Anda di halaman 1dari 51

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah – Nya kepada penulis sehingga tugas membuat makalah dari mata kuliah
Keperawatan Gerontik yang bertemakan penyakit tuberkulosis paru ini dapat selesai dengan
baik.

Selama pembuatan makalah ini,tidak lepas dari bimbingan serta dukungan dari berbagai
fihak,untuk itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada:

1.Bapak H.Warji .S.Kep Ns MM selaku perseptor klinik RSUD RAA SOEWONDO

PATI

2.Bapak Asmudi,S.Kep.Ners selaku perseptor klinik RSUD RAA SOEWONDO PATI

3.Ibu Umi Faridah,MNS.selaku perseptor akademik Universitas Muhammadiyah Kudus

Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan yang perlu
untuk diperbaiki, maka dari itu penulis bersedi menerima saran dan kritik dari pembaca yang
membangun demi perbaikan pembuatan tugas kedepannya.

Wallahumuafik bitaqwallah wassalamu alaikum wr.wb

Pati, April 2019

Kelompok 3
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Penyakit TB Paru merupakan penyakit menahun/kronis (berlangsung lama) dan menular.


Penyakit ini dapat diderita oleh setiap orang, terutama mereka yang bertubuh lemah, kurang gizi
atau yang tinggal satu rumah dan berdesak-desakan bersama penderita TBC.Jumlah orang lanjut
usia pada negara maju terus bertambah,infeksi TB akan menjadi masalah besar pada kelompok
ini.Gambaran klinis TB yang tidak khas pada usia lanjut itulah salah satu ancaman tersembunyi.

Penyakit Tuberkulosis dapat disembuhkan. Namun akibat dari kurangnya informasi


berkaitan cara pencegahan dan pengobatan TBC, kematian akibat penyakit ini memiliki
prevalensi yang besar. Indonesia berada dalam peringkat ketiga terburuk di dunia untuk jumlah
penderita TB. Setiap tahun muncul 500 ribu kasus baru dan lebih dari 140 ribu lainnya
meninggal.Pemeriksaan teliti,diagnosis yang cepat dan terapi dini dapat membantu menurunkan
morbiditas dan mortalitas dari pasien lanjut usia.

2. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang ada diatas maka kami akan mengangkat beberapa
pokok permasalahan sesuai dengan pemaparan diatas adalah asuhan keperawatan gerontik pada
Ny.M dengan TB Paru diruang gading 1 RSUD RAA SOEWONDO PATI.

3. Tujuan

1. Tujuan Umum

Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang Asuhan Keperawatan Pada
Klien dengan TB paru pada lansia.

2. Tujuan Khusus

a.Mengetahui dan memahami pengertian TB Paru


b. Mengetahui dan memahami etiologi TB Paru

c. Mengetahui dan memahami klasifikasi TB Paru

d. Mengetahui dan mamahami tanda dan gejala TB Paru

e. Mengetahui dan mamahami patofisiologi TB Paru

f. Mengetahui dan memahami manifestasi klinik TB Paru

g. Mengetahui dan memahami Asuhan Keperawatan pada klien TB Paru pada lansia
BAB II

TINJAUAN TEORI

I. Konsep Medis
 Konsep Dasar Lansia
1. Pengertian Lansia
a. Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65-75
tahun. (Potter, 2012)
b. Proses menua merupakam proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua
(Nugroho, 2012)
c. Penuaan adalah suatu proses yang alamiah yang tidak dapat dihindari,
berjalan secara terus-menerus, dan berkesinambungan (Depkes RI, 2011).
d. Menurut Keliat (2011) dalam Maryam (2011), usia lanjut dikatakan sebagai
tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia sedangkan menurut
pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 Tentang Kesehatan dikatakan
bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60
tahun (Maryam, 2012).
e. Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat
diramalkan dan terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia
tahap perkembangan kronologis tertentu (Stanley, 2011)
2. Klasifikasi Lansia
Klasifikasi lansia berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia
 Pralansia (prasenilis) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59
tahun.
 Lansia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
 Lansia Resiko Tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau
lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan
(Depkes RI, 2013).
 Lansia Potensial yaitu lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan
dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2013)
 Lansia Tidak Potensial yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2013)
3. Karakteristik Lansia
Menurut Keliat (2011) dalam Maryam (2011) , lansia memiliki karakteristik
sebagai berikut :
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 Ayat (2) UU No. 13
tentang kesehatan ).
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga
kondisi maladaptif.
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi (Maryam, 2011).
4. Tipe Lansia
Di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan bermacam-macam
tipe usia lanjut. Yang menonjol antara lain :
a. Tipe arif bijaksana
Lanjut usia ini kaya denga hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai diri dengan perubahan zaman, mempunyai
kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi
undangan, dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri
Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan baru,
selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta memenuhi
undangan.
c. Tipe tidak puas
Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang proses
penuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik
jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak
sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani dan pengkritik.
d. Tipe pasrah
Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai
konsep habis (“habis gelap datang terang”), mengikuti kegiatan beribadat,
ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.
e. Tipe bingung
Lansia kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,merasa minder,
menyesal, pasif, acuh tak acuh (Nugroho, 2009)
5. Tugas Perkembangan Lansia
Menurut Erickson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri
terhadap tugas perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh
kembang pada tahap sebelumnya. Adapun tugas perkembangan lansia adalah
sebagai berikut :
a. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun.
b. Mempersiapkan diri untuk pensiun.
c. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya.
d. Mempersiapkan kehidupan baru.
e. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat
secara santai.
f. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan (Maryam,
2010).
6. Teori Proses Menua
a. Teori-teori Biologi
1) Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-
spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia
yang diprogram oleh molekul-molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya
akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel-
sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel).
2) Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah (rusak)
3) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat
khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut
sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
4) Teori “immunologi slow virus”(immunology slow virus
theory)
Sistem imune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya
virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
5) Teori stress
Menua menjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan
internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
terpakai.
6) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik
seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-
sel tidak dapat regenerasi.
7) Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang
kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya
elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
8) Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah
setelah sel-sel tersebut mati.

b. Teori Kejiwaan Sosial


1) Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara
langsung. Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut yang sukses adalah
mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial. Ukuran optimum
(pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia. Mempertahankan
hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia
pertengahan ke lanjut usia.
2) Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada usia lanjut. Teori
ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa
perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi
oleh tipe personality yang dimiliki.
3) Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya.
Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik
secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda
(triple loss), yaitu :
i. Kehilangan peran
ii. Hambatan kontak sosial
iii. Berkurangnya kontak komitmen
7. Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia
Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lanjut
usia, antara lain :
a. Permasalahan umum
1) Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.
2) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang
berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai dan dihormati.
3) Lahirnya kelompok masyarakat industri.
4) Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan
lanjut usia.
5) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejateraan
lansia.
b. Permasalahan khusus
1) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik
fisik, mental maupun sosial.
2) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia,
3) Rendahnya produktifitas kerja lansia.
4) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.
5) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan
masyarakat individualistik.
6) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu
kesehatan fisik lansia.

8. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Menua


a. Hereditas atau ketuaan genetik
b. Nutrisi atau makanan
c. Status kesehatan
d. Pengalaman hidup
e. Lingkungan
f. Stress
9. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
 Perubahan fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh,
diantaranya sistem persarafan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler,
sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastro isntestinal, genito urinaria,
endokrin dan integumen.
 Perubahan mental
Fakator-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
1) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
2) Kesehatan umum.
3) Tingakat pendidikan.
4) Keturunan (hereditas)
5) Lingkungan
6) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan-kehilangan jabatan.
8) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan
famili.
9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran
diri, perubahan konsep diri.
 Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow,
2009)
Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam
berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner, 2010)
10. Penyakit Yang Sering Terjadi Pada Lansia
Menurut the National Old People’s Welfare Council, dikemukakan 12 macam
penyakit lansia, yaitu : Depresi Mental
a. Gangguan pendengaran
b. Bronkitis kronis
c. Gangguan pada tungkak/sikap berjalan
d. Gangguan pada koksa/sendi panggul/Anemia
e. Demensia

 Konsep Tuberkulosis

A.PENGERTIAN
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit akibat kuman mycobacterium tubercolosis sistemis
sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru paru yang biasanya
merupakan lokasi infeksi primer.

Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru.
Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, terutama meningen, ginjal, tulang,
dan nodus limfe.

Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru.
Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh infeksi kompleks mycobacterium tuberculosis.

Berdasarkan beberapa definisi mengenai tuberkulosis diatas, maka dapat dirumuskan


bahwa tuberculosis (TB) paru adalah suatu penyakit infeksius yang disebabkan kuman
Mycobacterium tuberculosis yang menyerang parenkim paru, bersifat sistemis sehingga dapat
mengenai organ tubuh lain, terutama meningen, tulang, dan nodus limfe.

B. ETIOLOGI

Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikrobakterium
tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-
4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah
yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan
fisik.

Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan
bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari
sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif kembali. Sifat
lain kuman adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari
pada bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit
tuberkulosis.

Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi penting saluran pernapasan. Basil


mikrobakterium tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui saluran napas (droplet infection)
sampai alveoli, maka terjadilah infeksi primer (ghon) selanjutnya menyebar kekelenjar getah
bening setempat dan terbentuklah primer kompleks (ranke). keduanya dinamakan tuberkulosis
primer, yang dalam perjalanannya sebagian besar akan mengalami penyembuhan. Tuberkulosis
paru primer, peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil
mikobakterium. Tuberkulosis yang kebanyakan didapatkan pad usia 1-3 tahun. Sedangkan yang
disebut tuberkulosis post primer (reinfection) adalah peradangan jaringan paru oleh karena
terjadi penularan ulang yang mana di dalam tubuh terbentuk kekebalan spesifik terhadap basil
tersebut.
C. MANIFESTASI KLINIS

1) Batuk

Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan.
Biasanya batuk ringan sehingga dianggap batuk biasa atau akibat rokok. Proses yang paling
ringan ini menyebabkan sekret akan terkumpul pada waktu penderita tidur dan dikeluarkan saat
penderita bangun pagi hari.

2) Dahak

Dahak awalnya bersifat mukoid dan keluar dalam jumlah sedikit, kemudian berubah
menjadi purulen/kuning atau kuning hijau sampai purulen dan kemudian berubah menjadi kental
bila sudah terjadi perlunakan.

3) Batuk darah

Darah yang dikeluarkan penderita mungkin berupa garis atau bercak-bercak darah,
gumpalan-gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak.

4) Nyeri dada

Nyeri dada pada tuberkulosis paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Bila nyeri
bertambah berat berarti telah terjadi pleuritis luas (nyeri dikeluhkan di daerah aksila, di ujung
skapula atau di tempat-tempat lain)

5) Wheezing

Wheezing terjadi karena penyempitan lumen endobronkus yang disebabkan oleh sekret,
bronkostenosis, peradangan, jaringan granula, ulserasi dan lain-lain (pada tuberkulosis lanjut).

6) Dispneu

Dispneu merupakan late symptom dari proses lanjut tuberkulosis paru akibat adanya
restriksi dan obstruksi saluran pernapasan serta loss of vascular bed / thrombosis yang dapat
mengakibatkan gangguan difusi, hipertensi pulmonal dan korpulmonal.
7) Panas badan

Merupakan gejala paling sering dijumpai dan paling penting sering kali panas badan
sedikit meningkat pada siang maupun sore hari.

8) Menggigil

Dapat terjadi bila panas badan naik dengan cepat, tetapi tidak diikuti pengeluaran panas
dengan kecepatan yang sama atau dapat terjadi sebagai suatu reaksi umum yang lebih hebat.

9) Keringat malam

Keringat malam bukanlah gejala yang patognomonis untuk penyakit tuberkulosis paru.
Keringat malam umumnya baru timbul bila proses telah lanjut. Nausea, takikardi dan sakit
kepala timbul bila ada panas

10) Anoreksia

Anoreksia dan penurunan berat badan merupakan manifestasi toksemia yang timbul
belakangan dan lebih sering dikeluhkan bila proses progresif.

11) Lemah badan

Gejala-gejala ini dapat disebabkan oleh kerja berlebihan, kurang tidur dan keadaan
sehari-hari yang kurang menyenangkan, karena itu harus dianalisa dengan baik dan harus lebih
berhati-hati apabila dijumpai perubahan sikap dan temperamen (misalnya penderita yang mudah
tersinggung), perhatian penderita berkurang atau menurun pada pekerjaan, anak yang tidak suka
bermain, atau penyakit yang kelihatan neurotik.

Gejala respiratorik, meliputi:

Tuberkulosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit yang mempunyai banyak
kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum seperti lemah dan demam.
Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan ka dang-
kadang asimtomatik.
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan gejala
sistemik:

a. Gejala Respiratorik

1) Batuk

Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan.
Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada
kerusakan jaringan.

