Anda di halaman 1dari 62

MAKALAH

PERAWATAN PADA PASIEN PSORIASIS


Mata Kuliah: Health Home Care
Dosen Koordinator: Ns. Siti Mukaromah, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh:
Kelompok

M. Novan Ahadinata 16.0459.794.01


Susilawati 16.0492.827.01
Triberti Natalis Yodi 16.0496.831.01
Zukri Fauza 16.0499.834.01

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIYATA HUSADA SAMARINDA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini pada mata mata kuliah Health Home
Care tepat waktu.
Makalah dengan judul “PERAWATAN PADA PASIEN PSORIASIS”
ini kami susun untuk mengetahui nilai tugas mata kuliah Health Home
Care yang diberikan oleh Ns. Siti Mukaromah, S.Kep., M.Kep
Kami ucapkan banyak terima kasih kepada Ns. Siti Mukaromah,
S.Kep., M.Kep selaku dosen pembimbing, terima kasih kepada anggota
kelompok, serta pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini,
dengan kerendahan hati, kami memohon maaf. Semoga makalah ini
dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Samarinda, 24 Maret 2019

Kelompok

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .....................................................................................i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
PEMBAHASAN KASUS
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................
B. Rumusan Masalah ...........................................................................
C. Tujuan ..............................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi ..............................................................................................
B. Etiologi ..............................................................................................
C. Klasifikasi ..........................................................................................
D. Manifestasi Klinis ..............................................................................
E. Patofisiologi .......................................................................................
F. Penatalaksanaan Keperawatan ........................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
PEMBAHASAN KEAHLIAN PERAWATAN LUKA
PEMBAHASAN KEAHLIAN HIPNOTERAPI
PEMBAHASAN KEAHLIAN TERAPI TOTOK WAJAH

iii
PEMBAHASAN KASUS
PSORIASIS
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Psoriasis adalah penyakit kelainan pada kulit yang bersifat kronik
dan residif, ditandai oleh percepatan pertukaran sel-sel epidermis
sehingga terjadi pergantian kulit epidermis atau proses keratinisasi
yang lebih cepat dari biasanya. Penyakit ini tampak sebagai plak tebal,
eritematosa, berbatas tegas, dan papul-papul yang tertutup oleh sisik
seperti perak, biasanya terdapat di daerah tubuh yang mudah terkena
trauma seperti lutut, siku, dan kulit kepala. Erupsi kulit ini dapat
menyerang bagian tubuh manapun, kecuali selaput lendir.
Psoriasis merupakan penyakit universal dengan insidens
bervariasi di berbagai negara. Psoriasis sering dijumpai pada orang
kulit putih, mengenai 1-3% populasi dunia. Di Amerika mengenai sekitar
2-3 juta penduduk atau 1% populasi, pulau Faroe 2,8%, Denmark 2,9%,
Inggris 2%, dan Cina 0,3%. Prevalensi wanita sama dengan pria.
Penyakit ini dapat muncul pada segala usia, namun jarang ditemukan
pada usia di bawah 10 tahun. Insidens penyakit kemudian berkurang
secara perlahan dengan bertambahnya usia, walaupun juga didapatkan
pada usia 57-60 tahun. Psoriasis dapat digolongkan menjadi 2 tipe
berdasarkan awitan, riwayat keluarga, dan keparahan penyakit.
Psoriasis tipe 1 timbul sebelum usia 40 tahun dan tipe 2 timbul setelah
usia 40 tahun. Psoriasis diklasifikasikan menjadi tujuh berdasarkan
bentuk klinis, yaitu: psoriasis vulgaris, psoriasis gutata, psoriasis
inversa/psoriasis fleksural, psoriasis eksudativa, psoriasis
seboroik/seboriasis, psoriasis pustulosa, dan eritroderma psoriatik.
Psoriasis pustulosa adalah salah satu bentuk klinis psoriasis yang
ditandai dengan adanya erupsi pustul bersifat steril dengan dasar

1
eritematosa. Terdapat 2 bentuk psoriasis pustulosa, yaitu psoriasis
pustulosa lokalisata dan psoriasis pustulosa generalisata (PPG).
Psoriasis pustulosa lokalisata contohnya psoriasis pustulosa
palmoplantar (Barber). Penyakit ini mengenai telapak tangan atau
telapak kaki atau keduanya. Kelainan kulit berupa kelompok-kelompok
pustula kecil, steril dan dalam, di atas kulit yang eritematosa disertai
rasa gatal. PPG dapat juga dibagi berdasarkan kondisi klinis utamanya
antara lain tipe von Zumbuch, impetigo herpetiformis, dan tipe anular.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definsi dari Psoriasis?
2. Apa etiologi dari Psoriasis?
3. Apa klasifikasi dari Psoriasis?
4. Apa manifestasi dari Psoriasis?
5. Apa patofisiologi dari Psoriasis?
6. Apa penatalaksanaan dari Psoriasis?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi dari Psoriasis.
2. Untuk mengetahui tentang etiologi dari Psoriasis.
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari Psoriasis.
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Psoriasis.
5. Untuk mengetahui dan memahami tentang patofisiologi Psoriasis.
6. Untuk mengetahui Penatalaksaan dari Psoriasis.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Psoriasis pustulosa generalisata (PPG) tipe von Zumbuch
merupakan varian psoriasis yang timbul secara akut. Khas ditandai
dengan adanya erupsi pustula generalisata Panel D. Lesi sepenuhnya
berkembang, di tandai dengan dilatasi kapiler sepenuhnya dan
peningkatan aliran darah, banyak makrofag di membran basal dan pe
ning katan jumlah sel T (terutama CD4+) dan sel dendritik (D) di dermis.
Lesi epidermis matang dengan peningkatan (sekitar se puluh kali lipat)
hiperproliferasi keratinosit, tetapi tidak kehilangan lapisan granular
dengan pemadatan di atas stratum korneum dan parakeratosis,
peningkatan jumlah CD8+ sel T dan akumulasi neutrofi l dalam stratum
korneum (mikroabses Munro’s).
Disertai gejala sistemik seperti demam selama beberapa hari,
malaise, dan anoreksia. Pustulanya bersifat steril dengan ukuran 2-3
mm, tersebar pada batang tubuh dan ekstremitas, termasuk kuku,
telapak tangan, dan telapak kaki. Pustula biasanya timbul pada kulit
yang eritematus, awalnya berupa bercak dengan sejumlah pustul yang
kemudian menyatu (konfl uen) membentuk gambaran danau (lake of
pus). Ada juga yang beranggapan bahwa penyakit ini merupakan
Psoriasis pustulosa generalisata mempunyai beberapa faktor risiko,
yaitu pemakaian atau penghentian kortikosteroid sistemik mendadak
pada penderita yang mempunyai riwayat psoriasis, obat-obatan seperti
antimalaria, salisilat, iodine, penisilin, β-blocker, INF-α, dan
lithium.penyakit tersendiri.

3
B. Etiologi
Obat topikal yang dapat menjadi pencetus adalah yang bersifat
iritan kuat seperti tar, antralin, dan kortikosteroid. Faktor pencetus lain
adalah kehamilan, sinar matahari, alkohol, merokok, hipokalsemia
sekunder akibat hipoparatiroidisme, stres emosional, infeksi bakteri dan
virus, serta idiopatik.
Penyebab psoriasis sampai saat ini belum diketahui. Diduga
penyakit ini diwariskan secara poligenik. Walaupun sebagian besar
penderita psoriasis timbul secara spontan, namun pada beberapa
penderita dijumpai adanya faktor pencetus antara lain:
1. Trauma Psoriasis pertama kali timbul pada tempat-tempat yang
terkena trauma, garukan, luka bekas operasi, bekas vaksinasi, dan
sebagainya. Kemungkinan hal ini merupakan mekanisme fenomena
Koebner. Khas pada psoriasis timbul setelah 7-14 hari terjadinya
trauma.
2. Infeksi Pada anak-anak terutama infeksi Streptokokus hemolitikus
sering menyebabkan psoriasis gutata. Psoriasis juga timbul setelah
infeksi kuman lain dan infeksi virus tertentu, namun menghilang
setelah infeksinya sembuh.
3. Iklim Beberapa kasus cenderung menyembuh pada musim panas,
sedangkan pada musim penghujan akan kambuh.
4. Faktor endokrin Insiden tertinggi pada masa pubertas dan
menopause. Psoriasis cenderung membaik selama kehamilan dan
kambuh serta resisten terhadap pengobatan setelah melahirkan.
Kadang-kadang psoriasis pustulosa generalisata timbul pada waktu
hamil dan setelah pengobatan progesteron dosis tinggi.
5. Sinar matahari Walaupun umumnya sinar matahari bermanfaat bagi
penderita psoriasis namun pada beberapa penderita sinar matahari
yang kuat dapat merangsang timbulnya psoriasis. Pengobatan
fotokimia mempunyai efek yang serupa pada beberapa penderita.
6. Metabolik Hipokalsemia dapat menimbulkan psoriasis.

4
7. Obat-obatan
a. Antimalaria seperti mepakrin dan klorokuin kadang-kadang dapat
memperberat psoriasis, bahkan dapat menyebabkan eritrodermia.
b. Pengobatan dengan kortikosteroid topikal atau sistemik dosis
tinggi dapat menimbulkan efek “withdrawal”.
c. Lithium yang dipakai pada pengobatan penderita mania dan
depresi telah diakui sebagai pencetus psoriasis.
d. Alkohol dalam jumlah besar diduga dapat memperburuk psoriasis.
e. Hipersensitivitas terhadap nistatin, yodium, salisilat dan
progesteron dapat menimbulkan psoriasis pustulosa generalisata.
C. Klasifikasi
Psoriasis pustulosa generalisata dapat dibagi menjadi tiga
kelompok berdasarkan ada tidaknya riwayat psoriasis, yaitu:
1. Kelompok pertama, terdapat riwayat psoriasis lama dengan onset
dini. Psoriasis pustulosa sering dipicu oleh beberapa agen provokatif
eksternal.
2. Kelompok kedua, riwayat psoriasis sebelumnya bentuk atipikal pada
keadaan onset relatif lambat. Faktor pencetus biasanya tidak ada.
3. Kelompok ketiga, psoriasis pustulosa muncul tanpa riwayat psoriasis
sebelumnya.
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis PPG tipe von Zumbuch dimulai dengan kulit
menjadi merah, disertai rasa terbakar, dan adanya gejala konstitusi
seperti demam, menggigil, malaise, sefalgia, artralgia, anoreksia, dan
nausea. Beberapa jam kemudian timbul kelompok pustula superfisial
bersifat steril dengan diameter 1-2 mm sampai 2-3 mm. Daerah yang
paling sering terkena adalah batang tubuh, ekstremitas, daerah fl
exural, dan anogenital. Wajah biasanya jarang terkena. Pustula dapat
terjadi pada mukosa bukal, lidah, dan di bawah kuku yang
menyebabkan pelepasan kuku. Pustula-pustula ini dalam waktu singkat
bersatu membentuk lake of pus yang kemudian kering dan mengelupas

