Anda di halaman 1dari 110

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Aisyatul Mukminah's Weblog

Maret 21, 2011Maret 21, 2011

Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar


Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN

SPM dan SOP OBGIN, suatu pedoman bagi klinisi untuk melakukan pelayanan dan melakukan tindakan di
bidang kebidanan dan kandungan , biasanya kita pilih 10 kasus terbanyak yang ditangani, di UGD, rawat jalan,
rawat , menurut standar akreditasi RS ada format khusus seperti berikut.

ABORTUS

No.Dokumen Revisi 0 Halaman 1

STANDAR PELAYANAN ……………. dari 2


MEDIS
Tanggal Terbit Ditetapkan, Direktur
:

…………………

Definisi : Adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin


dapat hidup diluar kandungan, dan sebagai batasan digunakan
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat badan anak kurang
dari 1000 gram.

Abortus komplit:

Adalah seluruh hasil konsepsi telah keluardari kavumuteri


padakehamilankurangdari20 minggu.

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 1/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Abortus inkomplit:

Adalah sebagian konsepsi telah keluar dari vakum uteri, sebagian


lagi masih tertinggal.

Abortus insipiens:

Adalah abortus yang sedang mengancam dimana serviks


telahmendatardanostium uteritelah membuka, akan tetapi
hasil konsepsi masih di dalam kavum uteri.

Abortus imminens:

Adalah abortus tingkat permulaan, dimana terjadi pendarahan


per vaginam ostium masih tertutup dan hasil konsepsi masih
baik dalam kandungan.

Missed Abortion :

Adalahabortusdimanaembrioataufetustelah meninggal
dalam kandungan sebelum kehamilan 0 minggu, akan hasil
konsep seluruhnya masih tertahan dalam kandungan selama 8
minggu atau lebih.

Abortus habitualis:

Adalah keadaan dimana terjadinya abortus tiga kali berturut‑turut


atau lebih.

Abortus Infeksiosus:

Abortus yang mengalami infeksi

Kriteria Diagnosa : Ada terlambat haid atau amenorea kurang dari 20 minggu .
Pendarahan per vaginam, mungkin disertai jaringan hasil
konsepsi. Rasa sakit atau keram perut di daerah atas
simpisis.
Diagnosa Banding : 1. Kehaliman ektopik
2. Hipermenore
3. Abortus mola hidatidosa
4. Mioma uteri bertangkai

Pemeriksaan penunjang : Diperlukan pada abortus imminens, abortus habitualis dan


missed abortion

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 2/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

a. pemeriksaan doppler atau USG untuk


menentukanapakah janin masih hidup,
menentukan prognosis

b. Pemeriksaan darah

Standar tenaga : Dokter Umum, Dokter Spesialis Kebidanan dan


Kandungan
Perawatan RS : Rawat inap
Umumnya setelah tindakan kuretage pasien abortus dapat
segera pulang ke rumah. Kecuali bila ada komplikasi seperti
perdarahan banyak, yang menyebabkan anemia berat atau
infeksi.

Terapi I. Abortus imminens

a. Istilah baring, tidur baring merupakan unsur penting


dalam pengobatan karena cara ini menyebabkan
bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya
rangsang mekanis.

b. Penobarbital 3 x 30 mg sehari dapat diberikan untuk


menenangkan penderita.

c. Tokolitik

d. Preparat progesterone 2‑3x 1 tab setiap 8‑12 jam

e. Antiprostaglandin 3x500mg

II. Abortus insipiens :

Bila kehamilan >12 minggu kuret atau drip oksitosin

Methylergometrin maleat 3×1 5 hari

Amoxycicillin 4×500 5 hr

III. Abortus inkompletus

1. Perbaiki KU

2. Kosongkan uterus

3. Methylergometrin maleat 3×1 5 hari

4. Amoxycicillin 4×500 5 hr

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 3/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

IV. Abortus kompletus

Tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya menderita


anemis perlu diberikan sulfas ferrosus dan dianjurkan
supaya makanannya banyak mengandung protein,
vitamin dan mineral.

V. Missed abortion Mengeluarkan

jaringan nekrosis v Pemeriksaan faal

hemostasis

Kadar fibrinogen normal, jaringan konsepsi dapat


segera dikeluarkan.
Sebaiknya bila kadar fibrinogen rendah, perbaiki dulu dengan
cara memberikan fibrinogen kering atau darah segar.
Kehamilan < 12 minggu langsung kuretase Kehamilan >
12 minggu misoprostol 1 tab/ intra vaginal/tiap 6 jam/ 1hari
dilanjutkan dengan drip oxytosin dan kuretase
Disarankan monitoring fibrinogen serum

Penyulit Ada 3 penyulit:

a. Anemia

Biasanya anemia post hemorragia. Pengobatannya adalah


pemberian darah atau komponen darah.

b. Infeksi

Kasus abortus yang datang dalam keadaan infeksi harus mendapat


payung antibiotik dulu, sebelum dilakukan evakuasi. Sedangkan
tindakan evakuasi sendiri dapat menimbulkan infeksi. Untuk
itu perlu diberikan antibiotika profilaksia.

c. Perforasi

Merupakan komplikasi tindakan kuretase Untuk

mencegah perforasi :

Pemberian uterotonik
Kuretase secara sistematis dan lege artis.

Informed Consent Perlu, sebelum dilakukan kuretase


Konsultasi Tidak ada

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 4/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Lama Perawatan Pasca kuretase pasien tidak perlu dirawat, kecuali ada
komplikasi
Masa Pemulihan Pasien abortus dapat diberikan cuti sakit paling
lama 2 minggu
Output Sembuh
PA Jaringan konsepsi dapat dikirim ke lab, Patologi anatomi
bila fasilitas memungkinkan
Otopsi –
Referensi

1. Cuningham F.G.MD, Mac Donald P.C.MD, Garet


N.F.MD, Abortion, William Obstetric 18ed, Applenton &
Large Connecticut p.489‑509

2. Jones, G.C. Jones H.W. Infertility recurret dan


spontaneous abortion, In: Novak’s Textbook of
Gynaecology, tenth edition, p.659‑730 William & Wilkins,
Baltimore/London 1961

3. Pritchard Abortion, In: William Obstetrics (ed by


th
Prichard and MacDonald 16 ed.537‑618,
Apleton Century Crofs, New York 1980

Wiknjosastro H. Sumapraja S, Prawirohardjo S. Kelainan


dalam lamanya kehamilan In: Ilmu Kebidanan, Edisi II,
hal258‑277, YayasanBina Pustaka, Jakarta 1981

4. lab/bag ilmu kebidanan dan penyakit kandungan RSUdr


Soetomo Surabaya.Pedoman diagnosis dan terapi Edisi III
2008

KEHAMILAN EKTOPIK

No.Dokumen Revisi 0 Halaman 1

STANDAR PELAYANAN ……………. dari 2


MEDIS
Tanggal Terbit Ditetapkan, Direktur
:

…………………

Definisi : Adalah suatu keadaan dimana hasil konsepsi berimplikasi


dan tumbuh diluar endometrium
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 5/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

kavum uteri.

Yang termasuk kehamilan ektopik adalah:

a. kehamilan abdominasi

b. kehamilan ampula tuba

c. kehamilan ismus tuba

d. kehamilan intersial tuba

e. kehamilan ovarialal

f. kehamilan intra ligamen

g. kehamilan komu

h. kehamilan serviks

Kriteria Diagnosa : Anamnesis

a. Amenorea atau terlambat haid

b. Timbul sinkop dan gejala abdomen akut. Keadaan


ini disebabkan pendarahan intra peritoneal yang
mendadak serta terjadinya hipovolemia pada
sirkulasi.

c. Nyeri perut, terutama nyeri unilateral. Gejala ini spesifik


untuk kehamilan tuba, tetapi nyeri bisa juga bilateral, dibawah
perut pada 20‑25% penderita adajuga yang mengeluh nyeri
bahu. Keadaan ini timbul jika pendarahan peritoneum sudah
mengiritasi diafragma.

d. Pendarahan vagina atau sepoting. Gejala pendarahan


dan atau pendarahan bercak ini timbul hampir pada 75% kasus
yang timbul 1 atau 2 minggu setelah keterlambatan haid.
Sekalipun demikian riwayat keterlambatan haid 6 – 8 minggu
sebelum gejala sakit perut atau pendarahan vagina.

e. Gejala tidak spesifik lainnya

Perasaan enek, muntah dan rasa tegang pada mammae serta


kadang‑kadang gangguan defekasi.

Pemeriksaan fisik:

a. Tanda‑tanda syok

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 6/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Hipotensi
Takikardi
Pucat, ekstremiktas dingin

b. Abdomen akuta

Perut tegang pada bagian bawah


Nyeri tekan, nyeri ketok dan nyeri lepas dari dinding

perut

Pemeriksaan Ginekologi:

Serviks teraba lunak, nyeri tekan dan nyeri goyang.


Korpus uteri normal atau sedikit membesar,
kadang‑kadang sulit diketahui karena nyeri abdomen
yang hebat.
Kavum douglasi menonjol oleh karena terisi darah.

Diagnosa Banding : Methorhagia sebab kelainan ginekologik atau organik


lainnya.
Radang panggul
Neoplasma ovarium ( putaran tangki, pecah, terinfeksi)
dengan atau tanpa kehamilan muda. Korpus luteum
hemoragis
Appendisitis
Abortus iminens

Pemeriksaan penunjang : a. Pemeriksaan Laboratorium

Kadar hemoglobin, leukosit


Tes kehamilan bila baru terganggu Ditalasi
Kuretase.

b. Pemeriksaan USG

Terlihat kantong gestasi di luar kavum uteri dan atau deteksi


genangan cairan di kavum douglasi pada KE yang telah
terganggu.

c. Pemeriksaan Kuldosentesis

Untuk mengetahui dalam kavum douglasi ada darah.

d. Pemeriksaan Laparoskopi

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 7/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Pemeriksaan laporoskopi kelalinan KET, infeksi pelvik,


kisto ovarium segera dapat dibedakan dengan jelas.

Standar tenaga : Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan


Perawatan RS : Segera dirawat
Terapi Prinsip umum penatalaksanaan:

a. Segera dibawa ke rumah sakit

b. Transfusi darah dan pemberian cairan untuk


mengkoreksi anemia dan hipovolemia

c. Operasi segera dilakukan setelah diagnosis dapat


dipastikan:

KehamilandiTubadilakukansalpingektomi Kehamilan
di Kornu dilakukan ovorektomi atau salpingo ovorektomia
Kehamilan di kornu dilakukan:

– Historestomi bila telah berumur > 35 tahun.

– Fundektomi bila masih muda untuk


kemungkinan masih bisa dapat haid

– Eksisi bila kerusakan pada kornu kecil dan kornu


dapat direparasi.

Kehamilan Abdominal:

– Bila mudah kantung dan plasenta diangkat

– Bila besar atau susah (kehamilan abdominal lanjut),


anak dilahirkan dan tali pusat dipotong dekat plasenta,
plasenta ditinggalkan dan dinding perut ditutup.

Penyulit Syok yang irreversible, perlekatan, obstruksi usus,


infertilitas
Informed Consent Perlu
Konsultasi Bagian bedah
Lama Perawatan Tanpapenyulit umumnya pasienpulanghari ke6
Masa Pemulihan Optimal 6 minggu
Output
PA Pemeriksaan jaringan yang diangkat waktu operasi
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 8/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Otopsi
Referensi 1. Lab/bag ilmu kebidanan dan penyakit kandungan RSU
dr Soetomo Surabaya.Pedoman diagnosis dan terapi Edisi
III 2008
2. Cunningham MD MacDonalPCGamt NF
Hypertensiv disorder in pregnancy. William obstetric
20th Ed 718‑723, 1997
3. Friedman E.A. Gynecology Decision making, The C.V.
Mosby Company‑Saint LouisToronto‑ London, 1983, p.
166‑167.
4. Russell J.B. The ethiology of ectopic pregnancy. Clin.
Obstet & Gynec. 30, No. 1, 191190: March 1987.
5. Seppala M., Purthonen M. The Use of HCG and other
pregnan4 proteins in the diagnosis of ectopic pregnancy.
Clin. Obstet & gynec. 30, No. 1, ‘148‑154 : March 1987.
6. Wectein L.N. Clinical diagnosa of ectopic pregnancy.
Clin Obstet & Gynec., 30, No. 1, 236‑ 244, March 1987

HYPEREMESIS GRAVIDARUM

No.Dokumen Revisi 0 Halaman 1

STANDAR PELAYANAN ……………. dari 2


MEDIS
Tanggal Terbit Ditetapkan, Direktur
:

…………………

Definisi : Adalah keadaan dimana penderita muntah‑muntah yang


berlebihan lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap saat,
sehingga mengganggu kesehatan penderita

Kriteria Diagnosa : Muntah‑muntah yang sering sekali Perasaan


tenggorokan kering dan halus
Kulit dapat menjadi kering ( tanda dehidrasi) Berat
badan turun dengan cepat
Pada keadaan yang berat timbul ikterus dan gangguan
saraf.

Diagnosa Banding : Hepatitis dalam kehamilan


https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 9/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Pemeriksaan penunjang : Urine


Liver fungsi

Standar tenaga : Dokter Umum, Dokter Spesialis Kebidanan dan


Kandungan
Perawatan RS : Segera
Terapi Segera penderita dirawat, berikan cairan per infus (
glucose 5 – 10 % dan NaCL fisiologik) Obat anti emetik,
intra muskuler atau per infus. Penderita dipuaskan sampai
muntah telah berkurang, diukur jumlah muntah ( cairan
yang dimuntahkan) dan cairan yang diberikan dan diuresis
dalam 24 jam. Ukur balans cairan setiap hari.

Penyulit Bila tidak berat tidak ada


Bila berat: dehidrasi, gangguan fungsi hepat dan febris.

Informed Consent Perlu


Konsultasi Penyakit Dalam
Penyakit Jiwa
Spesialis Saraf

Lama Perawatan Ringan : 7hari

1. Berat : Tergantung dengan penyulit yang telah


didapat.

Masa Pemulihan Sampai usia kehamilan tinggal 4 minggu


Output Baik pada umumnya kecuali yang sudah berat betul
PA Tidak ada
Otopsi –
Referensi 1. lab/bag ilmu kebidanan dan penyakit kandungan RSU dr
Soetomo Surabaya.Pedoman diagnosis dan terapi Edisi III
2008
2. Cunningham MD MacDonalPCGamt NF
Hypertensiv disorder in pregnancy. William obstetric
20th Ed 718‑723, 1997

1 Nama Penyakit : ABORTUS


2 Definisi : Adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan, dan
sebagai batasan digunakan
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 10/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat badan


anak kurang dari 500 gram.

Abortus komplit:

Adalah seluruh hasil konsepsi telah keluardari kavumuteri


padakehamilankurangdari20 minggu.

Abortus inkomplit:

Adalah sebagian konsepsi telah keluar dari vakum uteri,


sebagian lagi masih tertinggal.

Abortus insipiens:

Adalah abortus yang sedang mengancam dimana serviks


telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi
hasil konsepsi masih di dalam kavumuteri.

Abortus imminens:

Adalah abortus tingkat permulaan, dimana terjadi


pendarahan per vaginam ostium masih tertutup dan hasil
konsepsi masih baik dalam kandungan.

Missed Abortion :

Adalah abortus dimana embrio atau fetus telah meninggal


dalam kandungan sebelum kehamilan 0 minggu,
akan hasil konsep seluruhnya masih tertahan dalam
kandungan selama 8 minggu atau lebih.

Abortus habitualis:

Adalah keadaan dimana terjadinya abortus tiga kali


berturut‑turut atau lebih.

3 Kriteria Diagnosa : Ada terlambat haid atau amenorea kurang dari 20 minggu .
Pendarahan per vaginam, mungkin disertai jaringan hasil
konsepsi. Rasa sakit atau keram perut di daerah atas simpisis.
Diagnosis abortus imminems ditentukan karena pada
wanita hamil.

4 Diagnosa Banding : Abortus komplit


Abortus inkomplit

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 11/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Abortus insipiens Abortus


imminens Abortus missed
abortion

Kehaliman ektopik terganggu.

5 Pemeriksaan Penunjang : Diperlukan pada abortus imminens, abortus habitualis dan


missed abortion

c. pemeriksaan doppler atau USG untuk


menentukanapakahjanin masih hidup,
menentukan prognosis

d. Pemeriksaan kadar fibrinogen pada missed abortion.

6 Standar Tenaga : Dokter Umum, Dokter Spesialis Kebidanan dan


Kandungan
7 Perawatan RS : Rawat inap
Umumnya setelah tindakan kuretage pasien abortus dapat
segera pulang ke rumah.
Kecuali bila ada komplikasi seperti perdarahan
banyak, yang menyebabkan anemia berat atau infeksi.

8 Terapi : I. Abortus imminens

f. Istilah baring, tidur baring merupakan unsur


penting dalam pengobatan karena cara ini menyebabkan
bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya
rangsang mekanis.

g. Penobarbital 3 x 30 mg sehari dapat diberikan


untuk menenangkan penderita.

II. Abortus insipiens :

Dengan kehamilan < 12 minggu yang biasanya disertai


dengan pendarahan. Penanganan terdiri atas pengosongan
uterus dengan segera.
Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret
vakum atau dengan cunam ovum disusulkan dengan
kerokan.

III. Abortus inkompletus

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 12/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Disertai syok karena pendarahan, segera diberikaninfus


intravenaNaClfisiologiatau cairan Ringer yang selakas
mungkin dan disusul dengan darah. Setelah syok diatasi,
dilakukan kerokan pasca tindakan disuntikkan
intramuskuler ergometrin untuk mempertahankan
kontraksi otot uterus..

IV. Abortus kompletus

Tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya menderita


anemis perlu diberikan sulfas ferrosus dan dianjurkan
supaya makanannya banyak mengandung protein,
vitamin dan mineral.