2) Batuk darah

Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis atau
bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darak
terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar
kecilnya pembuluh darah yang pecah.

3) Sesak napas

Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal
yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan lain-lain.

4) Nyeri dada

Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini timbul apabila
sistem persarafan di pleura terkena.

5) Wheezing

Wheezing terjadi karena penyempitan lumen endobronkus yang disebabkan oleh sekret,
bronkostenosis, peradangan, jaringan granula, ulserasi dan lain-lain (pada tuberkulosis lanjut).

6) Dispneu

Dispneu merupakan late symptom dari proses lanjut tuberkulosis paru akibat adanya
restriksi dan obstruksi saluran pernapasan serta loss of vascular bed / thrombosis yang dapat
mengakibatkan gangguan difusi, hipertensi pulmonal dan korpulmonal.
b. Gejala sistemik, meliputi:

1) Demam

Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam hari mirip
demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang serangannya sedang masa bebas
serangan makin pendek.

2) Gejala sistemik lain

Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan serta
malaise. Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi
penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul
menyerupai gejala pneumonia.

c. Gejala klinis Haemoptoe:

Kita harus memastikan bahwa perdarahan dari nasofaring dengan cara membedakan ciri-ciri
sebagai berikut :

1) Batuk darah

a) Darah dibatukkan dengan rasa panas di tenggorokan

b) Darah berbuih bercampur udara

c) Darah segar berwarna merah muda

d) Darah bersifat alkalis

e) Anemia kadang-kadang terjadi

f) Benzidin test negatif

2) Muntah darah

a) Darah dimuntahkan dengan rasa mual


b) Darah bercampur sisa makanan

c) Darah berwarna hitam karena bercampur asam lambung

d) Darah bersifat asam

e) Anemia seriang terjadi

f) Benzidin test positif

3) Epistaksis

a) Darah menetes dari hidung

b) Batuk pelan kadang keluar

c) Darah berwarna merah segar

d) Darah bersifat alkalis

e) Anemia jarang terjadi

Klasifikasi TB

Klasifikasi TB Paru dibuat berdasarkan gejala klinik, bakteriologik, radiologik dan


riwayat pengobatan sebelumnya. Klasifikasi ini penting karena merupakan salah satu faktor
determinan untuk menetapkan strategi terapi.

Sesuai dengan program Gerdunas P2TB klasifikasi TB Paru dibagi sebagai berikut:

TB Paru BTA Positif dengan kriteria:

1) Dengan atau tanpa gejala klinik

2) BTA positif: mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali disokong biakan positif 1
kali atau disokong radiologik positif 1 kali.

3) Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.

TB Paru BTA Negatif dengan kriteria:


1) Gejala klinik dan gambaran radilogik sesuai dengan TB Paru aktif

2) BTA negatif, biakan negatif tetapi radiologik positif.

Bekas TB Paru dengan kriteria:

1) Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif

2) Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.

3) Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan serial foto yang tidak
berubah.

4) Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat (lebih mendukung).

D. PATOFISISOLOGI

Kuman micobacterium tuberculosis masuk kedalam tubuh melalui saluran pernafasan,


saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit, kebanyakan infeksi tuberculosis terjadi melalui
udara (air borne), yaitu melalui inhalasi droppet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel
yang berasal dari orang yang terinfeksi.

Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi terdiri dari satu
sampai tiga gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang
besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus biasanya di
bagian bawah lobus atau paru-paru, atau di bagian atas lobus bawah. Basil tuberkel ini
membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan
memfagosit bacteria namun tidak membunuh organisme tersebut. Sesudah hari-hari pertama
maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan
timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya sehingga
tidak ada sisa yang tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri terus difagosit
atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke
kelenjar bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan
sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloit, yang dikelilingi oleh fosit. Reaksi
ini biasanya membutuhkan waktu 10 sampai 20 hari.
E.PATHOFLOW

Mycobacterium tuberculosis

Inhalasi droplet

Saluran pernafasan

Saluran pernafasan atas Saluran pernafasan bawah

Bakteri yang besar bertahan di bronkus bakteri bertahan di paru-paru

Peradangan bronkus Peradangan pada alveolus

Penumpukan secret Terjadi perdarahan

Efektif Tidak Efektif Penyebaran bakteri


secara limfa hematogen
Sekret keluar saat batuk secret sulit keluar

Batuk terus Obstruksi Anoreksia, mual, Kelemahan fisik


menerus muntah keletihan

sesak nafas Ketidakseimbangan nutrisi pe motivasi

kurang dari kebutuhan tubuh Defisit perawatan diri

Terhisap orang sehat Ketidakefektifan bersihan jln nafas Intoleransi aktifitas

Resiko Penyebaran
infeksi
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Kultur sputum: Positif unutk mycobakterium tuberkulosis pada tahap aktif penyakit

2. Zhiel Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah): Positif
untuk basil asam cepat.

3. Tes kulit (PPD, Mantoux, potongan vollmer): Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih
besar, terjadi 48-78 jam setelah injeksi intradermal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan
adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada
pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi
disebabkan oleh mycobakterium yang berbeda.

4. ELISA/Western Bolt: dapat menyatakan adanya HIV

5. Foto torak: dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan kalsium lesi
sembuh primer, atau efusi cairan. Perubahan menunjukkan lebih luasTB dapat termasuk rongga
area fibrosa.

6. Histologi atau kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster, urine dan cairan serebrospinal,
biopsi kulit): positif untuk mycobakterium tuberkulosis

7. Biopsi jarum pada jaringan paru: positif untuk granuloma TB; adanya sel raksasa
menunjukkan nekrosis

8. Elektrosit: dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi: contoh
hiponatremiadisebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat ditemukan pada TB paru kronis
luas.

9. GDA: dapat normal tergantung lokasi dan berat kerusakan sisa pada paru

10. Pemeriksaan fungsi paru: penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati, penigkatan
rasio udara residu dan kapasitas paru total, dan penurunan saturasi oksigen skunder terhadap
infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru, dan penyakit pleural (TB paru kronis luas)
G. PENATALAKSANAAN MEDIS

Tuberkulosis paru diobati terutama dengan agens kometrapi (agens antituberkulosis)


selama periode 6 sampai 12 bulan. 5 medikasi garis depan digunakan : isoniasid (INH), rifampin
(RIF) stretomisin (SM), etambutol (EMB), dan pirasinamid (PZA). Kapreomisin, kanamisin,
eteonamid, natrium-para-aminosalisilat, amikasin, dan siklisin merupakan obat-obat baris kedua.

