Anda di halaman 1dari 10

MATERI INISIASI 4

MANAJEMEN SEDIAAN

Saudara mahasiswa, pada inisiasi ke 4 ini, kita masih belajar mengenai sebagian materi dari mata
kuliah Manajemen Operasi. Kali ini, kita akan mempelajari mengenai manajemen sediaan. Anda
mungkin sudah pernah mempelajarinya di mata kuliah Riset Operasi maupun manajemen
operasi. Namun tidak ada salahnya apabila kali kita mempelajari lagi materi tersebut.

Selamat Belajar
Saudara mahasiswa, suatu perusahaan dapat memiliki sediaan dalam empat jenis, yaitu sediaan
bahan mentah, sediaan barang setengah jadi, sediaan maintenance, repair, and operating
materials (MRO), dan barang jadi.
Bahan mentah adalah bahan yang sudah dibeli, tetapi belum diproses. Barang setengah jadi
adalah bahan yang sudah diproses, tetapi belum selesai. Barang setengah jadi ini ada karena
dalam pemrosesan memerlukan waktu yang disebut waktu siklus. Mengurangi waktu siklus
berarti mengurangi sediaan. MRO merupakan sediaan yang diperlukan untuk pemeliharaan
mesin dan peralatan agar proses dapat terus berjalan. Barang jadi adalah bahan yang telah selesai
diproses dan menunggu untuk dikirim.
Model pengendalian sediaan mengasumsikan bahwa permintaan terhadap suatu item dapat
tergantung atau pun tidak tergantung (bebas) terhadap permintaan barang yang lain. Misalnya,
permintaan kulkas tidak tergantung pada permintaan oven. Permintaan kulkas ini disebut
permintaan bebas. Akan tetapi, permintaan komponen oven akan tergantung pada permintaan
oven itu sendiri. Pada modul ini, Anda akan mempelajari model sediaan pada permintaan bebas.

A. BIAYA-BIAYA DALAM MANAJEMEN SEDIAAN

Dalam manajemen sediaan terdapat tiga macam biaya yang sering kali digunakan, yaitu
biaya penyimpanan (holding cost), biaya pemesanan (ordering cost), dan biaya pemasangan
(setup cost). Biaya penyimpanan adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan penyimpanan
sediaan sepanjang waktu tertentu. Oleh karena itu, biaya penyimpanan meliputi biaya yang
berkaitan dengan penyimpanan, seperti asuransi, penambahan staf, dan pembayaran bunga.
Biaya pemesanan adalah biaya-biaya, meliputi biaya pasokan, formulir, proses pemesanan,
tenaga untuk pemesanan. Biaya pemasangan, meliputi biaya untuk menyiapkan mesin-mesin
untuk memproses pesanan. Biaya ini meliputi waktu dan tenaga kerja untuk membersihkan dan
mengganti peralatan.

B. MODEL SEDIAAN UNTUK PERMINTAAN BEBAS

Terdapat tiga model sediaan untuk permintaan bebas yaitu sebagai berikut.

1. Model Dasar Economic Order Quantity (EOQ)


EOQ merupakan salah satu teknik pengendalian sediaan tertua dan banyak dikenal. Teknik
ini relatif mudah digunakan, tetapi menggunakan asumsi-asumsi:
a. Tingkat permintaan diketahui dan bersifat konstan.
b. Lead time diketahui dan bersifat konstan.
c. Sediaan diterima dengan segera dan dalam satu waktu.
d. Tidak ada diskon.
e. Biaya variabel yang muncul hanya biaya pemasangan atau pemesanan dan biaya
penyimpanan.
f. Keadaan kehabisan stok dapat dihindari apabila pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat.

Dengan asumsi-asumsi tersebut, grafik penggunaan sediaan sepanjang waktu berbentuk


seperti gigi ikan hiu yang nampak pada Gambar 4.2. Pada Gambar 4.2. Q mewakili jumlah
yang dipesan. Apabila jumlahnya 500 unit maka keseluruhan 500 unit tersebut akan tiba pada
satu waktu sehingga tingkat sediaan meningkat dari 0 menjadi 500. Secara umum, tingkat
sediaan meningkat dari 0 ke Q unit pada saat pesanan diterima. Karena tingkat permintaannya
konstan sepanjang waktu maka sediaan menurun dengan tingkat yang sama sepanjang waktu
(lihat garis miring pada gambar). Ketika tingkat sediaan habis (0), pesanan baru dibuat dan
diterima sehingga tingkat sediaan menjadi q unit (diwakili oleh garis vertikal). Proses ini terus
terjadi sepanjang waktu.

