Anda di halaman 1dari 8

Kisah Nabi Ibrahim as. Mencari Kebenaran Tuhan Kisah Nabi Ibrahim as.

Mencari Tuhan Nabi


Ibrahim as. adalah putra dari Azar. Nabi Ibrahim as. dilahirkan di wilayah Kerajaan Babylonia
yang saat itu diperintah oleh Raja bernama Namrud. Namrud adalah raja yang sangat sombong
yang mengaku dirinya Tuhan. Raja Namrud juga dikenal sangat kejam kepada siapa saja yang
berani menentang kekuasaannya. Suatu saat Namrud bermimpi. Dalam mimpinya itu, ia melihat
seorang anak laki- laki yang memasuki kamarnya kemudian mengambil mahkotanya. Keesokan
harinya, ia pun memanggil tukang ramal yang sangat terkenal untuk mengartikan mimpinya
tersebut. Tukang ramal mengartikan bahwa anak yang hadir dalam mimpinya tersebut kelak
suatu saat akan meruntuhkan kerajaannya. Mendengar hal tersebut, Namrud menjadi murka. Dia
memerintahkan kepada seluruh tentara kerajaan agar membunuh setiap bayi laki-laki yang
dilahirkan. Azar yang istrinya saat itu sedang mengandung begitu khawatir akan keselamatan
bayi yang dikandung istrinya tersebut. Ia khawatir bahwa bayi yang ada dalam perut istrinya
adalah seorang bayi laki-laki yang selama ini ia dambakan. Untuk menyelamatkan calon bayinya
tersebut, diam-diam Azar mengajak istrinya bersembunyi di dalam sebuah gua yang jauh dari
keramaian. Di gua itulah kemudian bayi tersbut dilahirkan dan diberi nama Ibrahim. Agar tidak
diketahui oleh khalayak ramai, Azar dan istrinya meninggalkan Ibrahim yang masih bayi itu di
dalam gua dan sesekali datang untuk melihat keadaannya. Hal itu terus dilakukukan hingga
Ibrahim tumbuh menjadi anak kecil yang sehat dan kuat atas izin Allah Swt. Bagaimana Ibrahim
dapat hidup di dalam gua, padahal tidak ada makanan dan minuman yang diberikan kepadanya?
Jawabannya karena Allah Swt. menganugerahkan Ibrahim untuk menghisap jari tangannya yang
dari situ keluarlah air susu yang sangat baik. Itulah mukjizat pertama yang diberikan oleh Allah
kepada Nabi Ibrahim as. Lama hidup di dalam gua tentu membuat Ibrahim kecil sangat terbatas
pengetahuannya tentang alam sekitar. Maka, di saat ada kesempatan untuk keluar dari gua,
Ibrahim pun melakukannya. Betapa terkejutnya ia, ternyata alam di luar gua begitu luas dan
indah. Di dalam ketakjubannya itu, Ibrahim berpikir bahwa alam yang sangat luas dan indah
berikut isinya termasuk manusia, pasti ada yang menciptakannya. Maka, Nabi Ibrahim pun lalu
berjalan untuk mencari Tuhan. Ia mengamati lingkungan sekelilingnya. Namun, ia tidak
menemukan sesuatu yang membuatnya kagum dan merasa dapat dijadikan Tuhannya. Kisah
Nabi Ibrahim as. Mencari Kebenaran Tuhan Di siang hari, Ibrahim melihat begitu cerahnya
matahari menyinari bumi. Ia berpikir, mungkin matahari adalah tuhan yang ia cari. Tetapi ketika
senja datang dan matahari tenggelam di ufuk, gugurlah keyakinannya akan matahari sebagai
tuhan. Sampai akhirnya, malam pun datang menjelang. Bintang di langit bekerlap-kerlip dengan
indahnya. Sinarnya membuat suasana malam menjadi lebih indah dan cerah. “Apakah ini Tuhan
yang aku cari?” Kata Ibrahim di dalam hati dengan gembira. Ditatapnya bintang-bintang itu
dengan penuh rasa bangga. Tapi ternyata, ketika malam beranjak pagi, bintang-bintang itu pun
menghilang satu per satu. Dengan pandangan kecewa, Nabi Ibrahim melihat satu per satu
bintang-bintang itu menghilang dari langit. “Aku tidak menyukai Tuhan yang bisa menghilang
dan tenggelam karena waktu,” gumamnya dengan penuh perasaan kecewa. Nabi Ibrahim pun
kemudian mencoba mencari Tuhan yang lain. Memasuki malam berikutnya, bulan pun muncul
dan bersinar memancarkan cahayanya yang terang. Ia pun menduga, “Inikah Tuhan yang aku
cari?” Maka, ketika pagi datang menjelang, bulan pun hilang tanpa alasan seperti yang terjadi
terhadap matahari dan bintang, Ibrahim pun memastikan bahwa bukanlah matahari, bintang,
maupun bulan yang menjadi Tuhan untuk disembah, tetapi pasti ada satu kekuatan Yang Maha
perkasa dan Maha agung yang menggerakkan dan menghidupkan semua yang ada, termasuk