M. Tuberculosis yang resisten terhadap obat-obatan terus menjadi isu yang berkembang
di seluruh dunia, meski TB yang resisten terhada obattelah teridentifikasi sejak tahun 1950,
insiden dari resisten banyak obat telah menciptakan tantangan baru. Beberapa jenis resisten obat
harus dipertimbangkan ketika merencanakan terapi efektif:

Resisten obat primer adalah resisten terhadap satu agensantituberkulosis garis depanpada
individu yang sebelumnyabelum mendapatkan pengobatan.

Resisten obat didapat atau skunder adalah resisten terhadap satu atau lebih agens antituberkulosis
pada pasien yang sedang menjalani terapi.

Resisten banyak obat adalah resisten terhadap dua agens, sebut saja , INH dan RIF

Pengobatan yang direkomendasikan bagi kasus tuberkulosis paru yang baru didiagnosa
adalah regimen pengobatan beragam, termasuk INH, RIF dan PZA selama 4 bulan dengan INH
dan RIF dilanjutkan untuk tambahan dua bulan (totalnya 6 bulan). Sekarang ini setiap agens
dibuat dalam pil yang terpisah. Pil anti-tuberkulosis baru three in oneyang terdiri atas INH, RIF
dan PZA telah dikembangkan, yang akan memberikan dampak besar dalam meningkatkan
kepatuhan terhadap regimen pengobatan.

Pada awalnya etambutol dan streptomisin mungkin disertakan dalam terapi awal sampai
pemeriksaan resisten obat didapatkan. Regimen pengobatan bagaimanapun tetap dilanjutkan
selama 12 bulan. Individu akan dipertimbangkan noninfeksius setelah menjalani 2 sampai 3
minggu terapi obat kontinu.

Isoniasid (INH) mungkin digunakan sebagai tindakan preventif bagi mereka yang
diketahui beresiko terhadap penyakit ignifikan, sebagai contoh, anggota keluarga dari pasien
yang berpenyakit aktif. Regimen pengobatan profilatik ini mencakup penggunaan dosis harian
INH selama 6 sampai 12 bulan. Untuk meminimalkan efek samping, dapat diberikan piridoksin
(vitamin B6). Enzim-enzim hepar, nitrogen urea darah (BUN), dan kreatinin dipantau setip
bulan. Hasil pemeriksaan kultur sputum dipantau terhadap basil tahan asam (BTA) untuk
mengevaluasi efektifitas pengobatan dan kepatuhan pasien terhadap terapi.

H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Pola Fungsional

a. Pola hidup.

Nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan tidur, kebersihan diri.

Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit, pencegahan, pengobatan


dan perawatannya.

b. Pola aktivitas dan istirahat

Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak (nafas pendek), sulit tidur,
demam, menggigil, berkeringat pada malam hari.

Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap, lanjut; infiltrasi
radang sampai setengah paru), demam subfebris (40 –410C) hilang timbul.

c. Pola nutrisi

Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan


Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak sub kutan.

d. Respirasi

Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada.

Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid kuning
atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar di daerah
apeks paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak napas,
pengembangan pernapasan tidak simetris (effusi pleura.), perkusi pekak dan penurunan fremitus
(cairan pleural), deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).
e. Rasa nyaman/nyeri

Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.

Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa
timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.

f. Integritas ego

Subjektif : Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada harapan.

Objektif : Menyangkal (selama tahap ), ansietas, ketakutan, mudah tersinggung.

2. Diagnosa Keperawatan NANDA NIC NOC Edisi Revisi 2015

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan bronkokontriksi,peningkatan


produksi lendir,batuk tidak efektif dan infeksi bronkopulmonal
Batasan karakteristik :
- Klien mengeluh sulit bernafas
- Perubahan kedalaman/jumlah nafas,penggunaan otot bantu pernafasan
- Suara nafas abnormal seperti wheezing,ronchi dan cracles
- Batuk (presisten) dengan/tanpa produksi sputum
NOC : * Respiratory Status : Ventilation
* Respiratory Status :Airway patency
Kriteria Hasil:
- Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,tidak ada sianosis,
dipsnoe tidak ada( mampu mengeluarkan sputum,mampu bernafas dengan mudah)
- Menunjukkan jalan nafas yang paten(irama nafas,frekuensi pernafasan dalam
batas
normal.
- Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan
nafas.
NIC : * Airway suction
- Pastikan kebutuhan oral/tracheal suctioning
- Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning
- Berikan O2 dengan menggunakan nasal
- Monitor status O2 pasien
* Airway Management
- Buka jalan nafas (chin lift /jaw trust
- Fisiotherapi dada

- Latih batuk efektif


- Terapi oksigen
- Pemberian posisi untuk memaksimalkan ventilasi
- Monitoring respirasi
- Monitoring tanda vital

2. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dengan


kebutuhan oksigen,kelemahan
Batasan karakteristik :
- Respon tekanan darah abnormal terhadap aktifitas
- Respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktifitas
- Ketidaknyaman setelah beraktifitas
- Dipsnoe setelah beraktifitas
- Menyatakan merasa letih.
- Menyatakan merasa lemah
NOC :* Energy conversation
* Aktivity tolerance
* Self care:ADLs
Kriteria Hasil:
- Berpartisipasi dalam aktifitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah,nadi
dan pernafasan
- Mampu melaksanakan aktifitas sehari hari secara mandiri
- Tanda tanda vital normal.
- Mampu berpindah dengan atau tanpa bantuan alat
- Sirkulasi status baik.
- Status respirasi:pertukaran gas dan ventilasi adekuat
NIC : *Activity Therapy
- Bantu klien mengidentifikasi aktifitas yang mampu dilakukan
- Bantu klien memilih aktifitas konsisten yang sesuai kemampuan fisik,psikologi dan
sosial.
- Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk
aktifitas yang diinginkan
-Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktifitas

3. Ketidakseimbangan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakadekuatan


intake nutrisi,dypsnoe

Batasan karakteristik:

- Kurang minat pada makanan


- Kelemahan otot pengunyah
- Kelemahan otot untuk menelan
- Penurunan berat badan
- Penurunan tonus otot
- Faktor psikologis

NOC :* Nutritional Status

* Nutritional Status:food and fluid

* Intake

* Nutritional Status;nutrient intake

* Weight control

Kriteria hasil :

