Anda di halaman 1dari 15

ETIK DALAM PSIKIATRI

Pedoman etik dan pengetahuan tentang prinsip etik membantu psikiater


menghindari konflik etik (didefinisikan sebagai adanya pertentangan antara apa
yang ingin dilakukan dan apa yang secara etik benar untuk dilakukan) dan mencari
jalan keluar terhadap dilema etika (konflik antara perspektif atau nilai-nilai etik).
Etik mengatur hubungan orang-orang pada kelompok yang berbeda dan
membangun persamaan hak dalam hubungan tersebut. Kode etik profesi merujuk
pada tingkah laku yang sesuai dalam lingkungan profesi. Kode etik profesi
merupakan gabungan dari nilai-nilai moral, norma-norma sosial dan parameter
hubungan yang telah disetujui bersama.

A. Kode Profesional
Sebagian besar organisasi profesional dan kelompok bisnis memiliki kode
etik yang mencerminkan suatu konsensus mengenai standar umum tingkah laku
profesional yang sesuai. Principles of Medical Ethics dari American Medical
Association (AMA) dan Principles of Medical Ethics with Annotations Especially
Applicable to Psychiatry dari American Psychiatric Association (APA)
memaparkan standar ideal praktik dan sifat profesional praktisi. Kode ini mendesak
untuk menggunakan teknik yang terampil dan ilmiah, mengatur kesalahan sendiri
dalam profesi dan menghormati hak serta kebutuhan pasien, keluarga, kolega dan
masyarakat.

B. Prinsip Dasar Etik


Terdapat empat prinsip etik yang harus dipegang psikiater ketika bekerja,
yaitu otonomi (autonomy), kemurahan hati (benefecience), tidak mencederai
(nonmaleficence) dan keadilan (justice). Jika terdapat konflik dengan pasien, maka
empat prinsip tersebut harus diterapkan dengan seimbang untuk membuat
keputusan.

1
2

a. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi diterapkan apabila seseorang berespon setelah
diberikan informasi dan waktu yang cukup untuk memahami keuntungan,
risiko dan biaya dari semua opsi yang diberikan. Hal ini dapat juga berarti
menghormati hak setiap individu untuk tidak mendengarkan secara rinci dan
bahkan memilih orang lain (misalnya keluarga atau dokter) untuk
menentukan pengobatan yang terbaik untuknya.
Psikiater harus memberikan pengertian yang sejelas-jelasnya kepada
pasien mengenai penyakit yang dideritanya dan pilihan pengobatan yang
tersedia. Setelah itu, pasien memerlukan waktu untuk berpikir dan berdiskusi
dengan teman atau keluarga mengenai keputusannya. Jika pasien tidak dalam
keadaan yang baik dalam membuat keputusan, maka psikiater dapat
mempertimbangkan keputusan alternatif melalui wali.

b. Kemurahan Hati (Beneficence)


Alasan seorang psikiater bertindak dengan prinsip beneficence berasal
dari hubungan saling percaya antar dokter-pasien dan keyakinan profesi
bahwa mereka juga mempunyai kewajiban tersebut pada masyarakat. Karena
pasien percaya kepada psikiater, maka psikiater harus mementingkan
kepentingan pasien di atas kepentingan mereka sendiri.
Ekspresi prinsip ini adalah paternalisme yang merujuk kepada penilaian
psikiater mengenai tindakan yang terbaik untuk pasien atau subjek penelitian.
Paternalisme lemah terjadi ketika psikiater bersikap beneficence saat pasien
tidak dapat membuat keputusan sendiri. Sebaliknya, paternalisme kuat terjadi
jika psikiater bersikap beneficience meskipun pasien mampu membuat
keputusan sendiri.
Pedoman yang mengesampingkan hak otonomi pasien telah diusulkan
agar prinsip beneficence dapat dilakukan. Ketika pasien sedang menghadapi
bahaya besar atau berada dalam risiko bahaya, tindakan paternalistik harus
diambil untuk mengurangi keadaan bahaya, mengurangi risiko tambahan dan
meminimalkan pelanggaran terhadap hak otonomi pasien.
3

c. Tidak Mencederai (Nonmaleficence)