V. Missed abortion

Kadar fibrinogen normal, jaringan konsepsi dapat segera


dikeluarkan.
Sebaiknya bila kadar fibrinogen rendah, perbaiki
dulu dengan cara memberikan fibrinogen kering
ataudarah segar.
Setelah perbaikan lakukan kuretase. Tindakan
kuretase pada missed abortion tidak jarang
menghadapi kesulitankarena plasenta melekaterat
dengan dinding uterus. Untuk itu perlu ekstra
hati‑hati.

9 Penyulit : Ada 3 penyulit:

d. Anemia

Biasanya anemia post hemorragia. Pengobatannya


adalah pemberian darah atau komponen darah.

e. Infeksi

Kasus abortus yang datang dalam keadaan infeksi harus


mendapat payung antibiotik dulu, sebelum dilakukan
evakuasi. Sedangkan tindakan evakuasi sendiri dapat
menimbulkan infeksi. Untuk itu perlu diberikan
antibiotika profilaksia.

f. Perforasi

Merupakan komplikasi tindakan kuretase

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 13/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Untuk mencegah perforasi :

Pemberian uterotonik
Kuretase secara sistematis dan lege artis.

10 Informed Concent : Perlu, sebelum dilakukan kuretase


11 Konsultasi : Tidak ada
12 Lama Perawatan : Pasca kuretase pasien tidak perlu dirawat, kecuali
ada komplikasi
13 Masa pemulihan : Pasien abortus dapat diberikan cuti sakit paling lama 2
minggu
14 Output : baik
15. PA : Jaringan konsepsi dapat dikirim ke lab, Patologi anatomi
bila fasilitas memungkinkan
16 Otopsi : –

KETUBAN PECAHDINI

No.Dokumen Revisi 0 Halaman 1

STANDAR PELAYANAN ……………. dari 2


MEDIS
Tanggal Terbit Ditetapkan, Direktur
:

…………………

Definisi : Umur kehamilan lebih dari 20 minggu Keluar


cairan jernih dari Vagina
Pada pemeriksaan fisik : suhu normal bila tidak infeksi
Pada pemeriksaan obstetrik bunyi jantung janin biasanya
normal.
Pemeriksaan inspekulo:

1. Terlihat cairan keluar dari ostium uteri

eksternum.

b. Kertas Nitrazin merah akan jadi biru.

Kriteria Diagnosa : Fistula vesiko vaginal dengan kehamilan

Stress inkontinensia

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 14/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Diagnosa Banding : Pemeriksaan leukosit darah, bila > 15.000/mm³ mungkin


ada infeksi.
USG : membantu menentukan usia kehamilan, letak janin,
berat janin, letak plasenta, gradasi plasenta serta jumlah air
ketuban.
Nilai bunyi jantung janin dengan stetoskop Lacnee atau
dengan fetal phone atau dengan CTG. Bila ada infeksi
intra uteri atau peningkatan suhu bunyi jantung janin
akan meningkat

Pemeriksaan penunjang : Dokter Umum, Dokter Spesialis Kebidanan dan


Kandungan
Standar tenaga : Dokter umum atau dokter spesialis kebidanan dan kandungan

Perawatan RS : Harus dirawat di rumah sakit sampai air ketuban berhenti atau
setelah perawatan dari tindakan terminasi kehamilan
selesai

A. Konservatif :

Rawat di RS
Antibiotika kalau ketuban pecah < 6 jam
(ampisilin atau eritromicin bila tidak tahan
ampisilin).
Umur kehamilan < 32‑34 minggu, dirawat selama air
ketuban masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar
lagi.
Bila sudah 32‑34 minggu masih keluar, maka pada usia
kehamilan 35 minggu pertimbangan untuk terminasi
kehamilan sangat tergantung pada kemampuan
perawatan. Pada usia kehamilan 34 minggu berikan
steroid selama 7 hari, untuk memacu kematangan paru janin
dan kalau mungkin diperiksakan kadar lesitin dan
spingomeilin tiap minggu.

B. Aktif:

Kehamilan : 36 minggu, bila 6 jam belum terjadi persalinan


induksi dengan oksitosin,
bila gagal à seksio sesarea.
Pada keadaan CPD, letak lintang seksio sesarea Bila ada
tanda‑tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan
persalinan diakhiri.

a. Bila pelvik skor < 5, diakhiri persalinan dengan


seksio sesarea.

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 15/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Bila pelvik skor >5, induksi persalinan, partus per vaginam.

Terapi Infeksi
Kematian janin, karena infeksi atau
prematuritas.

Penyulit Untuk tindakan operatif perlu


Informed Consent
Konsultasi Konservatif : Sangat tergantung pada usia kehamilan,
lamanya air ketuban keluar, keadaan umum pasien.
Aktif : partus per vaginam 3‑ 4 hari, Seksio

sesarca :7/hari.

Lama Perawatan 3‑5 hari


Masa Pemulihan 2 minggu
Output Sembuh total
PA –
Otopsi –
Referensi 1. Standar Pelayanan Medik, PB IDI, 2002
2. Cunninghan, Mac Donald, Cant. William Obstetrics.
Eighteenth Ed. P 750‑752 Appleton & Lange, 1989.
3. Friedman, Acker, Sachs. Obstetrical Decision Making.
Second Ed. P 170 Manly, Graphig Asian Edition, 1988.
4. Kebijakan Pelayanan Obstetri & Ginekologi Lab/UPF
Kebidanan & kandungan FK Unair / RSUD Dr.
Soetomo Surabaya, 1982.

PERSALINAN PRETERM

No.Dokumen Revisi 0 Halaman 1

STANDAR PELAYANAN ……………. dari 2


MEDIS
Tanggal Terbit Ditetapkan,
:
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 16/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

………………… Direktur

Definisi : Persalinan neonatus pada usia kehamilan antara 22


dan 37 minggu lengkap, atau antara 140 dan 259 hari, dihitung
dari hari pertama haid terakhir.

Mayor :

– Kehamilan multiple

– Hidramnion

– Anomaly uterus

– Serviksterbuka lebih dari 1 cm pada


kehamilan 32 minggu

– Serviks mendatar kurang dari 1 cm pada


kehamilan 32 minggu.

– Riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali

– Riwayat persalinan preterm sebelumnya

– Operasi abdominal pada kehamilan preterm

– Riwayat operasi konisasi

– Iritabilitas uterus

Minor :

– penyakit yang disertai demam

– perdarahan per vaginam setelah kehamilan 12 minggu

– riwayat pielonefritis

– merokok lebih dari 10 batang/hari

– riwayat abortus trisemester II

– riwayat abortus trisemester I lebih dari 1 kali.

– Pasien tergolong resiko tinggi bila dijumpai: 1 atau lebih


faktor resiko mayor; atau 2ataulebih faktor risiko minor; atau
keduanya.

Kriteria Diagnosa : – usia kehamilan antara 22 dan 37 minggu


https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 17/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

lengkap, atau antara 140 dan 259 hari.

– Kontraksi uterus (his) teratur, sedikitnya setiap 7‑8


menit sekali

– Pemeriksaan serviks berkala menunjukkan bahwa


serviks telah mendatar 50‑80%, atau terbuka sedikitnya 2 cm.

– Selaput ketuban seringkali telah pecah

– Merasakan gejala seperti : rasa kaku di perut menyerupai


kaku menstruasi;rasa tekanan intrapelvis, nyeri bagian
belakang

– Mengeluarkan lendir pervaginam, mungkin


bercampur darah

Diagnosa Banding : – Kontraksi pada kehamilan preterm

– Persalinan pada pertumbuhan janin


terhambat.

Pemeriksaan penunjang : – USG : Usia kehamilan, besar janin, aktifitas biofisik,


cacat bawaan, letak dan maturasi plasenta, volume cairan
amnion, kalainan uterus

– Kardiotokografi : kesejahteraan janin,


frekuensi dan kekuatan kontraksi

– Pemeriksaan berkala dilatasi/pemendekan serviks

– Pemeriksaan surfaktan (amniosentesis)

– Pemeriksaan diagnosis bakterial vaginosis (pH


vagina, pewarnaan Gram, KOH)

– Pemeriksaan kultur urin

– Pemeriksaan gas dan pH darah janin

Standar tenaga : Dokter Umum, Dokter Kebidanan dan Kandungan


Perawatan RS : Semua persalinan preterm harus dirawat
Terapi – istirahat baring

– Deteksi dan penanganan terhadap factor resiko


persalinan preterm

– Pemberian obat tokolitik :


https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 18/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

1. Golongan beta‑mimatik : Salbutamol


(Salbron, Salbuven):

Per infus : 20‑50 μg/menit

Per oral : 4 mg, 2‑4 kali/hari (untuk rumatan)

1. Terbutalin (Bricasma)

Per infus : 10‑25 ug/menit (maksimal 80 ug/menit) Subkutan :

250ug setiap 6 jam

Per oral : 5‑7,5 mg setiap 8 jam (rumatan)

Efeksamping :Hiperglikemia, hipokalemia, hipotensi,


takikardia, iskemia miokardial, edema paru.

1. Magnesium sulfat

Parenteral : 4‑6 g/iv : pemberian bolus selama 20‑30 menit infuse


2‑4 g/jam (rumatan)

Efek samping : edema paru, letargia, nyeri dada, depresi


pernapasan (pada ibu dan bayi)

– Kontraindikasi penundaan persalinan

1. Mutlak : gawat janin, korioamnionitis,


perdarahan antepartum yang banyak Relatif :
gestosis, diabetes melitus, pertumbuhan janin
terhambat, pembukaan serviks lebih dari 4 cm.

– Pemeriksaan kesejahteraan janin : USG, KTG

Cara Persalinan : janin presentasi kepala : per vaginam,


dengan episiotomi lebar dan perlindungan forseps
terutama pada bayi < 35 minggu.

Indikasi seksio sesaria :

– Janin sungsang

– Taksiran berat janin kurang dari 1500 garm

– Gawat janin, bila syarat per vaginam tidak terpenuhi

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 19/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

– Infeksi intrapartum bila syarat per vaginam tidak


terpenuhi

Kontra indikasi partus per vaginam lainnya (letak lintang,


plasenta previa, dll). Lindungi bayi dengan handuk hangat,
usahakan suhu 36‑37‫ﻩ‬C

Penyulit Pada bayi :

– sindroma gawat napas

– perdarahan intracranial

– trauma persalinan

– paten duktus arteriosus

– sepsis

– gangguan neurology

Informed Consent Perlu, tertulis


Konsultasi – Dokter Spesialis Anak

– Dokter Spesialis kebidanan, khususnya


perinatologi

– Dokter spesialis Anestesi

Lama Perawatan Sangat bergantung pada keadaan pasien /usia kehamilan

Masa Pemulihan Untuk Ibu :

Partus spontan à 3‑4 hari Seksio

sesarea à 6‑7 hari

Untuk Anak : sangat bergantung pada berat / keadaan


janin

Output –
PA –
Otopsi –
Referensi 1. lab/bag ilmu kebidanan dan penyakit kandungan
RSU dr Soetomo Surabaya.Pedoman diagnosis dan terapi
Edisi III 2008

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 20/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

2. Cunningham MD MacDonal PC Gamt NF


Hypertensiv disorder in pregnancy. William obstetric
20th Ed 718‑723, 1997

PERDARAHAN

ANTE PARTUM

No.Dokumen Revisi 0 Halaman 1

STANDAR PELAYANAN ……………. dari 2


MEDIS
Tanggal Terbit Ditetapkan, Direktur
:

…………………

Definisi : Pendarahan per vaginam pada usia kehamilan 20 minggu


atau lebih.
Kriteria Diagnosa : Anamnesis

a. Pendarahan per vaginam pada usia kehamilan 20 minggu


ataulebih

b. Timbulnya pendarahan per vaginam secara spontan


tanpa melakukan aktivitas akibat trauma pada abdomen.

c. Disertai nyeri atau tanpa nyeri akibat


kontraksi uterus.

d. Beberapa faktor predisposisi:

Riwayat solusio plasenta Perokok


Hipertensi Multi
paritas

Pemeriksaan:

Keadaan tensi, nadi, pernafasan.

Obstetrik :

Periksa luar :

– Bagian bawah janin belum /sudah masuk BAP.

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 21/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

– Ada kelainan letak atau tidak ?

Inspekulo : pendarahan berasal dari ostium uteri atau


dari kelainan serviks dan vagina? Pendarahan fornises :
hanya dikerjakan pada presentasi kepala.
PMDO : Bila akan mengakhiri kehamilan

persalinan.

USG

Diagnosa Banding : Solusio plasenta

Batasan : terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada


fundus uteri/corpus uteri sebelum janin lahir.

a. Ringan:

Pendarahan kurang dari 100‑200 cc, uterus tidak tegang,


belum ada tanda renjatan. Janin hidup, pelepasan plasenta
kurang dari 1/8 bagian permukaan, kadar fibrinogen ≥
250 mg%

b. Sedang:

Pendarahan lebih dari 200 cc, uterus tegang, terdpt tanda pra
renjatan,gawatjaninatau janintelah mati, pelepasan plasenta ¼
– 2/3 bagian permukaan, kadar fibrinogen 120‑150 mg%

c. Berat:

Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda rejatan,


biasanya janin telah mati, pelepasan plasenta bisa terjadi
lebih dari 2 x 3 bagian permukaan atau keseluruhan bagian
permukaan.

Plasenta Previa:

Batasan :

Plasenta yang letaknya tidak normal sehingga dapat menutupi


sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir

Vasa Previa :

Batasan:

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 22/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Tali pusat berinsersi pada selaput ketuban dimana pembuluh


darahnya diantara lapisan amnion dan korion melalui
pembukaan serviks.

Pemeriksaan penunjang : a. Laboratorium

Hemogoblin, hematorik, rombosit, waktu pembekuan


darah, waktu protrombin, waktu tromboplastinparsial,
elektrolitplasma.

b. Kardiotokografi

Laenec, doppler, untuk menilai status janin.

c. USG

Menilai letak plasenta, usia gestasi dan keadaan janin.

Standar tenaga : Dokter umum, Dokter Spesialis Kebidanan dan


kandungan.
Perawatan RS : Pasien perlu segera dirawat
Terapi Medik dan Bedah

Tidak terdapat rejatan : usia gestasi kurang dari 10 minggu TBF


< 2500 gram

I. Solusi Plasenta

A. Ringan :

Ekspektatif

– tunggu persalinan spontan, bila ada perbaikan,


pendarahan berhenti, kontraksi uterus tidak ada, janinhidup

– Tirah baring

– Atasi anemia

– USG dan KTG serial kalau memungkinkan Aktif

– Mengakhiri kehamilan, bila ada perburukan, perdarahan


berlangsung terus, kontraksi uterus terus berlangsung, dapat
mengancam janin/ibu

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 23/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

– Partus per vaginam (amniotomi/oksitosin infus)

– Bila pendarahan dan pelvik score < 5 atau persalinan


masih lama> 6 jam seksio sesarea.

B. Sedang/ Berat:

Resusitasi cairan
Atasi anemia ( transfusi darah)
PDMO:

a. Plasenta previa : partus perabdominal

b. Bukan Plasenta previa : partus per vagina (


ammoniotomi pitosin infus)\

II. Vasa Previa:

Test Apt positif ( terdapat darah janin) Dapat


diraba pembuluh darah janin melalui spekulum
amniokopi
Janin mati : partus per vaginam
Janin hidup : pertimbangan partus per
abdominal

III. Plasenta Previa

A. Bila perdarahan sedikit : dirawat sampai usia kehamilan >


36 minggu, mobilisasi bertahap. Bila ada kontraksi, lihat
penanganan persalinan preterm

B. Bila perdarahan banyak

– resusitasi cairan

– Atasi anemia

– PDMO

Plasenta previa totaslis à partus per


abdominalà sekseio sesarea
Bukan plasenta previa totalis à partus per vaginam

1. Tidak terdapat renjatan dengan usia gestasi 37 minggu atau


lebih / TBF 2500 gram atau lebih

A. Solusio Plasentae

Ringan / sedang/ berat:

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 24/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Partus per abdominal bila persalinan per vaginam


diperkirakan berlangsung lama

B. Plasenta Previa

– Plasenta previa totaslis à partus per


abdominalà sekseiosesarea

– Bukan plasenta previa totalis à partus per vaginam

C. Vasa Previa

– Janin mati : partus per vaginam

– Janin hidup : pertimbangan partus per


abdominal

2. Terdapat Renjatan

1. Solusio plasenta

– Atasi renjatan, resusitasi cairan dan transfusi darah.

– Bila renjatan tidak teratasi, upayakan tindakan


penyelamat yang optimal. Bila renjatan dapatdiatasi
pertimbangkanuntukpartusper abdominal bila janin
masih hidup atau bila persalinan per vaginam diperkirakan
berlangsung lama

1. Plasenta previa

– Atasi renjatan, resusitasi cairan dan transfusi darah.

– Bila tidak teratasi upayakan penyelamat optimal,


bila teratasi partus per abdominal.

Penyulit A. Karena penyakit:

Pada ibu:

Renjatan
Gagal ginjal akut/akut tubular nekrosis
DIC ( Disseminated Intra vascular Coagulation) Plasenta
acreta

Atonia uteri Uterus coubelaire

Pendarahan pada implantasi uterus di segmen


https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 25/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

bawah.

Pada Janin:

Asfiksia
BLLR
RDS

B. Karena Tindakan/terapi Pada

Ibu :

Reaksi tranfusi
Kelebihan cairan
Renjatan
Infeksi

Pada Janin :

Asfiksia
Infeksi

Informed Consent Diperlukan secara tertulis saat pasien masuk


Konsultasi Spesialis Anak, Spesialis Anestesi, Spesialis Penyakit
Dalam.
Lama Perawatan 7 hari (tanpa komplikasi)
Masa Pemulihan 6 Minggu setelah tindakan / melahirkan
Output Komplikasi : diharapkan minimal/tidak ada
Kesembuhan : diharapkan sempurna.

PA –
Otopsi –
Referensi 1. Cunninghan, Mac Donald, Cant. William. Obstetrics.
Eigteenth Ed. Appleton & lange, 1989.