5
dengan kulit eritem ringan. Pustula pada kuku dapat menghasilkan
onikodistrofi dan defl uvium unguium. Artritis sering menyertai penyakit
ini baik akut maupun kronis, terjadi pada sepertiga kasus. Episode
pustul akan terjadi dalam harian atau minggu, sehingga menyebabkan
ketidaknyamanan dan kelelahan. Telogen effluvium dapat ter jadi dalam
2-3 bulan. Remisi psoriasis pustulosa ditandai dengan hilangnya gejala
sistemik kemudian menjadi eritroderma atau lesi psoriasis vulgaris.
E. Patofisiologi
Patogenesis terjadinya psoriasis, diperkirakan karena:
1. Terjadi peningkatan “turnover” epidermis atau kecepatan
pembentukannya dimana pada kulit normal memerlukan waktu 26-28
hari, pada psoriasis hanya 3-4 hari sehingga gambaran klinik tampak
adanya skuama dimana hiperkeratotik. Disamping itu pematangan
sel-sel epidermis tidak sempurna.
2. Adanya faktor keturunan ditandai dengan perjalanan penyakit yang
kronik dimana terdapat penyembuhan dan kekambuhan spontan
serta predileksi lesinya pada tempat-tempat tertentu.
3. Perubahan-perubahan biokimia yang terjadi pada psoriasis meliputi:
a. Peningkatan replikasi DNA.
b. Berubahnya kadar siklik nukleotida.
c. Kelainan prostaglandin dan prekursornya.
d. Berubahnya metabolisme karbohidrat.
Normalnya sel kulit akan matur pada 28-30 hari dan kemudian
terlepas dari permukaan kulit. Pada penderita psoriasis, sel kulit akan
matur dan menuju permukaan kulit pada 3-4 hari, sehingga akan
menonjol dan menimbulkan bentukan peninggian kumpulan plak
berwarna kemerahan. Warna kemerahan tersebut berasal dari
peningkatan suplai darah untuk nutrisi bagi sel kulit yang bersangkutan.
Bentukan berwarna putih seperti tetesan lilin (atau sisik putih)
merupakan campuran sel kulit yang mati. Bila dilakukan kerokan pada
permukaan psoriasis, maka akan timbul gejala koebner phenomenon.

6
Terdapat banyak tipe dari psoriasis, misalnya plaque, guttate, pustular,
inverse, dan erythrodermic psoriasis. Umumnya psoriasis akan timbul
pada kulit kepala, siku bagian luar, lutut, maupun daerah penekanan
lainnya. Tetapi psoriasis dapat pula berkembang di daerah lain,
termasuk pada kuku, telapak tangan, genitalia, wajah, dan lain-lain.
Pemeriksaan histopatologi pada biopsi kulit penderita psoriasis
menunjukkan adanya penebalan epidermis dan stratum korneum dan
pelebaran pembuluh-pembuluh darah dermis bagian atas. Jumlah sel-
sel basal yang bermitosis jelas meningkat. Sel-sel yang membelah
dengan cepat itu bergerak dengan cepat ke bagian permukaan
epidermis yang menebal. Proliferasi dan migrasi sel-sel epidermis yang
cepat ini menyebabkan epidermis menjadi tebal dan diliputi keratin
yang tebal (sisik yang berwarna seperti perak). Peningkatan kecepatan
mitosis sel-sel epidermis ini agaknya antara lain disebabkan oleh kadar
nukleotida siklik yang abnormal, terutama adenosin monofosfat (AMP)
siklik dan guanosin monofosfat (GMP) sikli. Prostaglandin dan poliamin
juga abnormal pada penyakit ini. Peranan setiap kelainan tersebut
dalam mempengaruhi pembentukan plak psoriatik belum dapat
dimengerti secara jelas.
F. Penatalaksanaan Keperawatan
Non Farmakologi
1. Jaga kulit agar tetap berminyak. Minyak, cream, dan petroleum jelly
adalah moisturizer yang baik. Gunakan pelembab bila udara terasa
panas.
2. Penyinaran dengan sinar matahari akan menghilangkan psoriasis
pada beberapa orang, namun kulit terlebih dulu diolesi dengan
minyak dan dilakukan lubrikasi.
3. Mandi dengan air panas akan mengurangi sisik yang timbul.
Penggunaan moisturizer segera setelah mandi akan berguna.
Meminimalisasi kontak dengan sabun dan bahan kimia. Gunakan

7
sabun yang sangat lembut, sabun moisturizing, atau sabun yang
bebas pembersih.
4. Lindungi kulit dari cidera, sebab cidera dapat memperparah plaque
yang timbul.
Farmakologi
1. Umum
a. Penjelasan mengenai penyakit kepada pasien dan rencana
tatalaksana.
b. Rawat inap
c. Tirah baring
d. Hindari faktor pencetus
e. Keseimbangan cairan dan elektrolit
2. Topikal
a. Preparat Ter
Preparat ter yang berasal dari batubara, seperti liantral dan liquor
carbonis detergens. Konsentrasi yang biasa digunakan 2-5%,
dimulai dari konsentrasi rendah, jika tidak ada perbaikan
konsentrasi dapat dinaikkan. Kasus yang mengalami
penyembuhan dengan preparat ter ini berjumlah sampai 60%.
b. Kortikosteroid
Kortikosteroid topikal memberikan hasil baik. Harus dipilih
golongan kortikosteroid yang poten. Kortikosteroid topikal memiliki
cara kerja antiinfl amasi, imunosupresif, antiproliferatif, dan
vasokonstriksi. Jika lesi hanya sedikit dapat diberikan suntikan
triamsinolon asetonid intralesi seminggu sekali.
c. Ditranol (antralin)
Obat ini termasuk efektif sebagai antiproliferatif dan antiinfl amasi.
Konsentrasi yang digunakan biasanya 0,2 – 0,8% dalam pasta,
salep, atau krim. Lama pemakaian hanya 1/4-1/2 jam sehari sekali
untuk mencegah iritasi. Penyembuhan dalam 3 minggu.

8
d. Calcipotriol
Calcipotriol adalah sintetik vitamin D. Preparatnya berupa salep
atau krim 50 mg/gram dengan efek antiproliferasi. Perbaikan
setelah satu minggu. Efektivitas salep ini sedikit lebih baik
daripada salep betametason 17-valerat. Efek sampingnya pada 4-
20% penderita berupa iritasi, rasa terbakar dan tersengat, eritem
dan skuamasi yang akan hilang setelah beberapa hari obat
dihentikan.
e. Tazaroten
Obat ini merupakan molekul retinoid asetilinik topikal. Efeknya
menghambat proliferasi, normalisasi petanda diferensiasi
keratinosit dan menghambat petanda proinfl amasi pada sel
radang yang menginfi ltrasi kulit. Tersedia dalam bentuk gel dan
krim konsentrasi 0,05-0,1%. Efek sampingnya berupa iritasi, rasa
terbakar, gatal, eritem, dan fotosensitif.
f. Emolien
Emolien diberikan pada masa penyembuhan untuk mencegah
kekeringan kulit dan melembutkan permukaan kulit.
3. Fototerapi
Menggunakan sinar UVA secara tersendiri atau berkombinasi
dengan psoralen yang disebut PUVA. Sinar UVB dapat digunakan
untuk pengobatan psoriasis tipe plak, gutata, pustular, dan
eritroderma. Pengobatan cara Goeckerman menggunakan kombinasi
ter berasal dari batu bara dan sinar ultraviolet.
4. Sistemik
Obat sitostatika yang biasa digunakan ialah metotreksat, asitretin,
siklosporin, siklofosfamid, dan retinoid. Indikasi pemberian obat
sitostatika ialah psoriasis vulgaris luas, psoriasis pustulosa, psoriasis
artritis dengan lesi kulit, eritroderma karena psoriasis, dan psoriasis
yang sulit terkontrol dengan obat standar. Kontraindikasi pemberian
sitostatika ialah kelainan hepar, ginjal, sistem hematopoetik,

9
kehamilan, penyakit infeksi aktif, ulkus peptikum, kolitis ulseratif, dan
psikosis.
a. Metotraksat
Metotreksat merupakan obat paling efektif untuk psoriasis
pustulosa ataupun artritis. Metotreksat adalah suatu antagonis
asam folat yang bekerja dengan cara menghambat enzim
dihidrofolat reduktase, suatu enzim yang akan mengubah
dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat yang berperan dalam sintesis
DNA. Metotreksat bekerja menghambat sintesis DNA pada
fase(S). Metotreksat dapat diberikan secara oral dosis tunggal
atau dosis terbagi setiap minggu, intramuskuler atau intravena.
Obat ini dimetabolisme di hati dan diekskresikan melalui ginjal.
Untuk PPG, metotreksat diberikan dengan dosis 10 sampai
dengan 25 mg setiap minggu. Untuk pemberian oral dengan dosis
ter bagi diberikan 2,5 mg - 5 mg dengan interval 12 jam sebanyak
3 kali setiap minggu. Sebelum pemberian metotreksat sebaiknya
dilakukan dulu beberapa pemeriksaan evaluasi, terdiri dari
pemeriksaan hitung jenis, platelet, tes fungsi ginjal dan fungsi hati.
Laboratorium darah rutin dan fungsi hati diperiksa seminggu
kemudian. Timbulnya leukopeni dan trombositopeni menunjukan
adanya dis fungsi sumsum tulang belakang dan merupakan tanda
overdosis metotreksat. Bila jumlah leukosit kurang dari
3.500/mm3, metotreksat harus dihentikan. Obat dapat diberikan
kembali dengan dosis lebih rendah setelah 2-3 minggu masa
istirahat bila nilai laboratorium membaik. Untuk mencegah
mielosupresi dapat diberikan dahulu dosis inisial, umumnya
dengan dosis 1 sampai 10 mg, satu minggu kemudian dilakukan
pemeriksaan hematologik dan hati. Efek samping lainnya
diantaranya ialah nyeri kepala, alopesia, dan gangguan saluran
cerna. Pada saluran cerna berupa nausea, nyeri lambung,
stomatitis ulserosa, dan diare. Jika hebat terjadi enteritis

10
hemoragik dan perforasi intestinal. Pada hati dapat terjadi fi brosis
dan sirosis. Secara umum respons terapi metotreksat terhadap
psoriasis terjadi sekitar 1-4 minggu.
b. Asitretin
Asitretin merupakan metabolit aktif etretinat yang utama. Cara
kerjanya mengurangi proliferasi sel epidermal pada lesi dan kulit
normal. Efek sampingnya sangat banyak, antara lain kulit menipis,
selaput lendir pada mata, hidung, mulut kering, peningkatan lipid
darah, gangguan fungsi hati, hiperostosis dan teratogenik.
c. Siklosporin
Siklosporin berefek imunosupresif. Dosisnya 6 mg/kgBB/hari.
Bersifat nefrotoksik dan hepatotoksik. Hasil pengobatan untuk
psoriasis baik, hanya setelah obat dihentikan dapat terjadi
kekambuhan.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Psoriasis pustulosa generalisata (PPG) tipe von Zumbuch
merupakan varian psoriasis yang timbul secara akut. Khas ditandai
dengan adanya erupsi pustula generalisata Panel D. Lesi sepenuhnya
berkembang, di tandai dengan dilatasi kapiler sepenuhnya dan
peningkatan aliran darah, banyak makrofag di membran basal dan pe
ning katan jumlah sel T (terutama CD4+) dan sel dendritik (D) di dermis.
Psoriasis pustulosa generalisata mempunyai beberapa faktor
risiko, yaitu pemakaian atau penghentian kortikosteroid sistemik
mendadak pada penderita yang mempunyai riwayat psoriasis, obat-
obatan seperti antimalaria, salisilat, iodine, penisilin, β-blocker, INF-α,
dan lithium.