- Adanya peningkatan berat badan sesuai tujuan


- Berat badan ideal sesuai tinggi badan
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
- Tidak ada tanda –tanda malnutrisi
-Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
- Tidak terjadi penurunan BB yang berarti
NIC :

* Nutritional Management

- Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori


- Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
- Berikan makanan terpilih (hasil konsul dengan ahli gizi)

* Nutrition Monitoring
- Monitor adanya penurunan BB
- BB pasien dalam batas normal
- Monitor interaksi orang tua dan anak selama makan
- Monitor turgor kulit
- Monitor mual muntah

4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan mikroorganisme purulen


Batasan karakteristik:
- Penyakit kronis
- Pengetahuan yang tidak cukup untuk menghindari pemajanan patogen
- Pertahanan tubuh yang tidak adekuat
- Malnutrisi
NOC : * Immune Status
* Knowledge:Infection control
* Risk control
Kriteria Hasil:
- Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
- Mendiskripsikan proses penularan penyakit,faktor yang mempengaruhi penularan
dan penatalaksanaannya
- Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
- Jumlah lekosit dalam batas normal
- Menunjukkan perilaku hidup sehat
NIC :
* Infection control
- Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
- Pertahankan teknik isolasi
- Batasi pengunjung bila perlu
- Anjurkan pengunjung,keluarga saat berkunjung dan setelah berkunjung
meninggalkan pasien
- Monitor hitung granulosit,WBC
- Anjurkan pasien minum obat antibiptik sesuai resep

5. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan penurunan atau berkurangnya motivasi,hambatan


lingkungan,kerusakan muskoloskeletal,kerusakan neuromuskuler,nyeri,kerusakan
persepsi/kognitif,kecemasan ,kelemahan dan kelelahan

Batasan karakteristik:

- Ketidakmampuan untuk mandi.


- Ketidakmampuan untuk berpakaian.
- Ketidakmampuan untuk makan
- Ketidakmampuan untuk toileting

NOC : * Self Care:Activity of Daily Living (ADLs)

Kriteria Hasil :

- Klien terbebas dari bau badan


- Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan ADLs
- Dapat melakukan ADLs dengan bantuan

: NIC : * Self Care assistene:ADLs

- Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri


- Monitor kebutuhan klien untuk alat alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian
berhias,toileting,dan makan
- Sediakan bantuan sampai klien secara utuh untuk melakukan self care
-Dorong klien untuk melakukan aktifitas sehari hari yang normal sesuai kemampuan
yang dimiliki tapi beri bantuan jika klien tidak mampu melakukannya
- Berikan aktifitas rutin sehari hari sesuai kemampuan
- Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan aktifitas sehari hari
BAB III

TINJAUAN KASUS

Ruangan : Gading 1 No. RM : 10079691

Pengkajian : Tanggal 15 -4 - 2019 Jam : 11.00 WIB

-------------------------------------------------------------------------------------------------

I. IDENTITAS
Nama : Ny.M

Umur : 84 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia

Agama : Islam

Status Perkawinnan : Menikah

Pendidikan Terakhir : SD

Keluarga yang dapat Dihubungi : Tn.M

Alamat : Purworejo Pati

II. RIWAYAT KEPERAWATAN

1. Riwayat Jatuh/ Injury:


Pasien mengatakan pernah jatuh ketika sedang berjalan menuju kamar mandi, namun
tidak terdapat luka serius hanya pinggangnya saja yang pernah sakit.

2. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit hipertensi, jantung ataupun diabetes melitus

3. Riwayat Penggunaan Obat- obatan


Jenis obat - obatan yang pernah dikonsumsi pasien adalah obat yang dibeli dari warung,
contoh : jenis dexamethason, dll.
4. Riwayat Lansia
Nama Alamat Keterangan
Purworejo Pati Masih hidup
Tn .A
Purworejo Pati Meninggal 1 tahun
Ny. S
yang lalu
Purworejo Pati Masih hidup
Tn. W

5. Riwayat Kematian dalam Lansia


a) Nama : Ny. S
b) Umur : 86 tahun
c) Penyebab : Sakit Gagal Ginjal Kronis

Genogram

Keterangan :

: laki-laki : pasien X = meninggal


: perempuan …………. : tinggal dalam 1 rumah

: hub. Pernikahan : hub. anak

III. PENGKAJIAN FISIK


1. Data Klinik
Tanda-Tanda Vital

S= 36,5 derajat celcius, pada axilla,N = 92 x/menit, RR = 28 x/menit, Tensi : 130/70 mmHg.

2. Pernafasan dan sirkulasi

Frekuensi Nafas :28x/menit

a. Kualitas : nafas cepat dan dangkal, pasien terpasang Oksigen nasal kanule 2 liter/
menit
b. Batuk : Iya ( menderita batuk lama sejak 1 tahun yang lalu )
c. Auskultasi
Lobus Kanan Atas : pernafasan menurun ( terdengar wheezing, ronkhi )
Lobus Kiri Atas : pernafasan normal
Lobus kanan bawah : pernafasan menurun
Lobus kiri bawah : pernafasan normal
3. Metabolik Integumen
a. Warna kulit : normal ( sawo matang )
b. Turgor kulit : menurun
c. Lecet : tidak ada
d. Bengkak : tidak ada
e. Bercak : tidak ada
f. Gusi : normal
g. Gigi : normal

Abdomen :

I : perut datar, simetris kanan dan kiri

A : terdengar peristaltic usus 10 x per menit


P : teraba ada benjolan di daerah hepar ( bawah diafragma )

P : Thympani

4. Persyarafan sensori

Kesadaran Compomentis, GCS :E= 4, V=5 ,M= 6

a. Pupil : sama,isokor
b. Reaksi terhadap cahaya : bisa menangkap cahaya baik kanan dan kiri
c. Mata : sclera anemis,mata berair.
d. Penglihatan : kabur,visus(+)
e. Pendengaran : terganggu, respon dalam mendengar kurang
5. Muskulo Skeletal
a. ROM : tidak dilakukan latihan.
b. Keseimbangan : stabil
c. Menggegam : kanan dan kiri lemah
d. Kekuatan otot kaki : kuat kanan dan kiri
6. Gastrointestinal
Terkesan hepatomegali pada pemeriksaan rontgen
7. Seksual
Tidak ada kelainan pada genitalia
8. Eliminasi

Produksi urine : ± 1500 ml. Tak tentu.

Warna : kuning kecoklatan, Bau : Khas.