matahari, bintang, dan bulan. Ibrahim pun menyimpulkan bahwa Tuhan tidak lain adalah Allah
Swt. Saat keyakinan Nabi Ibrahim as. kepada Allah Swt. betul-betul merasuki jiwanya, mulailah
ia mengajak orang-orang di sekitarnya untuk meninggalkan penyembahan terhadap berhala yang
tak memiliki kekuatan apa pun, tidak pula memberi manfaat apa-apa. Orang pertama yang ia ajak
untuk hanya menyembah Allah Swt. adalah Azar, ayahnya sendiri yang berprofesi sebagai
pembuat patung untuk disembah. Mendengar ajakan Ibrahim, Azar marah karena apa yang
dilakukannya sudah dilakukan oleh nenek moyangnya sejak dahulu. Azar meminta Ibrahim
untuk tidak menghina dan melecehkan berhala yang seharusnya disembah. Kepada orang-orang
di sekelilingnya Ibrahim berseru, “Wahai saudaraku! Patung-patung itu hanyalah buatan manusia
yang tidak dapat bergerak dan tidak memberi manfaat sedikitpun. Mengapa kalian sembah
dengan memohon kepadanya?” Demikian ajakan Ibrahim kepada umatnya. Akan tetapi,
kaumnya tidak mau mendengarkan, apalagi mengikuti ajakan Nabi Ibrahim a.s., bahkan mereka
mencemooh dan memaki Nabi Ibrahim. Menyadari bahwa ajakannya untuk menyembah hanya
kepada Allah Swt. tidak mendapatkan respon yang baik dari umatnya, Nabi Ibrahim as. lalu
mengatur cara bagaimana melakukan dakwah secara cerdas dan lebih efektif. Maka, saat seluruh
penduduk negeri termasuk Raja Namrud pergi untuk berburu, Nabi Ibrahim a.s. lalu masuk ke
dalam kuil penyembahan berhala kemudian menghancurkan semua berhala yang ada dengan
sebuah kapak besar yang telah disiapkannya. Semua berhala hancur kecuali berhala yang paling
besar yang sengaja ia sisakan. Pada berhala besar itu, Nabi Ibrahim a.s. menggantungkan kapak
di leher berhala terbesar tersebut. Sekembalinya dari perburuan, Raja Namrud dan semua
penduduk negeri terkejut luar biasa. Mereka dengan sangat marah mencari tahu siapa yang telah
berani melakukan perbuatan tersebut. Mengetahui bahwa Ibrahimlah satu-satunya lelaki yang
tidak ikut serta dalam perburuan, Raja Namrud memerintahkan tentaranya untuk memanggil dan
menangkap Ibrahim untuk dihadapkan kepadanya. Di hadapan Raja Namrud, Ibrahim berdiri
dengan tegak dan penuh percaya diri. “Hai Ibrahim, apakah engkau yang menghancurkan
berhala-berhala itu?” tanya Raja Namrud. “Tidak, saya tidak melakukannya,” jawab Ibrahim as.
“Jangan mengelak, wahai Ibrahim, bukankah kamu satu-satunya orang yang berada di negeri saat
yang lainnya pergi berburu?” sergah Raja Namrud. “Sekali lagi tidak! Bukan aku yang
melakukannya, melainkan berhala besar itu yang melakukannya,” jawab Ibrahim as. dengan
tenang. Mendengar pernyataan Nabi Ibrahim as, Raja Namrud marah seraya berkata, “Mana
mungkin berhala yang tidak dapat bergerak engkau tuduh menghancurkan berhala lainnya?”
Mendengar pertanyaan Raja Namrud, Ibrahim as. tersenyum kemudian berkata, “Sekarang anda
tahu dan anda yang mengatakannya sendiri bahwa berhala itu tidak dapat bergerak dan
memberikan melakukan apa-apa. Lalu, mengapa ia engkau sembah?” Mendengar jawaban
Ibrahim as. yang tidak disangka-sangka, Namrud terhenyak dan Namrud sebetulnya menyadari
hal tersebut. Namun, karena kebodohan dan kesombongannya, Namrud tetap saja tidak
memedulikan jawaban dari Ibrahim as. Ia kemudian memerintahkan kepada tentaranya untuk
membakar Ibrahim hidup-hidup sebagai hukuman atas perlakuannya kepada berhala-berhala
yang mereka sembah. Kisah Nabi Ibrahim as. Mencari Kebenaran Tuhan Setelah semua
persiapan untuk membakar Ibrahim as. telah lengkap, dilemparkanlah Nabi Ibrahim ke dalam api
yang berkobar dan panas. Apa yang terjadi selanjutnya? Allah Swt. menunjukkan
kemahakuasaan-Nya dengan meminta api agar menjadi dingin untuk menyelamatkan Ibrahim as.
Maka, api pun dingin sehingga Ibrahim as. tidak terluka sedikit pun karenanya. Itulah mu’jizat
terbesar yang diterima oleh Nabi Ibrahim, yaitu tidak terluka saat dibakar dengan api membara
yang sangat panas.