12
DAFTAR PUSTAKA

Johan, R., & Hamzah, R. A. (2016). Gejala Klinis dan Terapi Psoriasis Pustulosa
Generalisata tipe von Zumbuch. CDK-237/ vol. 43 no. 2, 117-122.

13
PEMBAHASAN KEAHLIAN
PERAWATAN LUKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan
yang sangat pesat terutama dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi
dalam bidang kesehatan juga memberikan kontribusi yang sangat untuk
menunjang praktek perawatan luka ini. Disamping itu pula, isu terkini
yang berkait dengan manajemen perawatan luka ini berkaitan dengan
perubahan profil pasien, dimana pasien dengan kondisi penyakit
degeneratif dan kelainan metabolic semakin banyak ditemukan. Kondisi
tersebut biasanya sering menyertai kekomplekan suatu luka dimana
perawatan yang tepat diperlukan agar proses penyembuhan bisa
tercapai dengan optimal.
Luka merupakan masalah yang sering dihadapi dalam dunia
medis, Banyak macam pendekatan digunakan untuk menyelesaikan
problem tersebut. Tidak satupun pelaksana kesehatan dari yang
spesialis maupun sub-spesialis yang tidak dihadapkan pada resiko
pasien untuk terjadinya sebuah luka. Sehingga diperlukan pengetahuan
dan keahlian yang baik dan terkini tentang penatalaksanaan dan
perawatan luka bagi semua tenaga kesehatan. Penatalaksanaan
perawatan luka yang komprehensif merupakan modal utama bagi
sebuah institusi kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
menyeluruh kepada kliennya.
Angka kejadian luka setiap tahun semakin meningkat, baik
luka akut maupun luka kronis. Sebuah penelitian terbaru di Amerika
menunjukkan prevalensi pasien dengan luka adalah 350 per 1000
populasi penduduk. Mayoritas luka pada penduduk dunia adalah luka
karena pembedahan/trauma (48.00%), ulkus kaki (28.00%), luka

14
dekubitus (21.00%). Pada tahun 2009, MedMarket Diligence, sebuah
asosiasi luka di Amerika melakukan penelitian tentang insiden luka di
dunia berdasarkan etiologi penyakit. Diperoleh data untuk luka bedah
ada 110.30 juta kasus, luka trauma 1.60 juta kasus,luka lecet ada 20.40
juta kasus, luka bakar 10 juta kasus, ulkus dekubitus 8.50 juta kasus,
ulkus vena 12.50 juta kasus, ulkus diabetik 13.50 juta kasus, amputasi
0.20 juta pertahun, karsinoma 0.60 juta pertahun, melanoma 0.10 juta,
komplikasi kanker kulit ada sebanyak 0.10 juta kasus (Diligence, 2009).
Berdasarkan tingkat keparahan luka, luka di bagi atas luka akut dan
luka kronik. Luka akut dan kronik beresiko terkena infeksi. Luka akut
memiliki serangan yang cepat dan penyembuhannya dapat diprediksi
(Lazarus,et al., 1994). Contoh luka akut adalah luka jahit karena
pembedahan, luka trauma dan luka lecet. Di Indonesia angka infeksi
untuk luka bedah mencapai 2.30 juta kasus sampai dengan 18.30 %
(Depkes RI, 2010).
Dengan demikian, perawat dituntut untuk mempunyai
pengetahuan dan keterampilan yang adekuat terkait dengan proses
perawatan luka yang dimulai dari pengkajian yang komprehensif,
perencanaan intervensi yang tepat, implementasi tindakan, evaluasi
hasil yang ditemukan selama perawatan serta dokumentasi hasil yang
sistematis. Isu yang lain yang harus dipahami oleh perawat adalah
berkaitan dengan cost effectiveness. Manajemen perawatan luka
modern sangat mengedepankan isu tersebut. Hal ini ditunjang dengan
semakin banyaknya inovasi terbaru dalam perkembangan produk-
produk yang bisa dipakai dalam merawat luka.
B. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Ilmu Pengetahuan
Sebagai tambahan pengetahuan serta kepustakaan untuk
mengembangkan ilmu keperawatan mengenai Perawatan Luka.

15
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman dalam
meningkatkan khasanah ilmu pengetahuan.
b. Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan
Sebagai bahan tambahan bacaan di perpustakaan serta masukan
informasi mengenai Perawatan Luka.
c. Bagi Instansi Layanan Kesehatan
Sebagai bahan masukan dan tambahan informasi bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bagi perawat yang
bekerja dalam praktek keperawatan agar meningkatkan pelayanan
sesuai dengan teori Perawatan Luka.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar masyarakat mengerti dan memahami tentang Perawatan Luka.
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa/i kesehatan khususnya dibidang keperawatan
dapat mengenali dan memahami Perawatan Luka.
b. Agar masyarakat dapat lebih memahami tentang Perawatan Luka.
c. Untuk memberikan pendidikan kesehatan mengenai Perawatan
Luka.

16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Perawatan luka adalah tindakan untuk merawat luka dan
melakukan pembalut dengan tujuan mencegah infeksi silang (masuk
melalui luka) dan mempercepat proses penyembuhan luka
(Delmafildasari, 2013).
Sedangkan definsisi dari luka adalah terputusnya kontinuitas
suatu jaringan oleh karena adanya cedera atau pembedahan. Luka ini
bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat, proses
penyembuhan dan lama penyembuhan. Luka adalah rusaknya
kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat
substansi jaringan yang rusak atau hilang. Ketika luka timbul, beberapa
efek akan muncul :
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
B. Tujuan Perawatan Luka
1. Memberikan lingkungan yang memadai untuk penyembuhan luka
2. Absorbsi drainase
3. Menekan dan imobilisasi luka
4. Mencegah luka dan jaringan epitel baru dari cedera mekanis
5. Mencegah luka dari kontaminasi bakteri
6. Meningkatkan hemostasis dengan menekan dressing
Memberikan rasa nyaman mental dan fisik pada pasien

17
C. Klasifikasi Luka
Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara
mendapatkan luka itu dan menunjukkan derajat luka (Taylor, 1997).
1. Berdasarkan tingkat kontaminasi
a. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang
mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada
sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi.
Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika
diperlukan dimasukkan drainase tertutup (misal; Jackson – Pratt).
Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.
b. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi),
merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi,
pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol,
kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi
luka adalah 3% - 11%.
c. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka
terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan
kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari
saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut,
inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%.
d. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu
terdapatnya mikroorganisme pada luka.
2. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka
a. Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) : yaitu luka
yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.
b. Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit
pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan
luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau
lubang yang dangkal.
c. Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit
keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan

18
yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan
yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis,
dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara
klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa
merusak jaringan sekitarnya.
d. Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan
otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang
luas.
3. Berdasarkan waktu penyembuhan luka
a. Luka akut : yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan
konsep penyembuhan yang telah disepakati.
b. Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses
penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen.
D. Mekanisme Terjadinya Luka
1. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen
yang tajam. Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih
(aseptik) biasanya tertutup oleh sutura seterah seluruh pembuluh
darah yang luka diikat (Ligasi)
2. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu
tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak,
perdarahan dan bengkak.
3. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan
benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
4. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti
peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang
kecil.
5. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam
seperti oleh kaca atau oleh kawat.
6. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ
tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil
tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.

19
7. Luka Bakar (Combustio)
E. Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka adalah proses yang komplek dan dinamis
dengan perubahan lingkungan luka dan status kesehatan individu.
Fisiologi dari penyembuhan luka yang normal adalah melalui fase
hemostasis, inflamasi, granulasi (proliferatif) dan maturasi. Proses
perbaikan terjadi segera setelah adanya luka dengan mengeluarkan
berbagai growth factor, cytokine dan molekul dari serum pembuluh
darah yang cedera dan degranulasi platelet. Respons infl amasi
menyebabkan pembuluh darah menjadi bocor mengeluarkan plasma
dan PMN’s ke sekitar jaringan. Neutropil memfagositosis sisa-sisa
mikroorganisme dan merupakan pertahanan awal terhadap infeksi.
Mereka dibantu sel-sel mast lokal. Fibrin kemudian pecah sebagai
bagian dari pembersihan ini. Untuk membangun kembali kompleksitas
yang membutuhkan kontraktor. Sel yang berperan sebagai kontraktor
pada penyembuhan luka ini adalah makrofag. Makrofag mampu
memfagosit bakteri dan merupakan garis pertahanan kedua. Makrofag
juga mensekresi komotaktik yang bervariasi dan faktor pertumbuhan
seperti faktor pertumbuhan fi brobalas (FGF), faktor pertumbuhan
epidermal (EGF), faktor pertumbuhan betatrasformasi (tgf) dan
interleukin-1 (IL-1) dan Interleukin-6 (IL-6). Proses perbaikan terjadi
segera setelah adanya luka dengan mengeluarkan berbagai growth
factor, cytokine dan molekul dari serum pembuluh darah yang cedera
dan degranulasi platelet. Cytokine pada fase inflamasi terdiri dari
interleukin 1 (IL-1), interleukin 6 (IL-6) dan TNF a, Leukosit polymorfo
nukleus dan makrofag merupakan sumber utama dari cytokines
tersebut. Jika terjadi luka, makrofag langsung ke tempat peradangan,
sel makrofag yang teraktivasi pada jaringan yang meradang dan sel
yang meradang memproduksi interleukin1 (IL1) yang memproduksi
granulosit-monosit pemilihan dan penggunaan dressing yang tepat
akan memfasilitasi proses penyembuhan. Beberapa faktor yang perlu

