Oleh:
Sri Wijianti, S. Pd.
NIP. 19600317 198206 2 001
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan: 1) aktivitas belajar siswa
dalam pembelajaran PKn; dan 2) hasil belajar siswa dalam pembelajaran
PKn materi nilai kebersamaan dalam proses perumusan Pancasila sebagai
Dasar Negara bagi siswa kelas VI semester I SD Negeri Wirogunan 03
Kartasura tahun pelajaran 2014/2015 melalui penerapan model Value
Clarification Technique.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian dilakukan
di SD Negeri Wirogunan 03 Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo
selama dua bulan. Subjek penelitian adalah siswa kelas VI semester I SD
Negeri Wirogunan 03 Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo tahun
pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari 13 orang siswa. Objek dalam
penelitian ini adalah pembelajaran PKn Nilai Kebersamaan dalam proses
perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara melalui penerapan model Value
Clarification Technique.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa: 1) Penerapan model Value
Clarification Technique dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam
pembelajaran PKn. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya aktivitas
belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan; dan 2) Penerapan
model Value Clarification Technique dapat meningkatkan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran PKn materi Nilai Kebersamaan dalam proses
perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara bagi siswa kelas VI semester I
SD Negeri Wirogunan 03 Kartasura tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini
ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan tingkat
ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.
Kata Kunci: Hasil belajar, aktivitas belajar, pembelajaran PKn, model Value
Clarification Technique.
1
2
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pada prakteknya, pembelajaran PKn masih menghadapi banyak kendala-
kendala. Kendala-kendala yang dimaksud antara lain meliputi: Pertama, guru
pengampu mata Pelajaran PKn masih mengalami kesulitan dalam mengaktifkan
siswa untuk terlibat langsung dalam proses penggalian dan penelaahan bahan
pelajaran. Kedua, sebagian siswa memandang mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang bersifat konseptual dan teoritis.
Akibatnya siswa ketika mengikuti pembelajaran PKn merasa cukup mencatat dan
menghafal konsep-konsep dan teori-teori yang diceramahkan oleh guru, tugas-
tugas terstruktur yang diberikan dikerjakan secara tidak serius dan bila dikerjakan
pun sekedar memenuhi formalitas.
Hal yang sama juga terjadi pada siswa di kelas VI semester I SD Negeri
Wirogunan 03 Kartasura tahun pelajaran 2014/2015. Siswa cenderung
menganggap pembelajaran PKn sebagai mata pelajaran yang kurang penting.
Mereka lebih mementingkan mata pelajaran yang diujikan secara nasional.
Sehingga dengan KKM yang tidak begitu tinggi, yaitu dengan KKM > 68.00,
masih cukup banyak siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar.
Berdasarkan observasi pratindakan yang dilakukan di kelas VI SD Negeri
Wirogunan 03 Kartasura, dalam pembelajaran PKn menunjukkan bahwa hasil
belajar yang dicapai siswa masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat
ketuntasan kelas yang baru mencapai 53.85% dengan nilai rata-rata kelas sebesar
66.46.
Selain itu, model pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi yaitu
ceramah, Tanya jawab, dan penugasan, sehingga kurang aktif dalam dalam
pembelajaran dan cenderung bosan mengikuti pelajaran. Oleh karena itu dalam
pembelajaran PKn, siswa dibina untuk membiasakan atau melakoni isi pesan
materi PKn. Agar tujuan dapat berjalan dengan baik maka sebagai guru PKn
hendaknya menjadi teladan dalam ber-perilaku dengan menunjukkan contoh
prilaku yang diharapkan ditiru dan dilaksanakan siswa dalam kehidupan di
sekolah dan kehidupan sehari-hari di masyarakat.
Berangkat dari kondisi tersebut, guru perlu melakukan perbaikan
pembelajaran dengan fokus mendorong siswa lebih aktif terlibat dalam proses
pembelajaran. Dengan siswa terlibat secara aktif, maka pembelajaran akan
menjadi lebih bermakna dan siswa dapat memperoleh pengetahuan secara lebih
baik.
