A. PENDAHULUAN
Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara
tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya
menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat
diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap
Lansia merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha
Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa
hidup manusia yang terakhir. Dimana seseorang mengalami kemunduran fisik, mental
jantung berkurang karena perubahan pada jaringan ikat. Konsumsi oksigen pada
tingkat maksimal berkurang sehingga kapasitas paru menurun. Latihan berguna untuk
Menurut WHO, dijawa tengah penderita hipertensi pada lansia terdapat 15,2% dan
B. TUJUAN
1
1. Tujuan Umum :
Untuk memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
hipertensi.
2. Tujuan Khusus:
1) Untuk mengetahui tentang konsep dasar teori penyakit hipertensi.
2) Memberikan asuhan keperawatan pada klien lanjut usia dengan penyakit
BAB II
TINJAUAN TEORI
I. Konsep Medis
Konsep Dasar Lansia
1. Pengertian Lansia
a. Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya
anatara usia 65-75 tahun. (Potter, 2005)
b. Proses menua merupakam proses sepanjang hidup, tidak hanya
dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan
proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua (Nugroho, 2008)
2
c. Penuaan adalah suatu proses yang alamiah yang tidak dapat
dihindari, berjalan secara terus-menerus, dan berkesinambungan
(Depkes RI, 2001).
d. Menurut Keliat (1999) dalam Maryam (2008), usia lanjut
dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13
Tahun 1998 Tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut
adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun
(Maryam, 2008).
e. Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku
yang dapat diramalkan dan terjadi pada semua orang pada saat
mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu
(Stanley, 2006)
2. Klasifikasi Lansia
Klasifikasi lansia berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia
Pralansia (prasenilis) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59
tahun.
Lansia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
Lansia Resiko Tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau
lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan (Depkes RI, 2003).
Lansia Potensial yaitu lansia yang masih mampu melakukan
pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa
(Depkes RI, 2003)
Lansia Tidak Potensial yaitu lansia yang tidak berdaya mencari
nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain
(Depkes RI, 2003)
3. Karakteristik Lansia
Menurut Keliat (1999) dalam Maryam (2008) , lansia memiliki
karakteristik sebagai berikut :
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 Ayat (2) UU
No. 13 tentang kesehatan ).
3
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai
sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari
kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif.
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi (Maryam, 2008).
4. Tipe Lansia
Di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan
bermacam-macam tipe usia lanjut. Yang menonjol antara lain :
a. Tipe arif bijaksana
Lanjut usia ini kaya denga hikmah pengalaman, menyesuaikan diri
dengan perubahan zaman, mempunyai diri dengan perubahan
zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati,
sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjai panutan.
b. Tipe mandiri
Lanut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan
kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman
pergaulan, serta memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas
Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang
proses penuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan,
kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan, status,
teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung,
menuntut, sulit dilayani dan pengkritik.
d. Tipe pasrah
Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik,
mempunyai konsep habis (“habis gelap datang terang”), mengikuti
kegiatan beribadat, ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.
e. Tipe bingung
Lansia kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan
diri,merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh (Nugroho,
2008)
5. Tugas Perkembangan Lansia
Menurut Erickson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau
menyesuaikan diri terhadap tugas perkembangan usia lanjut
dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap sebelumnya.
Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut :
4
a. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun.
b. Mempersiapkan diri untuk pensiun.
c. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya.
d. Mempersiapkan kehidupan baru.
e. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat
secara santai.
f. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan
(Maryam, 2008).
6. Teori Proses Menua
a. Teori-teori Biologi
1) Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk
spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari
perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-
molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami
mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel
kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel).
2) Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
(rusak)
3) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi
suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan
terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah
dan sakit.
4) Teori “immunologi slow virus”(immunology slow virus
theory)
Sistem imune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan
masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan
organ tubuh.
5) Teori stress
Menua menjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan
tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan
kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres
menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
6) Teori radikal bebas
5
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya
radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi
oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein.
Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat
regenerasi.
7) Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan
ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini
menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya
fungsi.
8) Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang
membelah setelah sel-sel tersebut mati.
6
kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda (triple loss),
yaitu :
i. Kehilangan peran
ii. Hambatan kontak sosial
iii. Berkurangnya kontak komitmen
7. Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia
Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian
kesejahteraan lanjut usia, antara lain :
a. Permasalahan umum
1) Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis
kemiskinan.
2) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota
keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai dan
dihormati.
3) Lahirnya kelompok masyarakat industri.
4) Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional
pelayanan lanjut usia.
5) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan
kesejateraan lansia.
b. Permasalahan khusus
1) Berkangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya
masalah baik fisik, mental maupun sosial.
2) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia,
3) Rendahnya produktifitas kerja lansia.
4) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.
5) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada
tatanan masyarakat individualistik.
6) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat
mengganggu kesehatan fisik lansia.
7
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ
tubuh, diantaranya sistem persarafan, pendengaran, penglihatan,
kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastro
isntestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen.
Perubahan mental
Fakator-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
1) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
2) Kesehatan umum.
3) Tingakat pendidikan.
4) Keturunan (hereditas)
5) Lingkungan
6) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan-kehilangan jabatan.
8) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan
teman dan famili.
9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan konsep diri.
Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya
(Maslow, 1970)
Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini
terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray
dan Zentner, 1970)
10. Penyakit Yang Sering Terjadi Pada Lansia
Menurut the National Old People’s Welfare Council, dikemukakan 12
macam penyakit lansia, yaitu : Depresi Mental
a. Gangguan pendengaran
b. Bronkitis kronis
c. Gangguan pada tungkak/sikap berjalan
d. Gangguan pada koksa/sendi panggul/Anemia
e. Demensia
8
50 tahun memastikan hipertensi. Insiden hipertensi meningkat seiring
bertambahnya usia (Smeltzer , 2000).
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung
dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah.
WHO (World Health Organization) memberikan batasan tekanan darah
normal adalah 140/90 mmHg, dan tekanan darah sama atau diatas
160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan ini tidak
membedakan antara usia dan jenis kelamin (Zul Dahlan, 2000).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90
mmHg.Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Rohaendi, 2008).
2. Klasifikasi
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Darmojo, 1999):
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140
mmHg dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90
mmHg.
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar
dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan
menjadi 2 golongan besar yaitu :
a. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang
tidak diketahui penyebabnya
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh
penyakit lain
Tingkat hipertensi dan anjuran kontrol (Joint National Commitle, U.S
1992)
9
3. Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahan-perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor
yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah:
Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya
hipertensi adalah :
Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
Kegemukan atau makan berlebihan
Stress
Merokok
Minum alcohol
Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit-
penyakit seperti Ginjal, Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis
tubular akut, Tumor, Vascular, Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis,
10
Aneurisma, Emboli kolestrol, Vaskulitis, Kelainan endokrin, DM,
Hipertiroidisme, Hipotiroidisme, Saraf, Stroke, Ensepalitis. Selain itu
dapat juga diakibatkan karena Obat–obatan Kontrasepsi oral
Kortikosteroid.
4. Patofisiologi
11
aldosteron oleh korteks adrenal.Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intra vaskuler.Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan
hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan
structural dan fungsional pada system pembuluh perifer
bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada
usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan
arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan
penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer,
2000).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya
“hipertensi palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga
tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer.
12
5. Pathway
13
6. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak
akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan.Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien
yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang
menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas,
kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran
menurun.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan
( viskositas ) dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko
seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
b. BUN
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa
Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan
hipertensi)
c. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
( penyebab ) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
d. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
e. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk /
adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
f. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
g. Kadar aldosteron urin/serum
14
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
h. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau
adanya diabetes.
i. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
j. Steroid urin
Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
k. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / ureter
l. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran
jantung
m. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
n. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan,
gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu
tanda dini penyakit jantung hipertensi.
8. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
a. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi
ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan
berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
1) Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
i. Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5
gr/hr
ii. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
iii. Penurunan berat badan
iv. Penurunan asupan etanol
v. Menghentikan merokok
2) Latihan Fisik
15
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang
mempunyai empat prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu
isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang
dan lain-lain.
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas
aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut
zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit
berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x
perminggu dan paling baik 5 x perminggu.
3) Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi
meliputi :
Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan
tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak
normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga
untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan
ketegangan.
Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan
untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan
cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-
otot dalam tubuh menjadi rileks
Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan
pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan
hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
b. Terapi dengan Obat
16
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan
darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi
akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat.Pengobatan
hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli
Hipertensi (JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION,
EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD
PRESSURE, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika,
penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat
digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan
keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
i. Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis,
ACE inhibitor
ii. Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
Dosis obat pertama dinaikkan Diganti jenis lain dari obat
pilihan pertama
Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta
blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin,
vasodilator
iii. Step 3
Alternatif yang bisa ditempuh Obat ke-2 diganti Ditambah obat
ke-3 jenis lain
iv. Step 4
Alternatif pemberian obatnya Ditambah obat ke-3 dan ke-4
Re-evaluasi dan konsultasi Follow Up untuk mempertahankan
terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan
interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas
kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara pemberian
pendidikan kesehatan.
17
Pengkajian secara umum
1. Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama,
Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental,
Suku, Keluarga/orang terdekat, alamat, nomor registrasi.
2. Riwayat atau adanya factor resiko
a. Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
b. Penggunaan obat yang memicu hipertensi
3. Aktivitas / istirahat
a. Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton.
b. Frekuensi jantung meningkat
c. Perubahan irama jantung
d. Takipnea
4. Integritas ego
a. Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau
marah kronik.
b. Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan
dengan pekerjaan).
5. Makanan dan cairan
a. Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam,
tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang
digoreng,keju,telur)gula-gula yang berwarna hitam, kandungan
tinggi kalori.
b. Mual, muntah.
c. Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun).
6. Nyeri atau ketidak nyamanan
a. Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung)
b. Nyeri hilang timbul pada tungkai.
c. Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi
sebelumnya.
d. Nyeri abdomen.
Pengkajian Persistem
1. Sirkulasi
a. Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau
katup dan penyakit cerebro vaskuler.
b. Episode palpitasi,perspirasi.
2. Eleminasi
a. Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obtruksi
atau riwayat penyakit ginjal masa lalu.
18
3. Neurosensori
a. Keluhan pusing.
b. Berdenyut, sakit kepala subokspital (terjadi saat bangun dan
menghilang secara spontan setelah beberapa jam).
4. Pernapasan
Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja
Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal
paroksimal.
Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
Riwayat merokok
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular
Cerebral
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokontriksi
4. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kebutuhan metabolic
5. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan system pendukung
yang tidak adekuat
6. Kurang pengetahuan berhubungnya dengan kurang informasi atau
keterbatasan kognitif
C. Intervensi
19
menggunakan teknik 4. Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
nonfarmakologik untuk
seperti suhu ruangan,
mengurangi nyeri, pencahayaan dan kebisingan
5. Kurangi faktor presipitasi
mencari bantuan)
nyeri
Melaporkan bahwa nyeri
6. Kaji tipe dan sumber nyeri
berkurang dengan untuk menentukan intervensi
7. Ajarkan tentang teknik non
menggunakan farmakologi: napas dala,
manajemen nyeri. relaksasi, distraksi, kompres
Mampu mengenali nyeri hangat/ dingin
8. Berikan analgetik untuk
(skala, intensitas, mengurangi nyeri: ……...