20
dipertimbangkan dalam pemilihan dressing antara lain (Whitney, et al.,
2006): Faktor luka (infeksi, nekrosis), luas, kedalaman dan keberadaan
undermining atau tunneling, lokasi, jenis jaringan dasar luka, eksudat
dan drainase luka, kondisi tepi luka, tujuan perawatan, kebutuhan
pasien (kontrol nyeri, kontrol bau), biaya, ketersediaan, kemudahan
dalam penggunaan. Kondisi luka harus dimonitor setiap penggantian
dressing dan dikaji secara berkala untuk menentukan apakah jenis
dressing diganti atau dipertahankan. Pada perawatan luka
konvensional masih menggunakan balutan kasa NaCl sedangkan pada
perawatan luka modern lebih banyak menggunakan Hydrocoloid.
Hydrocoloid terbukti jauh lebih efektif dibandingkan kasa dalam hal
penurunan luas luka dan mempercepat laju penyembuhan bila
dibandingkan dengan kasa NaCl (Werneret al, 2003). Payne, et al
(2009) menemukan bahwa penggunaan foam dressing lebih murah
cost efektif dan frekuensi penggantian balutan menjadi berkurang bila
dibandingkan dengan kasa NaCl. Dibutuhkan keterampilan perawat
dalam mengambil keputusan klinis dalam memilih balutan untuk
perawatan luka. Salah satu faktor yang mempengaruhi penyembuhan
luka adalah teknik perawatan luka yang diberikan.
1. Fase Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan
jaringan hal ini juga berhubungan dengan regenerasi jaringan. Fase
penyembuhan luka digambarkan seperti yang terjadi pada luka
pembedahan (Kozier,1995).
a. Fase Inflamatori
Fase ini terjadi segera setelah luka dan berakhir 3 – 4 hari.
Dua proses utama terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan
pagositosis. Hemostasis (penghentian perdarahan) akibat fase
konstriksi pembuluh darah besar di daerah luka, retraksi pembuluh
darah, endapan fibrin (menghubungkan jaringan) dan
pembentukan bekuan darah di daerah luka. Bekuan darah

21
dibentuk oleh platelet yang menyiapkan matrik fibrin yang menjadi
kerangka bagi pengambilan sel. Scab (keropeng) juga dibentuk
dipermukaan luka. Bekuan dan jaringan mati, scab membantu
hemostasis dan mencegah kontaminasi luka oleh mikroorganisme.
Dibawah scab epithelial sel berpindah dari luka ke tepi. Epitelial
sel membantu sebagai barier antara tubuh dengan lingkungan dan
mencegah masuknya mikroorganisme.
Fase inflamatori juga memerlukan pembuluh darah dan
respon seluler digunakan untuk mengangkat benda-benda asing
dan jaringan mati. Suplai darah yang meningkat ke jaringan
membawa bahan-bahan dan nutrisi yang diperlukan pada proses
penyembuhan. Pada akhirnya daerah luka tampak merah dan
sedikit bengkak.
Selama sel berpindah lekosit (terutama neutropil) berpindah
ke daerah interstitial. Tempat ini ditempati oleh makrofag yang
keluar dari monosit selama lebih kurang 24 jam setelah
cidera/luka. Makrofag ini menelan mikroorganisme dan sel debris
melalui proses yang disebut pagositosis. Makrofag juga
mengeluarkan faktor angiogenesis (AGF) yang merangsang
pembentukan ujung epitel diakhir pembuluh darah. Makrofag dan
AGF bersama-sama mempercepat proses penyembuhan. Respon
inflamatori ini sangat penting bagi proses penyembuhan.
b. Fase Proliferatif
Fase kedua ini berlangsung dari hari ke-3 atau 4 sampai hari
ke-21 setelah pembedahan. Fibroblast (menghubungkan sel-sel
jaringan) yang berpindah ke daerah luka mulai 24 jam pertama
setelah pembedahan. Diawali dengan mensintesis kolagen dan
substansi dasar yang disebut proteoglikan kira-kira 5 hari setelah
terjadi luka. Kolagen adalah substansi protein yang menambah
tegangan permukaan dari luka. Jumlah kolagen yang meningkat
menambah kekuatan permukaan luka sehingga kecil

22
kemungkinan luka terbuka. Selama waktu itu sebuah lapisan
penyembuhan nampak dibawah garis irisan luka. Kapilarisasi
tumbuh melintasi luka, meningkatkan aliran darah yang
memberikan oksigen dan nutrisi yang diperlukan bagi
penyembuhan. Fibroblast berpindah dari pembuluh darah ke luka
membawa fibrin. Seiring perkembangan kapilarisasi jaringan
perlahan berwarna merah. Jaringan ini disebut granulasi jaringan
yang lunak dan mudah pecah.
c. Fase Maturasi
Fase maturasi dimulai hari ke-21 dan berakhir 1-2 tahun setelah
pembedahan. Fibroblast terus mensintesis kolagen. Kolagen
menjalin dirinya , menyatukan dalam struktur yang lebih kuat.
Bekas luka menjadi kecil, kehilangan elastisitas dan meninggalkan
garis putih.
F. Faktor yang Mempengaruhi Luka
1. Usia
Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua.
Orang tua lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati
dapat mengganggu sintesis dari faktor pembekuan darah.
2. Nutrisi
Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh.
Klien memerlukan diit kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C
dan A, dan mineral seperti Fe, Zn. Klien kurang nutrisi memerlukan
waktu untuk memperbaiki status nutrisi mereka setelah pembedahan
jika mungkin. Klien yang gemuk meningkatkan resiko infeksi luka dan
penyembuhan lama karena supply darah jaringan adipose tidak
adekuat.
3. Infeksi
Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab
infeksi.
4. Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi

23
Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka.
Adanya sejumlah besar lemak subkutan dan jaringan lemak (yang
memiliki sedikit pembuluh darah). Pada orang-orang yang gemuk
penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak lebih sulit menyatu,
lebih mudah infeksi, dan lama untuk sembuh. Aliran darah dapat
terganggu pada orang dewasa dan pada orang yang menderita
gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi atau diabetes millitus.
Oksigenasi jaringan menurun pada orang yang menderita anemia
atau gangguan pernapasan kronik pada perokok.
Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan
menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan
luka.
5. Hematoma
Diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat
bekuan yang besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat
diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka.
6. Benda asing
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan
terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses
ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah
merah), yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut
dengan nanah (“Pus”).
7. Iskemia
Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan
suplai darah pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran
darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari balutan pada luka terlalu ketat.
Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada
pembuluh darah itu sendiri.
8. Diabetes
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan
gula darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal

24
tersebut juga akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh.
9. Keadaan Luka
Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas
penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.
10. Obat
Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti
neoplasmik mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan
antibiotik yang lama dapat membuat seseorang rentan terhadap
infeksi luka.
a. Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh
terhadap cedera
b. Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan
c. Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk
bakteri penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah
luka pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi
intravaskular.
G. Komplikasi Penyembuhan Luka
Komplikasi penyembuhan luka meliputi infeksi, perdarahan, dehiscence
dan eviscerasi.
1. Infeksi
Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama
pembedahan atau setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering
muncul dalam 2-7 hari setelah pembedahan. Gejalanya berupa
infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan drainase, nyeri,
kemerahan dan bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan
peningkatan jumlah sel darah putih.
2. Perdarahan
Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit
membeku pada garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah
oleh benda asing (seperti drain). Hipovolemia mungkin tidak cepat
ada tanda. Sehingga balutan (dan luka di bawah balutan) jika

25
mungkin harus sering dilihat selama 48 jam pertama setelah
pembedahan dan tiap 8 jam setelah itu.Jika perdarahan berlebihan
terjadi, penambahan tekanan balutan luka steril mungkin diperlukan.
Pemberian cairan dan intervensi pembedahan mungkin diperlukan.
3. Dehiscence dan Eviscerasi
Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling
serius. Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial atau total.
Eviscerasi adalah keluarnya pembuluh melalui daerah irisan.
Sejumlah faktor meliputi, kegemukan, kurang nutrisi, multiple trauma,
gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi,
mempertinggi resiko klien mengalami dehiscence luka. Dehiscence
luka dapat terjadi 4-5 hari setelah operasi sebelum kollagen meluas
di daerah luka. Ketika dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus
segera ditutup dengan balutan steril yang lebar, kompres dengan
normal saline. Klien disiapkan untuk segera dilakukan perbaikan
pada daerah luka.

26
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perawatan luka adalah tindakan untuk merawat luka dan
melakukan pembalut dengan tujuan mencegah infeksi silang (masuk
melalui luka) dan mempercepat proses penyembuhan luka. Sedangkan
definsisi dari luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh
karena adanya cedera atau pembedahan.
Luka merupakan masalah yang sering dihadapi dalam dunia
medis, Banyak macam pendekatan digunakan untuk menyelesaikan
problem tersebut. Tidak satupun pelaksana kesehatan dari yang
spesialis maupun sub-spesialis yang tidak dihadapkan pada resiko
pasien untuk terjadinya sebuah luka. Sehingga diperlukan pengetahuan
dan keahlian yang baik dan terkini tentang penatalaksanaan dan
perawatan luka bagi semua tenaga kesehatan. Pada saat ini,
perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat
terutama dalam dua dekade terakhir ini. Jadi diharapkan seluruh tenaga
kesehatan dapat mengembangkan ilmu pengetahuannya agar dapat
memberikan perawatan luka yang efektif kepada pasien untuk
menunjang kesembuhan pasien.
B. Saran
Berdasarkan uraian di atas kiranya kita dapat menyadari bahwa
pentingnya mengetahui ilmu perawatan luka, Maka kita harus
mempelajari dan mampu menerapkannya. Bagi para pembaca jangalah
malas untuk membaca, karena dengan membaca kita mendapatkan
ilmu yang bermanfaat di dalam kehidupan sehari-hari.

27
DAFTAR PUSTAKA

Werna Nontji, dkk. 2015. Teknik Perawatan Luka Modern Dan


Konvensional Terhadap Kadar Interleukin 1 Dan Interleukin 6 Pada
Pasien Luka Diabetik. file:///C:/Users/ACER/Downloads/2105-4814-
1-SM.pdf Diakses april 2017.