Upaya perbaikan yang dilakukan oleh guru adalah dengan menerapkan
model Value Clarification Technique (VCT). Model pembelajaran VCT, dianggap
3
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis
maupun secara praktis. Manfaat tersebut adalah:
1. Bagi Siswa
Perbaikan dengan menerapkan model VCT Percontohan akan membawa
peserta didik ke situasi belajar yang bervariatif sesuai karakteristik materi yang
dikolaborasikan dengan metode-metode pembelajaran yang diterapkan oleh
guru.
2. Bagi Guru
Perbaikan dimanfaatkan guru untuk memperbaiki proses pembelajaran yang
dikelolanya sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran secara optimal.
3. Bagi Sekolah
Pendidikan di sekolah akan meningkat secara kualitas maupun kuantitas
seiring dengan kemampuan profesional para pendidiknya. Selain itu,
penanggulangan berbagai masalah belajar, perbaikan terhadap konsep yang
keliru, serta kesulitan mengajar yang dialami akan segera teratasi.
LANDASAN TEORI
Pembelajaran PKn
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa, “pendidikan kewarganegaraan
dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki
rasa kebangsaan dan cinta tanah air". Melalui mata pelajaran PKn siswa
diharapkan untuk mempunyai pengetahuan tentang NKRI, memiliki sikap
menghormati, menghargai dan memiliki tanggung jawab akan dirinya sendiri,
bangsa dan negara serta memiliki keterampilan untuk menjalin hubungan di dalam
negeri ataupun di luar negeri sesuai dengan nilai dan norma yang ada.
Selanjutnya, Aziz Wahab, dkk. (Cholisin, 2004: 10) mengemukakan bahwa,
“Pendidikan Kewarganegaraan ialah media pengajaran yang akan meng-
Indonesiakan para siswa secara sadar, cerdas dan penuh tanggung jawab”. Melalui
mata pelajaran PKn diharapkan siswa memiliki komitmen kuat dan konsisten
untuk mempertahankan NKRI.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah dasar yang
memberikan pengetahuan tentang nilai dan menanamkan sikap demokratis kepada
siswa, agar siswa memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air serta rasa
tanggung jawab untuk mempertahankan NKRI.
Ruang lingkup pembelajaran PKn meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
5
Hasil Belajar
Menurut Tirtonagoro (2007: 43) bahwa: “Prestasi belajar adalah penilaian
hasil usaha kegiatan belajar mengajar yang dinyatakan dalam bentuk simbul,
angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang dicapai oleh
setiap anak dalam periode tertentu.”
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (2001:70) yang dimaksud prestasi
belajar adalah “penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan
oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang
diberikan oleh guru.”
Sardiman (2010) menyatakan bahwa hasil belajar adalah adanya perubahan
tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik
perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor)
6
maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Oleh karena itu, apabila siswa
mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang
diperoleh adalah tidak hanya berupa penguasaan konsep tetapi juga keterampilan
dan sikap.
Sedangkan pengertian prestasi belajar menurut Maslow (dalam Sudjana,
2007: 22) bahwa:
Prestasi belajar suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah
kehidupan manusia karena sepanjang rentang kehidupan manusia selalu
mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing
kehadiran prestasi belajar dalam kehidupan manusia pada tingkat dan
jenis tertentu pula manusia yang berada di bangku sekolah.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Penerapan model Value Clarification Technique dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa dalam pembelajaran PKn.
2. Penerapan model Value Clarification Technique dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran PKn materi Nilai Kebersamaan dalam proses
perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara bagi siswa kelas VI semester I SD
Negeri Wirogunan 03 Kartasura tahun pelajaran 2014/2015.
11
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan adalah tentang perbaikan
kualitas pembelajaran PKn materi “Nilai Kebersamaan dalam proses perumusan
Pancasila sebagai Dasar Negara” di kelas VI Semester 1 SD Negeri Wirogunan
03 Kartasura Tahun Pelajaran 2014/2015, maka penelitian dilakukan di kelas VI
Semester 1 SD Negeri Wirogunan 03 Kartasura Tahun Pelajaran 2014/2015.