2. Friedman, Acker, Sachs, Obstetrical Decision Making.


Second Ed.Manly, Graphic Asian Edition, 1988.

3. Jeanty, Romeo, Obstetical Ultrasound. Mcgraw‑ Hill Inc.,


1984.

RUPTURA UTERI

No.Dokumen Revisi 0 Halaman


https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 26/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

STANDAR PELAYANAN ……………. 1 dari 2


MEDIS

Tanggal Terbit Ditetapkan, Direktur


:

…………………

Definisi : Robeknya dinding uterus, pada saat kehamilan atau dalam


persalinan dengan atau tanpa robeknya peritoneum visceral.

Kriteria Diagnosa : – Sakit perut mendadak

– Perdarahan pervaginam

– Renjatanyangcenderung tidaksesuai dengan


jumlah darah yang keluar karena adanya perdarahan
intraabdominal

– Adanya lokus minoris pada rahim, trauma, partus

Diagnosa Banding : – Mola destruens

– Kehamilan ektopik lanjut terganggu

Pemeriksaan penunjang : Hemoglobin dan hematokrit darah, PO2,PCO2 dan ph darah,


elektrolit darah
Standar tenaga : Dokter Kebidanan dan Kandungan
Perawatan RS : Perawatan rutin pasca bedah (7‑10 hari)
Terapi – Mengatasi syok dengan segera, termasuk infuse
cairan intravena

– Pemberian darah, oksigen dan antibiotic

– Segera, laparotomi, bila ditemukan rupture uteri


lakukan histerektomi akan tetapi pada kasus‑ kasus tertentu
seperti robekan yang kecil dan tidak compang‑camping dan
masih segar dapat dilakukan histerografi terutama pada
mereka yang masih muda atau belum mempunyai anak hidup

– Sumber perdarahandihentikan

Penyulit – Sepsis

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 27/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

– Renjatan Irreversibel

Informed Consent Perlu


Konsultasi –
Lama Perawatan 1 minggu
Masa Pemulihan 3 bulan
Output – sembuh total

– sembuh parsial

– Fistula vesiko‑vagina.

PA Jaringan uterus yang diangkat


Otopsi –
Referensi .1. Cunninghan, Mac Donald, Cant. William. Obstetrics.
Eigteenth Ed. Appleton & lange, 1989.

2. Friedman, Acker, Sachs, Obstetrical Decision Making.


Second Ed.Manly, Graphic Asian Edition, 1988.

ABSES TUBO OVARIAL

No.Dokumen Revisi 0 Halaman 1

STANDAR PELAYANAN ……………. dari 2


MEDIS
Tanggal Terbit Ditetapkan, Direktur
:

…………………

Definisi : Abses Tubo‑ovarial (ATO) adalah radang bernanah yang terjadi


pada ovarium dan atau tuba fallopii pada satu sisi atau kedua
sisi adneksa.
Kriteria Diagnosa : – Berdasarkangejalaklinisdananamnesis pernah infeksi
daerah panggul dengan umur antara 30‑40 tahun, dimana 25‑50%
nya adalah nulipara.

– Pemeriksaan lab, x foto, usg, pungsi douglas

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 28/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Diagnosa Banding : ATO utuh dan belum memberi keluhan :

– kistoma ovarii, tumor ovarium.

– kehamilan ektopik yang utuh.

– abses peri‑apendikuler.

– mioma uteri.

– hidrosalping.

ATO utuh dengan keluhan :

– perforasi apendik.

– perforasi divertikel/abses divertikel.

– perforasi ulkus peptikum.

– kelainan sitemik yang memberi distres akut


abdominal.

– kistoma ovarii terinfeksi atau terpuntir.

Pemeriksaan penunjang : – Pemeriksaan laboratorium; lekositosis ( 60‑


80% dari kasus ), peningkatan LED.

– X foto abdomen dilakukan bila ada tanda‑ tanda


ileus, dan atau curiga adanya masa di adneksa.

– Ultrasonografi; bisa dipakai pada kecurigaan adanya


ATO atau adanya masa di adneksa, melihat ada tidaknya
pembentukan kantung‑kantung pus, dapat untuk evaluasi
kemajuan terapi.

– PunksiDouglas dilakukan bilapada VT : cabum


Douglas teraba menonjoL Pada ATO yang utuh, mungkin
didapatkan cairan akibat reaksi jaringan. Pada ATO yang
pecah atau pada abses yang mengisi cavum Douglas, didapat
pus pada lebih 70% kasus.

Standar tenaga : Dokter Kebidanan dan Kandungan


Perawatan RS : 7 hari atau lebih tergantung komplikasi

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 29/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Terapi Curiga ATO utuh tanpa gej ala :

– Antibiotika, dengan masih dipertimbangkan


pemakaian golongan :

Doksisiklin 2 x 100 mg/hari selama 1 minggu, atau

Ampisilin 4 x 500 mg/hari selama 1 minggu.

– Pengawasan lanjut, bila masa tak mengecil dalam 14


hari ata.u makin membesar adalah indikasi untuk
penanganan lebih lanjut, dengan kemungkinan untuk
laparatomi.

ATO utuh dengan gejala :

– Masuk Rumah Sakit, tirah baring posisi ”semi Fowler”,


observasi ketat tanda vital dan produksi urine, periksa lingkar
abdomen, k/p pasang infus PZ.

– Antibiotik masif ( bila,mungkin gol. Beta lactan) ,


minimal 48‑72 jam.

Gol. Ampisilin 4 x 1‑2 gr/hari, iv selama 5‑7 hari dan

Gentamin 55 mg/kg BB/hari, iv/im. Terbagi dalam 2x/hari


selama 5‑7 hari dan Metronida7ole I gr
rek.sup 2 xihari atau,

Kloramfenikol50 mg/kg BB/hari, ivselama5hari

Metronidazol atau sefalosporin generasi III 2‑3 x I gr/sehari dan


Metronidazol 2 x 1 grselama 5‑7 hari.

– Pengawasan ketat mengenai keberhasilan terapi.

– k/p dilanjutkan laparatomi : SO unilateral, atau


pengangkatan seluruh organ genitalia interna.

ATO yang pecah, merupakan kasus darurat : dilakukan


laparatomi, pasang drain, kultur nanah.

– setelah dilakukan laparatomi, diberikan Sefalosporin


generasi III dan Metronidazol 2 x 1 gr selama 7 hari ( 1
minggu ).

Penyulit ATO yang utuh :

– pecah sampai sepsis, terinfeksi dikemudian hari, ileus,


infertilitas, kehamilan ektopik.
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 30/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

ATO yang pecah :

– syok sepsis, abses intra abdominal, abses


subkronik, abses paru / otak.

Informed Consent Perlu sebelum dilakukan tindakan


Konsultasi Penyakit dalam, bedah, anastesi
Lama Perawatan 7 hari ataulebih
Masa Pemulihan 2 minggu
Output Sembuh, berulang, menetap
PA Perlu
Otopsi –
Referensi 1. Hutabarat H; Radang dan beberapa penyakit lain in pada alat
genitalia wanita, dalam Ilmu Kandungan. YayasanBina
Pustaka, Jakarta, 1982. Edisi pertama, hal. 233.

2. Jones III, HW : Tubolarian Abscess, in Novak’s Textbook


of Gynecbtogy, William A,

Cynningham F.C.: Pelvic infection, ini Current Obstetrics &


Gynaecdlogic Diagnosis

rd
& Treatment, Lange Medical Publication, California, 3 .ed, 314,
1980.

3. Nasabi凒킀Robert EL :Pelvic infections, in Rypine Medical


Licensus Examination. JB Lippinco凒킀Coy,
th
Philadelphia, 14 .ed, 857‑8, 1985.

PARTUS KASEP

No.Dokumen Revisi 0 Halaman 1

STANDAR PELAYANAN ……………. dari 2


MEDIS
Tanggal Terbit Ditetapkan, Direktur
:

…………………

Definisi : Partus kasep adalah suatu keadaan dari suatu persalinan


yang mengalami kemacetan dan

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 31/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

berlangsung lama sehingga timbul komplikasi ibu maupun anak

Kriteria Diagnosa : . Tanda‑tanda kelelahan dan dehidrasi :

1. Dehidrasi : nadi cepat dan lemah.

2. Meteorismus.

3. Febris.

4. His hilang atau melemah.

II. Tanda‑tanda infeksi intra uterin

1. Keluar air ketuban berwarna keruh kehijauan dan berbau


kadang bercampur mekonium.

2. Suhu rektal > 37,6° C

III. Tanda‑tanda rahim robek ( ruptura uteri )

1. Perdarahanmelaluiostiumuterieksternum.

2. His hilang.

3. Bagian anak mudah diraba dari luar.

4. Periksa dalam : bagian terendah janin mudah didorong

ke atas.

5. Robekan dapat meluas sampai serviks dan vagina.

IV. Tanda‑tanda gawat janin.

1. Air ketuban bercampur mekonium.

2. Denyut jantung janin takikardi / bradikardi / ireguler.

3. Gerak anak berkurang atau hiperaktif ( gerakan

yang konvulsive).

Keadaan umum Ibu :

1. Dehidrasi

2. Panas

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 32/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

3. Meteorismus

4. Syok

5. Anemia

6. Oliguria.

II. Palpasi

1. His lemah atau hilang

2. gerak janin tidak ada

3. Janin mudah diraba

III. Auskultasi

Denyut jantung janin :

– Takikardi / bradikardi

– Ireguler

– Negatif ( bila anak sudah mati )

IV. Pemeriksaandalam

1. Keluar air ketuban yang keruh dan berbau


bercampur mekonium.

2. Bagian terendah anak sukar digerakkan bila rahim


belum robek, tetapi mudah didorong bila rahim sudah robek,
disertai keluarnya darah.

3. Suhu rektal > 37,6° C.

Diagnosa Banding : Kehamilan / persalinan dengan infeksi ekstra genital :

– Selisih rektal dan aksiler tidak lebih dari 0,5° C.

– Ketuban biasanya masih utuh.

Pemeriksaan penunjang : Laboratorik, USG

Standar tenaga : Dokter umum dan spesialis kandungan


Perawatan RS : Perawatan Bertujuan :

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 33/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

I. Memperbaiki keadaan umum ibu

1. Koreksi cairan ( Rehidrasi ).

2. Koreksi keseimbangan asam basa.

3. Koreksi keseimbanganelektrolit.

4. Pemberian kalori.

5. Pemberantasan infeksi.

6. Penurunan panas. ‘

II. Mengakhiri persalinan tergantung

l. Sebab kemacetan.

2. Anak hidup / mati.

Sebaiknya perbaiki dulu keadaan ibu dengan cepat ( dalam


waktu 2‑3 jam ), kemudian dilanjutkan tindakan
mengakhiri persalinan.

Terapi 1. Perbaikan keadaan umum ibu.

1. Pasanginfusset/“bloodtransfusion set”yang
cukup adekuat ( No. 16‑18 ) dan kateter urine ( ditampung
).

2. Beri cairan dan kalori serta elektrolit

– Normal saline : 500 cc

– Dextrose 5 – 10 % : 500 cc

Dalam1‑2jampertamaselanjutnyatergantung :

a. Urine produksi

b. BJ Plasma (bila perlu )

Cairan dapat diberikan menurut kebutuhan.

3. Koreksi asam basa dengan dengan pengukuran C02 darah


dan pH ( bila perlu ).

4. Pemberian antibiotik spektxum luas secara


parenteral. Derivat :

– Ampicillin 3 x I gr/hari selama 2 hari, dilanjutkan 4 x 500


mg/hari per.os selama 3 hari dan

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 34/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Gentamisin 60‑80 mg, 2‑3 x sehari selama 5 hari, atau


Sefalosporin generasi III 1 gr, 2‑3 x sehari selama 5‑7 hari.

Kombinasi dengan :

– Metronidazole 2 x 1 gr rektal supositoria per hari,


selama5‑7 hari. 5.
Penurunan panas :

– Antipiretika parenternal xyllomidon 2cc i.m.

– Kompres basah. Pengakiran

persalinan Tergantung kondisi saat

itu Bila : Pembukaan lengkap

Syarat‑syarat persalinan pervaginam terpenuhi maka


persalinan dilakukan pervaginam dengan mempercepat kala II
(Vaccum/Forcep atau perforasi kranioklasi ).

Bila : Pembukaan belum lengkap

Syarat pervaginam tidak terpenuhi ——> seksio sesar.

Penyulit Ibu .

1. Infeksi sampai sepsis.

2. Asidosis, dan gangguan elektrolit.

3. Dehidrasi, syok, kegagalan fungsi organ‑organ.

4. Robekan jalan lahir.

5. Robek pada buli‑buli vagina, rahim dan rektum.

II. Anak

1. Gawatjanin dalam rahim sampai meninggal.

2. Lahir dalam asfiksia berat sehingga dapat

menimbulkan cacat otak menetap.

3. Trauma persalinan :

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 35/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Patah tulang dada, lengan, kaki, kepala karena


pertolonganpersalinandengantindakan.

Informed Consent Perlbelum tindakan


Konsultasi Penyakit dalam ,Anak
Lama Perawatan 3‑7 hari
Masa Pemulihan 2 minggu
Output baik
PA –
Otopsi –
Referensi 1. Benson.Current‑Obs&GinDiagnostic& Therapy.
th
5 Edition, 1985, p. 925‑945. Hange &
Maruzeni. .
th
2. Danforth & Sco凒킀. Obstetrics & Gynecology. 5 Edition,
1986, p. 690‑721.

3. William Obstetrics. XVII Edition, 1985, p : 641‑ 732.

LETAK SUNGSANG

No.Dokumen Revisi 0 Halaman 1

STANDAR PELAYANAN ……………. dari 2


MEDIS
Tanggal Terbit Ditetapkan, Direktur
:

…………………

Definisi : Disebut letak sungsang apabila janin terlihat membujur


dalam rahim dengan bokong pada bagian bawah.

– Tergantung dari bagian janin mana yang terendah,


dapat dibedakan :

a. letak bokong

b. letak bokong kaki

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 36/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

c. letak kaki

Kriteria Diagnosa : Pemeriksaan fisik.

1. Palpasi

Leopold I : kepala /”ballotement” di fundus.

Leopold II : teraba punggung disatu sisi,


bagian‑bagian kecil disisi lain. Leopold III dan IV: bokong
teraba dibagian bawah rahim.

2. Ultrasonografi

Dipertahankan untuk :

– konfirmasi letak janin apabila pemeriksaan fisik tidak jelas.


– menentukan letak plasenta.

– menentukan kemungkinan adanya cacat bawaan.

3. X‑foto ( bila perlu)

– menentukan posisi tungkai bawah /Frank Breech

– konfirmasi letak janin.

– menentukan habitus kepala janin.

– menentukan kemungkinan adanya kelainan bawaan


anak( Hidrosefalus, Anensefalus ).

Diagnosa Banding : Letak kepala


Pemeriksaan penunjang : USG, X FOTO

Standar tenaga : Dokter umum/ spesialis kebidanan dan kandungan


Perawatan RS : Inpartu
Terapi . Antenatal

– Kewaspadaan terhadap kasus letak sungsang sudah


dimulai sejak kehamilan 24 minggu.

– Bila pada kehamilan 28‑30 minggu masih didapatkan


letak sungsang, maka dilakukan ultrasonografi untuk mencari
kemungkinan adanya

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 37/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

kelainan letak plasenta ( plasenta previa ), cacat bawaan atau


kelainan bentuk rahim.

– Apabila pada pemeriksaan USG tidak ditemukan


kelainan, maka dicoba /dilakukan versi luar ke letak kepala (
tanpa paksaan ).

Dengan catatan : bahwa tidak didapatkan suatu kontra


indikasi untuk tindakan versi luar ( VL ).

– Penderita diminta kontrol seminggu kemudian.

– Apabila versi luar gagal, penderita diminta kontrol


seminggu kemudian dan dicoba versi luar ( VL ) sekali lagi, bila
gagal maka VL tidak dilakukan lagi.

2. Persalinan

2.1. Pada kasus dimana versi luar berhasil, maka


penatalaksanaan persalinan seperti pada letak kepala. ,

2.2. Pada kasus dimana versi luar gagai / janin tetap letak,
sungsang, maka penetalaksanaan persalinan lebih waspada.

2.3. Persalinan diakhiri dengan seksio sesar apabila :

a. Persalinan pervaginam diperkirakan sukar / berbahaya (


Feto Pelvic Disporposi atau skor Zatuchni Andros
kurang dari 3).

b. Tali pusat menumbang pada :

– primigravida

– multigravida ( Kala I )

c. Didapatkan suatu kemacetan persalinan / distosia.

Yang dimaksud distosia dalam hal ini adalah :

– fase laten lebih dari 14 jam

– ”protracted active phase”

– ”secondary arrest of dilalation”

– ”prolonged second stage” (= 1 jam mengejan bokong


tidak lahir)

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 38/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

d. Kehamilan prematur (EFW2000gr ataulebih)

3. Pada dasarnya oksitosin drip pada letak sungsang


tidak dianjurkan oleh karena deteksi kemungkinan
adanya CPD / FPD sulit

Skor Zachtuchni Andros :

0 1 2
Paritas Primi Multi

Pernahsu Tidak 1
x > 2x

EFW > 3630 3629‑


3176 > 3176

Usia Kehamilan > 39 mg 38


mg < 37 mg

Stasion < ‑3 –
2 4

Dilatasi 2
3 4

Syarat : Z.A. skor hanya berlaku untuk kehamilan aterm atau


EFW diatas 2500 gram. Skor kurang dari
3 : persalinan perabdominan.

Skor 4 : perlu evahtasi lebih cermat. Skor

lebihdari5 : persalinan pervaginam

Penyulit After caming head, FPD


Informed Consent Perlu
Konsultasi –
Lama Perawatan 3‑7 hari
Masa Pemulihan 2 minggu
Output Baik
PA –
Otopsi –

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 39/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Referensi Brenner, WE Management at breech presentation, in advance in


clinical obstetrics and gynecology.
Edited by H.J. Osofeley. p. 95, Williams & Vilkins, Baltimqre,
1982.