Rezky Darmawan H, dkk. 2015. Profil Pasien Kontraktur Yang Menjalani


Perawatan Luka Bakar Di Rsud Arifin Achmad Periode Januari 2011
–Desember 2013.https://media.neliti.com/media/publications/186951-
ID-profil-pasien-kontraktur-yang-menjalani.pdf. Diakses pada
Oktober 2016.

https://id.scribd.com/doc/114559005/87671354-Laporan-Pendahuluan-
Praktikum-Perawatan-Luka

28
PEMBAHASAN KEAHLIAN
HIPNOTERAPI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada umumnya, setiap orang pernah mengalami perasaan
tertekan atau mengalami ketegangan yang dalam bahasa populernya
dikenal dengan istilah stress. Stres adalah ketidakmampuan mengatasi
ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional, dan spiritual
manusia, yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik
manusia tersebut. Persaingan yang banyak, tuntutan, dan tantangan
dalam dunia modern ini, menjadi tekanan dan beban stres
(ketegangan) bagi semua orang. Tekanan stres yang terlampau besar
hingga melampaui daya tahan individu, maka akan timbul gejala-gejala
seperti sakit kepala, gampang marah, dan tidak bisa tidur. Acevedo dan
Ekkekakis (2006) menyatakan bahwa stress dapat ditimbulkan oleh
karakteristik bawaan yang merupakan predisposisi keturunan dan
keterbatasan pikologis individu. Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor
lingkungan seperti kondisi dan situasi tempat tinggal serta pengalaman
masa lalu individu. Dengan banyaknya problematika yang muncul,
menyebabkan tidak sedikit masyarakat yang pada akhirnya memiliki
tingkat frustasi, depresi dan stres yang tinggi hingga menimbulkan
masalah kesehatan jiwa.
Penderita stres sekarang ini semakin banyak, Menurut Badan
Kesehatan Dunia (WHO), jumlah penderita gangguan jiwa di dunia
pada 2001 adalah 450 juta jiwa. Dengan mengacu data tersebut, kini
jumlah itu diperkirakan sudah meningkat. Diperkirakan dari sekitar 220
juta penduduk Indonesia, ada sekitar 50 juta atau 22 persennya,
mengidap gangguan kejiwaan (Hawari, 2009). Data menurut
Kementerian Kesehatan tahun 2011 didapatkan bahwa dari populasi

29
orang dewasa di Indonesia yang mencapai 150 juta jiwa, sekitar 11,6
persen atau 17,4 juta jiwa mengalami gangguan mental emosional atau
gangguan kesehatan jiwa berupa gangguan kecemasan dan depresi.
Dari data Riskesdas Departemen Kesehatan tahun 2013 menyebutkan,
terdapat 1 juta jiwa pasien gangguan jiwa berat dan 19 juta pasien
gangguan jiwa ringan di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definsi dari hipnoterapi?
2. Apa penjelasan tentang hipnoterapi sebagai Terapi Komplementer
dan Alternatif?
3. Bagaimana proses hipnoterapi?
4. Apa sajakah syarat-syarat melakukan hipnoterapi?
5. Bagaimana tahapan hipnoterapi?
6. Apa sajakah manfaat dari hipnoterapi?
7. Apa kontraindikasi hipnoterapi?
8. Apa efek samping dari hipnoterapi?
9. Bagaimana cara mengaplikasikan hipnoterapi dalam keperawatan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi dari hipnoterapi.
2. Untuk mengetahui tentang hipnoterapi sebagai Terapi Komplementer
dan Alternatif.
3. Untuk mengetahui proses hipnoterapi.
4. Untuk mengetahui syarat-syarat melakukan hipnoterapi.
5. Untuk mengetahui dan memahami tahapan hipnoterapi.
6. Untuk mengetahui manfaat dari hipnoterapi.
7. Untuk mengetahui kontraindikasi hipnoterapi.
8. Untuk mengetahui efek samping dari hipnoterapi.
9. Untuk mengetahui cara mengaplikasikan hipnoterapi dalam
keperawatan.

30
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Hipnoterapi
Hipnoterapi merupakan salah satu jenis terapi komplementer/non
konvensional yang digunakan sebagai pelengkap terapi
konvensional/terapi medis. Hipnoterapi adalah suatu rangkaian proses
yang digunakan seorang hipnoterapis untuk menyelesaikan masalah
klien dengan ilmu hipnosis. Hipnoterapi dapat diartikan sebagai suatu
metode dimana pasien dibimbing untuk melakukan relaksasi, dimana
setelah kondisi relaksasi dalam ini tercapai maka secara alamiah
gerbang pikiran bawah sadar sesesorang akan terbuka lebar, sehingga
yang bersangkutan cenderung lebih mudah untuk menerima sugesti
penyembuhan yang diberikan.
Hipnoterapi adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang
mempelajari manfaat sugesti untuk mengatasi masalah pikiran,
perasaan dan perilaku. Hipnoterapi dapat juga dikatakan sebagai suatu
teknik terapi pikiran menggunakan hipnotis. Hipnotis bisa diartikan
sebagai ilmu untuk memberi sugesti atau perintah kepada pikiran
bawah sadar. Orang yang ahli dalam menggunakan hipnotis untuk
terapi disebut “hypnotherapist”.
B. Hipnoterapi sebagai Terapi Komplementer dan Alternatif
Hipnoterapi adalah salah satu bentuk terapi komplementer, yaitu
terapi yang digunakan untuk melengkapi terapi atau tindakan medis,
dan bukan untuk menggantikan terapi atau tindakan medis yang sudah
ada. Terapi komplementer bersifat holistik dan bertujuan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh. Hipnoterapi merupakan salah satu
jenis Terapi Komplementer Mind Body Intervention dimana terapi ini
merupakan pendayagunaan kapasitas pikiran untuk mengoptimalkan

31
fungsi tubuh. Fokus terapi ini adalah menciptakan keseimbangan
antara pikiran, emosi, dan pernapasan. Hipnoterapi menggunakan
sugesti atau pengaruh kata - kata yang disampaikan dengan teknik -
teknik tertentu. Satu-satunya kekuatan dalam hipnoterapi adalah
komunikasi. Setiap perawat sudah cukup akrab dengan namanya
komunikasi karena pekerjaannya adalah langsung berinteraksi dengan
orang banyak, termasuk klien dan keluarga. Oleh karena itu tak akan
banyak makan waktu jika dibutuhkan latihan, sebab hampir setiap hari
kita berkomunikasi dengan orang asing. Perawat mampu menghipnotis
pasien jika dia memahami bahasa yang perawat gunakan.
C. Proses Hipnoterapi
1. Tiga Bagian Pikiran Manusia
Pikiran manusia terdiri dari tiga bagian, yaitu:
a. Pikiran Tidak Sadar adalah pikiran yang mengoperasikan tubuh
secara otomatis. Misalnya detak jantung, reproduksi sel,
penyembuhan luka, sirkulasi darah dan sistem otomatis lainnya
dikerjakan oleh Pikiran Tidak Sadar. Pikiran Tidak Sadar selalu
aktif, meskipun Anda tertidur pulas.
b. Pikiran Bawah Sadar yang merupakan bagian pikiran yang sangat
dominan dan sering kali mengendalikan diri. Pikiran Bawah Sadar
memuat kebiasaan, dorongan perasaan, keyakinan, persepsi, dan
memori permanen. Menurut seorang tokoh psikologi, Sigmund
Freud, tindakan manusia sebagian besar berdasarkan program-
program yang tertanam di Pikiran Bawah Sadarnya, bukan
berdasarkan logikanya. Pikiran Bawah Sadar adalah tempat
penyimpanan semua memori dan program-program pikiran.
Program apapun yang ada di Pikiran Bawah Sadar, akan selalu
menjadi dasar bagi tindakan.
c. Pikiran Sadar adalah bagian pikiran yang selalu bersifat logis dan
rasional. Dengan berpikir logis dan rasional, manusia bisa
menciptakan kehendak atau keinginan untuk berubah. Namun

32
ternyata kehendak saja tidak cukup untuk mewujudkan perubahan
yang permanen, karena kehendak Pikiran Sadar selalu kalah
apabila bertentangan dengan program yang tertanam di Pikiran
Bawah Sadar. Contoh: seorang perokok. Secara rasional dan
logis, hampir semua perokok tahu bahwa rokok adalah kegiatan
yang merugikan diri sendiri. Para perokok sebenarnya juga punya
kehendak untuk berhenti merokok. Namun kehendak itu tidak
pernah menang melawan kebiasaan merokok yang sudah
menahun. Kebiasaan merokok merupakan sebuah program yang
tertanam di Pikiran Bawah Sadar. Inilah bukti nyata bahwa
program yang tertanam di Pikiran Bawah Sadar selalu lebih kuat
efeknya daripada kehendak Pikiran Sadar. Tujuan dari hipnoterapi
adalah menghapus atau menanamkan program di Pikiran Bawah
Sadar supaya perubahan yang Anda alami berlangsung dari
dalam diri Anda sendiri.
2. Empat Wilayah Brainwave (Aktivitas Pikiran Manusia)
Untuk memahami Hypnosis atau Hypnotherapy secara mudah
dan benar, sebelumnya kita harus memahami bahwa aktivitas pikiran
manusia secara sederhana dikelompokkan dalam 4 wilayah yang
dikenal dengan istilah Brainwave, yaitu: Beta, Alpha, Theta, dan
Delta.
a. Beta adalah kondisi pikiran pada saat sesorang sangat aktif dan
waspada. Kondisi ini adalah kondisi umum ketika seseorang
tengah beraktivitas normal. Frekwensi pikiran pada kondisi ini
sekitar 14 – 24 Cps (diukur dengan perangkat EEG).
b. Alpha adalah kondisi ketika seseorang tengah fokus pada suatu
hal (belajar, mengerjakan suatu kegiatan teknis, menonton
televisi), atau pada saat seseorang dalam kondisi relaksasi.
Frekwensi pikiran pada kondisi ini sekitar 7 – 14 Cps.
c. Theta adalah kondisi relaksasi yang sangat ekstrim, sehingga
seakan-akan yang bersangkutan merasa “tertidur”, kondisi ini