Gambar 4.2.
Penggunaan Sediaan Sepanjang Waktu

Tujuan kebanyakan model sediaan adalah untuk meminimalkan biaya total (keseluruhan).
Dengan asumsi-asumsi yang telah Anda pelajari sebelumnya, biaya yang signifikan adalah biaya
pemesanan dan biaya penyimpanan. Dengan menggunakan variabel-variabel di bawah ini, kita
dapat menentukan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan sehingga didapatkan nilai Q*:
Q = Jumlah barang setiap pemesanan
Q* = Jumlah optimal barang per pemesanan (EOQ)
D = Permintaan tahunan barang sediaan, dalam unit
S = Biaya pemesanan setiap kali pesan
H = Biaya penyimpanan per unit per tahun

Nilai Q* dapat diperoleh dengan menggunakan rumus:


2 DS
Q* =
H

Contoh:
PT Maju Sejahtera adalah sebuah perusahaan yang memasarkan alat-alat medis ke rumah
sakit. Salah satu produk PT Maju Sejahtera adalah jenis XX. PT Maju Sejahtera ingin
menurunkan biaya sediaan jenis XX dengan menetapkan jumlah optimal produk tersebut agar
dapat memenuhi pesanan pelanggan. Permintaan tahunan untuk produk XX adalah 1.000 unit.
Biaya pemesanan adalah Rp100.000,00 per pemesanan, dan biaya penyimpanan adalah
Rp5.000,00 per unit. Tentukan jumlah optimal setiap pemesanan!

Jawab:
D = 1.000
S = 100.000
H = 5.000

2 DS 2(1.000)(100.000)
Q* = =
H 5.000
= 40.000

= 200 unit

Setelah kita mengetahui jumlah optimal dalam setiap pemesanan (Q*), kita juga dapat
mengetahui jumlah pemesanan yang dibuat sepanjang tahun (N) dan waktu yang diinginkan
antar pemesanan (T) sebagai berikut:

Permintaan D
Jumlah pemesanan dalam satu tahun: N = =
Jumlah unit yang dipesan Q*
Jumlah hari kerja per tahun
Jumlah waktu antar pemesanan: T =
N

Contoh:
Berdasarkan data PT Maju Sejahtera sebelumnya maka untuk menentukan jumlah pemesanan
dalam satu tahun (N) dan waktu antar pemesanan (T) dengan jumlah hari kerja 250 hari adalah
sebagai berikut.
Permintaan
N=
Jumlah unit yang dipesan
1.000
= = 5 pesanan per tahun
200
Jumlah hari kerja per tahun
T =
Jumlah pemesanan
250
= = 50 unit , artinya pemesanan berikutnya dilakukan 50 hari setelah pemesanan
5
sebelumnya.
Berdasarkan contoh tersebut maka Anda dapat simpulkan bahwa untuk jenis produk XX,
pemesanan optimal yang dilakukan PT Maju Sejahtera adalah sebanyak 5 kali pemesanan per
tahun dengan jumlah pembelian sebanyak 200 unit per pemesanan. Jarak antar pemesanan adalah
50 hari sejak pemesanan sebelumnya dilakukan.
Setelah Anda mengetahui jumlah pemesanan dan waktu antar pemesanan maka selanjutnya
Anda dapat menghitung total biaya persediaan tahunan adalah sebagai berikut:

D Q
TC = S+ H
Q 2

Dengan demikian, biaya persediaan tahunan total PT Maju Sejahtera adalah:

D Q
TC = S+ H
Q 2
1.000 200
= 100.000 + 5.000
200 2
= (5) (100.000) + (100) (5.000)
= 500.000 + 500.000
= 1.000.000

Titik Pemesanan Ulang (Reorder Point)