Dalam menerapkan prinsip nonmaleficence (primum non nocere atau
pertama, jangan mencederai), psikiater harus berhati-hati dalam membuat
keputusan dan harus bertindak sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Psikiater juga harus terbuka dalam membantu mencari alternatif lain atau
konsultasi terhadap masalah pasien. Keputusan yang berisiko terhadap pasien
harus di hindari psikater.

d. Keadilan (Justice)
Konsep keadilan menyangkut pada masalah penghargaan dan hukuman
serta penyaluran manfaat yang adil bagi semua pihak. Masalah yang relevan
terhadap prinsip ini mencakup apakah sumber daya harus didistribusikan
secara adil bagi yang membutuhkan, apakah mereka harus pergi ke tempat
dimana mereka berdampak besar terhadap kesejahteraan setiap individu yang
dilayani, atau kemana mereka berpengaruh besar terhadap lingkungan.

C. Masalah Spesifik
Dari sudut pandang praktis, terdapat beberapa masalah spesifik yang sering
melibatkan psikiater, diantaranya adalah pelecehan seksual, pelecehan nonseksual,
pelanggaran kerahasiaan pasien, kesalahan pengobatan (inkompeten, agen ganda)
dan aktivitas ilegal (asuransi, billing, pedagang saham).
a. Pelecehan Seksual
Sangat tidak etis bagi psikiater untuk membangun hubungan bersifat
seksual dengan pasien. Berbagai undang-undang telah diterapkan terhadap
psikiater yang melanggar prinsip ini. Beberapa diantaranya adalah undang-
undang perkosaaan dan kekerasan seksual. Banyak pasien yang telah
memenangkan banyak gugatan dalam kasus malpraktik ini. Namun, sanksi
pelanggaran ini masih merupakan perdebatan etik.
Masalah hubungan yang bersifat seksual antara dokter dengan mantan
pasien termasuk pelanggaran prinsip etik, walaupun masih kontroversial.
Pepatah “sekali menjadi pasien, akan tetap menjadi pasien” menegaskan
4

bahwa segala keterlibatan dengan mantan pasien harus dilarang, bahkan yang
mengarah kepada pernikahan. Ada pendapat yang menyatakan bahwa reaksi
transference yang selalu ada antara pasien dan terapis mencegah keputusan
logis mengenai emosi dan hubungan seksual antara kedua belah pihak.
Sedangkan yang lain bersikeras bahwa bila reaksi transferense itu masih ada,
maka terapi dikatakan tidak selesai, dan sebagai manusia otonom, mantan
pasien tersebut tidak boleh menjadi subjek moralitas paternalistik dokter.
Dengan demikian, sebenarnya tidak ada sanksi yang melarang keterlibatan
emosional atau seksual antara psikiater dengan mantan pasien. Beberapa
psikiater berpendapat bahwa terdapat rentang waktu yang “normal” sebelum
hubungan itu terbentuk. Periode waktu yang dimaksud juga masih
kontrovesial, beberapa sumber menyebutkan dua tahun. Psikiater lain
berpendapat bahwa pembatasan waktu tersebut merupakan hal yang sia-sia
karena The Principles menyatakan bahwa aktivitias seksual baik dengan
pasien sekarang maupun mantan pasien adalah tidak etis.
Walaupun tidak disebutkan dalam The Principles, aktivitas seskual
dengan anggota keluarga pasien juga merupakan perilaku tidak etis. Hal ini
sangat penting, terutama ketika psikiater berhadapan dengan pasien anak atau
remaja. Dalam kebanyakan program pelatihan anak dan remaja, psikiater
menganggap bahwa orang tua pasien merupakan pasien juga, sehingga aturan
dan etika yang berlaku kepada pasien juga berlaku kepada orang tua.
Meskipun demikian, beberapa psikiater keliru dalam memahami konsep ini.
Salah satu contoh nyata pelecehan seksual di lingkungan psikiatri
dilaporkam dalam Medical Board of California Action report (bulan Juli
tahun 2006) mengenai seorang psikiater yang memiliki hubungan terlarang
dengan pasien skizofrenia selama 7 tahun. Dokter tersebut tidak hanya
berhubungan seksual dengan pasien, tapi juga memiliki praktik prostitusi
dimana pasien dan dokter ada di dalamnya. Sebagai imbalan, dokter tersebut
memberikan resep berisi obat-obat terlarang kepada pasien. Untuk menutupi
hal ini, aktivitias tersebut di sebut dengan terapi kelompok. Sampai pada
5