Rektum tak ada kelainan, BAB 1 x/hari,

IV. AKTIFITAS DAN LATIHAN


a. Kemampuan Perawatan Diri
Aktifitas 0 1 2 3 4
Mandi V
Berpakaian V
Mobilisasi di tempat tidur V
Pindah V
Ambulasi V
Naik Tangga V
Belanja V
Memasak V
Merapikan rumah V
Keterangan :

0 : Mandiri 3 : perlu bantuan orang laindan alat


1 : di bantu sebagian 4 : tergantung orang lain/ tidak mampu
2 : perlu bantuan orang lain

V. KOGNITIF DAN PERCEPTUAL


1. Status Mental
Tingkat Kesdaran Compos mentis
Afasia : tidak
Dimensia : tidak
Orientasi : bingung
2. Bicara Normal
3. Bahasa yang digunakan : bahasa Jawa
4. Kemampuan membaca : tidak bisa
5. Kemampuan berinteraksi : sesuai
6. Vertigo : tidak
VI. LINGKUNGAN
1. Jenis lantai rumah: tegel
2. Kondisi lantai : lembab
3. Tangga rumah : tidak ada
4. Penerangan : cukup
5. Tempat tidur : tidak aman (tidak ada pagar pengaman dan bed terlalu tinggi)
6. Alat dapur : tertata rapi
7. WC : ada ( tidak aman, lantai licin, tidak ada pegangan )
8. Kebersihan lingkungan : bersih ( tidak ada barang yang membahayakan )
VII. PSIKOLOGIS
1. Lansia / pasien mengenal masalah utamanya
2. Pasien mampu menerima kondisinya sekarang yang semakin menua
3. Pasien merasa dibutuhkan di keluarganya
4. Pasien masih merasa optimis memandang nasibnya kedepan
5. Jika stress pasien biasanya berkunjung ke rumah tetangga untuk menghilangkan
stresnya
6. Pasien tidak mudah menyesuaikan dengan lingkungan yang baru
7. Pasien kadang- kadang merasa mengalami kegagalan dengan orang lain ketika
berkomunikasi dengan orang lain,
8. Harapan pasien untuk saat ini adalah bisa sembuh dari penyakitnya
Dan harapan yang akan datang bisa menghadapi hari tua dengan tenang.
9. Daya Ingat pasien :
a. Jangka pendek : berkurang
b. Jangka Panjang : terkadang pasien merasa lupa jika diminta mengingat dan
berfikir ke depannya
10. Pasien tidak mengalami gangguan proses pikir
11. Alam Perasaan pasien : merasa sedih terhadap penyakit yang dideritanya
12. Orientasi : bingung, terkadang lupa dengan orang lain
VIII. SOSIAL EKONOMI
1. Sumber keuangan pasien dari anak-anaknya yang tinggal dalam satu rumah
2. Untuk mengisi luang pasien sering berkumpul dengan keluarga dan tetangga
3. Pasien tinggal serumah dengan anak yang terakhir
4. Pasien tidak mengikuti kegiataan organisasi apapun
5. Pandangan pasien terhadap lingkungannnya : lingkungan dimana tempat dia tinggal
masih memperhatikan keberadaanya, saudara dan anak-anaknya masih mau maerawat
dirinya ketika sakit.
6. Pasien berkumpul dengan orang lain diluar rumah bisa 3 sampai 4 kali dalam
seminggg
7. Pasien sering dikunjungi saudara dan keluarganya.
8. Pasien dalam beraktifitas sehari- hari masih ada tindakan yang tergantung sama
anggota keluarga yang lain.
9. Pasien tidak bisa menyalurkan hobinya karena kondisi fisik pasien lemah

IX. PENGKAJIAN STATUS MENTAL

Short Portable Mental Status Questioner ( SPSMQ )

1. Pasien terkadang lupa menyebutkan tanggal


2. Pasien masih bisa menyebutkan hari yang sesuai
3. Pasien tahu dimana tempat yang dia tinggali
4. Pasien dapat menyebutkan alamat rumahnya
5. Pasien lupa dengan umurnya yang sekarang
6. Pasien lupa kapan dia lahir
7. Pasien bisa menjawab nama presiden yang sekarang
8. Pasien lupa nama presiden sebelumnya
9. Pasien bisa menjawab nama ibunya

Kesimpulan dari hasil SPSMQ adalah : kerusakan intelektual ringan dengan skor 4

X. PENGKAJIAN SPIRITUAL
1. Pasien teratur dalam melaksankan ibadah sesuai keyakinan yang dianut
2. Pasien sering mengikuti pengajian di lingkungan rumahnya
3. Cara lansia menyelesaikan masalahnya dengan bercerita kepada ankanya, terkadang juga
meminta pendapat dari orang lain.
4. Pasien sabar menghadapi kondisinya saat ini dan Yakin/ percayaan bahwa Tuhan akan
menolong dalam menghadapi situasi sakit saat ini.
XI. RIWAYAT PEKERJAAN
1. Status pekerjaan saat ini
Pasien tidak bekerja, hanya melakukan aktifitas sebagai ibu rumah tangga
2. Pasien sebelumnya bekerja disawah dan sekarang hanya dirumah
3. Sumber pendapatan pasien dari suami dan anakanya.

ANALISA DATA

NO DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM

1 DS : Pasien mengatakan badannya Ketidakseimbangan Intoleransi aktifitas


lemas, pasien mengatakan tidak antara suplai dengan
mampu melakukan aktifitas sehari- kebutuhan oksigen
hari dan masih membutuhkan bantuan (kelemahan fisik)
dari keluarga untuk memenuhinya.

DO : Pasien menggunakan alat bantu


nafas Oksigen nasal kanule 2
liter/menit untuk menyuplai pasokan
oksigennya. Nadi : 92 x/menit, RR:
28 x/menit

Muskulo Skeletal : reflek menggegam


pada tangan kanan dan kiri lemah,
aktifitas makan, minum, mandi,
berpakaian, mobilisasi ditempat tidur,
ambulasi, pindah tempat masih
membutuhkan bantuan orang lain.