2. Cunninghan, Mac Donald, Cant. A. William Obstetric,


Eighteenth EA. Appleton & Lange, 1989.

3. Friedman, Acker, Sachs. Obstetrical Decision Making.


Second ed. Manly Graphic Asian Edition
19.88. .

4. Pritchard, J.A. Mc. Donald, PC, Gant, NF,. William


Obstetrics 17 th ed Appleton ‑Century, Crafts, Norwalk,
1985, pp 651‑659.

POST DATE

No.Dokumen Revisi 0 Halaman 1

STANDAR PELAYANAN ……………. dari 2


MEDIS
Tanggal Terbit Ditetapkan, Direktur
:

…………………

Definisi : Kehamilan Post Date ialah : Kehamilan yang lamanya


melebihi42minggu(294 hari)dihitung dari hari pertama haid
terakhir atau 14 hari setelah perkiraan tanggal persalinan yang
dihitung menurut rumus NAEGELE, dengan asumsi siklus
haidnya 28 hari.

Kriteria Diagnosa : Untuk membuat diagnosis kehamilan post date diperlukan


kecermatan dalam menentukan usia kehamilan yang tepat.
.

2. Apabila tidak dilakukan pencatatan pada usia kehamilan


muda maka Akan terlambat untuk mengatakan suatu
kehamilan menjadi post date.

3. Menentukanusiakehamilansecaratepat memang tidak


mudah terutama bila Hari Pertama Menstruasi terakhir tidak
jelas.

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 40/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

4. Data lain yang mungkin dapat membantu dalam


menentukan umur kehamilan ialah riwayat penggunaan
obat‑obat induksi ovulasi, pemakaian hormonal kontrasepsi dan
saat mulai dirasakannya gerakan janin oleh si ibu
(”Quikening”).

Pengukuran fundus uteri setinggi umbilikus pada kehamilan 20


minggu dapat dipakai sebagai indikator dalam menentukan
umur kehamilan.

5. Pemeriksaan USG menjadi “gold standard” untuk


mengkonfirmasi anamnesa dan pemeriksaan fisik.
, Cont

Diagnosa Banding : Persalinan aterm

Pemeriksaan penunjang : Pemeriksaan Penilaian Kesejahteraan janin

( Mulai dikerjakan pada usia kehamilan 41 minggu )

– USG : Pengukuran biometrik janin / letak


plasenta.

Deteksi kelainan cacat bawaaan, pengukuran jumlah air ketuban


dengan”Amniotik fluid index”( AFI ).

– Pemantauandetikjantungjanin: ”Non

Strees Test”( NST ) / ”Stress Test”.

– Penentuan maturasi janin dengan pemeriksaan cairan


ketuban ( ”shake test” atau L/S rasio ) harus dikerjakan bila
pemeriksaan USG menunjukkan usia kehamilan 35 minggu.

Dilakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan Skor pelvik (


PS ) menurut cara Bush op.

– Amnioskopi untuk menentukan warna air ketuban (


bila mana perlu dilakukan amniotomi ).

Standar tenaga : Dokter umum dan spesialis kebidanan dan


kandungan

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 41/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Perawatan RS : Perawatan untuk termainasi


Terapi Pada dasarnya penatalaksanaan post date adalah :
Merencanakan pengakhiran kehamilan. Cara pengakhiran
kehamilan : berdasarkan hasil penilaian kesejahteraan janin.

1. Penilaian Kesejahteraan Janin jelek :

a. Bila Skor pelvik : matang (> 5)

Amniotomi : jernih ————–> Drip oksitosin

keruh ————–> Seksio Sesar

b. Bila Skor Pelvik belum matang ( < 5 ) –> SC

2. Penilaian Kesejahteraan Janin ragu‑ragu :

a. Biala Skor Pelvik : matang ( PS > 5) Amniotomi

: jernih ————–> Drip oksitosin keruh ————–

> Seksio Sesar

b. Bila Skor Pelvik belum matang (< 5)

Tirah baring 1 hari kemudian penilaian


kesejahteraan janin di ulang hari berikutnya.

Bila hasilnya jelek ——–> Seksio Sesar

ragu‑ragu ——–> Seksio Sesar

baik ——‑> Penilaian kesejahteraan secara


ini –> sampai induksi persalinan memungkinkan.( PS > 5 )

3. Penilaian Kesejahteraan Janin baik

Bila Skor pelvik : matang ( > 5) drip oksitosin tanpa amniotomi.

Bila Skor pelvik belum matang ( PS < 5).

Tunggu dengan melakukan penilaian janin secara seri,


dilakukan NST sekurangkurangnya 1 x seminggu s/d PS > 5
untuk dilakukan drip oksitosin.

Bila hasil penilaian kesejahteraan janin secara seri ragu‑ragu


atau jelek lihat bagan penilaian kesejahteraan janin
ragu‑ragu atau jelek.

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 42/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

CATATAN:

1. Bila drip oksitosin dinyatakan gagal pada kasus‑ kasus


dengan amniotomi dilakukan seksio sesar, pada kasus‑kasus
tanpa amniotomi keesokan harinya dilakukan penilaian
kesejahteraan janin ulang kemudian dilihat hasil penilaian
kesejahteraan janin dan diikuti bagan skema penilaian
kesejahteraan janin seperti diatas.

2. Yang dimaksud dengan hasil penilaian


kesejahteraan janin ialah has il NST, dan jumlah cairan
ketuban.

3. NST belum tersedia di RSUIT

Penyulit Janin distress, asfiksia. Iufd


Informed Consent Sebelum tindakan
Konsultasi Pediatric
Lama Perawatan 3‑5 hari
Masa Pemulihan 2 minggu
Output Baik
PA –
Otopsi –
Referensi 1. Lagrew D.C, Freeman R.K. Management of postdate
pregnancy Am J Obstet Gynecol. 1986; 154: 8‑13.

2. Phelan J.P. The Post dat Pregnancy : An overview Clinical


Obstetrics and Gynecology. Editors : Pitkin R.M. Sco凒킀J.R.
1989 ; 32 : 221‑7.

3. AHM M.O., Phelan J.P. Epidemiologic Aspect of the


Postdate Pregnancy Clinical Obstetri and Gynecology. Editors :
pitkin R.M., Sco凒킀J.R. 1989 ;32:228‑34.

4. Sims M.E., Wlather F.JK. Neonatal morbidity and mortality


and Long‑term out‑come of postdate infants. Clinical
Obstetrics and Gynecology. Editor
:Pitkin R.M. Sco凒킀J.R. 1989 ; 32 : 285‑93.

VAGINOSIS BAKTERIAL

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 43/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

No.Dokumen Revisi 0 Halaman 1

STANDAR PELAYANAN ……………. dari 2


MEDIS
Tanggal Terbit Ditetapkan, Direktur
:

…………………

Definisi : Infeksi vagin yang disebabkan oleh berkembangbiaknya flora


normal akibat hilangnya kuman laktobasilus yang memproduksi
hidrogen peroksida.

Kriteria Diagnosa : Gx Keputihan berbau terutama post co, kumat kumatan .


keputihan bau amis, putih abu‑abu, menempel dinding
vagina, ph vagina> 4.5. ditemukan clue cel, pemberian
KOH pada fluor akan memberi bau amis seperti ikan

Diagnosa Banding : Vaginosis trikomoniasis

Vulvovaginal kandidiasis

Pemeriksaan penunjang : Pemeriksaan mikrobiologi, KOH, pH

Standar tenaga : Dokter umum dan spesialis kandungan


Perawatan RS : MRS bila adapenyulit
Terapi Metronidazole : d o c 500mg tiap 12 jam/po selama 7 hari

Metronidazole : 2 gr/ dosis tunggal Clindamycine

300 mg tiap 12 jam /po 7 hari

Metronidazole : pervaginam 1 grtiap 12 jam selama 5 hari

Penyulit 1. 1. Pada kehamilan resiko abortus, partus


prematurus, khorioamnionitis
2. Endometritis
3. Adnexitis

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 44/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Informed Consent –
Konsultasi –
Lama Perawatan 3‑5 hari
Masa Pemulihan Seminggu
Output Baik
PA –
Otopsi –
Referensi 1. Soper David E Novaks Gynecologi edisi XIIp 429‑445
2. Carter James E, Pelvic Inflamatory disease , pelvic pain
diagnosis and management. Lippincot William 8c
Wilkin. Edisi tahun 2000 bab IX

VAGINITIS TRICHOMONIASIS

No.Dokumen Revisi 0 Halaman 1

STANDAR PELAYANAN ……………. dari 2


MEDIS
Tanggal Terbit Ditetapkan, Direktur
:

…………………

Definisi : Infeksi vagina yang disebabkan oleh parasit trichomonas


vaginalis, merupakan penyakit yang ditularkan melalui
hubungan sex (STD)
Kriteria Diagnosa : Sebagian besar asimtomatis, fluor berlebihan , purulen, bau,
pruritus, parah dinding vagina kemerahan dengan bercak
putih , cerviks seperti strawberi (colpitis macularis), ph>5
ditemukan trikomonas dapat pula clue cel

Diagnosa Banding : Vaginosis bacterial

Vulvovaginal kandidiasis

Pemeriksaan penunjang : Pemeriksaan parasit, pH

Standar tenaga : Dokter umum dan dokter spesialis kandungan


Perawatan RS : Bila ditemukan penyulit
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 45/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Terapi Metronidazole : d o c 500mg tiap 12 jam/po selama 7 hari

Metronidazole : 2 gr po / dosis tunggal 3‑5 hari Pengobatan

pasangan dengan obat yang sama

Penyulit Pada kehamilan resiko abortus, partus prematurus,


khorioamnionitis
Informed Consent –
Konsultasi –
Lama Perawatan –
Masa Pemulihan 1 minggu
Output Baik
PA –
Otopsi –
Referensi 1. 1. Soper David E Novaks Gynecologi edisi XIIp 429‑445
2. Carter James E, Pelvic Inflamatory disease , pelvic
pain diagnosis and management. Lippincot
William 8c Wilkin. Edisi tahun 2000 bab IX

VULVOVAGINAL KANDIDIASIS

No.Dokumen Revisi 0 Halaman 1

STANDAR PELAYANAN ……………. dari 2


MEDIS
Tanggal Terbit Ditetapkan, Direktur
:

…………………

Definisi : Infeksi vagina yang disebabkan oleh candida albicans


atau specialis C glabrata, C tropicalis
Kriteria Diagnosa : Keputihan seperti susu, gatal, pruritus,di daerah vulva, nyeri
dansaat koitus
Diagnosa Banding : Vaginosis trikomoniasis

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 46/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Vaginosis bakterial

Pemeriksaan penunjang : KOH

Standar tenaga : Dokter umum dan dokter spesialis kandungan


Perawatan RS : Bila ada penyulit
Terapi 1. 1. Ringan –Fluconazole 150 mg/oral dosis tunggal,
bila tidak membaik 3 hrdiberi penambahan.
2. Berat :

– Clotrimazole 100mg / intravaginal/ dosis tunggal


selama 7 hari

Clotrimazole 100mg / intravaginal/ tiap 12 jam selama 3


hari

Clotrimazole 500 mg / intravaginal/ dosis tunggal

1. 1. Krim hidrokortison 1% menghilangkan gatal dan perih


2. Kasus kronis

– ketoconazole 400mg atau fluokonazole 200mg/ dosis


tunggal/hari sampai keluhan hilang, dilanjutkan
ketoconazole 400mg atau fluokonazole 150mg/minggu
selama 6 bulan

Penyulit Pada kehamilan resiko abortus, partus prematurus,


khorioamnionitis
Informed Consent –
Konsultasi –
Lama Perawatan 3‑7 hari
Masa Pemulihan 2 minggu
Output Baik
PA –
Otopsi –
Referensi 1. Soper David E Novaks Gynecologi edisi XIIp 429‑445
2. Carter James E, Pelvic Inflamatory disease , pelvic pain
diagnosis and management. Lippincot William 8c
Wilkin. Edisi tahun 2000 bab IX

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 47/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

PROLAP UTERI

No.Dokumen Revisi 0 Halaman 1

STANDAR PELAYANAN …………….


dari 2
MEDIS
Tanggal Terbit Ditetapkan, Direktur
:

…………………

Definisi : Turun atau keluarnya sebagian atau seluruh uterus dari tempat
asalnya melalui vagina sampai mencapai atau melewati
introitus vagina

1. Derajat I : berdiri atau mengejan posisi cx distal 1 cm diatas


ring hymen
2. Derajat II: berdiri atau mengejan posisi cx 1 cm diatas atau
di bawah ring himen
3. Derajat III : berdiri atau mengejan posisi cx distal lebih 1 cm
ring hymen tetapi penojolannya tidak lebih panjang vagina
dikurangi 2 cm
4. Seluruh uterus diluar vagina

Kriteria Diagnosa : – Pem Klinis dan ginekologis ,

– Klinis perasaan berat perut bawah , benjolan introitus


vagina saatduduk dan berdiri, hilang posisi tidur

– Gangguan berkemih, uretra terlipat didepan

– Kontipasi

Diagnosa Banding : Elongasi cer viks

Cystocele Enterokele

Rektokele

Kelemahan dinding vagina lateral

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 48/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Pemeriksaan penunjang : –

Standar tenaga : Dokter umum dan dokter spesialis kandungan

Perawatan RS : Bila operatif

Terapi – tanpa keluhan tidak perlu pengobatan

– gr I/II latihan kegel

– gr III/IV operatif, bila menolak pesarium

– pasca menopause ; pesarium dengan estrogen


:

– estrogen

– pessarium harus dikontrol tiap bulan

– bila terdapat inkontinensia urine, rektokel, enterokel –


histerektomi laparatomi/pervaginal dengan kolporafi
anterior

Penyulit ISK

Informed Consent Sebelum tindakan

Konsultasi –

Lama Perawatan Histerektomi 5‑7 hari

Masa Pemulihan 2 minggu

Output Baik

PA –

Otopsi –

Referensi 1. Wall l lewis. Incontinence, prolapse and disorder of the pelvic


floor.Novaks gynecologi. Edisi 12 bab 12
2. Cardoso L Urogynecology. Edisi I tahun 1997 bab 21
p321‑350

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 49/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

INFERTILITAS

No.Dokumen Revisi 0 Halaman 1

STANDAR PELAYANAN ……………. dari 2


MEDIS
Tanggal Terbit Ditetapkan, Direktur
:

…………………

Definisi : Ketidakmampuan pasangan suami istri mewujudkan


konsepsi, hamil, melahirkan, meskipun senggama teratur
(2‑3 kali seminggu) selama minimal 12 bulan tanpa
proteksi

Kriteria Diagnosa : Belum punya putra 12 bulan

Abortus berulang

Diagnosa Banding : –
Pemeriksaan penunjang : Analisis sperma

Laparaskopi‑histeroskopi Uji

pasca senggama

Histerosalfingogrfi (HSG)

Pemeriksaan panas badan basal/ body basal temperatur

Biopsi endometrium

Standar tenaga : Dokter spesialis kebidanan dan kandungan


Perawatan RS : Bila akan dilakukan tindakan
Terapi Sesuai dengan kelainannya dari factor suami atau istri seperti
induksi ovulasi, konservatif, koreksi bedah rekonstruksi,
IUI, IVF‑ET

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 50/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Penyulit –
Informed Consent Perlu sebelum dilakukan tindakan
Konsultasi Penyakit dalam, andrologi, bedah
Lama Perawatan 5‑7 bila dilakukan tindakan bedah
Masa Pemulihan 2 minggu setelah operasi
Output Baik bila dapat dikoreksi
PA –
Otopsi –
Referensi 1. Samsulhadi.Alur pemeriksaan pasangan infertile.
Protap Lab/SMF Obstetri dan Ginekologi RSU dr
Sutomo Surabaya, 2002
2. Saifudin AB Djajaditaga, Affandi B, Bimo
Pengorganisasian dan pengelolaan pelayanan infertilitas,
NRC POGI‑YBPSP, 1996
3. Seibef Machelle M Diagnostic evaluation of an infertie
couple, Infertility a comprehensive text,
nd
2 ed Appleton & Lange 3‑27, 1997

DISTOSIA

No.Dokumen Revisi 0 Halaman 1

STANDAR PELAYANAN ……………. dari 2


MEDIS
Tanggal Terbit Ditetapkan, Direktur
:

…………………

Definisi : Persalinan abnormal yang ditandai oleh kelambatan atau tidaknya


kemajuan proses persalinan dalam ukuran satusan waktu
tertentu
Kriteria Diagnosa : Distosia terjadi dalam kala I dan II

Fase persalinan : dalam kala I dan II sehubungan dengan


proses membukanya serviks ialah :

– KalaLaten : mulaipembukaan 0‑diameter 3cm

– Fase akselerasi : pembukaan 3 menjadi 4 cm

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 51/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

– Fase dilatasi maksimal : pembukaan 4 menjadi 9 cm

– Fase deselerasi : pembukaan lengkap sampai bayi lahir

Ukuran satuan waktu : Fase

laten : 8 jam

Fase akselerasi : 2 jam

Fase dilatasi maksimal : 2 jam Fase

deselerasi : 2 jam

Kala II : primigravida 1 ,5 jam

Multigravida 1 jam

Parameter untuk menilai proses kemajuan persalinan


:

– Pembukaan serviks dihubungkan dengan fase


persalinan

– Ukuran satuan waktu setiap fase persalinan

– Turunnya presentasi janin ( bidang hodge atau


station )

– Perubahan presentasi janin

– Perubahan posisi janin

– Molase dan dan kaput suksedaneum

– Persalinan normal adalah proses yang progresif


yangberlangsungdalambataswaktu tertentu. Apabila batas
waktu tersebut dilampui tanpa diikuti oleh kemajuan proses
persalinan maka dianggap telah berlangsung persalinan abnormal
dan distosia.