Contoh permasalahan EOQ yang sudah Anda pelajari sebelumnya mengasumsikan bahwa
penerimaan suatu pesanan diterima seketika setelah pemesanan dilakukan. Dengan kata lain,
perusahaan akan melakukan pemesanan setelah sediaan di tangan berjumlah nol dan pesanan
akan diterima saat itu juga. Akan tetapi, sering kali dalam kenyataan diperlukan waktu antara
pemesanan dilakukan sampai dengan diterimanya barang. Dalam hal ini, perusahaan akan
melakukan pemesanan sebelum sediaan berjumlah nol sehingga pada saat sediaan berjumlah nol,
barang yang dipesan sudah diterima. Waktu antara pemesanan dilakukan sampai dengan barang
tiba di tangan disebut lead time. Lamanya lead time ini bervariasi, bisa dalam hitungan jam, hari,
minggu, bahkan bulan. Untuk mengetahui kapan suatu pesanan dilakukan (reorder point), dapat
dicari sebagai berikut:

ROP = (permintaan per hari)(lead time untuk pemesanan baru dalam hari)
= d×L

Permintaan per hari (d) dapat dicari dengan membagi permintaan tahunan D dengan jumlah
hari kerja per tahun.
D
d=
jumlah hari kerja per tahun

Persamaan tersebut mengasumsikan bahwa permintaan sama dan bersifat konstan. Apabila
tidak maka harus ditambahkan stok tambahan atau sering disebut stok pengaman (safety stock).
Titik pemesanan ulang dapat Anda perhatikan pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3.
Titik Pemesanan Ulang

Berdasarkan contoh soal PT Maju Sejahtera, dengan permintaan tahunan (D) sebesar 1.000
unit, dan pengiriman pesanan (L) memerlukan waktu 5 hari maka penghitungan titik pemesanan
ulang adalah:
Kebutuhan per hari:
D
d=
jumlah hari kerja per tahun
= 1.000/250 = 4 unit per hari.

Jadi, titik pemesanan ulang: d × L = 4 unit × 5 hari = 20 unit


Artinya, pada saat tingkat sediaan turun menjadi 20 unit, perusahaan harus melakukan
pemesanan. Pesanan tersebut akan tiba dalam waktu 5 hari, tepat pada saat sediaan perusahaan
telah habis.

2. Economic Production Quantity (EPQ)


Pada model sediaan sebelumnya, kita mengasumsikan bahwa keseluruhan pemesanan
sediaan diterima dalam satu waktu. Meskipun demikian, ada saat-saat tertentu di mana
perusahaan menerima pesanan sediaan sepanjang waktu selama satu periode tertentu. Keadaan
semacam ini mengharuskan pemakaian model yang berbeda, yaitu model yang tidak memerlukan
asumsi pesanan diterima dalam seketika. Model ini dapat diterapkan ketika sediaan secara terus-
menerus mengalir atau terbentuk sepanjang suatu periode waktu setelah dilakukan pemesanan
atau ketika produk diproduksi dan dijual pada saat yang bersamaan. Model ini dikenal dengan
nama Economic Production Quantity (EPQ). Gambar 4.3 menunjukkan model sediaan ini.
Gambar 4.4.
Model EPQ

Untuk mendapatkan Q* pada model EPQ digunakan rumus:


2 DS
Q* p =
1 - ( d p) �
H�
� �

Q*p= Jumlah optimal barang per pemesanan (EPQ)


D = Permintaan tahunan barang sediaan, dalam unit
S = Biaya pemesanan setiap kali pesan
H = Biaya penyimpanan per unit per tahun
p = tingkat produksi tahunan
d = tingkat permintaan harian atau tingkat penggunaan
t = lama jalannya produksi, dalam satuan hari

Contoh:
Adidaya Manufacturing, Inc., membuat dan menjual berbagai macam peleg untuk mobil.
Ramalan permintaan peleg tahun depan adalah 1.000 unit dengan permintaan rata-rata 6 unit.
Meskipun demikian, proses produksi paling efisien adalah pada tingkat 8 unit per hari, namun
pemakaian hanya 6 unit per hari. Apabila jumlah hari kerja per tahun sebanyak 167 hari, biaya
pemesanan Rp100.000,00, dan biaya penyimpanan Rp5.000,00 per unit maka tentukan jumlah
unit maksimum per pemesanan!