akhirnya tindakan dokter tersebut ketahuan sehingga lisensinya dicabut dan


kemudian dituntut karena melakukan kejahatan.

b. Pelecehan Non-seksual
Hubungan antara dokter dan pasien dalam rangka memberikan terapi
yang adekuat terhadap pasien disebut hubungan dokter-pasien. Hubungan
tersebut memiliki batas-batas tertentu yang dapat saja dilanggar oleh salah
satu pihak.
Tidak semua pelanggaran batas disebut hubungan dokter-pasien disebut
kejahatan. Sebagai contoh, pasien dapat mengatakan kepada dokter di akhir
sesi terapi, “Dok, uang saya ketinggalan di rumah dan saya butuh uang untuk
membayar parkir. Bolehkah saya meminjam uang, Dok?” Pada kondisi ini,
pasien mencoba melanggar batas hubungan dokter-pasien. Berdasarkan
orientasi teoritis dokter, situasi saat itu dan faktor-faktor lain,, dokter juga
dapat memilih untuk melanggar batas. Apakah pelanggaran batas juga
termasuk kejahatan, masih merupakan suatu perdebatan. Ada pernyatan yang
menyatakan bahwa pelanggaran batas yang eksploitatiflah yang dapat disebut
kejahatan. Dokter bertanggung jawab untuk menjaga batas antara dokter dan
pasien dengan meminimalkan pelanggaran batas dan mencegah terjadinya
eksploitasi.
Merugikan pasien bukan termasuk kejahatan pelanggaran batas.
Sebagai contoh, penggunaan informasi yang berasal dari pasien termasuk
dalam pelanggaran batas non-etik, walaupun tidak terdapat kerugian nyata
yang dapat timbul kepada pasien.

1. Pekerjaan
Hampir semua hubungan kerja dengan mantan pasien bermasalah
dan hubungan kerja dengan pasien saat ini tidak beretik. Alaminya,
keadaan dan lokasi dapat memainkan peran yang signifikan terhadap
6

peringatan ini. Di area pedesaan atau komunitas kecil, dokter mungkin


memperlakukan dengan baik satu-satunya apoteker yang ada disana.
Namun ketika berhadapan dengan pasien, dokter tidak boleh melanggar
batas hubungan dokter-pasien untuk kepentingan apoteker. Psikiater
yang beretika akan menghindari hubungan kerja dengan pasien maupun
dengan keluarga pasien untuk menghindari konflik yang mungkin dapat
terjadi nantinya.

2. Falsafah
Falsafah seseorang dapat mengaburkan pertimbangan dan dapat
menyebabkan penyimpangan etik. Oleh karena itu, setiap keputusan
klinis haruslah dibuat untuk kebaikan pasien. Seorang psikiater harus
menjelaskan kepada pasien tentang penyakit yang dideritanya dan
tatalaksana apa saja yang dapat diberikan. Tatalaksana yang terbaik
menurut psikiater haruslah disarankan kepada pasien, tetapi pada
akhirnya pasien bebas untuk menentukannya sendiri.