Diagnosa banding : Apabila telah dilakukan analisa proses kemujuan persalinan


dan dijumpai distosia , maka harus dicari penyebab distosia
yang mungkin berasal dari
salah satu faktor ataupun gabungan dari beberapa faktor berikut
:

Kelainan tenaga

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 52/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Kelainan janin

Kelainan jalan lahir

Pemeriksaan penunjang : USG

Standar tenaga : Dokter umum dan spesialis kebidanan dan


kandungan
Perawatan RS : Rawat inap

Bila direncanakan sc atau tindakan yang ada


kemungkinannya untuk prosedur anastesi maupun sc harus
dilakukan di RS

Terapi Disesuaikan dengan sebab distosia, misalnya : Akselerasi

persalinan

Ekstraksi Sc

Penyulit Ibu : partus lama, infeksi intrapartum, ruptura uteri,


fistula, perlukaan jalan lahir

Janin / bayi : asfiksia, cidera, kematian

Informed Consent Tertulis, perlu saat penderita MRS


Konsultasi –
Lama Perawatan 4‑5 hari untuk persalinan pervaginam 6‑7 hari

sc

Masa Pemulihan 42 hari untuk persalinan pervaginam 3 bulan

untuk sc

Output Ibu bayi sehat tanpa komplikasi


PA –
Otopsi –
Referensi th
1. . Benson. Current ‑Obs & Gin Diagnostic & Therapy. 5
Edition, 1985, p. 925‑945. Hange &

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 53/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Maruzeni. .
th
2. Danforth & Sco凒킀. Obstetrics & Gynecology. 5 Edition,
1986, p. 690‑721.

3. William Obstetrics. XVII Edition, 1985, p : 641‑ 732.

4. Standar pelayanan medis vol 1 edisi 2 1997

KANKER SERVIKS

No.Dokumen Revisi 0 Halaman 1

STANDAR PELAYANAN ……………. dari 2


MEDIS
Tanggal Terbit Ditetapkan, Direktur
:

…………………

Definisi : Keganasan pada mulut rahim atau serviks


Kriteria Diagnosa : Gejala klinis perdarahan sesudah senggama yang kemudian
berubah menjadi metrorragi, fluor yang berbau, nyeri, odema,
gx penjalaran organ

Pemeriksaan fisik, ginekologik, penunjang

Diagnosa Banding : Ca endometrium Ca

ovarium

Pemeriksaan penunjang : Pap smear

Kolposkopi

Biopsi

Dilatasi dan kuretaseboratorium Konisasi

Labortorium

Radologi

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 54/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Usg Endoskopi

Standar tenaga : Dokter spesialis kandungan


Perawatan RS : Perlu dilakukan bila akan dilakukan tindakan diagnostik
atau terapetik, atau ada komplikasi
Terapi Tergantung stadium

Stadium I sampai IIa Histerektomi Radikal dan getah bening


pelvis ( operasi radikal Wetheim), kadang perlu tambahan
ajuvan sitostatika atau radiasi tergantung temuan saat
operasi atau PA

Stadium IIb sampai III pengobatan/ penyinaran / radioterapi dan


atau sitostatika

Stadium akhir pengobatan paliatif

Penyulit Metastasis , kegagalan organ Efek

samping terapi

Informed Consent Perlu tertulis sebelum tindakan atau terapi


Konsultasi Penyakit dalam, bedah
Lama Perawatan 3‑5 hari untuk persiapan operasi 7‑15

hari perawatan post op

Masa Pemulihan Istahat 1 bulan setelah operasi untu ca cerviks tanpa komplikasi

Output Respon komplit, tidak komplit,tidak berubah atau progesif

PA Seluruh jaringan hasil op


Otopsi –
Referensi 1. Abdullah MN Soedoko R. peran sitologi pada
pemeriksaan pap test dalam deteksi dini 1990
2. Aziz MF, Kampono N Syamsudin S Djakaria M manual
prekanker dancaservisuteri 1985
3. Bag/SMF ilmu kebidanan dan penyakit
kandungan. RSU dr Sutomo Surabaya. Pedoman
diagnosis dan terapi . Ed III. 2008

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 55/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

MIOMA UTERI

No.Dokumen Revisi 0 Halaman 1

……………. dari 2
STANDAR PELAYANAN
MEDIS
Tanggal Terbit Ditetapkan, Direktur
:

…………………

Definisi : Tumor jinak lapisan miometrium rahim dengan sifat


konsistensi padat kenyal, berbatas jelas dan memiliki
pseudokapsul bisa soliter atau multiple dengan ukuran mulai
mikroskopis samapi > 50kg

Letak tumor bisa:

Submukus, intramural, subserus,intraligamenter, servik,


bertangkai (pedunculated), parasitic (wandering)

Kriteria Diagnosa : v Gejala klinis :

1. bisa tanpa gejala


2. rasa penuh atau berat di perut bagian bawah atau
benjolan yang padat dan kenyal.
3. gangguan haid atau perdarahan abnormal uterus (30%) :
menoragi, metroragi, dismenore
4. gangguan akibat penekanan tumor : disuria/polakisuri,
retensio urine, overflow incontinence,konstipasi, varices,
edema tungkai

v Palpasi abdomen : tumor daerah atas pubis atau abdomen


bagian bawah padat kenyal, berdungkul, tidak nyeri, berbatas
jelas mobil bila tidak ada perlekatan

v Pemeriksaan bimanual bisa menyatu atau berhubungan dengan


rahim

Diagnosa Banding :

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 56/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Kehamilan Neoplasma

ovarium Endometriosis

Kanker Uterus

Kelainan bawaan rahim

Pemeriksaan penunjang :

v USG pada kasuis terpilih

v Kuret dan pemeriksaan PA pada kasus


perdarahan

v D/K bertingkat pada penderita disertai dengan pendarahan


untuk menyingkirkan patologi lain pada endometrium (
hiperplasia endometrium atau adenokarsinoma endometrium)

v Tes kehamilan

Standar tenaga : Dokter Umum, Dokter Spesialis Kebidanan dan


Kandungan

Perawatan RS : Dirawat bila disertai pendarahan hebat anemia graantvis


atau bila direncanakan pembedahan

Terapi Tergantung : ukuran tumor, keluhan atau komplikasi , umur dan


paritas

1. ukuran myoma kurang dari 12 minggu :


1. tanpa keluhan : observasi 3‑6 bulan, bila membesar
atau komplikasi pertimbangkan operasi
2. dengan keluhan perdarahan ;

– koreksi anemi dengan tranfusi bila Hb< 8 gr%

– kuret bila Hb> 8gr% kecuali perdarahan profus

– tujuan kuret : menghentikan perdarahan,


pemeriksaan PAmenyingkirkan kemungkinan keganasan
atau penyakit lain, bila tidak ganas

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 57/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

tergantung umur dan paritas

– umur< 35th, ingin anak terapi konservatif, bila gagal


operasi

– umur >35th , anak>2 dilakukan operasi

1. ukuran myoma lebih 12 minggu

– operatif

– bila perdarahan kuret PAdulu setelah aneminya


dikoreksi

– Antibiotika bila ada infeksi

1. konservatif

– bila anemi beri tablet zat besi tiap 8 jam /hari

– pemberian kombinasi vit sehari sekali

– diit TKTP

– pengawasan besar tumor dan keluhannya 3‑ 6 bulan

– Dipertimbangkan obat untuk mengurangi kadar


estrogen dan progesteron dalam darah misal GnRH

1. operatif

– Bila masih ingin anak : miomektomi

– Usia 35‑45 th histerektomi dan unilateral


salfingooophorektomi

– Usia >45 th histerektomi dan bilateral


salfingooophorektomi

Penyulit Pendarahan sampai anemi Torsi pada


yang bertangkai Infeksi
Degenerasi merah ( degenerasi karneus) sampai nekrotik
Degenerasi ganas (miosarkoma)
Degenerasi hialin dan kistik
Infertilitas

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 58/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Informed Consent Sebelum pembedahan , penjelasan tentang semua tindakan


yang akan dilakukan, resiko, dll Khusus pada tindakan
miomektomi perlu dijelaskan kemungkinan berulangnya
penyakit atau pengangkatanuteruspada saatpembedahan

Konsultasi Tidak ada

Lama Perawatan 1 hari pascaD/K


6 hari pasca histerektomi, miomektomi

Masa Pemulihan 2 minggu pascaD/K


6 Minggu pasca histerektomi miomektomi

Output Sembuh tanpa komplikasi


Penyakit berulang kembali pasca miomektomi

PA Pemeriksaan histopatologi dari spesimen pembedahan

Otopsi Mencari sebab kematian

Referensi 1. Lab/bag ilmu kebidanan dan penyakit kandungan RSU


dr Soetomo Surabaya.Pedoman diagnosis dan terapi Edisi
III 2008
2. Standar Pelayanan Medik, PB IDI, 2002

Entman Stephen S. Leiomyoma and Adenomyosis. Novak’s


th
Textbookof Gynecology, 11 ed, Williams
& Wilkins, Baltimore, 443‑450,1988.

2. Friedman EA, MD, Sc.D, Leiomyoma uteri


gynecological decision making. BC Decker Inc. Toronto,
Philadelphia. 148, 1983.

3. Kistner RW, MD, Leiomyoma, gynecology


rd
Principles and Practice 3 Year Book Medical
Publishers Inc, Chicago London. 225, 1975.

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 59/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

4. Novak Erab, MD and Wovdruff, JD, MD. Myoma and


otherbenigntumoroftheuterus, gynecologic and obstetric
pathology withclinical and endocrine relation, 7ed WB.
Saunders Co. Philadelphia, London Toronto, 243, 1974.

PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL

No.Dokumen Revisi 0 Halaman 1

STANDAR PELAYANAN ……………. dari 2


MEDIS
Tanggal Terbit : Ditetapkan, Direktur

…………………

Definisi : Adalah pendarahan abnormal dari uterus ( lamany, frekuensi,


jumlah) yang terjadi didalam dan diluar siklus haid kehamilan
tanpa kelainan organik dan hematologi, merupakan kelainan
poros hipotalmus hipofisis – ovarium.

Kriteria Diagnosa : Terjadinya pendarahan per vaginam yang tidak normal (


lamanya, frekuensi, jumlah) yang terjadi didalam
maupun diluar siklus haid.
Tidak ditemukan kelainan organik maupun kelainan
hematologi ( faktor pembekuan) . Hanyaditemukan kelainan
fungsi poris hipotalmus – hipofisis avarium dan organ (
endometrium)
Usia terjadinya:

Penmenars ( usta 8 – 16 tahun)

Masa reproduksi ( usia 16 – 23 tahun)

Perimenoupause ( usia 45 – 65 tahun)

Diagnosa Banding : Kelainan organik


Kelainan hematology

Pemeriksaan penunjang : Biopsi D/C bila tidak ada kontra indikasi


Pemeriksaan USG
Pemeriksaan hematologi
Pemeriksaan reproduksi (bila ada laborat) :

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 60/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

ESH, EH, prolaktin, E2 dan progesteron,


prostaglandin, F2 ( bila ada fasilitas laborat).

Standar tenaga : Dokter Umum, Dokter Spesialis Kebidanan dan


Kandungan
Perawatan RS : Perlu untuk tindakan dilatasi Kuratase Pada PUD
berat seperti, disertai anemia pendarahan
banyak

Terapi Terapi operatif : dilatasi dan kuretase:

1. sudah menikah
2. life saving untuk belum menikah.

Pengobatan hormonal:

1. PUD ovulasi

1. Pendarahan pertengahan siklus Estrogen 0.626


– 1.25 hari ke 10‑15 siklus.

2. Pendarahan bercak pra haid Progesteron 5‑ 10 mg hari ke


17 – 26 siklus

3. Polimenorea:progesteron 10 mg hari ke 18 – 25 siklus

1. PUD Anovulasi: Menghentikan

pendarahansegera Kuret medisinalis:

1. Anovulasi – stimulasiCC

2. Hiperprolakstin – bromokriptin

3. Polikistik ovarii – kortikosteroid lanjutan


stimulasi CC.

Setelah darah berhenti atau siklus:

∙ Dengan E + P selama 3 siklus


∙ Pengobatan sesuai kelainan:

a. Anovulasi – stimulasi CC

b. Hiperprolaktin –bromokriptin

c. Polikistik ovarii – kortikosteroid lanjutan


stimulasi CC.

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 61/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Pendarahan banyak anemia ( PUD berat)

Estrogen konjungsi 25 mg intravena diulang tiap 3 – 4


jam atau
Progresteron 100 mg ( Etinodiol asetat : DMPA) Setelah

darah stop atur haid dengan:

Dengan kombinasi estrogen 20 hari dan diikuti


progesteron 5 hari
Setelah 3 bulan, pengobatan disesuaikan dengan kelainan
hormonal.

Penyulit Pertorasi akibattindakan


Anemia berat

Informed Consent Perlu untuk tindakanD/C


Konsultasi Dokter Spesialis Hematologi Dokter

Spesialis Patologi Anatomi

Lama Perawatan Pasca dilatasi kuretase suntikan estrogen IV, rawat 2 – 3 hari.

Masa Pemulihan 1 minggu setelah perawatan


Output Baik
PA Bahan hasil kuretase
Otopsi Tidak ada
Referensi Standar Pelayanan Medik, PB IDI, 2002

Leon Speroff, et al. Clinical Gynaecologic


Endocrinology & Infertility. William & Wilkins,
Baltimore/London, 4`h edition, 1989.

2. Bensonralph C,et al. CurrentObstetrics& Gynaecologic,


Diagnosis and Treatment, Appleton Century/East Narwalk,
Connecticut, 5 th edition, 1992, p.149‑15I.

3. Baziat Ali, et al. Endokrinologi‑Ginekologi.


Kelompok Studi Endokrinologi Reproduksi Indonesia,
Jakarta, 1991.

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 62/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

4. Yen SamuelS.C., et al. Reproductive Endocrinology,


Physiology, Pathophisiology and Clinical Management. W.B.
Saunders Company, Philadelphia, 2°dedition,1986, p.490‑491.

RADANG PANGGUL

(PELVIC INFLAMATORY DISEASE)

No.Dokumen Revisi 0 Halaman 1

STANDAR PELAYANAN ……………. dari 2


MEDIS
Tanggal Terbit : Ditetapkan, Direktur

…………………

Definisi : Infeksi panggul pada wanita dapat dibagi menjadi

1. :Penyakit radang Panggul ( Pelvik


Inflammatory Disease = PID )

2. Infeksi yang berhubungan dengan abortus

3. Infeksi pada kala nifas

4. Infeksi pasca operasi ginekologik

5. Sekunder berasal dari infeksi organ

Kriteria Diagnosa : Diangnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik,


ginekologik, leboratorik dan mikrobiologik.

Diagnosa radang panggul berdasarkan kriteria dari ”Infectius


Disease Society for Obstetrics & Gynocology”, USA.
1983, ialah :

A. Ketiga gejala klinik dibawah ini harus ada :

1. Nyeri tekan pada abdomen, dengan atau tanpa


reboun

2. Nyeri bila servik uteri digerakkan

3. Nyeri pada adneksa

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 63/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

B. Bersamaan dengan satu atau lebih tanda‑tanda dibawah ini


:

1. Negatif gram diplokok pada sekret


endoserviks

2. Suhu diatas 38°C

3. Lekositosis lebih dari 10.000 per mm³

4. Adanya pus dan kavun peritonel yang didapat


dengan kuldosentesis maupun laparoskopi

5. Adanya abses pelvik dengan pemeriksaan bimanual


maupun USG

Di RSUI ORPEHA TULUNGAGUNG tidak


dilakukan pemeriksaan diagnostik dengan
laparoskopik.

Berdasarkan rekomendasi ”Infection Disease Society for


Obstetrics & Gynecology”, USA, Hager membagi derajat
radang panggul menjadi :

DerajatI : Radang panggul tanpa penyakit ( terbatas


pada tuba dan ovarium ), dengan atau tanpa
pelvio‑peritonitis.

Derajat II : Radang panggul dengan penyulit (


didaptkan masa radang, atau abses pada kedua tuba dan
ovarium ) dengan atau tanpa pelvio‑ peritonitis.

Derajat III : Radang panggul dengan


penyebaran diluar organ‑organ pelvik, misal adanya
abses tubo ovarial

Diagnosa Banding : 1. Kehamilan ektopik terganggu

2. Abortus septikus

3. Torsi kista ovarii atau ruptura kista.

4. Endometriosis

5. Apendisitis

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 64/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Pemeriksaan penunjang : leboratorik dan mikrobiologik

Standar tenaga : Dokter umum, dokter spesialis kebidanan dan


kandungan
Perawatan RS :
Terapi Berdasar derajat radang panggul, maka pengobatan dibagi
menjadi

1. Pengobatan rawat jalan

Pengobatan rawat jalan dilakukan kepada penderita radang


panggul derajat I.

a. Antibiotik : sesuai dengan buku Pedoman


Penggunaan Antibiotik RSI ”Hasanah”
Muhammadiyah Mojokerto

– Ampisilin 3,5 g/sekali p.o/sehari selama Ihari dan Probenesid


1 g sekali p.o/sehari selama 1 hari.
Dilanjutkan Ampisilin 4 x 500 mg/hari selama 7‑10 hari, atau

– Amoksilin 3 g p.o sekali hari selama I hari dan Probenesid


1 g p.o sekali sehari selama 1 hari.
Dilanjutkan Amoksilin 3 x 500 mg/hari p.o selama 7 hari, atau

– Tiamfenikol 3,5 g/sekali sehari p.o selama 1 hari. Dilanjutkan


4 x 500 mg/sehari p.o selama 7‑10 hari, atau

– Tetrasiklin 4 x 500 mg/hari p.o selama 7‑10 hari, atau

– Doksisiklin 2 x 100 mg/hari p.o selama 7‑10 hari, atau

– Eritromisin 4 x 500 mg 挸ari p.o selama 7‑10 hari.

b. Analgesik dan antipiretik.

– Parasetamol 3 x 500 mg/hari atau

– Metampiron 3 x 500 mg/hari.