33
seperti halnya pada saat seseorang melakukan meditasi yang
sangat dalam. Theta juga gelombang pikiran ketika seseorang
tertidur dengan bermimpi, atau kondisi REM (Rapid Eye
Movement). Frekwensi pikiran pada kondisi ini sekitar 3.5 – 7 Cps.
d. Delta adalah kondisi tidur normal (tanpa mimpi). Frekwensi pikiran
pada kondisi ini sekitar 0.5 – 3.5 Cps.
D. Syarat-syarat Melakukan Hipnoterapi
1. Pasien sebagai subjek.
Orang yang dihipnotis sebenarnya tidak dalam keadaan tidur
sesungguhnya. Walaupun menggunakan perintah berupa kata 'tidur',
kata itu tidak membuat pasien tidur sesungguhnya. Pasien tetap
dalam keadaan sadar, serta mampu mengobservasi perilakunya
selama dalam keadaan hipnotis. Ia menyadari segala sesuatu yang
diperintahkan serta dapat menolak sesuatu yang bertentangan
dengan keinginan atau norma-norma umum. Selain itu, sebelum
proses ini dilakukan, telah ada kesepakatan antara pasien dengan
penghipnotis untuk melakukan hipnoterapi.
Melakukan hipnoterapi terhadap pasien sama halnya dengan
melakukan terapi lainnya. Pasien harus tahu persis mengapa
diperlukan bantuan hipnotis dalam terapinya, serta keunggulan apa
yang didapatkan dibandingkan model terapi lainnya. Proses
hipnoterapi juga harus dilakukan dengan jelas, terbuka, dan tanpa
paksaan. Sebelum melakukan hipnotis, pasien harus terlebih dahulu
menjalani pemeriksaan fisik, dan bila perlu disusul dengan menjalani
pemeriksaan laboratorium (darah, urine, dll).
2. Terapis sebagai fasilitator
Terapis sebagai fasilitator dan pasien sebagai subjek perlu
menjalani kerjasama yang baik sebelum proses hipnotis dimulai.
Pemahaman pasien akan maksud dan tujuan hipnoterapi merupakan
kunci efektifitas terapi. Karena itu diperlukan informasi yang jelas dan

34
pemahaman yang sama. Hal ini bertujuan agar persepsi yang
terbentuk dalam tingkat sadar sejalan dengan persepsi bawah sadar.
Secara konvensional, hypnotherapy dapat diterapkan kepada
mereka yang memenuhi persyaratan dasar, yaitu:
a. Bersedia dengan sukarela.
b. Memiliki kemampuan untuk focus.
c. Memahami komunikasi verbal
E. Tahapan Hipnoterapi
Pada saat proses hipnoterapi berlangsung, klien hanya diam.
Duduk atau berbaring, yang sibuk justru terapisnya, yang bertindak
sebagai fasilitator. Akan tetapi, pada proses selanjutnya, klienlah yang
menghipnosis dirinya sendiri (Otohipnotis), berikut proses sebuah
tahapan hipnoterapi:
1. Pre - Induction (Interview)
Pada tahap awal ini hipnoterapis dan klien untuk pertama
kalinya bertemu. Setelah klien mengisi formulir mengenai data
dirinya, hipnoterapis membuka percakapan untuk membangun
kepercayaan klien, menghilangkan rasa takut terhadap hipnotis/
hipnoterapi dan menjelaskan mengenai hipnoterapi dan menjawab
semua pertanyaan klien. Sebelumnya hipnoterapis harus dapat
mengenali aspek - aspek psikologis dari klien, antara lain hal yang
diminati dan tidak diminati, apa yang diketahui klien terhadap
hipnotis, dan seterusnya. Pre - Induction merupakan tahapan yang
sangat penting. Seringkali kegagalan proses hipnoterapi diawali dari
proses Pre - Induction yang tidak tepat.
2. Suggestibility Test
Maksud dari uji sugestibilitas adalah untuk menentukan apakah
klien masuk ke dalam orang yang mudah menerima sugesti atau
tidak. Selain itu, uji sugestibilitas juga berfungsi sebagai pemanasan
dan juga untuk menghilangkan rasa takut terhadap proses

35
hipnoterapi. Uji sugestibilitas juga membantu hipnoterapis untuk
menentukan teknik induksi yang terbaik bagi sang klien.
3. Induction
Induksi adalah cara yang digunakan oleh seorang hipnoterapis
untuk membawa pikiran klien berpindah dari pikiran sadar
(conscious) ke pikiran bawah sadar (sub conscious), dengan
menembus apa yang dikenal dengan Critical Area. Saat tubuh rileks,
pikiran juga menjadi rileks. Maka frekuensi gelombang otak dari klien
akan turun dari Beta, Alfa, kemudian Theta. Semakin turun
gelombang otak, klien akan semakin rileks, sehingga berada dalam
kondisi trance. Inilah yang dinamakan dengan kondisi ter-hipnotis.
Hipnoterapis akan mengetahui kedalaman trance klien dengan
melakukan Depth Level Test (tingkat kedalaman trance klien).
4. Deepening (Pendalaman Trance)
Jika dianggap perlu, hipnoterapis akan membawa klien ke
trance yang lebih dalam. Proses ini dinamakan deepening.
Deepening ini meliputi tiga level, yaitu:
a. Hypnoidal: hipnosis ringan dengan gerakan mengedip-ngedipkan
mata.
b. Cataleptic: hipnosis yang sedikit lebih dalam dengan gerakan
mata bergerak dari samping ke samping (side to side eyes
movements).
c. Somnambulistic: hipnotis dengan status yang dalam, selama
status hipnotis ini, gerakan mata berputar ke depan dan ke
belakang; hasil hipnotis yang terbaik biasanya dicapai selama
status ini.
5. Suggestions / Sugesti
Pada saat klien masih berada dalam trance, hipnoterapis juga
akan memberi Post Hypnotic Suggestion, sugesti yang diberikan
kepada klien pada saat proses hipnotis masih berlangsung dan
diharapkan terekam terus oleh pikiran bawah sadar klien meskipun

36
klien telah keluar dari proses hipnotis. Post Hypnotic Suggestion
adalah salah satu unsur terpenting dalam proses hipnoterapi.
6. Termination
Akhirnya dengan teknik yang tepat, hipnoterapis secara
perlahan – lahan akan membangunkan klien dari “tidur” hipnotisnya
dan membawanya ke keadaan yang sepenuhnya sadar.
F. Manfaat Hipnoterapi
Saat ini hipnoterapi dapat digunakan untuk mengatasi masalah –
masalah sebagai berikut:
1. Masalah Fisik
Ketegangan otot dan rasa nyeri (nyeri kronik) yang berlebihan
dapat dibantu dengan Hipnoterapi. Dengan Hipnoterapi, dapat
membuat tubuh menjadi relaks dan mengurangi intensitas nyeri yang
berlebihan secara drastic. Selain itu hipnoterapi juga bermanfaat
kegemukan/ obesitas dan irritable bowel syndrome.
2. Masalah Emosi
Serangan panik, ketegangan dalam menghadapi ujian,
kemarahan, rasa bersalah, kurang percaya diri, ansietas/ cemas,
duka (grief), depresi, trauma dan phobia adalah masalah-masalah
emosi yang berhubungan dengan rasa takut dan kegelisahan.
Semua masalah di atas bisa diatasi dengan hipnoterapi. Selain itu
hipnoterapi juga bisa dilakukan untuk penyembuhan diri sendiri atau
self healing. Sebenarnya beberapa penyakit sumbernya dari pikiran
kita. Ramalan diri sendiri atau sugesti hipnosis seringkali menjadi
nyata karena pikiran kita yang memasukan sugesti dalam proses
pemikiran. Seperti saat kita kehujanan, di dalam pikiran kita akan
tersugesti, saya akan sakit kepala atau pusing karena kehujanan.
Akibatnya tubuh benar-benar mengalami sakit kepala. Padahal jika
ditanamkan sugesti saya akan sehat dan tidak akan terjadi apa-apa
maka sakitpun tidak akan datang. Fenomena seperti ini yang disebut
oleh pengobatan medis barat sebagai efek plasebo.

37
Penelitian dari NIH (National Institute of Health) menunjukkan
bahwa pada akhir dekade ini, hipnoterapi mulai dikembangkan
sebagai terapi paliatif pada pasien kanker. Hipnoterapi terbukti
memiliki manfaat dalam mengurangi nyeri kronik, stress dan depresi
pada pasien kanker stadium lanjut.
3. Masalah Perilaku
Masalah perilaku seperti merokok, makan berlebihan dan
minum minuman keras yang berlebihan dan berbagai macam
perilaku ketagihan (addiction) dapat diatasi dengan hipnoterapi.
Hipnoterapi juga bisa membantu insomnia/ gangguan tidur dan
menghilangkan latah.
G. Kontraindikasi Hipnoterapi
Secara garis besar, kontraindikasi hipnoterapi adalah pada keadaan:
1. Seseorang yang dalam kondisi tidak tenang, gaduh gelisah, misalnya
pada psikosis akut sehingga tidak dapat dilakukan kontak psikis
dengan subjek.
2. Seseorang yang dalam keadaan tidak mengerti apa yang akan
dilakukan, misalnya pada orang imbesil atau dimensia. Pada mereka
tidakdapat dilakukan hipnotis dengan cara apapun.
3. Pada orang yang tidak tahu atau belum mengerti tentang apa yang
kita katakan, sugesti verbal tidak akan berpengaruh pada subjek.
4. Subjek yang memiliki kesulitan dengan kepercayaan dasar seperti
pasien paranoid atau yang memiliki masalah pengendalian seperti
obsesi-kompulsif.
5. Penggunaan hipnosis oleh operator yang tidak terlatih dengan baik.
6. Penggunaan hipnosis untuk tujuan yang tidak baik.

38
H. Efek Samping Hipnoterapi
Seperti terapi lainnya, hipnoterapi juga dapat menimbulkan efek
samping. Beberapa efek samping yang dapat ditimbulkan diantaranya:
1. Abreaksi.
Seperti dikatakan dr. Erwin Kusuma Sp.KJ, program yang
ditanamkan dalam hipnoterapi harus positif. Ini mengingat pasien
tidak memiliki kemampuan merangkum (sintesis) karena kecerdasan
jasmaninya menurun. Bila hal ini tidak diperhatikan, bukan tidak
mungkin akan muncul hasil yang tidak diinginkan, seperti timbul
abreaksi. Abreaksi merupakan suatu keadaan dimana pasien keluar
dari rekaman bawah sadarnya secara serentak. Akibatnya bisa
menimbulkan rasa kekesalan atau kesedihan secara berlebihan,
reaksinya pasien bisa tidak terkendali, namun kondisi biasanya tidak
berlangsung lama dan bisa dikendalikan oleh terapis.
2. Pegal-pegal.
Jika beban emosi yang dirasakan sudah sangat dalam dan
baru dilepaskan setelah sesi terapi, maka ada kemungkinan setelah
terapi selama 1 atau 2 hari kedepan badan akan terasa pegal-pegal.
Dan ini adalah hal yang wajar dan akan hilang dengan sendirinya
dan diganti dengan tubuh yang segar. Biasanya cukup minum air
putih yang banyak akan mengurangi rasa pegal-pegal. Rasa pegal-
pegal ini terjadi karena semacam tubuh membuang racun emosi
yang selama ini tersimpan di dalam tubuh kita. Namun tidak semua
orang akan mengalami hal ini setelah hipnoterapi.
3. Beberapa klien kadang-kadang mengalami sedikit “hang”.
Misalnya, klien ingin mengambil sendok tetapi yang diambil
garpu atau klien ingin pergi ke dapur tetapi yang dituju naik ke lantai
2. Namun, hal ini juga merupakan pertanda baik, karena terjadi
perubahan di bawah sadarnya. Oleh karena itu tidak perlu takut dan
hal ini juga berlangsung hanya sebentar. Sekali lagi perlu diingat