3. Sosial
Situasi dan kondisi harus selalu dipertimbangkan dalam diskusi
mengenai perilaku seorang psikiater beretika dalam lingkungan sosial.
Prinsipnya secara keseluruhan adalah batas-batas hubungan psikiater-
pasien harus dihargai. Prinsip ini harus digunakan sebisa mungkin
untuk kepentingan pasien. Masalah sering muncul pada sesi terapi
ketika batas hubungan dokter-pasien dilanggar dan persahabatan
terbentuk. Objektivitas dikompromikan, netralitas pengobatan
terganggu, dan faktor-faktor lain di luar kesadaran kedua belah pihak
dapat memperparah keadaan. Persahabatan seperti ini harus dihindari
selama terapi untuk menghindari konflik yang mungkin dapat terjadi.

4. Keuangan
7

Permasalahan seputar biaya jasa dan masalah keuangan lainnya


merupakan hal yang menyenangkan bagi seorang dokter. Meskipun
demikian, etik harus tetap diperhatikan. Pengaduan terhadap dokter
mengenai etik sering dipicu oleh masalah keuangan, walaupun masalah
keuangan juga berpengaruh terhadap terapi pasien. Karena hubungan
psikoterapeutik sangat mirip dengan hubungan pertemanan, beberapa
pasien mungkin tanpa sadar menganggap bahwa tidak ada biaya jasa
dalam pertemanan. Ketika dokter meminta biaya jasa, maka perasaan
pasien menjadi kacau.

c. Kerahasiaan
Kerahasiaan merujuk kepada tanggung jawab psikiater untuk tidak
menyebarkan informasi pasien yang didapat dari sesi terapi kepada pihak
ketiga. Hak istimewa merujuk kepada hak pasien untuk mencegah kebocoran
informasinya pada sesi terapi di mata hukum. Psikiater harus menjaga
kerahasiaan pasien, karena dengan prasyarat tersebut pasien mau berbicara
secara bebas. Membocorkan rahasia pasien berarti tidak memegang prinsip
nonmaleficience sehingga akan mempermalukan pasien. Membocorkan
rahasia pasien juga melanggar perjanjian yang secara implisit atau eksplisit
psikiater jaga.
Kerahasiaan pasien juga dapat digunakan untuk melindungi orang lain
ketika pasien membuat ancaman yang serius. Situasi dapat menjadi rumit
ketika risiko tidak hanya mengenai orang tertentu, seperti ketika dokter
mengalami gangguan atau keadaan mental seseorang mempengaruhi
kinerjanya akan pekerjaan yang berbahaya, seperti polisi, pemadam
kebakaran atau operator mesin. Situasi rumit juga dapat muncul ketika
perusahaan asuransi meminta data rinci mengenai kerahasiaan pasien,
sehingga pasien harus diinformasikan terlebih dahulu bahwa kerahasiaan
informasinya dapat diketahui oleh perusahaan asuransi.
Berbagai situasi dapat muncul karena penggunaan data pasien.
Menyikapi hal ini, maka informasi hanya diberikan sesuai dengan keperluan.
8

Dalam pendidikan dan penelitian, nama pasien harus disamarkan untuk


menghindari kemungkinan teridentifikasi. Dalam ronde di rumah sakit atau
presentasi kasus yang mana informasi pasien harus dipaparkan, maka
informasi yang didengarkan tidak boleh sampai diketahui orang lain.
Kerahasiaan pasien tetap bertahan walau pasien sudah meninggal dunia
karena kewajiban etik untuk menjaga informasi pasien sampai anak pasien
memberikan izin untuk membukanya. Panggilan tertulis dari pengadilan tidak
serta merta dapat melepaskan kerahasiaan pasien. Psikiater dapat bertanya
kepada hakim mengenai hal apa saja yang perlu diungkap dari kerahasiaan
informasi pasien sehingga hanya informasi yang diperlukan saja yang
diberikan.

d. Etik dalam Pelayanan Kesehatan


Psikiater memiliki tanggung jawab terhadap pasien dalam pelayanan
kesehatan, termasuk tanggung jawab dalam memberikan seluruh pilihan
pengobatan, melanjutkan penatalaksaan kegawatdaruratan dan bekerja sama
dengan peninjau pemanfaatan.
1. Tanggung Jawab dalam Memberitahukan
Psikiater memiliki tanggung jawab untuk meminta persetujuan
kepada pasien mengenai prosedur atau terapi yang akan dilakukan.
Psikiater harus memberikan seluruh pilihan pengobatan, walaupun
tidak termasuk dalam bagian pelayanan kesehatan. Namun, sebagian
besar negara bagian telah membuat undang-undang yang membatasi
informasi yang dapat diberikan kepada pasien mengenai perawatan
yang diterima.