Sumber: http://kisahimuslim.blogspot.co.id/2014/09/kisah-nabi-ibrahim-as-mencari-
kebenaran.html
Cerita Nabi ibrahim As Mencari Tuhan kemudian Menemukan Alloh

Ketika Nabi ibrahim as masih anak-anak, dia dapat merasakan kesesatan kaummnya yang
menyembah berhala. Lalu Nabi ibrahim merenung dan berfikir, siapa kah Tuhan yang
sebenarnya? Pada suatu malam, nabi ibrahim as kagum akan bintang-bintang yang ada di langit.
Ia menganggap bahwa itu adalah Tuhan. Namun kemudian ia kecewa ternyata bulan lebih besar
dari pada bintang. Ia menganggap pula bahwa bulan adalah Tuhannya yang sebenarnya. Namun
ketika menjelang pagi Nabi ibrahim terkejut karena bintang dan rembulan yang semalam
diyakini sebagai Tuhan ternyata lenyap dari pandangan. Nabi Ibrahim as pun kecewa lagi.

Lalu muncul pula matahari yang bersinar lebih terang dan besar. Ia mengganggap bahwa
matahari itula Tuhannya. Sekali lagi Nabi Ibrahim as kecewa karena matahari juga hilang karena
malam tiba. Akhirnya nabi ibrahim as mengetahui bahwa ALlah adalah satu-satunya Tuhan yang
berhak disembah.

Ayah Nabi Ibrahim as adalah seseorang yang bekerja sebagai pemahat dan pedagang patung.
Nabi Ibrahim as sebagai calon rasul dan pesuruh Allah yang akan membawa pelita kebenaran
kepada kaumnya, jauh jauh telah diilhami akal sehat dan fikiran tajam serta kesadaran bahwa apa
yang telah diperbuat oleh kaumnya termasuk ayahnya sendiri adalah pebuatan yang sesat yang
menandakan kebodohan dan bahwa persembahan kaumnya kepada patung-patung itu adalah
perbuatan mungkar yang harus diberantas dan diperangi agar mereka kembali kepada
persembahan yang benar ialah persembahan kepada Tuhan Yang MAha Esa, Tuhan pencipta
alam semesta ini.