Jawab:
Permintaan tahunan = D = 1.000 unit
Biaya pemesanan = S = 100.000
Biaya penyimpanan = H = 5.000
Tingkat produksi harian = p = 8 unit per hari
Tingkat permintaan harian = d = 6 unit per hari
2 DS
Q* p =
1 - ( d p) �
H�
� �
2(1.000)(100.000)
=
5.000 �
�1 - ( 6 / 8) �

200.000.000
=
5.000 ( 0, 25)
200.000.000
=
1.250
= 160.000
= 400 unit peleg

3. Model Quantity Discounts


Potongan harga sering diberikan perusahaan kepada para pelanggannya agar dapat
meningkatkan penjualan. Quantity discount ini merupakan pengurangan harga (P) untuk barang
yang dibeli dengan jumlah yang lebih besar. Potongan harga ini kadangkala bervariasi untuk
pembelian dalam jumlah yang lebih besar. Perhatikan contoh pada tabel berikut ini.

Tabel 1
Tingkat Diskon

Nomo Kuantitas (unit) Diskon (%) Harga diskon (P)


r
1 0 - 999 0 Rp500.000
2 1.000 – 1.999 4 Rp480.000
3 2.000 lebih 5 Rp475.000

Pada tabel di atas merupakan contoh pemberian diskon untuk pembelian dalam jumlah yang
lebih besar. Apabila pembelian dilakukan pada kuantitas sampai dengan 999 unit maka tidak
diberikan diskon sehingga harga yang berlaku adalah harga normal (Rp500.000,00/unit). Apabila
pembelian dilakukan sebanyak 1.000 sampai dengan 1.999 maka akan diberi diskon sebesar 4%
sehingga harga yang berlaku adalah Rp480.000,00 per unit. Selanjutnya, apabila pembelian
dilakukan dalam jumlah yang lebih besar, yaitu 2.000 unit atau lebih harga yang diberikan adalah
Rp475.000,00 atau diskon sebesar 5%.
Dengan pemberian berbagai potongan harga tersebut, bagaimanakah seorang manajer dapat
melakukan penghitungan jumlah pembelian yang paling optimal? Seperti pada model-model
sediaan yang telah dibahas sebelumnya, tujuan utama dilakukannya manajemen sediaan adalah
meminimalkan biaya persediaan total. Demikian pula pada model ini. Apabila melihat jumlah
diskon yang diberikan, sekilas kita dapat memilih bahwa melakukan pembelian sebanyak
minimal 2.000 unit adalah yang paling menguntungkan karena harga yang diberikan adalah
harga terendah. Namun, membeli dalam jumlah banyak sekaligus walaupun akan menurunkan
biaya produk, tetapi akan meningkatkan biaya simpan. Maka, trade-off pada saat kita
mempertimbangkan potongan harga terletak antara biaya produk yang berkurang dan biaya
simpan yang bertambah. Apabila kita memasukkan biaya produk maka biaya totalnya menjadi:

Biaya total = biaya pemesanan + biaya penyimpanan + biaya produk


atau

D QH
Tc = S+ + PD
Q 2

di mana:
Q = jumlah unit yang dipesan
D = permintaan tahunan dalam satuan unit
S = biaya pemesanan per pemesanan
P = harga per unit
H = biaya penyimpanan per unit per tahun

Berikutnya, kita harus menentukan jumlah yang akan meminimalisasi biaya persediaan
tahunan total. Karena ada beberapa potongan harga, proses ini dapat dilakukan melalui empat
langkah:
Langkah 1. Untuk setiap potongan harga, hitunglah nilai Q* dengan menggunakan
persamaan:
2DS
Q=
IP
Perlu Anda ingat, biaya penyimpanan adalah IP, bukan H. Karena biaya produk
merupakan faktor dalam biaya penyimpanan tahunan, kita tidak dapat
mengasumsikan bahwa biaya penyimpanan bersifat konstan ketika harga per unit
berubah untuk setiap potongan harga. Maka, biasanya biaya penyimpanan (I)
diungkapkan sebagai persentase dari harga per unit (P), bukan biaya per unit per
tahun yang konstan atau H.

Langkah 2. Untuk setiap tingkat potongan harga, bila jumlah pesanannya terlalu rendah untuk
mendapatkan potongan harga, sesuaikan jumlah pesanan ke atas ke jumlah terendah
yang memungkinkan diperolehnya potongan harga. Misalnya, apabila Q* untuk
potongan harga kedua pada Tabel di atas adalah 500 unit maka sebisa mungkin kita
naikkan nilai ini ke tingkat minimal yang akan mendapat potongan, yaitu 1.000 unit.
Dengan demikian akan diperoleh potongan 4%.