39
bahwa tidak semua orang akan mengalami hal ini setelah diterapi
hipnoterapi.
I. Aplikasi dalam Keperawatan
Terapi komplementer telah berkembang pesat menjadi bagian dari
pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan. Salah satu
terapi komplementer yang juga cukup populer adalah hipnoterapi.
Hadirnya terapi komplementer ini masih menimbulkan kontroversial
tentang etis tidaknya apabila diterapkan dalam layanan kesehatan.
Dalam praktiknya, terapi komplementer telah banyak kita jumpai di
lingkungan sekitar kita. Selain dari tenaga kesehatan, banyak juga
diantara penyelenggara praktik komplementer tersebut tidak
mempunyai background pendidikan kesehatan, tetapi didapat dari
pelatihan- pelatihan maupun mewarisi bakat turun temurun dari
keluarganya. Dengan adanya kontroversial isu etik terapi komplementer
ini, bagi perawat dapat diambil sebagai peluang untuk dapat berperan
didalamnya.
Perawat merupakan profesi kesehatan yang merawat pasien
dengan melakukan pendekatan secara holistik (bio, psiko, sosio,
kultural, spiritual). Dan terapi komplementer ini juga dianggap sebagai
terapi dengan pendekatan holistik karena berusaha menyembuhkan
pasien dengan memandang dari berbagai sudut dan beraneka aspek
kehidupan pasien. Terapi komplementer sekarang ini telah banyak
dikembangkan dan dapat hidup berdampingan dengan pengobatan
modern/konvensional, sebagai contoh adalah Rumah Sakit Umum Dr
Soetomo Surabaya, Jawa Timur, yang membuka Poliklinik Obat
Tradisional Indonesia.
Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 1109 Tahun 2007 tentang penyelenggaraan pengobatan
komplementer-alternatif di fasilitas pelayanan kesehatan. Menurut
aturan itu, pelayanan komplementer-alternatif dapat dilaksanakan
secara sinergi, terintegrasi, dan mandiri di fasilitas pelayanan

40
kesehatan. Pengobatan itu harus aman, bermanfaat, bermutu, dan
dikaji institusi berwenang sesuai dengan ketentuan berlaku. Selain itu,
pemerintah juga akan mengeluarkan standarisasi, pengaturan, dan
pengawasan yang lebih gamblang dan baku yang memuat
perlindungan hukum bagi masyarakat, termasuk tentang standarisasi
tenaga pelaksana dan pendidikan yang harus ditempuh sebagai syarat
dalam menyelenggarakan terapi komplementer. Oleh karena itu,
perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan di Indonesia harus
segera melakukan jemput bola agar dapat berperan dalam
penyelenggaraan terapi komplementer ini.
Terutama pada institusi pendidikan keperawatan harus jeli dalam
menangkap peluang yang terdapat dalam isu etik terapi komplementer
ini dengan mengakomodir dalam pembelajaran (setelah melalui
standarisasi kurikulum pendidikan keperawatan terpadu) serta sebagai
bahan kajian diskusi ilmiah dan penelitian berkelanjutan dengan
didukung pula upaya- upaya strategis oleh organisasi profesi.
Diharapkan, dalam praktik terapi komplementer ini nantinya perawat
tidak masuk lagi dalam zona abu-abu namun dapat memberikan warna
yang tegas dalam dunia profesi keperawatan.

41
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipnoterapi adalah salah satu jenis hipnosis sebagai sarana
penyembuhan gangguan psikologis maupun fisik (psikomatis). Selain
itu, hipnoterapi dapat juga dikatakan sebagai suatu teknik terapi pikiran
menggunakan hipnotis. Hipnoterapi bisa dijadikan salah satu terapi
non-farmakologis yang cukup efektif dalam mengatasi masalah
kesehatan.

42
DAFTAR PUSTAKA

Ifdil, Fitria, L., Nafsih, G., & Ardi, Z. (2015). Aplikasi Hipnosis dalam
Konseling. Universitas Negeri Padang, 126-140.

43
PEMBAHASAN KEAHLIAN
TOTOK WAJAH
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada zaman dahulu totok hanya digunakan untuk menyembuhkan
penyakit yang ada di dalam tubuh seseorang. Dan totok ini sendiri
hanya bisa dilakukan oleh seseorang yang mempunyai keahlian
khusus tenaga dalam, sehingga si penotok dapat menyalurkan tena-
ganya kepada orang yang ditotok.
Dimasa yang serba modern ini, totok kem- bali diperhitungkan
manfaat dan kegunaannya bagi perawatan kecantikan seseorang.
Totok wajah ini di kombinasi kan dengan plasenta domba yang sudah
diolah sedemikian rupa, sehingga plasenta domba ini dapat dijadikan
sebagai kream yang dapat digunakan untuk pengurutan pada wajah.
Di Putri Kedaton Griya Kecantikan dan SPA, totok wajah dilakukan
tanpa harus menggunakan alat-alat modern.
Karena hanya dengan jari-jari si penotok, si penotok dapat
melakukan menyaluran tena- ganya kepada yang ditotok dan yang
ditotokpun akan bisa merasakan langsung hasil dan man- faatnya.
Tentunya untuk melakukan hal ini, penotok harus mempunyai keahlian
tenaga dalam dan si penotok juga harus mengetahui titik-titik
akupuntur pada tubuh seseorang.
Setiap orang suatu saat akan mengalami yang namanya kurang
tidur, kecapean, baru sembuh dari sakit bahkan stress. Bila hal ini tidak
diantisipasi dengan baik, maka peredaran darah akan menjadi tidak
lancar, yang akhirnya akan mengganggu hormone di dalam tubuh.
Maka dengan demikian wajah seseorang akan mudah sekali
mengalami gangguan kulit wajah seperti jerawat, kusam, kasar, dsb.

44
Selain itu dibandingkan dengan mesin, totok wajah jauh lebih
efektif penggunaan dan manfaatnya, karena dengan metode totok
seseorang yang merawat mempunyai kontaklangsung dengan yang
dirawat yaitu melalui jari-jari si perawat, sehingga manfaat terapi bisa
dirasakan secara langsung dan dalam waktu yang lama.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definsi dari totok wajah?
2. Apa hal-hal yang harus diperhatikan sebelum totok wajah?
3. Dimana saja titik akupresur pada totok wajah?
4. Apa fungsi totok wajah?
5. Apa manfaat totok wajah?
6. Apa hasil dari totok wajah?
7. Bagaimana langkah-langkah totok wajah?
8. Apa saja Indikasi dan Kontraindikasi dari totok wajah?
9. Apa saja efek samping dari totok wajah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi dari totok wajah.
2. Untuk mengetahui tentang hal-hal yang harus diperhatikan sebelum
totok wajah.
3. Untuk mengetahui titik akupresur pada totok wajah.
4. Untuk mengetahui fungsi totok wajah.
5. Untuk mengetahui dan memahami tentang manfaat totok wajah.
6. Untuk mengetahui hasil yang diperoleh dari totok wajah.
7. Untuk mengetahui langkah-langkah totok wajah.
8. Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi dari totok wajah.
9. Untuk mengetahui efek samping dari totok wajah.

45
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Totok Wajah


Totok Wajah adalah teknik pemijatan di bagian wajah dengan
penekanan kepada titik aura wajah sehingga akan memperlancar
peredaran darah di sekitar Wajah. Totok Wajah yang dilakukan secara
rutin akan membuat kulit wajah akan semakin terlihat lebih segar, halus
dan kencang, akan membuat wajah Nampak terlihat awet muda.
Totok wajah adalah suatu ilmu kuno yang dalam dunia persilatan
bisa digunakan untuk menotok peredaran darah seseorang. Wajah
adalah salah satu bagian dari organ tubuh yang dipandang sangat
penting bai seseorang. Dengan adanya totokan, peredarah darah
seseorang akan menjadi lancar sehingga akan dapat mencegah
terjadinya kelainan pada kulit wajah. Hal-hal yang mendasari adanya
totok wajah adalah setiap orang suatu saat akan mengalami yang
namanya kurang tidur, kecapean, baru sembuh dari sakit bahkan
stress. Bila hal ini tidak diantisipasi dengan baik, maka peredaran darah
akan menjadi tidak lancar, yang akhirnya akan mengganggu hormone
di dalam tubuh. Maka dengan demikian seseorang akan mudah sekali
mengalami gangguan kulit wajah seperti jerawat, kusam, kasar, dsb.
Selain itu dibandingkan dengan mesin, totok wajah jauh lebih efektif
penggunaan dan manfaatnya. Karena dengan metode totok seseorang
yang merawat mempunyai kontak langsung dengan yang dirawat yaitu
melalui jari-jari si perawat, sehingga manfaat terapi bisa dirasakan
secara langsung dan dalam waktu yang lama.

46
B. Hal-hal yang Harus Diperhatikan Sebelum melakukan Totok Wajah
1. Diagnosis Wajah
Analisis kulit bertujuan untuk menentukan jenis kulit guna
menetapkan cara perawatan yang sesuai untuk mempertahankan
kesehatan kulit dan kecantikan sesuai dengan batas wewenang
penata kecantikan.
Untuk menentukan diagnosis kulit muka, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan, antara lain:
a. Jenis Kulit
1) Kulit Berminyak
Pada kulit demikian kelenjar-kelenjar lemak bekerja berlebihan
sehingga kulit kelihatan mengkilat, tebal, tonus kuat, pori-pori
besar serta mudah sekali men- dapat gangguan berupa jerawat
(komedo, jerawat, dan lain-lain).
2) Kulit Normal
Kulit tidak berminyak dan tidak kering, sehingga kelihatan segar
dan bagus, lubang pori-pori hampir tidak kelihatan.
Pengeluaran kotoran dan penyerapan zat-zat yang berguna
melalui kulit serta peredaran darah berjalan dengan baik, maka
jarang sekali mendapat gangguan jerawat maupun adanya
cacat-cacat pada kulit muka, tonusnya baik.
3) Kulit Kering
Pada kulit demikian kelenjar lemak bekerja ku rang aktif. Kulit
keli hatan kusam, tipis, bersisik, halus, lebih cepat timbul
keriput.
4) Kulit Campuran
Kulit ini bagian tengah muka (sekitar hidung /dagu), kadang-
kadang berminyak atau normal. Sedangkan bagian lainnya
normal atau kering. Dapat terjadi pada semua umur tetapi lebih
sering terdapat pada usia 35 tahun ke atas.