frekuensi dan tanda 9. Tingkatkan istirahat
10. Berikan informasi tentang
nyeri) nyeri seperti penyebab nyeri,
Menyatakan rasa berapa lama nyeri akan
nyaman setelah nyeri berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari
berkurang prosedur
Tanda vital dalam 11. Monitor vital sign sebelum
rentang normal dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
2. Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
berhubungan dengan Self Care : ADLs 1. Observasi adanya
pembatasan klien dalam
kelemahan umum Toleransi aktivitas melakukan aktivitas
Konservasi eneergi 2. Kaji adanya faktor yang
menyebabkan kelelahan
Setelah dilakukan tindakan 3. Monitor nutrisi dan sumber
keperawatan selama …. energi yang adekuat
4. Monitor pasien akan adanya
Pasien bertoleransi terhadap kelelahan fisik dan emosi
aktivitas dengan Kriteria secara berlebihan
5. Monitor respon
Hasil : kardivaskuler terhadap
1. Berpartisipasi dalam aktivitas (takikardi,
disritmia, sesak nafas,
aktivitas fisik tanpa diaporesis, pucat, perubahan
disertai peningkatan hemodinamik)
6. Monitor pola tidur dan
tekanan darah, nadi dan lamanya tidur/istirahat
RR pasien
20
2. Mampu melakukan 7. Kolaborasikan dengan
Tenaga Rehabilitasi Medik
aktivitas sehari hari
dalam merencanakan
(ADLs) secara mandiri progran terapi yang tepat.
8. Bantu klien untuk
3. Keseimbangan aktivitas
mengidentifikasi aktivitas
dan istirahat yang mampu dilakukan
9. Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten yang
sesuai dengan kemampuan
fisik, psikologi dan sosial
10. Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas
yang diinginkan
11. Bantu untuk mendpatkan
alat bantuan aktivitas seperti
kursi roda, krek
12. Bantu untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
13. Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang
14. Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
15. Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
16. Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
17. Monitor respon fisik, emosi,
sosial dan spiritual
3. Penurunan curah NOC : NIC :
jantung berhubungan a. Cardiac Pump Evaluasi adanya nyeri dada
dengan peningkatan effectiveness Catat adanya disritmia
afterload, vasokontriksi b. Circulation Status jantung
c. Vital Sign Status Catat adanya tanda dan
d. Tissue perfusion: perifer gejala penurunan cardiac
21
Setelah dilakukan asuhan putput
selama………penurunan Monitor status pernafasan
kardiak output klien teratasi yang menandakan gagal
dengan kriteria hasil: jantung
1. Tanda Vital dalam Monitor balance cairan
rentang normal (Tekanan Monitor respon pasien
darah, Nadi, respirasi) terhadap efek pengobatan
2. Dapat mentoleransi antiaritmia
aktivitas, tidak ada Atur periode latihan dan
kelelahan istirahat untuk menghindari
3. Tidak ada edema paru, kelelahan
perifer, dan tidak ada Monitor toleransi aktivitas
asites pasien
4. Tidak ada penurunan Monitor adanya dyspneu,
kesadaran fatigue, tekipneu dan
5. AGD dalam batas ortopneu
normal
Anjurkan untuk menurunkan
6. Tidak ada distensi vena
stress
leher
Monitor TD, nadi, suhu, dan
7. Warna kulit normal
RR
Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
Monitor jumlah, bunyi dan
22
irama jantung
Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
Monitor pola pernapasan
abnormal
Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
Jelaskan pada pasien tujuan
dari pemberian oksigen
Sediakan informasi untuk
mengurangi stress
Kelola pemberian obat anti
aritmia, inotropik,
nitrogliserin dan vasodilator
untuk mempertahankan
kontraktilitas jantung
Kelola pemberian
antikoagulan untuk
mencegah trombus perifer
Minimalkan stress
lingkungan
4. Ketidakseimbangan NOC : NIC :
nutrisi lebih dari Nutritional Status : food Weight Management
23
kebutuhan tubuh and Fluid Intake 1. Diskusikan bersama pasien
berhubungan dengan Nutritional Status : mengenai hubungan antara
kebutuhan metabolic nutrient Intake intake makanan, latihan,
Weight control peningkatan BB dan
Setelah dilakukan tindakan penurunan BB
keperawatan selama …. 2. Diskusikan bersama pasien
Ketidak seimbangan nutrisi mengani kondisi medis yang
lebih teratasi dengan kriteria dapat mempengaruhi BB
hasil: 3. Diskusikan bersama pasien
1. Mengerti factor yang mengenai kebiasaan, gaya
meningkatkan berat hidup dan factor herediter
badan yang dapat mempengaruhi
2. Mengidentfifikasi BB
tingkah laku dibawah 4. Diskusikan bersama pasien
kontrol klien mengenai risiko yang
3. Memodifikasi diet dalam berhubungan dengan BB
waktu yang lama untuk berlebih dan penurunan BB
mengontrol berat badan 5. Dorong pasien untuk
4. Penurunan berat badan merubah kebiasaan makan
1-2 pounds/mgg 6. Perkirakan BB badan ideal
5. Menggunakan energy pasien
untuk aktivitas sehari Nutrition Management
hari Kaji adanya alergi makanan
Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe
Anjurkan pasien untuk
24
meningkatkan protein dan
vitamin C
Berikan substansi gula
Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
Berikan makanan yang
terpilih ( sudah
dikonsultasikan dengan ahli
gizi)
Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
harian.
Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
Weight reduction Assistance
1. Fasilitasi keinginan pasien
untuk menurunkan BB
2. Perkirakan bersama pasien
mengenai penurunan BB
3. Tentukan tujuan penurunan
BB
4. Beri pujian/reward saat
pasien berhasil mencapai
tujuan
25
5. Ajarkan pemilihan makanan
5. Ketidakefektifan NOC : NIC :
a. Koping
koping individu 1. Bantu pasien dalam
b. Tingkat stress
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan mengidentifikasi tujuan
system pendukung keperawatan selama ........ jangka pendek dan jangka
yang tidak adekuat ketidakefektifan koping panjang yang tepat
individu dapat teratasi 2. Bantu pasien dalam
dengan kriteria hasil : memeriksa sumber-sumber
Pasien mampu
yang tersedia untuk
mengidentifikasi pola memenuhi tujuan-tujuannya
koping yang efektif 3. Dukung hubungan pasien
Pasien mampu
dengan orang yang memiliki
mengidentifikasi pola
ketertarikan dan tujuan yang
koping yang tidak efektif
Pasien melaporkan sama
pengurangan stress 4. Bantu pasien untuk
menyelesaikan masalah
dengan cara yang konstruksi
5. Berikan penilain mengenai
pemahaman pasien terhadap
proses penyakit
6. Sediakan informasi aktual
mengenai diagnosis,
penanganan, dan prognosis
7. Evaluasi kemampuan pasien
dalam membuat keputusan
8. Dukung aktivitas-aktivitas
sosial dan komunitas
9. Dukung penggunaan
sumber-sumber spiritual,
jika diinginkan
26
10. Dukung pasien untuk
mengidentifikasi kekuatan
dan kemampuan diri
27
Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
BAB III
TINJAUAN KASUS
28
Riwayat Kesehatan saat ini :
Pada saat melakukan pengkajian pasien mengatakan sejak 3 hari yang lalu
pasien merasa kepalanya pusing, badan terasa lemes semakin siang pusing
bertambah dan sore pasien merasa pusing semakin hebat, dan badannya
terasa lemas, oleh keluarga pasien dibawa ke IGD RSU pati tgl 27/1/2019
jam 00.06 WIB didapatkan pemeriksaan T : 200/100 mmHg N : 84 X / mnt S
: 36 0 C, RR : 20 x/ mnt. Pasien jarang melakukan kontrol tiap bulan di
puskesmas terkait hipertensi yang dialaminya.
Riwayat Lansia
5. Saudara Kandung
Nama Alamat Keterangan
29
b) Pengkajian Fisik
a. Data Klinik
Tinggi badan : 150 cm Berat Badan : 48 kg
Temperatur : 36 oC Nadi : 80x/menit (kuat/teratur)
Tekanan darah : 200/100 mmHg MAP : 133,3 mmHg
Sakit / nyeri :pusing skala : 6
P : bila kecapaian
Q : nyeri berdenyut denyut ( cekot-cekot )
R : di kepala belakang sampai ubun2.