Semasa remajanya, nabi ibrahim as sering disuruh ayahnya keliling kota menjajakan patung-
patung buatannya namun karena iman dan tauhid yang telah diilhamkan oleh Tuhan kepadanya
ia tidak bersemangat untuk menjajajakn baran-barang itu.

Nabi Ibrahim melihat bukti kekuasaan Alloh

Nabi ibrahim yang sudah berketatapan hati hendak memerangi syirik dan persembahan berhala
yang terjadi dalam masyarakat kaumnya ingin lebih dahulu mempertebalkan iman dan
keyakinannya, menentramkan hatinya serta membersihkannya dari keragu-raguan yang mungkin
sesekali mengganggu pikirannya degan memohon kepada Allah agar diperlihatkan kepadanya
bagaimana Dia menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah mati. Berserulah ia kepada
ALlah : “Ya Tuhanku! Tunjukkanlah kepadaku bagaimana engkau mengidupkan makhluk-
makhluk yang sudah mati.” Allah menjawab seruannya dengan berfirman : Tidaklah engkau
beriman dan percaya kepada kekuasaan-Ku ? “Nabi Ibrahim menjawab : “Benar, wahai
Tuhanku, aku telah beriman dan percaya pada Mu dan kepada kekuasaan-Mu, namun aku ingin
sekali melihat itu dengan mata kepalaku sendiri, agar aku dapat mendapat ketentraman dan
ketenangan dan hatiku dan agar kami menjadi tebal dan kukuh keyakinanku kepada-Mu dan
kepada kekuasaan Mu.

Allah mengabulkan permohonan Nabi Ibrahim as lalu diperintahkanlah ia menangkap empat


ekor burung lalu setelah memperhatikan dan meneliti bagian tubuh-tubuh burung itu,
memotongnya menjadi berkeping-keping mencampur baurkan kemudian tubuh burung yang
sudah hancur luluh dan bercampur baur itu diletakkan di atas puncak setiap bukti dari
empat bukit yang letakknya berjauhan satu dari yang lain.

Setelah dikerjakan apa yang telah diisyaratkan oleh Allah itu, diperintahkanlah Nabi Ibrahim as
memangil burung-burung yang telah terkoyak koyak tubuhnya dan terpisah jauh tiap-tiap bagian
tubuh burung dari bagian yang lain.

Dengan izin Allah dan kuasa-Nya datanglah beterbangan empat ekor burung itu dalam keadaan
utuh bernyawa seperti sediakala begitu mendengar seruan dan panggilan nabi ibrahim as
kepadanya lalu hinggaplah empat burung yang hidup kembali itu didepannya, dilihat dengan
mata kepalanya sendiri bagaimana Allah Yang Maha Berkuasa dapat menghidupkan kembali
makhluk-Nya yang sudah mati sebagaimana Dia menciptakannya dari sesuatu yang tidak. Dan
dengan demikian tercapailah apa yang diinginkan oleh Nabi Ibrahim as untuk menetramkan
hatinya dan menghilangkan kemungkinan ada keraguan di dalam iman dan keyakinannya, bahwa
kekuasaan dan kehendak Allah tidak ada sesuatu pun di langit atau di bumi yang dapat
menghalangi atau menentangnya dan hanya kata “kun” yang difirmankan oleh-Nya maka
terjadilah akan apa yang dikehendakinya “Fayakun”

Kisah Nabi Ibrahim Mencari Tuhan ~ Dalam diri nabi Ibrahim telah terpancang bahwa berhala-berhala
itu pasti bukan Tuhan. Ia sangat meyakini bahwa penyembahan berhala adalah perbuatan yang sesat.
Kemudian timbul pertanyaaan dalam pikiran nabi Ibrahim “Siapa Tuhan yang menciptakan langit dan
bumi serta isinya” ?