2. Tanggung Jawab dalam Menyarankan


The AMA Council on Ethical and Judicial Affair menyatakan
bahwa psikiater memiliki kewajiban etik untuk menyarankan
perawatan apa pun yang mereka yakini akan bermanfaat bagi pasien,
terlepas dari pedoman alokasi atau hal lain.
9

3. Tanggung Jawab dalam Mengobati


Psikiater harus bertanggung jawab atas kegagalannya dalam
mengobati pasien berdasarkan standar pelayanan kesehatan. Psikiater
yang merawat memiliki tanggung jawab penuh untuk menentukan hal
yang dibutuhkan pasien secara medis. Psikiater harus berhati-hati untuk
tidak memulangkan pasien dengan keinginan bunuh diri atau dengan
kecenderungan untuk melakukan kekerasan sebelum waktunya karena
keinginan perusahaan pelayanan kesehatan.

4. Tanggung jawab dalam Bekerja Sama dengan Peninjau


Pemanfaatan
Psikiater harus bekerja sama dengan peninjau pemanfaatan
mengenai permintaan informasi dalam otorisasi pasien. Ketika tidak
ditemukan keuntungan dalam kerja sama tersebut, maka penting untuk
memahami dan mengikuti prosedur pengaduan dengan hati-hati.
Dengan munculnya pelayanan kesehatan dan kebutuhan untuk
mengirim laporan berkala dan dokumentasi mengenai gejala dan tanda
kepada pihak ketiga terkait pembayaran pengobatan, beberapa psikiater
terkadang mengurangi atau membesar-besarkan gejala.

D. Dokter yang Terganggu


Seorang dokter dapat terganggu akibat kelainan medis atau penggunaan zat
tertentu misalnya alkohol dan narkoba. Berbagai penyakit organik juga dapat
mengganggu keterampilan motorik dan kognitif yang diperlukan untuk
memberikan perawatan medis yang kompeten. Meskipun melaporkan dokter yang
memiliki gangguan adalah sebuah tanggung jawab hukum, tanggung jawab etik
tetaplah universal. Dokter yang memiliki gangguan harus dlaporkan pada otoritas
yang sesuai dan dokter yang dilaporkan harus mengikuti prosedur rumah sakit,
negara bagian dan hukum. Dokter yang menangani dokter tersebut tidak diharuskan
untuk memonitor perkembangan atau kesehatan dokter tersebut untuk kembali
10

bekerja. Kegiatan memonitor ini harus dilakukan oleh dokter yang independen atau
kelompok dokter yang tidak memiliki kepentingan terkait.
Office of Professional Medical Conduct (OPMC) di negara bagian New York
mengatur praktik kedokteran dengan menginvestigasi praktik ilegal atau tidak etis
yang dilakukan oleh dokter dan profesional kesehatan lain, seperti asisten dokter.
Lembaga pengatur yang serupa juga ada di negara bagian lain. Kesalahan
profesional di negara bagian New York didefinisikan sebagai salah satu dari hal
berikut:
1. Berpraktik secara curang dan jelas lalai atau inkompeten
2. Berpraktik saat kemampuannya terganggu
3. Terbiasa mabuk atau menggunakan narkotika atau menggunakan zat lain yang
memiliki efek yang serupa
4. Melakukan tindakan asusila dalam praktik profesi
5. Mengizinkan, membantu, atau bekerja sama dengan orang tak berizin untuk
melakukan aktivitas yang memerlukan izin
6. Menolak melayani klien atau pasien karena perbedaan kepercayaan, warna
kulit atau asal negara
7. Berpraktik di luar lingkup yang diizinkan oleh hukum
8. Dihukum karena melakukan kejahatan atau menjadi pelaku tindakan
pendisiplinan di yurisdiksi lain
Pengaduan kesalahan profesi utamanya berasal dari masyarakat umum, di
samping perusahaan asuransi, lembaga penegak hukum dan dokter.