Penelitian dilaksanakan pada semester 1 tahun pelajaran 2014/2015. Waktu
penelitian dilaksanakan selama 2 (dua) bulan, yaitu dari minggu ke I bulan
September 2014 hingga minggu VI bulan Oktober 2014.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian tindakan ini adalah siswa kelas VI Semester 1 SD
Negeri Wirogunan 03 Kec. Kartasura Tahun Pelajaran 2014/2015 yang
berjumlah 13 orang siswa. Alasan pemilihan subjek didasari adanya fakta bahwa
kelas tersebut mempunyai ketuntasan belajar yang rendah dalam pelajaran PKn
khususnya pada materi ”Nilai Kebersamaan dalam proses perumusan Pancasila
sebagai Dasar Negara”.
Prosedur Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas. Andreas Priyono (2000 : 4) menyatakan bahwa "Penelitian
tindakan keras adalah penelitian reflektif yang dilakukan pendidik sendiri dan
hasilnya dapat dimanfaatkan untuk pengembangan prestasi, pengembangan
kurikulum, pengembangan sekolah, dan pengembangan keterampilan mengajar".
Kemudian Syukur (2001 : 12) menyatakan bahwa "Penelitian tindakan kelas
adalah jembatan antara teori dan praktik yang secara kolaboratif pendidik dapat
melakukan penelitian terhadap proses dan produk pembeiajaran secara reflektif di
kelas".
Prosedur penelitian tindakan ini dilakukan ke dalam empat tahapan tersebut.
Adapun siklus yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dua siklus.
Desain penelitian tindakan kelas yang dinilai akurat dalam mencapai tujuan
tersebut adalah model desain alur dari Kemmis dan Taggart (Wiriaatmadja, 2006:
65) yang memiliki ciri khas menggunakan model siklus. Setiap siklus terdiri dari
dua atau tiga tindakan pembelajaran, sedangkan setiap tindakan pembelajaran
mencakup empat tahapan kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi, dan refleksi-evaluasi.
Agar lebih jelas, model tindakan yang digunakan dalam penelitian ini dapat
digambarkan ke dalam bagan skematis sebagai berikut:
12
Perencanaan
Refleksi
Tindakan/
Observasi-evaluasi
Perbaikan Rencana
Refleksi
Tindakan/
Observasi-evaluasi
Perbaikan Rencana
Tindakan Siklus I
Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan meliputi sebagai berikut: 1)
Guru melakukan identifikasi terhadap permasalahan; 2) Guru menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); 3) Guru mempersiapkan materi pembelajaran;
4) Guru menyusun skenario pembelajaran model Value Clarification Technique
(VCT); 5) Menyiapkan sarana dan prasarana pembelajaran yang mendukung
terlaksananya tindakan pembelajaran seperti tata letak meja belajar untuk belajar
interaktif, menyiapkan buku sumber rujukan yang relevan dengan materi
pembelajaran, dan lain sebagainya; 6) Menyiapkan instrumen observasi berupa
instrumen pengamatan aktivitas belajar siswa dan tes hasil belajar; 7) Guru
dengan kolaborator membahas dan mendeskripsikan secara jelas peran guru
sebagai fasilitator pembelajaran tindakan, sebagai pengamat, dan sebagai
evaluator; dan 8)Guru dengan kolaborator melaksanakan simulasi pelaksanaan
tindakan dan menguji keterlaksanaannya di lapangan
Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran PKn dengan penerapan model Value
Clarification Technique (VCT) dilaksanakan sebagai berikut: 1) Guru
memberikan apersepsi tentang materi yang akan dijelaskan dan menjelaskan
materi konsep ”Nilai Kebersamaan dalam proses perumusan Pancasila sebagai
Dasar Negara”; 2) Guru memberikan kesempatan siswa bertanya; 3) Guru
membagi siswa ke dalam 2 kelompok yang masing-masing terdiri dari 7 dan 6
13
jumlah siswa dengan aktivitas belajar kategori aktif pada setiap siklus tindakan
yang dilakukan.
Data peningkatan aktivitas belajar siswa dari kondisi awal hingga tindakan
Siklus II dapat disajikan ke dalam tabel berikut ini.
Tabel 1
Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa dari Kondisi Awal hingga Tindakan Siklus II
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
No. Kategori
Jml % Jml % Jml %
1. Aktif 2 15.38% 4 30.77% 7 53.85%
(Skor 27 – 36)
2. Cukup Aktif 4 30.77% 5 38.46% 4 30.77%
(Skor 17 – 26)
3. Kurang Aktif 7 53.85% 4 30.77% 2 15.38%
(Skor 9 – 16)
Jumlah 13 100.00% 13 100.00% 13 100.00%
Data peningkatan aktivitas belajar siswa dari kondisi awal hingga tindakan
Siklus II dapat disajikan ke dalam diagram berikut ini.