2. Pengobatan rawatinap

Pengobatan rawat map dilakukan kepada penderita radang


panggul derajat II dan III.

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 65/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Obat yang diberikan ialah

a. Antibiotik : sesuai dengan Buku Pedoman


Penggunaan Antibiotika RSI ”Hasanah” Muhammadiyah
Mojokerto.

– Ampisilin I g im/iv 4 x sehari selama 5‑7 hari dan


Gentamisin 1,5 mg – 2,5 mg/kg BB im/iv, 2 x sehari selama
5‑7 hari dan Metronidazol 1 g rek. Sup, 2, x sehari selama
5‑7 hari, atau

– Sefalosporin genegrasi III 1 gr/iv, 2‑3 x sehari selama 5‑7


hari dan Metronidazol l g rek. Sup 2 x sehari selama 5‑7 hari.

b. Analgesik dan antipiretik.

Khusus untuk abses tubo‑ovarial, pada dasarnya adalah


pemberian antibiotik lebih dulu dan baru kemudian
dilakukanpembedahan.

Abses tubo‑ovarial yang pecah, dianggap kasus abdomen


akut, sehingga perlu segera dilakukan pembedahan untuk
dilakukan pengangkatan genitalia interna, pasang drain (
lihatbab Abses Tubo Ovarial ).

Penyulit Penyulit radang panggul dapat dibagi :

1. Penyakit segera

Penyulit segera pads radang panggul ialah pembentukan


abses dan peritonitis, perihepatitis ( “Fits‑Hugh Curth
Syndrome” ) dan sakrolitis.

2. Penyulit jangka panjang.

Penyulit jangka panjang adalah akibat kerusakan morfologik


genitalia interna bagian atas yaitu berupa

a. Infeksi berulang.

Radangpanggul yang timbul kembali setelah6 minggu


pengobatan terakhir. Wanita yang pernah mengalami radang
panggul mempunyai resiko 6‑10 kali timbulnya episode radang
panggul.

b. Infertilitas.

c. Kehamilan ektopik.

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 66/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

d. Nyeri pelvikkronik

Informed Consent

Perlu

Konsultasi Peyakit dalam, bedah

Lama Perawatan 5‑ 7 atau lebih tergantung komplikasi


Masa Pemulihan 7‑14 hr
Output Sembuh atau menetap, berulang
PA Bila dilakukan tindakan operatif
Otopsi –
Referensi 1. Faukner.S dan Soman M.”Pelvic Inflammatory Disease”
manual of , outpatient Gynecology. Li凒킀le Brown & Co, 1986,
p.29‑38.

2. Hare M.J,.Genital Tract Infection in Women.


Churenhil Livingstone, New York, 1988.

3. Jones H.W, Wen娼㮸A.C. et al. Novak Textbook of


Gynecology, 11`h edition, William & Wilkins 188, p.507‑524.

4. Hacker F.N, Moore J.G. Essential of Obstetrics and


Gynecology. W.B.Saunders Company 1986, p.304‑310.

5. Handaya. Etiologi dan diagnosis penyakit radang


pelvik. Seminar, radang Pelvik, Jakarta Oktober 1987.

6. Khoo S.K. Pelvik Inflammatory Disease. Journal of


Paed.Obs &` Gynecology, Nov/Des, 1986, p.29‑39.

7. Ma凒킀ingley, R.F. TeLinde’s Operative


Gynecology. Sixth Ed. Harper & Row Publ, Asia 1985.

8. Moh. Dikman Angsar, Diagnosa Radang Panggul.


Simposium Penyakit Radang Panggul Pelvik, Denpasar
1988, hal.7‑12.

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 67/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

ASUHAN ANTENATAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Ditetapkan

PROSEDUR Tanggal terbit Direktur


TETAP

Pemeriksaan wanita hamil secara teratur dan tertentu

Pengertian

Menjamin agar tiap kehamilan berakhir dengan kelahiran bayi


yang
Tujuan
Sehat tanpa mengganggu kesehatan ibu.

Kebijakan Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal

Prosedur Pada Kunjungan Pertama

1. Menentukan Resiko Kehamilan (KRR, KRT).

1. Melakukan anamnese tentang:

a. Umur suami istri, pekerjaan, pendidikan, suku, dan agama, riwayat haid, KB
dan kehamilan sekarang, pemeriksaan yang telah dilakukan, gerakan janin,
riwaynt perkawinan, kehamilan dan persalinannya, riwayat penyakitnya dahulu,
penyakit keluarga.

2. Melakukan pemeriksaan fisik umum.

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 68/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

a. Memeriksa GCS, ada tidaknya anemia, ikterus, sianosis, sesak,


mengukur tinggi badan, memeriksa keadaan organ vital secara sistematis dan
singkat

3. Melakukan pemeriksaan obstetris.

a. Mengukur tinggi fundus rahim dalam sin.

b.Melakukan pemeriksaan leopold I –IV.

c. Membandingkan umur kehamilan menurut anamnesa dan pemeriksaan.

d. Melakukan penilaian UPD dan tes Osborn bila ada indikasi.

Melakukan pemeriksaaan laboratoris. Pemeriksaan

Hb, Reduksi, Albuminuria.

ASUHAN ANTENATAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman

PROSEDUR Tanggal terbit


TETAP

.2. Menentukan Umur Kehamilan dengan Cepat

a. Menghitung umur kehamilan dengan rumus Naegele.

b. Melakukan ulangan anamnese bila ada perbedaan umur kehamilan.

c. Mengusulkan pemeriksaan USG bila diperlukan.

3. Menentukan Rencana Perawatan dan Persalinan.

Tergantung jenis resiko dan umur kehamilannya.

a) Bila termasuk KRR.

3.1.1. Diberikan tablet Fe dan imunisasi TT.

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 69/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

3.1.2. Mengusulkan perneriksaan USG dan NST bila diperlukan

3.1.3. Mengusulkan pemeriksaan tambahan, konsultasi dan tindakan.

3.1.4. Kunjungan berikutnya :

– 1 bulan berikutnya sampai minggu ke 28.

– 2 minggu berikutnya sampai minggu 36.

– 1 minggu berikutnya sampai minggu partus.

b) Bila termasuk KRT.

3.2.1. Seperti KRR ditambah yang sesuai dengan policy KRT‑ nya.

3.2.2. Rencana persalinan berupa :

– Spontan belakang kepala.

Percepatan kalaII.

– SC.

2. Asuhan Pada Kunjungan Berikutnya

2.1. Pada KRR diperiksa pada karnar KRR dan KRT pada kamar

KRT.

2.1.1. Janin: DJJ,ukurandanperubahannya,jumlah ketuban,


bagian menengah dan penurunannya, serta aktivitas janin.

2.1.2. Ibu : Tekanan darah, berat badan dan perubahannya, tinggu


fundus, keluhan‑keluhan.

ASUHAN ANTENATAL
No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal terbit

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 70/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

PROSEDUR
TETAP

Unit terkait

1. Unit Rawat Jalan

PEMERIKSAAN DETAK JANTUNG


JANIN DENGAN DOPPLER

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Ditetapkan

PROSEDUR Tanggal terbit Direktur


TETAP

Pengertian Suatu urutan tindakan untuk melakukan pemeriksaan DJJ janin dengan alat

doppler.

Untuk mengetahui Detak Jantung Janin pada Ibu Hamil yang merupakan

Tujuan tanda pasti kehamilan dengan janin hidup.

Kebijakan Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal

1. Persiapan

Prosedur 1.1. Alat Doppler

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 71/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

1.2. Jelly

1.3. Lap basah

1.4. Memberi penjelasan pada pasien

2. Pelaksanaan

2.1. Perawat cuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan


tindakan

2.2. Mengatur posisi pasien, kemudian menentukan daerah aufrat.

2.3. Ol eskan jelly pada probe.

2.4. Menghidupkan tombol Volume Doppler.

2.5. Meletakkan probe pada daerah aufrat.

2.6. Menghitung frekuensi DJJ/mendengarkan DJJ.

2.7. Bekas jelly dibersihkan dengan lap.

2.8. Alat‑alat dibereskan

PEMERIKSAAN DETAKJANTUNG JANIN DENGAN


DOPPLER
RSI. Hasanah
No. Dokumen No. Revisi Halaman

PROSEDUR Tanggal terbit


TETAP

Unit Terkait 1. Unit Rawat Jalan

2. Unit Rawat Inap

PERTOLONGAN PERSALINAN
KALA II
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 72/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1/2

Ditetapkan

PROSEDUR Tanggal terbit Direktur


TETAP

Pertolongan persalinan yang dimulai saat pembukaan servic lengkap dan

Pengertian berakhir saat bayi dilahirkan.

Sebagai pedoman agar setiap persalinan Kala II fisiologis dikerjakan


secara benar.
Tujuan

Kebijakan Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal

1. Persiapan

Prosedur 1.1. Satu set partus pak.

1.2. Satu set resusitasi bayi.

1.3. Gelas ukur.

1.4. Bengkok.

1.5. Timba.

1.6. Bahan dekontaminasi (larutan lysol 0,5 %).

1.7. Tempat kotoran.

1.8. Persiapan pasien, posisi litotomi/jonggens.

1.9. Persiapan penolong, cuci tangan, memakai celemek.

2. Pelaksanaan

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 73/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

2.1. Penolong berada di depan vulva/disamping kanan pasien.

2.2. Menutup daerah sekitar vulva dengan duk steril.

PERTOLONGAN PERSALINAN KALA II


No. Dokumen No. Revisi Halaman

2/2

PROSEDUR Tanggal terbit 2


TETAP
Agustus2008

2.3. Memberi penjelasan pada pasien proses persalinan dan langkah yang
akan dikerjakan serta cara mengejan yang benar.

2.4. Meminta ibu mengejan waktu ada his.

2.5. Melakukan anestesi lokal infiltrasi pada tempat eposiotomi


menggunakan lidocain 1%.

2.6. Melakukan efisiotomi pada waktu perineum sudah tipis.

2.7. Melahirkan kepala bayi i dengan secara klasik.

2.7.1. Menahan perineum dan menekan ke arah kranial menggunakan


ibu jari dan jari II, III penolong yang tertutup duk steril.

2.7.2. Menahan defleksi kepala dengan tangan kiri.

2.7.3. Berturut‑turut akan lahirdahi,mata, hidung, mulutdan dagu.

2.7.4. Membersihkan lendir, mulut, dan hidung.

2.8. Membiarkan kepala bayi melakukan putar paksi luar, bila perlu
membantu putar paksi luar.

2.9. Melahirkan bahu, dengan melnegang kepala secara biparietal dan


menahan ke bawah untuk melahirkan bahu depan, kemudian menari ke arah atas
untuk melahirkan bahu belakang.

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 74/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

2.10. Melahirkan badan dengan memegang kepala secara bifarietal,


melakukan tarikan ke arah lengkung panggul sampai lahir seluruh badanbayi.

2.11. Meletakkan badan bayi pada duk steril di atas perut ibu.

2.12. Membersihkan jalan nafas bayi dan menilai APGAR.

2.13. Membersihkan badan bayilmemandikan dan kemudian


membungkusnya.

Unit Terkait 1. Unit Rawat Inap


PERTOLONGAN PERSALINAN KALA III

(MELAHIRKAN PLASENTA)

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Ditetapkan

PROSEDUR Tanggal terbit Direktur


TETAP

Pengertian Pertolongan persal.inan yang dimulai saat bayi lahir dan berakhir pada.kelahiran

plasenta dan selaput janin.

Sebagai pedoman agar persalinan Kala III dikerjakan dengan benar

Tujuan

Kebijakan Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal

1. Persiapan
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 75/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Prosedur 1.1. Nelaton atau folley cateter.

1.2. Kapas savlon.

1.3. Bengkok.

1.4. Gelas ukuran.

1.5. Timba.

1.6. Bahan dekontaininasi (larutan lysol 0.5 %).

1.7. Tempat plasenta.

2. Pelaksanaan

2.1. Penolong berada didepan vulva atau sampaing kanan pasien

2.2. Memasang duk steril untuk menutup daerah vulva

2.3. Melakukan vulva hygiene dengan kapas savlon

2.4. Mengosongkan kandung kemih dengan katheter

PERTOLONGAN PERSALINAN KALA III (MELAHIRKAN

PLASENTA)

No. Dokume No. Revisi Halaman 2/2

PROSEDUR Tanggal terbit


TETAP

2.5. Melakukan observasi tanda pelepasan plasenta dengan


memperhatikan parameter sebagai berikut 2.5.1 Perut ibu
Glubuler/cembung

2.5.2 Tali pusat menjulur sedikit

2.5.3 Keluar darah baru dari vagina

2.6 Melakukan tes separasi dengan cara merenggangkan tali pusat dengan tangan
kanan, menekan fundud uteri dengan tangan kiri, bila tali pusat tidak tertarik ke
dalam artinya plasenta sudah lepas atau separasi.

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 76/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

2.7. Bila plasenta sudah separasi, lahirlah plasenta dengan menekan fundus
uteri ke arah bawah. Talipusar ditarik pelan sampai plasenta lahir.

2.8 Melakukan message uterus sampai terasa ada kontrasi

2.9 Memeriksa plasenta apakah ada yang tertinggal

2.10 Memberikan suntikan oksitosin 10 unit intra maskuler

2.11 Mengukur jumlah darah yang keluar

2.12 Membersikan dan merapikan pasien.

2.13 Melakukan dekontaminasi alat dengan laruran klorin 0,5%

2.14 Mengukur gejala cardinal dan mencatat

Unit Terkait 1. Unit Rawat Inap


PENGGUNAAN OKSITIOSINDRIP

PADA PERSALINAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1/3

Ditetapkan

PROSEDUR Tanggal terbit Direktur


TETAP

Pengertian Suatu tindakan pada ibu hamil baik yang sudah inpartu maupun Yang belum

inpartu dengan memasukkan Inf. D 5% dan oksitosin.

Sebagai pedoman pelaksanaan oksitosin drip baik untuk induksi maupun akselerasi
persalinan
Tujuan
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 77/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Kebijakan Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal

1 Persiapan

Prosedur 1.1. Persiapan alat/obat.

1.1.1. Medicuth, infus set.

1.1.2. 2 kolf Dextrose 5%.

1.1.3. Obat oksitosin 5unit.

1.2. Persiapan pasien.

1.3. Pesiapan penolong.

2. Pelaksanaan

2.1. Oksigen drip hanya diberikan bila tidak ada kontra indikasi pemberiannya,
dan bila his memang tidak adekuat.

2.2. Dipergunakan 500 cc glukose/dextrose 5 % yang ditambah dengan 5 U


oksitosin.

2.3. Tetesan dimulai dengan 8 tetes/menit melakukan evaluasi selama 15


menit, bila his belum adekuat tetesan dinaikkan menjadi 4 tetes/menit sampai
timbul his yang adekuat

2.4. Tetesan maskimal adalah 40 tetesan/menit. Bila dengan 40 tetesan/menit


dan sudah 2 kolf dextrose habis his tetap belum adekuat maka oksitosin
dianggap gagal.

PENGGUNAAN OKSITIOSIN DRIP PADA

PERSALINAN

No. Dokumen No. Revisi 1 Halaman 2/3

PROSEDUR Tanggal terbit


TETAP

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 78/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

2.5. Yang dimaksud dengan his yang adekuat dalam Minis adalah his yang
mempunyai sifat sebagai berikut:

2.5.1. Interval setiap 3 – 5 menit, dengan fase relaksasi yang sempurna.

2.5.2. Lamanya: 40 – 60 detik.

2.5.3. lntensitas cukup, yang secara praktis dapat ditentukan dengan menekan
fundus uteri dengan jari‑jari tangan puncak kontraksi. lntensitas dianggap
cukup apabila pada waktu ditekan uterus tidak menjadi cekung.

2.6. Evaluasi darikemajuan persalinan dimulai pada hisyang adekuat.

2.7. Drip dianggap gagal dan dihentikan apabila:

2.7.1. Dengan tetesan 40 tetes/menit dan sudah 2 kolf dextrose habis tidak
didapatkan his yang adekuat.

2.7.2. Sesudah 2 jam dinilai dari permulaan his yang adekuat, tidak terjadi
kemajuan persalinan. Juga tennasuk bila dalam 2 jam tersebut, his yang semula
sudah adekuat menjadi tidak adekuat lagi.

2.7.3. Pada waktu dilakukan drip timbul komplikasi yaitu fetal distress, tetania
uteri, ruptura uteri irroninens dan lain‑lain. Bila terjadi penyulit‑penyulit seperti di
atas, oxytosin drip tidak boleh diulang kembali.

2.8. Penentuan jumlah tetesan pada ositosin drip harus dilakukart oleh dokter
jagasendiri.

2.9. Bila ekselerasi persalinan berhasil, maka oksitosin drip dilanjutkan


dalam kala II dan dihentikan paling sedikit 2 jam post partum.

PENGGUNAAN OKSITIOSINDRIP

PADA PERSALINAN

No. Dokumen No. Revisi 1 Halaman 3/3

Tanggal terbit
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 79/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

PROSEDUR
TETAP

3. Secondary arr est adalah tidak adanya pembukaan ostium uteri


pada persalinan fase aktif setelah dilakukan evaluasi selama 2 jam. Untuk menilai
kemajuan ini seyogyanya dilakukan 1 orang.

4. Bila terjadi secondary arrest, hendaknya dievaluasi penyebab terjadinya hal


tersebut. Bila persalinan pervaginam tidak mungkin atau tidak terjadi kelainan letak,
maka dilakukan seksio caesarea.

Unit Terkait 1. Unit Rawat Inap

EKSTRAKSI CUNAM

No. Dokumen No. Revisi 1 Halaman 1/5

01/MED/15

Ditetapkan

PROSEDUR Tanggal terbit Direktur


TETAP

Suatu tindakan persalinan buatan dimana janin dilahirkan pada suatu tarikan cunam
yang dipasang pada kepalanya
Pengertian

Untuk segera melahirkan janin sehingga dapat menyelamatkan jiwa ibu

Tujuan maupun janin.