E. Dokter yang sedang dalam Pendidikan


Tidak etis untuk mendelegasikan otoritas perawatan pasien pada orang yang
belum berpengalaman atau memenuhi syarat, seperti mahasiswa kedokteran atau
residen, tanpa supervisi yang adekuat dari dokter yang berwenang. Residen adalah
dokter yang sedang dalam pendidikan dan harus memberikan perawatan yang baik
terhadap pasien. Dalam lingkungan pengajaran etis yang sehat, residen dan
mahasiswa kedokteran dapat terlibat dan bertanggung jawab untuk merawat pasien
yang sakit setiap harinya, tetapi dalam supervisi dan pengarahan dari dokter yang
11

berpengalaman dan terlatih. Pasien memiiki hak untuk mengetahui tingkat


pendidikan dari orang yang merawat mereka. Residen dan mahasiswa kedokteran
harus mengetahui dan memahami keterbatasan mereka serta harus meminta
supervisi dari kolega yang berpengalaman jika diperlukan.

F. Piagam Profeseionalisme Psikiater


Pada tahun 2001, American Board of Internal Medicine membuat sebuah
langkah untuk mengklarifikasi konsep profesionalisme. Berikut prinsip dan
komitmen yang tertuang dalam Physician Charter of Profesisionalism.
Prinsip Dasar
- Mengutamakan Kesejahteraan Pasien. Altruisme berkontribusi terhadap
kepercayaan sentral dalam hubungan dokter-pasien. Prinsip ini tidak dapat
diganggu gugat oleh kekuatan pasar, tekanan sosial ataupun kedaruratan
administrasi.
- Otonomi Pasien. Dokter harus jujur kepada pasien dan memberikan
kewenangan untuk memutuskan tindakan terapi yang akan dilakukan.
- Keadilan Sosial. Dokter harus bekerja secara aktif untuk menghilangkan
diskriminasi dalam pelayanan kesehatan, baik dalam hal suku, jenis kelamin,
status sosioekonomi, etnis, agama dan hal lainnya.

Komitmen
- Kompetensi Profesional. Dokter harus berkomitmen untuk belajar
sepanjang hayat. Profesi ini secara keseluruhan harus melihat bahwa seluruh
anggotanya kompeten.
- Kejujuran terhadap Pasien. Dokter harus memastikan bahwa pasien secara
jujur dan sadar telah diberikan informasi mengenai pilihan terapi yang
tersedia dan dokter harus membiarkan pasien untuk memilih. Dokter juga
harus menginformasikan bahwa dapat terjadi kesalahan yang dapat melukai
pasien selama sesi terapi. Jika terjadi kecelakaan akibat kesalahan dokter,
maka dokter tersebut harus segera memberitahukan kepada pasien. Karena
bila tidak, maka hal itu dapat merusak kepercayaan pasien dan masyarakat
12

