devore, bisa memberi wawasan mengenai kebutuhan pasien dan mendorong
partisipasi aktif selama proses pengobatan. Buku harian membantu pasien
menentukan bidang ADL yang bermasalah, termasuk sendi apa yang terlibat dan
apakah gangguan sendi merupakan akibat nyeri, kekuatan, atau posisi. Evaluasi
ADL harus dilakukan termasuk di rumah, tempat kerja, dan aktivitas selama
bekerja. Banyak pasien mencari pengobatan ketikan pekerjaan mereka secara
bermakna terganggu atau menjadi terbatas.

Rencana Pengobatan
Manajemen terapi dari artritis bersifat individual dan spesifik terhadap
kondisi pasien, deformitas atau berpotensi deformitas, fase penyakit, dan ADL.
Tujuan personal pasien juga harus dipertimbangkan dalam rencana terapi. Edukasi
pasien tentang penyakit dan pilihan pengobatan sangat penting dalam proses
pengobatan. Tujuan terapi adalah mengurangi nyeri dan inflamasi serta menjaga
dab meningkatkan fungsi. Metode tatalaksana mencakup orthosis kustom buatan
dan orthosis positioning, hati-hati melakukan latihan fisik, edukasi proteksi sendi
dan teknik menyimpan energi, latihan ADL menggunakan teknik dan bantuan
adaptif, dan agen fisik.

Anda mungkin juga menyukai