Kebijakan Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal

1. Indikasi Relatif (Efektif, Profilaktif)

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 80/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Prosedur 1.1. Ekstraksi cunan yang bila dikerjakan akan menguntungkan ibu ataupun
janinnya, tetapi bila tidak dikerjakan, tidak akan merugikan, sebab bila
dibiarkari, diharapkan janin akan lahir dalam 15 menit berikutnya.

1.2. Indikasi Relatif dibagi menjadi :

1.2.1. Indikasi DeLee. Ekstraksi cunam dengan syarat kepala sudah di dasar
panggul, putaran paksi dalam sudah sempurna, levator ani sudah terenggang, dan
syaratsyarat ekstrasksi cunam lainnya sudah dipenuhi. Ekstraksi cunam atas
indikasi elektif, di negara‑negara Barat sekarang banyak dikerjakan, karena dinegara‑
negara tersebut banyak dipakai anestesia atau conduction analgesia guna
mengurangi nyeri dalam persalinan. Anestesia atau conduction analgesia
menghilangkan tenaga mengejan, sehingga persalinan harus diakhiri dengan
ekstraksi cunam.

EKSTRAKSI CUNAM

No. Dokumen No. Revisi 1 Halaman 2/5

PROSEDUR Tanggal terbit


TETAP

1.2.2. Indikasi Pinard Ekstraksi cunam yang mempunyai syarat sama dengan
indikasi de lee, hanya di sini Pasien harus sudah mengejan selama 2 jam.

1.2.3. Keuntungan Indikasi Profilaktik, ialah :

1.2.3.l. Mengurangi ketegangan parineum yang


berlebihan.

1.2.3.2. Mengurangi penekanan kepala pada jalan lahir.

1.2.3.2. Kala II diperpendek.

1.2.3.4. Mengurangi bahaya kompresi jalan lahir pada kepala.

2. Indikasi Absolut (Mutlak)

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 81/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

2.1. Indikasi Ibu :

2.1.1. Eklamsia, preklampsia.

2.1.2. Ruptura uteri membakat

2.1.3. Ibu dengan penyakit jantung, paru‑paru dan lain‑lain.

2.2. Indikasi Janin :

2.2.1. Gawat janin.

2.3. Indikasi Waktu :

2.3.1. Kala II memanjang.

3. Indikasi Kontra

3.1. Bila semua syarat dipenuhi, tidak ada indikasi kontra.

4. Syarat

Untuk dapat melahirkan janin dengan ekstraksi cunan, harus dipenuhi


syarat‑syarat sebagai berikut :

4.1. Janin harus dapat lahir pervaginam (tidak ada disproporsi, sefalopelvik).

4.2. Pembukaan serviks lengkap.

4.3. Kepala janin sudah cakap (mencapai letak = sudah terjadi engagement).

4.4. Kepala janin harus dapat dipegang oleh cunam.

4.5. Janin hidup.

4.6. Ketuban pecah / dipecah.

EKSTRAKSI CUNAM

No. Dokumen No. Revisi 1 Halaman 3/5

PROSEDUR Tanggal terbit


TETAP

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 82/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

5. Persiapan 5.1.Persiapan

untuk lbu.

5.1.1. Posisi tidur lithotomi.

5.1.2. Rambut vulva dicukur

5.1.3. Kandung kemih dan rektum dikosongkan

5.1.4. Desinfeksi vulva.

5.1.5. Infus bila diperlukan.

5.1.6. Narkosis bila diperlukan.

5.1.7. Kain penutup pembedahan

5.1.8. Gunting episiotomi.

5.1.9. Alat‑alat untuk menjahit robekan jalan lahir.

5.1.10. Uterotonika.

5.2. Persiapan untuk Janin.

5.2.1. Alat‑alat pertolongan persalinan.

5.2.2. Alat penghisap lendir.

5.2.3. Oksigen.

5.2.4. Alat‑alat untuk resusitasi bayi.

5.3. Persiapan untuk Dokter,

5.3.1. Mencuci tangan.

5.3.2. Sarung tangan suci hama.

5.3.3. Baju operasi suci hama.

Sebelum ektrasi cunain dikcrjaknn, penolong harus meneliti secara cermat apakah

semua persiapan tersebut telah lengkap.

EKSTRAKSI CUNAM

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 83/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

No. Dokumen No. Revisi 1 Halaman 4/5

PROSEDUR Tanggal terbit


TETAP

6. Teknik

6.1. Cara Pcmasangan Cunam.

Ditinjau dari posisi daun cunam terhadap kcpala janin dan panggul ibu
pada waktu cunam tersebut dipasang, maka pemasangan cunam dibagi
:

6.1.1. Pemasangan Sefalik (pemasangan biparietal, melintang terhadap kepala),


ialah pasangan cunam dimana sumbu panjang cunam sesuai dengan diameter
mentooksipitalis kepala janin, sehingga daun cunam terpasang secara simetrik di
kiri kanan kepala.

6.1.2. Pemasangan Pelvik (melintang terhadap panggul) ialah pcmasangan


cunam sehingga sumbu panjang cunam sesuai dengan sumbu panggul.

Jadi pemasangan cunam yang baik ialah, bila cunam terpasang bilateral kepala dan
melintang panggul. Hal ini hanya terjadi bila kepala janin sudah dipintu bawah
panggul dan ubun‑ubun kecil berada di depan di bawah simfisis.

Oleh karena itu kriteria pemasangan cunam yang sempurna (ideal) ialah bila :

6.1.2.l. Sutura sagitalis tegak lurus dengan bidang tangkai cunam

6.1.2.2. Ubun‑ubun kecil terletak 1 jaridi atasbidang tersebut.

6.1.2.3. Kedua daun cunam teraba simetris disamping kepala.

6.2. Cara Ekstraksi Cunam.

Ekstraksi cunam terdiri dari tujuh langkah, yaitu :

6.2.1. Penolong membayangkan bagaimana cunarn akan dipasang.

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 84/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

6.2.2. Pemasangan daun cunam pada kepala janin.

6.2.3. Mengisi sendok cunam.

6.2.4. Menilai hasil pemasangan hasil cunarn.

6.2.5. Ekstraksi cunam pcrcobaan.

6.2.6. Ekstraksi cunam definitif.

6.2.7. Membuka dan melepaskan scndok cunam.

EKSTRAKSI CUNAM
No. Dokumen No. Revisi 1 Halaman 5/5

PROSEDUR Tanggal terbit


TETAP

Unit Terkait 1. Unit Rawat Inap

EKSTRAKSI VAKUM

No. Dokumen No. Revisi 1 Halaman

Ditetapkan

PROSEDUR Tanggal terbit Direktur


TETAP

Pengertian Tindakan persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi

tenaga negatif (vakum) pada kepalanya.

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 85/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Bertujuan untuk segera melahirkan janin sehingga dapat


menyelamatkan
Tujuan
jiwa ibu maupun janin. Alat ini dinamakan ekstraktor vakum atau ventouse.

Kebijakan Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal

Prosedur BENTUKDANBAGIAN‑BAGIANEKSTRAKTORVAKUM

1. Mangkuk (cup)

1.1. Bagian yang dipakai untuk membuat kaput suksedaneum

artifisialis. Dengan mangkuk inilah kepala diekstraksi. Diameter

mangkuk : 3, 4, 5, 6, cm. Pada dinding belakang mangkuk terdapat

tonjolan, untuk tanda letak denominator.

1.2. Botol

1.2.1. Tempat membuat tenaga negatif (vakum). Pada tutup botol

terdapatmanometer, saluranmenuju

ke pompa penghisap, dan saluran menuju ke mangkuk

yangdilengkapidenganpentil.

1.3. Karet penghubung.

1.4. Rantai penghubungantaramangkuk denganpemegang.

1.5. Pemegang (extraction bandle).

1.6. Pompa penghisap (vakum pomp)

2. Indikasi

2.1. Ibu

2.1.1. Untuk memperpendek kala II, misalnya :

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 86/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

a. Penyakit jantung kompensata

b.Penyakit paru‑paru fibrotik. Waktu :

kala II yang mamanjang.

EKSTRAKSI VAKUM

No. Dokumen No. Revisi Halaman 2/4

PROSEDUR Tanggal terbit


TETAP

2.2. Janin.

2.2. 1. Gawat Janin (masih kontroversi)

3. INDIKASI KONTRA

3.1. Ibu

3. l. l. Ruptura uteri membakat.

3.1.2. Pada penyakit‑penyakit dimana ibu secara mutlak

tidak boleh mengejan, misalnya payah

jantung, Preeklampsia berat.

3.2. Janin

3.2.1. Letak muka.

3.2.2. After coming head.

3.2.3. Janin preterm.

4. SYARAT

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 87/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

4.1 Syarat‑syarat ekstraksi vakum sama dengan ekstraksi cunarn,


hanya disini syarat lebih luas, yaitu :

4.1.1 Pembukaan lebih dari 7 cm (hanya pada multigravida)

4.2 Penurunan kepala janin boleh pada hodge II Harus


ada kontraksi rahim dan ada tenaga pengejan.

Teknik

1. Cara Pcmasangan Cunam.

Ditinjau dari posisi daun cunam terhadap kcpala janin dan panggul ibu
pada waktu cunam tersebut dipasang, maka pemasangan cunam dibagi
:

1.1. Pemasangan Sefalik (pemasangan biparietal, melintang terhadap kepala),


ialah pasangan cunam dimana sumbu panjang cunam sesuai dengan diameter
mentooksipitalis kepala janin, sehingga daun cunam terpasang secara simetrik di
kiri kanan kepala

EKSTRAKSI VAKUM

No. Dokumen No. Revisi 1 Halaman

PROSEDUR Tanggal terbit


TETAP

1.2. Pemasangan Pelvik (melintang terhadap panggul) ialah pemasangan


cunam sehingga sumbu panjang cunam sesuai dengan sumbu panggul.

Jadi pemasangan cunam yang baik ialah, bila cunam terpasang bilateral kepala dan
melintang panggul. Hal ini hanya terjadi bila kepala janin sudah dipintu bawah
panggul dan ubun‑ubun kecil berada di depan di bawah simfisis.

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 88/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Oleh karena itu kriteria pemasangan cunam yang sempurna (ideal) ialah bila :

1.2.l. Sutura sagitalis tegak lurus dengan bidang tangkai cunam

1.2.2. Ubun‑ubun kecil terletak 1 jari di atas bidang tersebut.

1.2.3. Kedua daun cunam teraba simetris disamping kepala.

2. Cara Ekstraksi Cunam.

Ekstraksi cunam terdiri dari tujuh langkah, yaitu :

2.1. Penolong membayangkan bagaimana cunarn akan dipasang.

2.2. Pemasangan daun cunam pada kepala janin.

2.3. Mengisi sendok cunam.

2.4. Menilai hasil pemasangan hasil cunarn.

2.5. Ekstraksi cunam pcrcobaan.

2.6. Ekstraksi cunam definitif.

2.7. Membuka dan melepaskan scndok cunam.

EKSTRAKSI VAKUM
No. Dokumen No. Revisi Halaman

4/4

PROSEDUR Tanggal terbit


TETAP

Unit Terkait 1. Unit Rawat Inap


TINDAKAN OPERATIF

DALAM KALA URI

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 89/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Ditetapkan

PROSEDUR Tanggal terbit Direktur


TETAP

Suatu tindakan yang

Pengertian bertujuan untuk segera melahirkan / mengeluarkan plasenta dari rongga

rahim.

Segera melahirkan/mengeluarkan plasenta dari rongga rahim sehingga dapat


menyelamatkan jiwa ibu.
Tujuan

Kebijakan Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal

1. PERASAT CREDE’

Prosedur 1.1. Perasat crede’ bermaksud melahirkan plasenta yang belum lahir secara
ekspresi.

2. Syarat

2.1. Uterus berkontraksi balk dan veksika urinaria kosong.

3. Pelaksanaan

3.1. Fundus uteri dipegang oleh tangan kanan sedemikian rupa,

sehingga ibu jari terletak pada permukaan depan uterus sedangkan

jari lainnya pada fundus dan permukaan belakang.Bilaibu gemuk

halini tidak bisa dilaksanakan dan sebaiknya dilaksanakan secara

manual. Setelah uterus dengan rangsangan tangan

berkontraksi baik, maka uterus ditekan ke jalan lahir.

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 90/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Gerakkan jari jari seperti rnenreras jeruk. Perasat crede’ tidak boleh

dilalukan pada uterus yang tidak berkontraksi karena dapat

menimbulkan inversio uteri.

TINDAKAN OPERATIF DALAM

KALA URI

No. Dokumen No. Revisi 1 Halaman 2/4

PROSEDUR Tanggal terbit


TETAP

3.2. Perasat crede’ memang banyak menimbulkan kontroversi.


Ada

beberapa alili yang berpendapat bahwa perasat ini berbahaya karena


menimbulkan karena menimbulkan tromboplastin atau fibrinolis okinase yang
mengakibatkan koagulopati. Kalangan lain mengatakan baliwa hal tersebut tidak
mengatakan bahwa hal tersebut tidak terbukti dan menganggap perasat crede’
yang dilakukan secara artis artinya tanpa paksaan tetap berguna.

3.3. Perasat crede’ dapat dicoba sebelum meningkat pada pelepasan


plasenta secara manual.

4. PELEPASAN PLASENTA SECARA MANUAL

4.1. Indikasi

4.1.1. Retensio plasenta dan pendaralian banyak pada kala uri yang tidak dapat
diberhentikan dengan uterotonika dan masase.

4.2. Pelaksanaan

4.2.1. Sebaiknya pelepasan plasenta secara manual dilakukan dalam narkose,


karena relaksasi otot mernudahkan pelaksanaannya. Sebaiknya juga dipasang
infus garam fisiologik sebelum tindakan dilakukan. Setelah disinfeksi tangan dan
vulva,

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 91/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

termasuk daerah sekitarnya maka daerah labia dibeberkan dengan tangan kiri
sedangkan tangan kanan dimasukkann secara obsterik ke dalam vagina.

4.2.2. Tangan kiri sekarang menahan fundus untuk mencegah kolpaporeksis


tangan kanan dengan gerakan mernutar‑rnutar menuju ostium uteri dan terus ke
lokasi plasenta, tangan dalam ini menyusuri tali pusat agar tidak terjadi false
route.

4.2.3. Supaya tali pusat mudah teraba, dapat diregangkan oleh asisten. Setelah
tangan dalam sampai ke plasenta maka tangan tersebut pergi ke pinggir plasenta dan
mencari bagian plasenta yang sudah lepas untuk menentukan bidang pelepasan yang
tetap. Kemudian dengan sisi tangan sebelah kelingking plasenta dilepaskan
pada bidang antara bagian plasenta yang sudah terlepas dan dinding ralrim
dengan gerakan yang sejajar dengan dinding

rasSetelah seluruh plasenta terlepas, plasenta dipegang dan dengan


perlahan‑lahan ditarik keluar

TINDAKAN OPERATIF DALAM

KALA URI

No. Dokumen No. Revisi 1 Halaman

01/MED/17 ¾

PROSEDUR Tanggal terbit 2


TETAP
Agustus2008

Walaupun orang takut bahwa pelepasan plasenta meningkatkan insidensi infeksi


tidak boleh dilupakan bahwa perasat ini justru bermaksud menghemat darah
dan menangguhkan kejadian melahirkan plasenta paling lama 30 menit setelah
anak lahir.

4.2.4. Kesulitan yang mungkin dijumpai waktu pelepasan plasenta secara


manual ialah adanya lingkaran konstriksi, yang hanyadapat dilalui dengan diatasi
olehtangan dalam secara perlahan‑lahan dan dalam narkosis yang dalam. Lokasi
plasenta padadinding depanrahimjugasedikit lebihsukar dilepaskan daripada
lokasipadadinding belakang.Adakalanyaplasenta tidak dapat dilepaskan secara
manual seperti halnya pada plasenta akreta.

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 92/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

4.2.5. Plascnta akreta ditanggulangi dengan histerektomi. Setelah pelepasan


plasenta secara manual sebaiknya pasien diberi antibiotika apalagi kalau
kehilangan darah banyak.

4.2.6. Post tindakan dapat dilakukan eksplorasi uterovaginal, dengan inspeculo


dilihat portio uteri, fornix posterior, anterior dan lateral, kemudian dilihat dinding
vagina.

5. EKSPLORASI RONGGARAHIM

5.1. Indikasi

5.1.1. Persangkaan tertinggalnya jaringan plasenta (plasenta lahir tidak lengkap),


setelah operasi vaginal yang sulit seperti ekstraksi cunam yang sulit, dekapitasi,
versi, dan ekstraksi, perforasi dan lain‑lain, untuk menentukan apakah ada ruptura
uteri eksplorasi juga dilakukan pada pasien yang pernah mengalami seksio sesaria
dan sekarang melahirkan pervaginam.

TINDAKAN OPERATIF DALAM

KALA URI

No. Dokumen No. Revisi Halaman 4/4

PROSEDUR Tanggal terbit


TETAP

5.2. Penatalaksanaan

5.2.1. Tangan masuk secara obstetrik seperti pada pelepasan plasenta secara
manual dan mencari sisa plasenta yang seterusnya dilepaskan atau meraba apakah
ada kerusakan dinding uterus. Untuk menentukanrobekandinding rahim
eksplorasi dapat dilakukan sebelum plasenta lahir dan sambil melepaskan plasenta
secara manual

Unit Terkait 1. Unit Rawat Inap


https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 93/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

PENCEGAHAN PENDARAHAN

PADA KALA NIFAS DINI

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Ditetapkan

PROSEDUR Tanggal terbit Direktur


TETAP
.

Mencegah terjadinya perdarahan yang patologis pada kala nifas dini yaitu

Pengertian perdaralran lebilr dari 500 cc setelah plasenta lahir sampai 24 jam pertarna

setelah persalinan.

Untuk mencegah terjadinya perdarahan yang patologis pada kala nifas dini yaitu

Tujuan perdaralran lebih dari 500 cc setelah plasenta lahir sampai 24 jam pertama setelah

persalinan.