DS : Pasien dan keluarga mengatakan


2. Defisit Perawatan
semenjak sakit pasien meles mandi,
Diri ( Mandi )
Penurunan motivasi
kurang termotivasi untuk mandi (akibat kelelahan dan
keletihan )
DO:

Baju pasien bau tidak diganti dari awal


masuk RS., mulut pasien berbau (
tidak gosok gigi ), Kuku pasien kotor.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dengan


kebutuhan oksigen,kelemahan
2. Defisit Perawatan Diri Mandi berhubungan dengan penurunan motivasi ( akibat
kelelahan dan keletihan)

INTERVENSI KEPERAWATAN

.1.Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dengan


kebutuhan oksigen,kelemahan
NOC :* Energy conversation
* Aktivity tolerance
* Self care:ADLs
Kriteria Hasil:
- Berpartisipasi dalam aktifitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah,nadi
dan pernafasan
- Mampu melaksanakan aktifitas sehari hari secara mandiri
- Tanda tanda vital normal.
- Mampu berpindah dengan atau tanpa bantuan alat
- Sirkulasi status baik.
- Status respirasi:pertukaran gas dan ventilasi adekuat
NIC : *Activity Therapy
- Bantu klien mengidentifikasi aktifitas yang mampu dilakukan
- Bantu klien memilih aktifitas konsisten yang sesuai kemampuan fisik,psikologi dan
sosial.
- Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk
aktifitas yang diinginkan
-Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktifitas

2.Defisit Perawatan Diri( Mandi,berhias,makan,toileting) berhubungan dengan penurunan


motivasi ( akibat keletihan dan kelemahan )

NOC : * Self Care:Activity of Daily Living (ADLs)

Kriteria Hasil :

- Klien terbebas dari bau badan


- Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan ADLs
-Dapat melakukan ADLs dengan bantuan (kebutuhan
mandi,berpakaian,berhias,toileting

: NIC : * Self Care assistene:ADLs

- Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri


- Monitor kebutuhan klien untuk alat alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian
berhias,toileting,dan makan
- Sediakan bantuan sampai klien secara utuh untuk melakukan self care
-Dorong klien untuk melakukan aktifitas sehari hari yang normal sesuai kemampuan
yang dimiliki tapi beri bantuan jika klien tidak mampu melakukannya
- Berikan aktifitas rutin sehari hari sesuai kemampuan
- Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan aktifitas sehari hari
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tanggal/ Implementasi Evaluasi Formatif Ttd


ke- jam
1 I 15 April Membantu pasien dalam S : pasien
melakukan aktifitas harian, mengatakan merasa
2019
yaitu : makan siang, minum kenyang setelah
11.00
makan siang

O : makan habis ½
porsi, minum 1 gelas
air putih
Melakukan pemeriksaan
I 12.10 S : pasien
TTV, memonitor oksigen
mengatakan senang
nasal kanule pasien
setelah diperiksa

O :Hasilpemeriksaan
TD : 130/70 mmHg
N : 92 x / menit

S : 36, 5 0 C

RR : 26 x / menit

II 13.00 Melakukan pemeriksaan S : Pasien

integritas kulit pasien untuk mengatakan kulitnya

mengetahui status hidrasi terasa kering

pasien O : Turgor kulit


kering, rambut
kusam
Menanyakan kepada
I 14.00 keluarga apakah pasien S : keluarga

mau dibuatkan jadwal mengatakan pasien

latihan disukai untuk mau dibuatkan

menghilangkan kejenuhan jadwal latihan di

diwaktu luang waktu luang

O : expresi wajah
pasien rileks, tidak
terlihat emosi

S : Pasien
II 15.30
mengatakan setelah
Membantu mempersiapkan
mandi badannya
peralatan untuk mandi
terasa segar
pasien, handuk, baju ganti,
O : expresi wajah
sabun dan sikat gigi
pasien ceria

II 16.00 S : pasien
Membantu merapikan
mengatakan senang
rambut pasien dan
ketika disisir
meyisirnya
rambutnya

O : rambut pasien
terlihat rapi

S : pasien
mengatakan merasa
II 16.30
Membersihkan dan
lebih nyaman setelah
merapikan bed pasien
bed dibersihkan

O : bed terlihat
bersih dan rapi,
expresi wajah pasien
senang (tersenyum )

S : Pasien
17.30 I Membantu pasien untuk
memenuhi aktifitas mengatakan merasa
hariannya yaitu : makan senang di temani
malam dan meminumkan
obat saat makan

O : Pasien makan
habis ¾ porsi, obat
sore diminum,
minum air putih 2
gelas setelah makan.
No Diagnosa Tanggal/ Implementasi Evaluasi Formatif Ttd
ke- jam

1 I 16 April Membantu pasien dalam S : pasien


melakukan aktifitas harian, mengatakan merasa
2019
yaitu : makan siang, minum senang ditemani saat
11.00
makan dan merasa
kenyang setelah
makan siang

O : pasien makan
habis ¾ porsi,
minum 2 gelas air

Melakukan pemeriksaan S : pasien


I 12.10 mengatakan senang
TTV, memonitor air
humidifier oksigen( nasal saat diperiksa

kanule ) O : Hasil
pemeriksaan : air
oksigen masih cukup

TD : 120/70 mmHg
N : 90 x / menit

S : 36, 5 0 C

RR : 26 x / menit

S : Pasien
II 13.00 Melakukan pemeriksaan mengatakan kulitnya
integritas kulit pasien untuk terasa kering
mengetahui status hidrasi
O : Turgor kulit
pasien
kering, rambut
kusam
I 14.00 Menanyakan kepada S : keluarga
keluarga apakah pasien mengatakan pasien
ingin pindah ke kursi roda mau duduk kursi
untuk rileks ke luar ruangan roda, ingin melihat
situasi diluar

O : Pasien mau
pindah dari bed ke
kursi roda dengan
bantuan
II 15.30
Membantu mempersiapkan S : Pasien
peralatan untuk mandi mengatakan setelah
pasien, handuk, baju ganti, mandi badannya
sabun dan sikat gigi terasa segar

O : expresi wajah
pasien ceria

Memeriksa kebersihan S : pasien


II 16.00
kuku pasien dan membantu mengatakan senang

membersihkan kukunya ketika digunting


kukunya

O : kuku pasien
bersih dan rapi

Memebersihkan dan S : pasien


II 16.30 merapikan bed pasien
mengatakan merasa
lebih nyaman setelah
bed dibersihkan

O : bed terlihat
bersih dan rapi,
expresi wajah pasien
senang (tersenyum )
Membantu pasien untuk
S : Keluarga
17.30 I melakukan kegiatan yang
disukai selama di rumah mengatakan pasien
sakit
lebih suka istirahat
di bed daripada
berbicara dengan
keluaragnya

O : Pasien terlihat
berbaring di bed

No Diagnosa Tanggal/ Evaluasi Formatif Ttd


ke- jam

1 I 17 April Mendampingi pasien S : pasien


dalam melakukan aktifitas mengatakan merasa
2019
harian, yaitu : makan kenyang setelah
11.00
siang, minum makan siang

O : pasien mau
makan sendiri, habis
¾ porsi, minum 1
gelas

I 12.10
S : pasien
Melakukan pemeriksaan mengatakan senang
TTV, mengisi air aquadest saat diperiksa
untuk humidifier Oksigen
O : Hasil
pemeriksaan :

TD : 120/80 mmHg
N : 90 x / menit

S : 36, 5 0 C

RR : 24 x / menit

S : Pasien
II 13.00
mengatakan merasa
Merapikan bed pasien dan nyaman bed nya
membantu menyiapkan dirapikan
kebiasaan yang dilakukan
O : pasien bisa
pasien sebelum tidur siang
istirahat siang
dengan tenang.