7 7
6 5
5 4 4 4 4
3 2 2
0
Awal Siklus I Siklus II
Data peningkatan tingkat ketuntasan belajar dan nilai rata-rata hasil belajar siswa
dalam pembelajaran dari tahap awal hingga akhir tindakan pembelajaran Siklus II dapat
disajikan ke dalam tabel berikut.
Tabel 2
Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa dari Kondisi Awal hingga Tindakan
Pembelajaran Siklus II
13
14
12
9
10
7
8 6
6 4
2 0
0
Awal Siklus I Siklus II
Gambar 4 Diagram Data Tingkat Ketuntasan Belajar Kondisi Awal hingga Akhir
Tindakan Pembelajaran Siklus II
18
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan temuan-temuan penelitian dan analisis, maka selanjutnya dapat
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Penerapan model Value Clarification Technique dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa dalam pembelajaran PKn. Hal ini ditunjukkan dengan
meningkatnya aktivitas belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang
dilakukan. Jumlah siswa dengan aktivitas belajar kategori aktif mengalami
peningkatan dari sebesar 15.38% pada kondisi awal, meningkat menjadi
30.77% pada tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi 53.85% pada
tindakan Siklus II.
2. Penerapan model Value Clarification Technique dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran PKn materi Nilai Kebersamaan dalam proses
perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara bagi siswa kelas VI semester I SD
Negeri Wirogunan 03 Kartasura tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini
ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan tingkat
ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.
Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada kondisi awal adalah sebesar
66.46. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan menjadi 69.85
pada akhir tindakan pembelajaran Siklus I. Nilai rata-rata hasil belajar siswa
pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II meningkat menjadi sebesar 74.00.
Tingkat ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal adalah sebesar 53.85%.
Tingkat ketuntasan belajar siswa pada akhir tindakan pembelajaran Siklus I
mengalami peningkatan menjadi 69.23%, kemudian meningkat menjadi
100.00% pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II.
Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka dapat dikemukakan saran
sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
Siswa diharapkan lebih aktif terlibat dalam proses pembelajaran yang
dilakukan sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.
2. Bagi Guru
Guru disarankan untuk selalu berusaha meningkatkan kemampuan mereka
dalam menggunakan berbagai metode pembelajaran yang bervariatif dan
inovatif.
3. Bagi Sekolah
19
Pihak sekolah disarankan untuk mendorong para guru agar mau mencoba
menggunakan berbagai metode pembelajaran guna meningkatkan kualitas
pembelajaran yang dilakukan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan
pelatihan kepada para guru tentang metode-metode pembelajaran inovatif.
DAFTAR PUSTAKA
Adisusilo, Sutarjo. 2013. Pembelajaran Nilai Karakter Konstruktivisme dan VCT.
Sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif. Jakarta: Rajawali Press.
Adisusilo, Sutarjo. 2013. Pembelajaran Nilai Karakter Konstruktivisme dan VCT.
Sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif. Jakarta: Rajawali Press.
Amri, Sofan. 2013. Pengembangan & Model Pembelajaran dalam Kurikulum
2013. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: Rineka Cipta.
Dwiyatmi, Sri Harini. dkk. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Elmubarok, Zaim. 2009. Membumikan Pendidikan Nilai Mengumpulkan yang
Terserak, Menyambung yang Terputus, dan Menyatukan yang Tercerai.
Bandung: Alfabeta.
Hidayat, Komarudin. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education)
Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani. Jakarta: Prenada
Media Grup.
Huda, Miftahul. 2013. Model-model pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Sanjaya, Wina. 2012. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Taniredja, Tukiran. dkk. 2012. Model-model Pembelajaran Inovatif. Bandung:
Alfabeta.
Trianto. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Winaputra, S. Udin. 2009. Pembelajaran PKn di SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Bio Data Penulis:
Nama : Sri Wijianti, S. Pd.
NIP : 19600317 198206 2 001
Jabatan : Kepala Sekolah
Unit Kerja : SD Negeri Wirogunan 03 Kartasura
UPTD Pendidikan Kecamatan Kartasura, Sukoharjo
20