Langkah 3. Dengan menggunakan persamaan biaya total tersebut, hitung biaya total untuk
setiap Q* yang ditetapkan pada tahap 1 dan 2. Apabila kita harus menyesuaikan Q*
ke atas karena Q* awal berada di bawah jumlah yang mendapat diskon, pastikan
bahwa kita menggunakan Q* yang telah disesuaikan.
Langkah 4. Pilih Q* yang biaya totalnya paling rendah seperti telah dihitung di
langkah 3. Q* dengan biaya total terendah ini merupakan jumlah pesanan yang akan
meminimalkan biaya persediaan total.

Contoh:
PT Rajawali Sakti membuat stok untuk item AN1. Baru-baru ini, mereka diberikan daftar
potongan harga untuk item tersebut seperti pada tabel berikut.
No Kuantitas Diskon Harga diskon
(unit) (%) (P)
1 0–999 0 Rp50.000,00
2 1.000–1.999 4 Rp48.000,00
3 2.000 lebih 5 Rp47.500,00

Biaya pemesanan adalah Rp490.000,00 per pemesanan dan permintaan tahunan adalah 5.000
unit. Biaya penyimpanan persediaan dalam persentase terhadap biaya adalah 20% atau 0,2.
Berapa banyak jumlah pesanan yang dapat meminimalkan biaya sediaan total?

Jawab:
D = 5.000
S = 490.000
I = 0,2
P1 = 50.000
P2 = 48.000
P3 = 47.500

Langkah pertama, menghitung Q* untuk setiap potongan harga sesuai tabel seperti berikut.

2(5.000)(490.000) 4.900.000.000
Q*1 = =
(0, 2)(50.000) 10.000
= 49.000 = 700 unit.
2(5.000)(490.000) 4.900.000.000
Q*2 = =
(0, 2)(48.000) 9.600
= 510.416, 67 = 714 unit
2(5.000)(490.000) 4.900.000.000
Q*3 = =
(0, 2)(47.500) 9.500
= 515.789, 47 = 718 unit

Langkah kedua, menyesuaikan nilai Q* dengan batasan jumlah minimal untuk mendapat
harga diskon. Karena Q*1 berada di antara 0–999 maka tidak perlu disesuaikan. Q*2 berada di
bawah kisaran diskon kedua sehingga harus disesuaikan menjadi 1.000 unit. Hal ini juga berlaku
untuk Q*3, harus disesuaikan menjadi 2.000 unit.
Berdasarkan tabel diskon maka penyesuaian Q* adalah sebagai berikut:
Q*1 = 700
Q*2 = 1.000 (penyesuaian)
Q*3 = 2.000 (penyesuaian)

Langkah ketiga, menghitung biaya total untuk setiap jumlah yang dipesan dengan
menghitung terlebih dahulu biaya pemesanan, biaya penyimpanan, dan biaya produk sebagai
berikut:
Harg Kuant.
No. Biaya Biaya
a/ Pemes Biaya Biaya
Disko Pemesana Penyimpa
unit a-nan Produk Total
n n nan
(P) (Q*)
1 50.00 700 250.000.00 3.500.000 3.500.000 257.000.0
0 0 00
2 48.00 1.000 240.000.00 2.450.000 4.800.000 247.250.0
0 0 00
3 47.50 2.000 237.500.00 1.225.000 9.500.000 248.225.0
0 0 00

Cara menghitung masing-masing biaya adalah sebagai berikut:


a. Biaya produk = PxD
1) 50.000 × 5.000 = 250.000.000
2) 48.000 × 5.000 = 240.000.000
3) 47.500 × 5.000 = 237.500.000
D
b. Biaya pemesanan = Q S
5.000
1) (490.000) = 3.500.000
700
5.000
2) (490.000) = 2.450.000
1.000
5.000
3) (490.000) = 1.225.000
2.000
QH
c. Biaya penyimpanan =
2
700 ( 0, 2 �50.000 )
1) = 3.500.000
2
1.000 ( 0.2 �48.000 )
2) = 4.800.000
2
2.000 ( 0, 2 �47.500 )
3) = 9.500.000
2

Langkah keempat, memilih jumlah pesanan yang biaya totalnya paling rendah. Berdasarkan
perhitungan di atas maka pemesanan sejumlah 1.000 akan memberikan biaya total yang paling
rendah.

Silahkan mengikuti Forum Diskusi 4……..

Anda mungkin juga menyukai