47
b. Tonus dan Turgor
Dapat ditentukan kendor atau kuat dengan:
1) Turgor : Mencubit kulit pipi
2) Tonus : Menekan kulit pipi dibawah tulang pipi
c. Pori-pori
Kelihatan atau tidak tergantung pada jenis kulit. Adanya sumbatan
dalam kandung rambut melebarkan pori-pori.
d. Lipatan dan Garis-garis Kulit
Pada muka/leher hampir senantiasa terjadi pembentukan lipatan
dan garis kulit, yaitu:
1) Kerutan kebiasaan: antara alis sekitar mata, lipatan hidung,
bibir (smile line)
2) Kerutan karena usia: pada kening, leher, sekitar bibir.
e. Kelainan Kulit
1) Gangguan pigmentasi, antara lain:
a) Hiperpigmentasi: ephilides/freekles, tahi lalat, cloasma
gravidarum, cloasma uterium, dsb.
b) Hypopigmentasi: vitiligo, panu, leukoderma
c) Bercak merah: erythema solare, dsb d) Bercak biru: livido,
cyanosis, dsb
2) Gangguan fungsi kelenjar minyak/palit/sebaccus.
Pengeluaran sebum/palit yang berle- bihan disebut seborrhoe.
Bila terdapat penyumbatan saluran kelenjar palit dapat terjadi
millium/acne yang tidak maupun dapat meradang.
3) Gangguan pertandukan kulit/keratinisasi
Pada muka terdapat berbagai macam keratosis kulit, antara lain
hiperkeratinisasi/kekolotan. Pada badan, tangan dan kaki
terjadi penyisikan kulit, ikhtiosis (kulit bersisik seperti sisik
ikan), Psoriasis (kulit merah dan bersisik diatasnya), kapalan,
katimunul/ mata ikan.

48
4) Gangguan peredaran darah=varices, antara lain: pelebaran
pembuluh darah rambut (couperoses, teleangi ectasis),
erythema.
2. Kerasnya Gerakan dan KetepatanGerakan Pengurutan
Ketenangan akan dapat dirasakan oleh klien bila cara kerja si
perawat tepat. Oleh karena itu, kecepatan gerakan dalam
pengurutan juga harus selalu diperhatikan. Hendaknya pengurutan
dilakukan secara perlahan dan berirama. Jaringan badan dirangsang
dengan gerakan-gerakan tekanan, kecepatan dan waktu selang.
3. Frekuensi
Seringnya pengurutan muka yang harus diberikan tergantung pada
keadaan kulit, umur klien dan tujuan perawatan. Secara umum
perawatan ini dapat dilakukan satu kali dalam satu minggu, hal ini
tergantung pada keadaan kulit klien itu sendiri.
C. Titik Akupresur pada Totok Wajah
Titik-titik akupresur terletak pada kedua telapak tangan, begitu
juga pada kedua telapak kaki. Di telapak tersebut terdapat titik
akupresur untuk: jantung, paru, ginjal, mata, hati, kelenjar tiroid,
pancreas, sinus, dan otak.
Jika anda tidak mengetahui secara tepat di mana titik-titik itu
secara tepat di tangan anda, maka tepukkanlah tangan anda selama
dua menit, dan tangan anda akan memperoleh tekanan balik yang
diperlukan. Beberapa Shadus (Saint dari India) mengatakan bahwa
saat menyanyikan lagu-lagu kebaktian, terdapat ritual menepukkan
tangan. Di Idia perlakuan ini diperkenalkan oleh orang-orang suci untuk
menstimulasi titik-titik akupresur.
Pemijatan terhadap titik akupresur wajah sangat penting untuk
merevitalisasi otot-otot wajah, serta melancarkan peredaran darah di
wajah anda.Melakukan pemijatan terhadap wajah, adalah sesuatu yang
menyenangkan, mudah, dan dapat dilakukan di mana dan kapan saja.
Perlakuan tidak butuh jarum, minyak, atau alat-alat lain, yang

49
dibutuhkan hanya wajah dan jari anda. Akupresur wajah memfokuskan
cara melakukan pijatan-pijatan lembut, serta menekan titik akupresur
dengan gerakan memutar lembut. Pijatan dan tekanan pada titik
akupresur wajah akan merangsang peredaran darah dan oksigen di
wajah menjadi lancar. Akupresur akan membuat wajah rileks dan
Nampak lebih segar, dan yang paling penting, membuat wajah terlihat
lebih muda. Daerah yang dipijat, tidak hanya ditingkatkan sirkulasi
darahnya, tetapi juga membantu membersihkan “facial lymp system”.
Rangsangan ini merangsang regenerasi kolagen yang membuat wajah
terlihat awet muda.
D. Fungsi Totok Wajah
1. Mengeluarkan Aura Negatif.Pada dasarnya, manusia memiliki aura
positif. Namun karena sterss, letih, lelah maupun masalah
terpendam dalam tubuh yang terakumulasi, mampu menyebabkan
kulit wajah menjadi kurang bercahaya. Aura positifnya meredup, yin
dan yang tidak seimbang.
2. Untuk mengeluarkan energi negatif, penetralnya adalah melalui
pijatan totok wajah. Ada ribuan titik akupressur yang ada di seputar
wajah dan bisa bermanfaat bagi pemiliknya.
3. Menjaga metabolisme hormon-hormon dalam tubuh, meredakan
stress, mengurangi kerutan dan mengencangkan wajah.
4. Menjaga metabolisme hormon-hormon dalam tubuh
5. Meredakan stress.
Megurangi kerutan dan mengencangkan wajah. Sebab salah satu
sebab penuaan dini adalah adanya ketegangan pada otot wajah.
Terapi totok ini tak hanya dilakukan oleh kaum hawa, bahkan kaum
pria.

50
E. Manfaat Totok Wajah
Totok wajah ini di lakukan karena mempunyai beberapa manfaat,
antara lain:
1. Kecantikan
a. Memperlancar peredaran darah di wajah
b. Mencegah pembentukan garis-garis ketegangan
c. Mengencangkan otot-otot wajah
d. Merelaksasi otot wajah sehingga bisa menghilangkan garis
kerutan dan keriput di wajah
e. Mencerahkan mata
f. Menghilangkan jerawat
g. Menghilangkan noda-noda di wajah akibat hiperpigmentasi dan
menghilangkan kantung mata
h. Merangsang sirkulasi, meningkatkan konsentrasi oksigen di
wajah, merangsang produksi kolagen dan mengencangkan
jaringan kulit
i. Secara keselurhan terapi ini memberikan efek penampilan inner
beauty.
2. Kesehatan
a. Membantu memecah racun dan meningkatkan sirkulasi darah dan
mungkin membantu dari sakit kepala karena tegang, kelelahan,
sinusitis dan migrain.
b. Jika pasien ditotok di bagian tulang pipi, dan pasien merasa sakit,
terapis dapat menduga bahwa sang pasien sedang flu atau
mengalami gejala flu. Sedikit pijatan yang membuat rileks dapat
mengurangi flu tersebut. Memang inti dari penotokan adalah
memperlancar system peredaran darah dan metabolism tubuh,
sehingga secara otomatis dapat membantu tubuh terasa lebih
segar, sehingga otomatis dapat membantu tubuh terasa lebih
segar, sehingga menghilangkan stress dan ketegangan tubuh.
c. Totok wajah bermanfaat membantu mengendalikan nafsu makan,

51
d. Meredakan pegal pada daerah mata. Juga untuk mengurangi
minus pada mata jika dilakukan secara rutin totok yang dilakukan
pada bagian tulang tengkorak seputar mata, diyakini mampu
mengurangi besaran minus yang sedang dialami.
F. Hasil Dari Totok Wajah
1. Kelancaran fungsi kulit dan semua jaringan dimuka dan kepala.
2. Kulit jadi halus dan lembut
3. Setelah dirawat klien santai dan nyaman
4. Peredaran darah menjadi lancar
5. Merangsang aktifitas kelenjar-kelenjar kulit.
6. Rasa sakit akan berkurang.
G. Langkah-langkah Totok Wajah
1. Bersihkan wajah dengan cleansing atau foam
2. Untuk mempermudah pemijatan, gunakan massage oil atau baby oil.
3. Mulai pijatan dari daerah dagu, kemudian naik ke bibir, hidung, mata
hingga dahi. Pijatan dilakukan hingga otot-otot wajah terasa rileks.
Untuk menambahkan kesan santai dapat dipadukan dengan
aromaterapi.
4. Selesai melakukan pemijatan diteruskan dengan menotok wajah,
bagian yang biasanya ditotok adalah garis senyum, pangkal hidung,
pelipis dan alis.
5. Tahap terakhir adalah pemakain masker wajah.
H. Indikasi dan Kontraindikasi
1. Indikasi
Totok wajah sudah dapat dilakukan sejak usia 17 tahun. Dan
sebaiknya rutin dilakukan seminggu sekali.
2. Kontraindikasi
a. Jangan lakukan jika wajah berjerawat. Karena dapat berakibat
merah–merah dan iritasi atau mungkin tambah parah meradang
jerawatnya.

52
b. Terapi totok wajah juga tidak boleh dilakukan pada orang-orang
yang menderita radang akut, hipertensi, jantung, TBC paru,
penyakit kulit dan diabetes. Karena, terapi totok wajah itu nantinya
bisa berisiko memperparah penyakit yang sudah ada.
I. Efek Samping
Efek samping hampir tidak ada/tidak diketahui. totok, seperti juga
pijat dan olahraga, berfungsi melancarkan peredaran darah dan
oksigen. dalam hal totok wajah, melancarkan peredaran darah sekitar
wajah, yang tentu saja dapat mengurangi sinus, sakit kepala, jerawat,
flek, dan gangguan lain di sekitar wajah dan kepala. totok tidak
memasukkan sesuatu ke dalam tubuh sebagaimana obat-obatan, jadi
tentu saja tanpa efek samping, asal dilakukan dengan frekuensi yang
wajar dan cara yang benar

53
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada zaman dulu totok digunakan untuk menyembuhkan penyakit
yang ada pada tubuh seseorang. Dan totok dapat dilakukan oleh
seseorang yang mempunyai keahlian khusus tenaga dalam, sehingga
dapat menyalurkan tenaganya kepada orang yang ditotok.
Pada zaman sekarang totok digunakan untuk perawatan
kecantikan seseorang, karena dengan totok klien dapat merasakan
langsung tenaga si penotok dengan menyalurkan tenaga dalamnya.

54
DAFTAR PUSTAKA

Iryanti, D. (2016). MANFAAT HASIL PELATIHAN TOTOK WAJAH


MERIDIAN SEBAGAI KESIAPAN MENJADI BEAUTY. Universitas
Pendidikan Indonesia, 1-5.
Yuwati, H. (2014). PENGARUH PERAWATAN WAJAH MELALUI TEKNIK
TOTOK UNTUK. Dosen Proram Studi Tata Rias AKS “AKK”
Yogyakarta, 3-16.

55

Anda mungkin juga menyukai