S : keluarga
I 15.00 mengatakan pasien
mau duduk kursi
Menanyakan kepada
roda, ingin melihat
keluarga apakah pasien
situasi diluar
ingin pindah ke kursi roda
untuk rileks ke luar O : Pasien mau

ruangan pindah dari bed ke


kursi roda dengan
bantuan

II 15.30 S : Pasien
mengatakan merasa
senang dibantu.

Membantu mempersiapkan O : expresi wajah


peralatan untuk mandi pasien ceria
pasien, handuk, baju ganti,
sabun dan sikat gigi
S : Pasien
mengatakan sudah
II 15.40
kuat berjalan sendiri
sampe kamar mandi
Mendampingi pasien untuk
O : pasien mampu
turun dari bed dan berjalan
mandi dan ganti baju
menuju kamar mandi
sendiri
untuk mandi sendiri
S : pasien
mengatakan merasa
I 16.30
lebih nyaman setelah
bed dibersihkan

Membersihkan dan O : bed terlihat


merapikan bed pasien
bersih dan rapi,
expresi wajah pasien
senang (tersenyum )

S : Keluarga
mengatakan pasien
I 17.00 lebih suka istirahat
di bed daripada
berbicara dengan
Membantu pasien untuk keluaragnya
melakukan kegiatan yang
disukai selama di rumah O : Pasien terlihat
sakit
berbaring di bed

S : pasien
I 17.30 mengatakan senang
saat diperiksa

O : Hasil
Melakukan pemeriksaan pemeriksaan :
TTV, memonitor Oksigen
nasal kanule pasien TD : 120/70 mmHg
N : 90 x / menit

S : 36, 5 0 C

RR : 24 x / menit
EVALUASI KEPERAWATAN

Tanggal 18 April 2017

1. Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan inadekuat oksigen untuk aktifitas.

S : Keluarga mengatakan bahwa pasien sudah mau mencoba bernafas tanpa


menggunakan selang oksigen, pasien mau makan tanpa disuapi, minum sendiri,
mandi sendiri, mobilisasi sudah mau mandiri pelan-pelan.

O ; Reflek menggegam pada tangan sudah cukup kuat, aktifitas makan dan minum
sendiri, mandi sendiri , berpakaian sendiri, mobilisasi ditempat tidur mandiri,
pindah tempat masih membutuhkan bantuan orang lain. Posisi duduk semifowler ,
nasal kanule mulai dilepas perlahan- lahan. RR : 24 x /menit. Nadi : 88 x/ menit

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 2, 3, 4 , 5 , 6.

2. Defisit Perawatan diri mandi berhubungan dengan penurunan motivasi akibat


keletihan.

S : Pasien mengatakan mampu membersihkan tubuhnya sendiri setelah 2 kali


dibantu mandi oleh petugas

O : Pasien masih dibantu berjalan menuju kamar mandi , mandi, gosok gigi dan
pakai baju sendiri.

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 1, 5, 6, 7.
BAB IV

PENUTUP

a. Kesimpulan

Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikrobakterium
tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-
4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid
inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan
kimia dan fisik

Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan
bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant.
Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif
kembali. Sifat lain kuman adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih
menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian
apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan
tempat predileksi penyakit tuberkulosis.

b. Saran

Dengan makalah ini diharapkan pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dapat mengerti
dan memahami serta menambah wawasan tentang Asuhan keperawatan pada klien khususnya
pada usia lansia dengan TB Paru serta mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan tersebut
pada pasien lansia.
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous.(2010). Tuberkulosis.Retrieved: Di akses tanggal 12 April 2017, from


http://id.wikipedia.org/wiki/Tuberkulosis

Content Team, Asian Brain. (2009 ). Tuberkulosis (TBC).Retrieved: Di akses tanggal 2 Januari
2013, from http://www.anneahira.com/pencegahan-penyakit/tbc.htm

Buleche, G.M., Butcher, H.K., & Dochterman, J.C. (Eds.). (2009). Nursing Interventions
Classification (NOC) (5th ed.). St. Louis: Mosby/Elsevier

Herdman, T. Heather. (2012). Nursing Diagnosis : Defenitions and Clasification 2012 -2014.
Jakarta : EGC.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M., & Swanson, E. (Eds). (2009). Nursing Outcomes
Classification (NOC) (4th ed.). St. Louis: Mosby/Elsevier

http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-hiswani12.pdf, di akses tanggal 12 April 2017

Price & Wilson (2010), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4. Jakarta : EGC.

Soedarsono (2010), Tuberkulosis Paru-Aspek Klinis, Diagnosis dan Terapi, Lab. Ilmu Penyakit
Paru FK UnaiRasional : RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.

Soemantri, I. (2012). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta : Salemba Medika.

Soeparman & Waspadji (2009), Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta : BP FKUI

Wilkinson, Judith M. (2011). Prencite Hall Nursing diagnosis Handbook. Ed. 9. Jakarta : EGC
MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY.M DENGAN TB PARU

DI RUANG GADING 1 RSUD RAA SOEWONDO PATI

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok stase Gerontik

Disusun Oleh : Kelompok 3

1. Aris Supaat,S.Kep 9. Siti Kholifah,S.Kep


2. Aris Wijayanti,S.Kep 10. Siti Chotimah,S.Kep
3. Birah,S.Kep 11. Sri Suharti,S.Kep
4. Dany Kartikasari,S.Kep 12. Subiyanto,S.Kep
5. Dwi Anitasari,S.Kep 13.Sudibyo,S.Kep
6. Eny Rossika,S.Kep 14. Sukardi,S.Kep
7. Juniana,S.Kep 15.Tatik Ekawati,S.Kep
8. Nunuk Teguh N,S.Kep

PROGRAM PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

2018/2019

Anda mungkin juga menyukai