Kebijakan Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal

1. INDIKASI

Prosedur 1.1. Terjadi perdarahan kala nifas (lebih atau diduga lebih 500 cc sejak plasenta
lahir.

2. Petunjuk :

2.1 Perhitungan secara visual (sulit karena sering sudah menggumpal


atau meresap dalam kain)

2.2 Atau dengan monitoring tanda vital dan menghitung dalam formula
Giesecke
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 94/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

3. Penatalaksanaan

3.1. Pemasanganinfusukuranbesarapabilabelumterpasang,
bila pendarahan banyak dan syok berat sebaiknya dipasang lebih dari satu
saluraninfus.

3.2. Pemberian cairan pengganti (RL/PZ) sesuai dengan formula Giesecke.

3.3. Pemasangan kateter tetap den mengukur produksi urine secara


berkala.

3.4. Monitor tanda vital secara intensif selarna pertolongan diberikan.

3.5. Massage uterus atau kompresi bimanual.

PENCEGAHAN PENDARAHAN PADA

KALA NIFAS DINI

No. Dokumen No. Revisi Halaman 2/2

PROSEDUR Tanggal terbit


TETAP

3.6. Pernberian uterotonika kalau perlu secara kontinyu melalui drip, dengan 20
– 30 unit oksitosis dalam 1000 cc cairan kristaloid dengan kecepatan 200 cc/jam
Quilligan menganjurkan pemberian oksitosin 10 –20 unit RL 5000 cc/jam disertai
massege bimanual kemudian intermi凒킀en fundal massege selama 10 –20 merit
dilakukan selama beberapa jam sampai kontraksi uterus cukup keras tanpa
stimuli.

3.7. Apabila setelah pemberian oksitosis dalam 1000 cc cairan tidak berhasil
dapat diberikan derifat ergot atau prostagladin.

3.8. Penggunaan tampon uterus mungkin berhasil untuk menghentikan


perdarahan karena atonia yang gagal dengan obat‑ obatan: Pernasangan tampon
harus secara hati‑hati den secara padat. Bahaya adalah memberi rasa aman yang
semu sehingga

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 95/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

menunda tindakan definitif yang perlu. Tampon yang padat menyerap darah
sampai 1000 cc. Untuk mencegah infeksi sebaiknya diberikan antibiotika
dan diangkat dalam 24 jam.

3.9. Apabila usaha di atas juga gagal maka dapat dipertimbangkan


tindakan operatif yang ligasi arteria hypogastrika pada wanita yang
masih ingin anak atau histerektomi bila sudah tidak
menginginkan.

Unit Terkait 1. Unit Rawat Inap

PENJAHITAN ROBEKAN PERINEUM

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Ditetapkan

PROSEDUR Tanggal terbit Direktur


TETAP

Pengertian Memperbaiki robekan perineum dengan jalan menjahir lapis demi lapis.

Sebagai pedoman agar robekan pada perineum baik, yang terjadi akibat luka

Tujuan episiotomi maupun ruptur perineum spontan dapat dijahit dengan benar.

Kebijakan Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal

1. ETIOLOGI

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 96/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Prosedur Robekan pada perineum umumnya terjadi pada persalinan dimana :

1.1. Kepala janin terlalu cepat lahir

1.2. Persalinan tidak dipimpim sebagaimana mestinya

1.3. Sebelumnya pada perineum terdapat banyak jaringan parut

1.4. Pada persalinan dengan distoksia bahu

2. JENIS/TINGKAT

2.1. Robelan perineum dapat dibagi atas 3 tingkat :

2.1.1. Tingkat I : Robekan hanya terjadi pada selaput lendir vagina dengan
atautanpa mengenaikulit perineum sedikit.

2.1.2. Tingkat Il : Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu selain mengenai
selanput lendir vagina juga mengenai muskulus perinei transversalis, tapi tidak
mengenai sphinter ani.

2.1.3. Tingkat III : Robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum


sampai mengenai otot‑otot sphinfer ani.

2.2. Teknik menjahit robekan perineum :

2.2.1 TingkatI :PenjahitanrobekanperineumtingkatIdapat dilakukanhanya


denganmemakaicatgut yangdijahitsecara jelujur (continouse suture) atau dengan
cara angka delapan (figure of eight).

PENJAHITAN ROBEKANPERINEUM
No. Dokumen No. Revisi 1 Halaman 2/2

PROSEDUR Tanggal terbit


TETAP

2.2.2. Tingkat II : Sebelum dilakukan penjahitan pada robekan perineum


tingkat lt maupun tingkat III, jika dijumpai pinggir robekan yang tidak rata atau
bergerigi, maka pinggir yang bergerigi tersebut yang diratakan terlebih
dahulu, kemudian digunting. Setelah pinggir robekan rata, baru dilakukan penjahitan

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 97/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

luka robekan.

2.2.3. Mula mula otot dijahit dengan catgut, kemudian selaput lendir vagina
dijahit dengan catgut secara terputus‑putus atau jelujur, penjahitan selaput
lendir vagina dimulai dari puncak robekan. Terakhir kulit perineum dijahit
dengan benang sutera secara terputus‑putus.

Unit Terkait 1. Unit Rawat Inap

RUPTUR PERINEUM TOTAL

No. Dokume No. Revisi Halaman 1/1

Ditetapkan

PROSEDUR Tanggal terbit Direktur


TETAP

Pengertian Sejumlah tindakan untuk merawat ruptur perineum total.

Perawatan Pasien dengan Ruptur perineum total.

Tujuan

Kebijakan Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal

PROSEDUR

Prosedur 1. Menyiapkan dan memasang dauer catheter (selama 3 hari).

2. Memberikan diet makanan lunak rendah serat (tanpa sayur).

3. Memberikan obat sesuai dengan advis dokter (secara iv/im/oral)

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 98/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

3.1. Antibiotik

3.2. Analgesik

3.3. Roborantia

3.4. Laxantia

4. Merawat luka perineum.

5. Observasi penyuluhan tentang :

5.1. Mobilisasi bertahap

5.2. Diet makanan serat

5.3. Pentingnya menjaga kebersihan genetalila/diri dan lingkungan.

Unit Terkait 1. Unit Rawat Inap


POST PARTUMDINI

(DALAM 24 JAM POST PARTUM)

No. Dokumen No. Revisi 1 Halaman

Ditetapkan

PROSEDUR Tanggal terbit Direktur


TETAP

SuatutindakanuntukmerawatPasien2jampascapersalinan.

Pengertian

Sebagai pedoman perawatan pasien post partum di ruangan bersalin

Tujuan

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 99/110
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Kebijakan Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal

1. Memeriksa

Prosedur 1.1. Tinggi fundus uteri.

1.2. Kontraksi uterus.

1.3. Perdarahan pervaginaan.

1.4. Mengukur gejala kardinal tiap 4 jam.

1.5. Memandikan pasien yang baru melahirkan.

1.6. Merawat jahita.n perineum.

1.7. Memeriksa dan mengawasi keluarnya ASI.

1.8. Membantu ibu meneteki bayinya.

1.9. Observasi keluhan sesudah melahirkan :

1.9.1. Adanya kesulitan BAK.

1.9.2. Adanya keluhan tentang laktasi.

1.9.3. Adanya nyeri karena his postpartum.

1.9.4. Adanya nyeri pada symphisis.

1.10. Memberikan penyuluhan tentang :

` 1.10.1. Gizi ibu nifas.

1.10.2. Perawatan payudara dan laktasi.

6.1.10.3. Kebersihan diri dan lingkungan.

6.1.10.4. KB yang cocok bagi ibu nifas.

6.1.10.5. Perawatan bayi (tali pusat).

6.1.10.6. Perawatan jahitan perineum.

1.11. Untuk partus fisiologis perawatan ibu di ruangan bersalin maksimal 3


(tiga)hari.

POST PARTUMDINI

(DALAM 24 JAM POST PARTUM)

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 100/11
0
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

No. Dokumen No. Revisi Halaman 2/2

PROSEDUR Tanggal terbit


TETAP

Unit Terkait 1. Unit Rawat Inap

MENYUSUI BAYI YANG BENAR

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Ditetapkan

PROSEDUR Tanggal terbit Direktur


TETAP

Pengertian Suatu urutan tindakan untuk menyusui bayi yang benar.

Sebagai pedoman untuk pelaksanaan menyusui bayisecara benar.

Tujuan

Kebijakan Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal

1. Ibu dalam posisi :

Prosedur 1.1. Duduk

1.2. Berbaring

1.3. Berdiri

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 101/11
0
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

2. Cara memegang bayi, posisi perut bayi menempel pada perut ibu.

3. Cara memegang bayi, posisi perut bayi menempel pada perut ibu.

1. Cara memegang payudara dengan ibu jari berada dibagian payudara


bagian atas, 4 jari bagian payudara bawah.

2. Memasukkan pu凒킀ing susu sampai areola mamae.

3. Memperhatikan posisi pu凒킀ing susu dalam mulut bayi sehingga bayi kelihatan
menghisap dengan kuat.

4. Cara melepas pu凒킀ing susu dengan ujung jari kelingking dimasukkan

ke lidah satu sisi mulut bayi.

5. Menyusui dengan memberikan kedua payudara.

6. Menyusui tidak terjadual.

7. Menyendawakan bayi setelah menyusu dengan cara menggendong bayi


tegak dengan kepala bersandar pada pundak ibu kemudian menepuk
punggungnya perlahan‑lahan.

MENYUSUI BAYI YANG BENAR


No. Dokumen No. Revisi Halaman 2/2

PROSEDUR Tanggal terbit


TETAP

Unit Terkait 1. Unit Rawat Inap

PEMERIKSAAN VAGINAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Ditetapkan
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 102/11
0
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

PROSEDUR Tanggal terbit Direktur


TETAP

Pengertian Suatu tindakan memasukkan jari telunjuk dan jari tengah ke dalam

vagina untuk pemeriksaan ginekologi.

Sebagai pedoman untu.k pemeriksaan vaginal dibidang Ginekologi, agar

Tujuan pasien mengerti dan faham akan tujuan pemeriksaan.

Kebijakan Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal

1. Konseling

Prosedur 1.1. Menerangkan maksud dan tujuan petneriksaan vaginal pada pasien.

2. Persiapan Tindakan

2.1. Syarat :

2.1.1. Dilakukan dengan halus dan hati‑hati.

2.1.2. Dilakukan dalam keadaan steril.

2.1.3. Dilakukan dengan pendamping tenaga paramedik atau keluarga


pasien.

2.2. Indikasi

2.2.1. Pada perneriksaan kesehatan ginekologik berkala (check up).

2.2.2. Bila ada keluhan dan atau kelainan yang diduga berasal dari

organ genitalis.

2.3 Indikasi Kontra

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 103/11
0
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

2.3.1. Masih virgin

2.3.2. Dalam hal ini dilakukan pemeriksaan rektal.

ASUHAN NIFAS

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Ditetapkan

PROSEDUR Tanggal terbit Direktur


TETAP

Pengertian Perawatan dan penatalaksanaan setelah persalinan

Sebagai pedoman untu.k perawatan nifas dibidang , agar pasien

Tujuan mengerti dan faham akan tujuan pemeriksaan.

Kebijakan Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal tentang Kelainanyang

berhubungan denganinfeksi.

Kelainan yang berhubungan dengan perdarahan. Kelainan yang

berhubungan dengan trombosit.

Kelainan yang berhubungan dengan payudara dan menyusui.

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 104/11
0
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Prosedur Diagnosis : – Anamnesis / MMPI tes.

– Pemeriksaan fisik.

– USG dan Doppler.

– CT‑Scan (khusus tersangka Sindroma Sheehan pada HPP berat)

– Laboratorium.

• Mensuport involusi sempurna.

• Mensuport ASI eksklusif.

• Mensuport system kardio vaskuier GIT, traktus urinarius kembali ke N

• Mensuport estetik perempuan.

• Kewaspadsan post partum blus.

Manajemen : – Keluhan yang berhubungan dengan infeksi:

• Antibiotik

• Perawatan luka terinfeksi

• Drainase

• Laparotomi

• Perawatan intensif pada keadaan lanjut (sepsis)

– Kelainan yang berhubungan dengan perdarahan

• Preparat Ergometrin / Oksitosin

• Kuretase

• Laparotomi

• Antibiotik

– Kelainanyang berhubungan dengan tromboemboli

• Obat Antikoagulan

• Antibiotik

• Ambulasi dini

1. Konseling

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 105/11
0
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

1.1. Menerangkan maksud dan tujuan petneriksaan vaginal pada pasien.

2. Persiapan Tindakan

2.1. Syarat :

2.1.1. Dilakukan dengan halus dan hati‑hati.

2.1.2. Dilakukan dalam keadaan steril.

2.1.3. Dilakukan dengan pendamping tenaga paramedik atau keluarga


pasien.

2.2. Indikasi

2.2.1. Pada perneriksaan kesehatan ginekologik berkala (check up).

2.2.2. Bila ada keluhan dan atau kelainan yang diduga berasal dari

organ genitalis.

2.3 Indikasi Kontra

2.3.1. Masih virgin

2.3.2. Dalam hal ini dilakukan pemeriksaan rektal.

PEMERIKSAAN VAGINAL
Halaman No. Revisi Halaman 2/2

Ditetapkan

PROSEDUR Tanggal terbit Direktur


TETAP

3.10. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan bimanual untuk mengetahui


keadaan rahim. Jika arah uterus antefleksi, uterus dapat diraba diantara dua tangan,
yang satu di dalam vagina pada forniksanterior dan yanglain menekan uterus ke
bawah dari dinding perut. Ditentukan konsistensi, besar, kontur, mudah
digerakkanatautidak,apakahnyeritekan,adaatautidaknya tumor. Jika arah
uterus retrofleksi, tangan yang berada di vagina

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 106/11
0
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

menekan forniks posterior untuk dapat meraba uterus.

3.11. Pada saat tangan menekan forniks posterior, diraba pula keadaan
ligarnen sakrouterium dan rongga douglas menonjol.

3.12. Pemeriksaan dilanjutkan dengan menekan adneksa parametrium


kanan dan kiri. Tanganyang beradadi vagina menekan forniks.lateralis dan
yang berada diluar menekan dinding perut. Diraba ovarium: besarnya, nyeri
tekan, tumor dan derajat kebebasannya.

3.13. Untuk meraba lebih jelas bagian belakang rahim dan rongga
douglas, kadangkala dilakukan pula pemeriksaan rektovaginal. Jari
telunjuk dimasukkan vagina dan jari tengah dimasukkan rectum.

4. Tindak Lanjut

4.1. Menulis hasil pemeriksaan pada status pasien.

4.2. Menetapkan diagnosa.

Unit Terkait 1. Unit Rawat Inap

INDUKSI PERSALINAN DENGAN


MISOPROSTOL

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Ditetapkan

PROSEDUR Tanggal terbit Direktur


TETAP

Pengertian Suatu tindakan untuk terminasi kehamilan dengan obat misoprostol dengan cara
mematangkan cerviks

.
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 107/11
0
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Sebagai pedoman untuk pelaksanaan induksi /terminasi kehamilan dengan


misprostol
Tujuan

1. Misoprostol ada 2 kemasan 200 mcg dan 100mcg, oral, vaginal


maupun rectal
Kebijakan
2. Menigkatkan skor pelvic

3. Tidak dianjurkan pemberian misoprostol secara poliklinis

4. Tidak dianjurkan untuk kasus bekas bedah sesar

1. Surat persetujuan tindakan

Prosedur 2. Periksa kondisi skor pelvik

3. Kesejahteraan janin diperiksa dahulu

4. Pasien harus rawat inap (tidak poliklinis)

5. Kontra indikasi bekassc

6. Dosis 25‑50 mcg tiap 6‑8 jam pervaginal maksimal 4x pemberian ,


pemberian oral lebih dianjurkan

7. Jangan manipulasi dengan uterotonika lain ataupun ekspresi kristeller

Unit terkait . Unit Rawat Inap


Tentang iklan-iklan ini (https://wordpress.com/about-these-ads/)

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 108/11
0
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Dikirimkan di obstetri9 Komentar

9 pemikiran pada “Standar Pelayanan Medis (SPM)


dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN”

wahyu berkata: April 14, 2011


pukul 6:09 am
1. wah bagus sekali.. izin ya mas untuk buat perbandingan dRumah sakit saya.. soalnya masih menyusun SPM mas..

Balas
aisyatul berkata: September20,2011
pukul10:44pm
2. silahkan, mau akreditasi ya. sukses

Balas
Anis berkata: Desember 24, 2011
pukul 2:17am
3. Asslmkm,wr,wb mz saya mohon izin untuk di save sebagai perbandingan di RSIA baru tempat saya bekerja.

Balas
wawan berkata: Juni 26, 2012
pukul 2:38 am
4. izin ya mas buat perbandingan di pkm rawat inap saya, ini masih dalam penyusunan SPM…

Balas
dewi berkata: Oktober 22, 2012
pukul 9:24 am
5. alhamdulillaaahhh…boleh saya copas ya mas bt perbandingan jg di rs saya

Balas
rodekjack berkata: Maret 5, 2013
pukul 2:58 pm
6. asslamualaikum mbak aisyah…mbak bisa posting beberapa sop untuk rumah sakit, seperti sop rawat inap, rawat
jalan , farmasi dan lain2..

thanks ya mbak..

Balas
ais berkata: Maret17,2013
pukul2:27am
1. wa’alaikum salam wr wb, maaf sop yg lain punya rs. sama‑sama tx Balas

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 109/11
0
11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

3d Website berkata: Juli 15,


2013 pukul 4:42 pm
7. What’s up, after reading this amazing paragraph i am also cheerful to share my familiarity here with colleagues.

Balas
Rosidah Abidin berkata: September17,
2013pukul3:30am
8. Assalamu’alaikum. Terima kasih atas posting ini. Alhamdulillah sangat bermanfaat. Semoga menjadi
berkah.

Balas

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com. | Tema Boardwalk.

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 110/11
0

Anda mungkin juga menyukai