Nabi Ibrahim sering kali menmyendiri untuk mencari Tuhannya, Ia tidak ingin terpengaruh oleh
kesesatan penduduk Babilonia, pada suatu malam nabi Ibrahim mengasingkan diri karena
kekagumannya pada bintang-bintang di langit, ia berkata “Inilah Tuhanku“. Lama kelamaan bintang-
bintang itu menghilang nabi Ibrahim berkata “Aku tidak suka pada sesuatu yang tenggelam”. Kemudian
muncul bulan di langit nabi Ibrahim pun berkata, “Inilah Tuhanku” Ketika malam berganti pagi bulan
juga menghilang. Setelah itu nabi Ibrahim berkata “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk
kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.”

Pada siang hari lagi nabi Ibrahim melihat matahari yang cahayanya menyilaukan berkata lagi. “Inilah
Tuhanku” karena cahayanya lebih terang dan besar dari pada sebelumnya”. Saat hari telah petang,
matahari itu tenggelam. Keyakinan terhadap matahari pun menjadi sirna. Nabi Ibrahim tidak meyakini
benda-benda yang dilihat itu sebagai Tuhannya. Selanjutnya Nabi Ibrahim berkata kepada kaumnya,
“Hai Kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan, sesungguhnya aku
menghadapkan diri kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama
yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan” (Quran dalam
surat Al- An’aam ayat 78 – 79). Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari
dan bulan bukan untuk disembah, tetapi sembahlah Allah, zat yang menciptakan semua itu, jika kamu
hendak beribadah secara benar. (Al- Quran surat Fushshilat ayat 37).

Nabi Ibrahim Berdakwah Kepada Ayahnya

Nabi Ibrahim tumbuh di lingkungan masyarakat yang menyembah berhala. Masyarakat termasuk ayah
nabi Ibrahim benar-benar telah tersesat, dan mereka menyembah berhala yang mereka ciptakan
sendiri. Nabi Ibrahim yang telah mengetahui kebenaran ingin mengajak meraka untuk hanya
menyembah Allah Swt. Pada awalnya nabi Ibrahim berdakwah kepada ayahnya, ia tidak ingin ayahnya
berada dalam kesesatan selamanya. Pada suatu ketika nabi Ibrahim mengajak ayahnya berbicara,
dengan perkataan yang lemah dan lembut, ia memberikan pengertian dan pemahaman tentang Allah
Swt kepada ayahnya. Nabi Ibrahim menyuruh ayahnya agar menyembah kepada Allah Swt, namun ayah
nabi Ibrahim menolaknya mentah-mentah. Nabi Ibrahim tidak berputus asa terhadap penolakan
ayahnya, ia tetap berjanji akan mengeluarkan ayahnya dari kesesatan dan juga selalu berdoa agar
ayahnya mendapat petunjuk khusus dari Allah swt.

Pada suatu ketika nabi Ibrahim berkata kepada ayahnya “wahai ayahku, mengapa kamu menyembah
sesuatu yang mendengar, tidak melihat, dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun”? Wahai ayahku,
sesungguhnya telah datang kepadaku sebagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu maka
ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang baik dan lurus. Wahai ayahku,
janganlah kamu menyembah setan, sesungguhnya setan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha
Pemurah. “Wahai ayahku, sesungguhnya aku khawatir, kamu akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha
Pemurah, maka kamu akan menjadi teman setan”.

“Ayah nabi Ibrahim menjawab, Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim? Jika kamu tidak
berhenti, niscaya kamu akan kurajam, dan tinggalkan aku untuk waktu yang cukup lama”. Nabi Ibrahim
tetap tenang, sekalipun ayahnya sangat marah kepadanya, ia berkata ”Semoga keselamatan
dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku, sesungguhnya dia
sangat baik kepadaku”. Setelah itu, nabi Ibrahim pergi dari rumahnya, ia meninggalkan ayahnya dengan
perasaan sedih karena tidak berhasil mengajak ayahnya menyembah kepada Allah Swt semata-mata.