- Kerahasiaan Informasi Pasien. Menjaga kerahasiaan pasien sekarang


menjadi lebih mendesak untuk dilakukan, karena meluasnya penggunaan
sistem informasi elektronik yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data
pasien.
- Menjaga Hubungan yang Baik dengan Pasien. Dokter tidak boleh
mengambil keuntungan dari pasien terkait kepentingan seksual, kepentingan
pribadi dan hal lainnya.
- Meningkatkan Kualitas Pelayanan. Hal yang terkandung dalam komitmen
ini adalah mengasah kompetensi klinis dan bekerja sama secara kolaboratif
dengan profesionalisme lain untuk meminimalkan kesalahan medis,
meningkatkan keselamatan pasien, meminimalkan terjadinya kerja berlebih
dari tenaga kesehatan dan memaksimalkan hasil pelayanan.
- Meningkatkan Akses Pelayanan. Dokter secara individu dan kolektif harus
meminimalkan hambatan dalam mewujudkan pelayanan kesehatan yang adil.
- Mendistribusikan Sumber Daya Terbatas. Dokter harus berkomitmen
untuk bekerja sama dengan dokter lain, rumah sakit dan pasien untuk
mengembangkan pedoman pelayanan kesehatan yang hemat biaya. Tanggung
jawab profesionalisme dokter dalam pengalokasian sumber daya yang baik
memerlukan analisis yang cermat mengenai prosedur atau tes yang
berlebihan.
- Pengetahuan Ilmiah. Dokter bertanggung jawab dalam menjunjung tinggi
standar ilmiah, menggalakkan penelitian dan menciptakan pengetahuan baru
yang dapat digunakan secara klinis.
- Menjaga Kepercayaan dengan Menyelesaikan Konflik Kepentingan.
Dokter memiliki kewajiban untuk mengenali, memperlihatkan ke masyarakat
umum dan mengatasi konflik kepentingan.
- Tanggung Jawab Profesionalisme. Dokter diharapkan dapat melakukan
regulasi diri, termasuk remeditasi dan pendisiplinan terhadap anggota yang
tidak memenuhi standar profesionalitas.

G. Psikiater Militer
13

Psikiater dalam kemiliteran menghadapi kasus etik yang unik karena


kerahasiaan informasi tidak ada dalam kode etik militer.

H. Undang-Undang Portabilitas dan Akuntabilitas Asuransi Kesehatan


(Health Insurance Portability and Accountability Act)
Undang-Undang Portabilitas dan Akuntabilitas Asuransi Kesehatan disahkan
pada tahun 1996 untuk mengatasi kompleksitas sistem pengiriman medis dan
ketergantungan akan komunikasi elektronik. Undang-undang tersebut mengatur
agar Departemen Kesehatan dan Pelayanan Kemanusiaan (Department of Health
and Human Services) mengeluarkan aturan yang melindungi transmisi dan
kerahasiaan informasi pasien.
Hak Pasien dalam Aturan Privasi
- Dokter harus memberikan pemberitahuan tertulis kepada pasien mengenai
hak privasinya yang meliputi kebijakan privasi pelayanan serta penggunaan,
penyimpanan dan pengungkapan informasi pasien. Pengakuan tertulis harus
didapatkan dari pasien sebagai bukti bahwa pasien telah membaca dan
mengerti pemberitahuan tersebut.
- Pasien dapat memperoleh salinan rekam medis mereka dan meminta revisi
terhadap rekam medis tersebut dalam kurun waktu yang ditentukan (biasanya
30 hari). Namun pasien tidak memiliki hak untuk melihat pengobatan
psikoterapi.
- Dokter dapat membuka rekam medis pasien dengan adanya permintaan,
tentunya dengan beberapa pengecualian tertentu. The American Psychiatric
Association Committee on Confidentially telah mengembangkan model
dokumen untuk persyaratan ini.
- Dokter harus memperoleh otoritas dari pasien untuk mengungkapkan
informasi lain selain untuk kepentingan pengobatan, pembayaran dan
pelayanan kesehatan (ketiga hal ini biasanya tidak memerlukan persetujuan
pasien karena merupakan kebutuhan rutin). The American Psychiatric
Association Committee on Confidentially telah mengembangkan model
dokumen untuk persyaratan ini.
14

- Pasien dapat meminta sarana komunikasi lain guna melindungi informasi


mereka (misalnya pasien meminta dokter untuk menghubunginya lewat
nomor Hp atau alamat tertentu).
- Dokter tidak bisa membatasi pengobatan pasien secara umum untuk
memperoleh otorisasi pasien sehingga dokter dapat menggunakan
kerahasiaan informasi mereka untuk hal lain.
- Pasien memiliki hak untuk mengadu terkait pelanggaran terhadap Kebijakan
Privasi atau rencana kesehatan kepada dokter.
15

Anda mungkin juga menyukai