S : bila pusing timbul sampai 30 menit setelah minum obat
pusing berkurang
T : istirahat dan minum obat dari dokter
U : pasien berfikir kepala pusing karena kecapaian
V : pusingnya hilang
30
Lecet : √ tidak ya, .................................
Bengkak : √ tidak ya,.....................
Bercak : √ tidak ya,
Gusi : normal √ putih lecet
lainnya.............................................
Gigi : normal √ lainnya : sudah ada yang tanggal
Abdomen :
I : simetris
A : ada peristaltik usus
P : tidak ada nyeri tekan dan tidak masa
P : thympani
Peristaltik usus : √ ada tidak ada
d. Persarafan sensori
Pupil : √ sama tidak sama. sebutkan
Reaksi terhadap cahaya
Kiri : ya √ tidak
Kanan : √ ya tidak
Mata : jelas berair √ kabur lainnya, sebutkan
Penglihatan : normal kacamata lensa kontak
terganggu kanan/kiri
Buta kanan/ kiri √ kabur kanan/kiri lainnya,
Sebutkan : penglihatan agak kabur bila melihat agak jauh atau
sekitar jarak pandang 50 cm
Pendengaran : berdenging berkurang kabur √
lainnya,
Sebutkan : pendengaran pasien masih normal
Pendengaran : √ normal terganggu kanan/kiri
tuli kanan /kiri alat bantu pendengaran tinitus
e. Muskuloskeletal
31
Range of motion: penuh √ tidak, sebutkan : pasien
beraktiftas dengan bantuan anaknya. Pasien melakukan aktifitas
sehari-hari dibantu keluarganya.
Keseimbangan : stabil √ tidak stabil, sebutkan : pasien jika
berjalan dibantu oleh keluarga atau menggunakan tongkat.
Menggenggam :
Kanan : kuat √ lemah
Kiri : √ kuat lemah
Kekuatan otot kaki :
Kanan : √ kuat lemah
Kiri : √ kuat lemah
4 3
4 4
f. Gastrointestinal :
Mual muntah nyeri ulu hati makan minum banyak √
lainnya,
Sebutkan : pasien tidak ada keluhan, porsi makan dihabiskan.
BB: 48Kg, TB: 150cm, IMT= BB/TB(m)2 = 48/(1,5x1,5)= 21,3 (normal)
g. Seksual :
Genetalia : terganggu √ tidak terganggu. Sebutkan !
h. Eliminasi
BAK : BAK banyak sering BAK di malam hari BAK tidak
terkontrol
√ Lainnya, sebutkan: normal
BAB : BAB banyak BAB tidak terkontrol √ lainnya,
Sebutkan : normal
c) Aktifitas dan Latihan
32
Kemampuan perawatan diri :
Skor : 0 = mandiri,1 = dibantu sebagian,2 = perlu bantuan orang lain, 3 =
perlu bantuan orang lain dan alat,4 = tergantung/ tidak mampu
Aktifitas 0 1 2 3 4
Mandi √
Berpakaian √
Pindah √
Ambulasi √
Makan √
33
e) Lingkungan
Jenis Lantai rumah : tanah, √ tegel, porselen lainnya,
Sebutkan !.........
Kondisi Lantai ; licin, √ lembab, kering
lainnnya,Sebutkan!.....
Tangga Rumah
√ Tidak ada
Ada : aman ( ada pegangan ), tidak aman
Penerangan : √ cukup, kurang
Tempat tidur : √ aman (pagar pembatas,tidak terlalu tinggi),
tidak aman
Alat Dapur : berserakan, √ tertata rapi
WC
Tidak ada
√ Ada : √ aman(posisi duduk,ada pegangan ), tidak aman
( lantai licin,tidak ada pegangan )
Kebersihan Lingkungan : √ bersih ( tidak ada barng
membahayakan ), tidak bersih dan tidak aman ( pecahan
kaca,gelas,paki dll)
f) Psikologis
Apakah lansia mengenal masalah – masalah utamanya
Ya, pasien mengerti saat ini sedang sakit karena hipertensi
Bagaimana sikapnya lansia terhadap proses penuaan
Ya, pasien menerima proses penuaan yang terjadi pada dirinya.