Nabi Ibrahim Bertemu Ayahnya Pada Hari Kiamat

Pada suatu ketika, Rasulullah Saw, bersabda bahwa nabi Ibrahim bertemu dengan ayahnya, Azar pada
hari kiamat. Pada saat itu wajah Azar penuh dengan noda hitam dan debu. Kemudian nabi Ibrahim
bertanya kepadanya, “Bukankah aku telah memperingatkan engkau agar tidak menentang ajakanku”?
Ayahnya menjawab, sekarang aku tidak menentangmu. Kemudian nabi Ibrahim memanjatkan doa, Ya
Rabbi, sesungguhnya Engkau menjanjikan kepada hamba bahwa engkau tidak akan menghinakan hamba
pada hari mereka dibangkitkan. Maka kehinaan apakah yang lebih hina dari pada ayah hamba yang jauh
dari rahmat-Mu” ?

Allah Azza wa Jalla menjawab, “Sesungguhnya aku mengharamkan surga bagi orang-orang kafir”.
Kemudian Allah berfirman kepada nabi Ibrahim. “hai Ibrahim ada apa di bawah telapak kakimu”? Nabi
Ibrahim pun melihat ternyata ada bangkai biawak berlumuran kotoran, kemudian diambil kerangkanya
dan dilemparkan kedalam neraka. Nabi Ibrahim melihat Azar telah berubah menjadi seekor biawak yang
berlumuran kotoran, hal ini menggambarkan bahwa biawak adalah binatang yang paling bodoh.
Sementara itu menentang nasihat nabi Ibrahim as, dan mengikuti tipu daya setan merupakan
kebodohan yang paling nyata. [Dunia Nabi]

Kisah Nabi Ibrahim Mencari Tuhan

Sewaktu Nabi Ibrahim mnecari tuhannya (Tuhan Allah SWT), banyaklah peristiwa-peristiwa
yang dialaminya, misalnya ; ketika malam telah gelap beliau telah melihat sebuah bintang yang
bergemerlap, lalu Ibrahim menyangka bahwa itulah Tuhannya. Dan tatkala bintang itu lenyap
(tenggelam), maka hilanglah prasangkanya. Kemudian beliau melihat bulan yang memancarkan
sinar terang, maka beliau bahwa itu adalah Tuhan. Setelah bulan itu tenggelam maka hilanglah
perasangkaannya. Kemudian beliau melihat matahari yang bersinar terang, lalu beliau
menyangka bahwa matahari itu sebagai Tuhan manusia yang dapat menerangi di dunia dengan
jelas. Tatkala matahari terbenam dari permukaan bumi, maka hilanglah prasangkanya dan beliau
yakin bahwa matahari bukanlah Tuhan yang harus disembah oleh manusia.

Dengan berbagai macam cara yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dalam mencari Tuhan. (Allah
SWT), maka Nabi Ibrahim dapat mempergunakan akal pikirannya untuk mencari kebenaran
disertai dengan hidayah dari Allah, Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan yang menciptakan alam
beserta isinya termasuk dirinya, Tuhan yang tidak akan lenyap dan hancur, bahkan Dialah yang
melenyapkan dan menghancurkan alam beserta isinya.

Setelah Nabi Ibrahim menemukan Tuhannya (Allah SWT), lalu beliau menghadapkan dirinya
kepada Allah SWT (yang menciptakan langit dan bumi) dan cenderung kepada agama yang
benar. Baru kemudian mengajak dan menyerukan kepada kaumnya agar meninggalkan
penyembahan-penyembahan terhadap Allah Tuhan Yang Maha Esa. Akan tetapi ajakan dan
seruan Nabi Ibrahim mendapat bantahan dari kaumnya.

‫ت‬ ِ ‫س َم َاوا‬ َّ ‫ِيم َملَ ُكوتَ ال‬ َ ‫)و َكذَلِكَ نُ ِري ِإب َْراه‬ َ ٧٤( ‫ين‬ ٍ ‫ضال ٍل ُم ِب‬ َ ‫صنَا ًما آ ِل َهةً ِإ ِّنِي أ َ َراكَ َو َق ْو َمكَ فِي‬ ْ َ ‫َو ِإ ْذ َقا َل ِإب َْراهِي ُم أل ِبي ِه آزَ َر أَتَت َّ ِخذ ُ أ‬
َ ُ
‫)فَل َّما َرأى‬٧٦( َ‫)فَل َّما َج َّن َعل ْي ِه الل ْي ُل َرأى ك َْو َكبًا قَا َل َهذا َربِِّي فَل َّما أفَ َل قَا َل ال أ ِحبُّ اآلفِلِين‬٧٥( َ‫ض َو ِليَ ُكونَ ِمنَ ْال ُموقِنِين‬
َ َ َ َ َ َّ َ َ ِ ‫األر‬
ْ ‫َو‬
‫از َغةً قَا َل َهذَا َر ِبِّي‬ ِ َ َ ‫ب‬ ‫س‬ ‫م‬
ْ َّ
‫ش‬ ‫ال‬ ‫ى‬ َ ‫أ‬ ‫ر‬ َ َّ ‫ا‬ ‫م‬َ ‫ل‬ َ ‫ف‬ ) ٧٧ ( َ‫ن‬ ‫ي‬ ِّ ‫ل‬
ِ ‫َّا‬
‫ض‬ ‫ال‬ ‫م‬
ِ ْ‫و‬ َ ‫ق‬ ‫ال‬ْ َ‫ن‬ ‫م‬
ِ َّ
‫َن‬ ‫ن‬ ‫و‬ ُ
‫ك‬ ‫أل‬ ‫ِّي‬ ‫ب‬
َِ ‫ر‬ ‫ي‬ ‫ن‬
ِ ‫د‬
ِ ‫ه‬ ‫ي‬
َْ ْ ‫م‬ َ ‫ل‬ ْ
‫ن‬ ‫ئ‬
ِ َ ‫ل‬ ‫ل‬
َ ‫ا‬ َ ‫ق‬ ‫ل‬ َ َ ‫ف‬ َ ‫أ‬ ‫ا‬ ‫م‬
َّ َ ‫ل‬ َ ‫ف‬ ‫ِّي‬ ‫ب‬
َِ ‫ر‬ ‫ا‬ َ ‫ذ‬ ‫ه‬
َ ‫ل‬
َ ‫ا‬ َ ‫ق‬ ‫ا‬ ً
‫غ‬ ِ َ َ ‫ْالقَ َم‬
‫از‬ ‫ب‬ ‫ر‬
َ
َ‫ض َحنِيفا َو َما أنَا ِمن‬ ً َ ‫األر‬ ْ ‫ت َو‬ ِ ‫س َم َاوا‬ َّ ‫ي ِللذِي فط َر ال‬ َ َ َّ ِّ
َ ‫)إِنِي َو َّج ْهتُ َوجْ ِه‬٧٨( َ‫ت قا َل يَا ق ْو ِم إِنِي بَ ِري ٌء ِم َّما تش ِركون‬ ُ ْ ُ ِّ َ َ ْ ‫َهذَا أ َ ْكبَ ُر فل َّما أفل‬
َ َ َ َ َ
‫ش ْيئًا َو ِس َع َر ِبِّي ُك َّل‬ َ ‫َاف َما ت ُ ْش ِر ُكونَ ِب ِه ِإال أ َ ْن يَشَا َء َر ِبِّي‬ ُ ‫َّللاِ َوقَدْ َهدَانِي َوال أَخ‬ َّ ‫)و َحا َّجهُ قَ ْو ُمهُ قَا َل أَت ُ َحا ُّجونِِّي فِي‬ َ ٧٩( َ‫ْال ُم ْش ِركِين‬
َ َ
‫ي الف ِريقي ِْن‬ ْ َ َ ً َ
ُّ ‫سلطانا فأ‬ ْ ُ َ ْ ِّ
ُ ‫اَّللِ َما ل ْم يُن َِزل بِ ِه َعل ْيك ْم‬ َ ُ ْ ْ َ ُ َّ
َّ ِ‫َاف َما أش َركت ْم َوال تخَافونَ أنك ْم أش َركت ْم ب‬ َ ُ َ ُ ْ ْ َ ُ ‫ْف أخ‬ َ َ ‫)وكي‬ َ َ ٨٠( َ‫ش ْيءٍ ِع ْل ًما أَفَال تَتذك ُرون‬
َّ َ َ َ
‫)وتِلكَ ُح َّجتُنَا آتَ ْينَاهَا‬ ْ َ ٨٢ ( َ‫ُون‬ ‫د‬ َ ‫ت‬‫ه‬ْ ‫م‬ُ ‫م‬ْ ُ
‫ه‬ ‫و‬ َ ُ‫ن‬ ‫األم‬
ْ ‫م‬
ُ ‫ه‬ُ َ ‫ل‬ َ‫ِك‬ ‫ئ‬ َ ‫ل‬ ‫و‬ ُ ‫أ‬ ‫م‬
ٍ ْ
‫ل‬ ُ
‫ظ‬ ‫ب‬
ِ ‫م‬
ْ ‫ه‬
ُ ‫ن‬
َ ‫ا‬ ‫م‬
َ ِ‫ي‬‫إ‬ ‫وا‬ ‫س‬
ُ ‫ب‬
ِ ْ
‫ل‬ ‫ي‬
َ ‫م‬
ْ َ ‫ل‬ ‫و‬َ َ‫وا‬ ُ ‫ن‬‫م‬ ‫آ‬ َ‫ِين‬ ‫ذ‬ َّ ‫ل‬ ‫)ا‬ ٨١ ( َ‫ون‬ ‫م‬
ُ َ ‫ل‬ ‫ع‬
ْ َ ‫ت‬ ‫م‬ ْ ُ ‫ت‬ ْ
‫ن‬ ُ
‫ك‬ ‫ن‬ ْ ‫إ‬ ‫ن‬
ِ ِ ‫م‬
ْ ‫األ‬ ‫ب‬
ِ ُّ
‫ق‬ ‫ح‬
َ َ‫أ‬
)٨٣( ‫ت َم ْن نَشَا ُء إِ َّن َربَّكَ َح ِكي ٌم َع ِلي ٌم‬ ٍ ‫ِيم َعلَى قَ ْو ِم ِه ن َْرفَ ُع دَ َر َجا‬ َ ‫إِب َْراه‬

dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Aazar, “Pantaskah kamu menjadikan
berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam
kesesatan yang nyata.” dan Demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda
keagungan (kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (kami memperlihatkannya) agar Dia
Termasuk orang yang yakin. ketika malam telah gelap, Dia melihat sebuah bintang (lalu) Dia
berkata: “Inilah Tuhanku”, tetapi tatkala bintang itu tenggelam Dia berkata: “Saya tidak suka
kepada yang tenggelam.” kemudian tatkala Dia melihat bulan terbit Dia berkata: “Inilah
Tuhanku”. tetapi setelah bulan itu terbenam, Dia berkata: “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak
memberi petunjuk kepadaKu, pastilah aku Termasuk orang yang sesat.” kemudian tatkala ia
melihat matahari terbit, Dia berkata: “Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar”. Maka tatkala
matahari itu terbenam, Dia berkata: “Hai kaumku, Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang
kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan
langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah Termasuk
orang-orang yang mempersekutukan tuhan. dan Dia dibantah oleh kaumnya. Dia berkata:
“Apakah kamu hendak membantah tentang Allah, Padahal Sesungguhnya Allah telah memberi
petunjuk kepadaku”. dan aku tidak takut kepada (malapetaka dari) sembahan-sembahan yang
kamu persekutukan dengan Allah, kecuali di kala Tuhanku menghendaki sesuatu (dari
malapetaka) itu. pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka Apakah kamu tidak dapat
mengambil pelajaran (daripadanya) ?” bagaimana aku takut kepada sembahan-sembahan yang
kamu persekutukan (dengan Allah), Padahal kamu tidak mempersekutukan Allah dengan
sembahan-sembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujjah kepadamu untuk
mempersekutukanNya. Maka manakah di antara dua golongan itu yang lebih berhak memperoleh
keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui? orang-orang yang beriman dan tidak
mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat
keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. dan Itulah hujjah Kami
yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang
Kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha
mengetahui. (Q.S. Al-An’Am: 74-83).

Anda mungkin juga menyukai