Apakah dirinya dibutuhkan atau tidak
Ya, pasien merasa dibutuhkan keluarganya.
Apakah lansia optimis dalam memandang suatu kehidupan
Ya, pasien merasa optimis
34
Bagaimana lansia mengtasi stress yang dialami
Pasien bila ada masalah selalu menyimpannya sendiri karena takut
merepotkan anaknya.
Apakah lansia mudah menyesuaikan diri
Ya, pasien secara mudah bisa menyesuaikan diri
35
Siapa saja yang mengunjungi : anak anak dan tetangganya
Seberapa besar ketergantungannya : besar
Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan fasilitas
yang ada ; tidak
36
2. Apakah Lansia secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan
keagamaan, misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir
miskin : Ya,lansia mengikuti pengajian rutin didesanya
3. Bagaiman Lansia menyelesaikan masalah : Berdiskusi dengan anka
pertamanya
4. Apakah lansia terlihat sabar dan tawakal ; Ya
J. Riwayat pekerjaan
a. Status pekerjaan saat ini ; tidak bekerja
b. Pekerjaan sebelumnya : Ibu rumah tangga
c. Sumber sumber pendapatan : anak anaknya
B. ANALISA DATA
Hari/Tanggal Data Fokus Problem Etiologi
Senin DS Intoleransi Kelemahan Fisik
28/01/2019 - Ny. S mengatakan pusing Aktifitas
Jam 14.00 cekot-cekot dan badannya
WIB lemas.
DO :
Pasien tampak lemah
Pasien mengikat kepalanya
dengan kain
Skala nyeri : 6
TD : 200/100mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20x/menit
Tonus Otot :
4 3
4 4
Senin Defisit Perawatan Kelemahan Fisik
28/01/2019 DS :
diri ( mandi )
jam 14.30 Pasien mengatakan tidak
37
wib bisa mandi sendiri
DO :
Pasien badannya bau
Berkeringat
Ketidakmampuan personal
hygiene.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik
Defisit perawatan diri berhubungan dengan ketidakmampuan personal hygiene
( mandi )
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
38
sesudah
melakukan
aktifitas
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
39
HARI / DX IMPLEMENTASI EVALUASI FORMATIF TTD
TANGGAL
/ JAM
Senin 2 Mengajarkan cara perawatan DS : Klien mengatakan mau
28/01/19 diri kebersihan kulit ( mandi) diajarkan cara perawatan
15.45 diri mandi
DO : klien mandi dibantu
perawat
Memonitor kemampuan klien
16.00 2 untuk perawatan diri DS : Klien mengatakan blm
bisa untuk mandi sendiri
DO : Dibantu perawat
40
08.00 2 kemampuan perawatan diri DS: Klien menyatakan belum
bisa melakukan
perawatan sendiri
DO: Mandi,sikat gigi, menyisir
masih dibantu keluarga
Memonitor perkembangan
16.00 1 kemampuan aktifitas klien DS: Klien menyatakan mampu
makan, minum sendiri
DO: Klien makan minum tanpa
Bantuan
F. EVALUASI
41
DAFTAR PUSTAKA
Kumar, Vinay. Et. al. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins. Vol. 2 Ed 7. Jakarta : EGC
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Jakarta : EGC
N. Richard. Mitchell. Et. al. 2008. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit
Robbbins dan Coutran. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta
: EGC
Zul Dahlan. 2000. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II, Jakarta : Salemba Medica
http://nurse87.wordpress.com. Asuhan keperawatan Pada Lansia Dengan
Hipertensi. Regards
42