Pendarahan Post-Partum
Oleh :
Yusdani, S.Ked
NIM. I4A012070
Pembimbing :
BANJARMASIN
Maret, 2017
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
500 cc pada persalinan pervaginam dan tidak lebih dari 1000 cc pada sectio cesarea.
Perlu diingat bahwa perdarahan yang terlihat pada waktu persalinan sebenarnya
menyebabkan perdarahan yang lebih banyak, harus diingat kalau narkotik akan
Risiko kematian ibu karena adanya komplikasi pada masa kehamilan dan proses
persalinan yang sering terjadi adalah perdarahan, eklamsia, partus lama, komplikasi
aborsi, dan infeksi. Sebagian besar kasus perdarahan terjadi karena retensio plasenta
yang merupakan salah satu penyebab utama tingginya angka kematian ibu.3
sedangkan pada egara berkembang bisa mencapai 28% dari persalinan dan menjadi
masalah utama dalam kematian ibu. Penyebabnya 90% dari atonia uteri, 7% robekan
jalin lahir, sisanya dikarenakan retensio plasenta dan gangguan pembekuan darah 3
Negara telah diperkiraan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan. Setiap
1
postpartum primer yaitu perdarahan pasca persalinan yang terjadi dalam 24 jam
pertama kelahiran.4
Menurut Kementerian Kesehatan RI tahun 2010, tiga faktor utama kematian ibu
melahirkan adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%), dan infeksi (11%). Anemia
dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama
terjadinya perdarahan dan infeksi yang merupakan faktor utama kematian ibu.
Menurut data WHO, di berbagai negara paling sedikit seperempat dari seluruh
kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, proporsinya berkisar antara kurang dari 10
Menurut WHO, negara yang berkembang memiliki angka kematian ibu 25%
kematian ibu itu disebabkan oleh Perdarahan Post Partum. Terhitung lebih dari
pertahun.7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
A. Perdarahan Post Partum
1. Definisi
atau lebih yang terjadi setelah anak lahir. Perdarahan dapat terjadi sebelum, selama,
Persalinan adalah perdarahan 500 cc atau lebih yang terjadi setelah plasenta lahir. 1
2. Epidemiologi
a. Insiden
pada kehamilan, dan hampir semua tranfusi pada wanita hamil dilakukan untuk
maternal hal ini disebabkan kurangnya tenaga kesehatan yang memadai, kurangnya
3. Etiologi
3
Banyak faktor potensial yang dapat menyebabkan hemorrhage postpartum,
perlukaan jalan lahir, retensio plasenta, sisa plasenta, kelainan pembekuan darah.10
Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus gagal untuk berkontraksi dan
mengecil sesudah janin keluar dari rahim. Perdarahan postpartum secara fisiologis di
pembuluh darah yang mensuplai darah pada tempat perlengketan plasenta. Atonia
uteri terjadi ketika myometrium tidak dapat berkontraksi. Pada perdarahan karena
atonia uteri, uterus membesar dan lembek pada palpusi. Atonia uteri juga dapat
timbul karena salah penanganan kala III persalinan, dengan memijat uterus dan
terlepas dari uterus. Atonia uteri merupakan penyebab utama perdarahan postpartum.
infeksi puerperal karena daya tahan penderita berkurang. Perdarahan yang banyak
bisa menyebabkan “ Sindroma Sheehan “ sebagai akibat nekrosis pada hipofisis pars
anterior sehingga terjadi insufiensi bagian tersebut dengan gejala : astenia, hipotensi,
fungsi seksual dengan atrofi alat-alat genital, kehilangan rambut pubis dan ketiak,
4
c. Uterus yang teregang berlebihan :
1) Kehamilan kembar
3) polyhydramnion
e. Portus lama
i. Plasenta previa,
j. Solutio plasenta,
b. Tissue
a. Retensio plasenta
b. Sisa plasenta
Apabila plasenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir, hal itu dinamakan
retensio plasenta. Hal ini bisa disebabkan karena plasenta belum lepas dari dinding
uterus atau plasenta sudah lepas akan tetapi belum dilahirkan. Jika plasenta belum
lepas sama sekali, tidak terjadi perarahan, tapi apabila terlepas sebagian maka akan
5
– Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vilis komalis menembus
perkreta ).
Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar
disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan
kala III. Sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang
retensio sisa plasenta. Hal ini bisa digunakan jika perdarahan beberapa jam setelah
persalinan ataupun pada late postpartum hemorraghe. Apabila didapatkan cavum uteri
c. Trauma
Sekitar 20% kasus hemorraghe postpartum disebabkan oleh trauma jalan lahir :
a. Ruptur uterus
b. Inversi uterus
d. Vaginal hematom
Ruptur spontan uterus jarang terjadi, faktor resiko yang bisa menyebabkan
antara lain grande multipara, malpresentasi, riwayat operasi uterus sebelumnya, dan
persalinan dengan induksi oxytosin. Repture uterus sering terjadi akibat jaringan
parut section secarea sebelumnya. Laserasi dapat mengenai uterus, cervix, vagina,
atau vulva, dan biasanya terjadi karena persalinan secara operasi ataupun persalinan
6
pervaginam dengan bayi besar, terminasi kehamilan dengan vacuum atau forcep,
walau begitu laserasi bisa terjadi pada sembarang persalinan. Laserasi pembuluh
darah dibawah mukosa vagina dan vulva akan menyebabkan hematom, perdarahan
akan tersamarkan dan dapat menjadi berbahaya karena tidak akan terdeteksi selama
beberapa jam dan bisa menyebabkan terjadinya syok. Episiotomi dapat menyebabkan
perdarahan yang berlebihan jika mengenai artery atau vena yang besar, jika episitomi
luas, jika ada penundaan antara episitomi dan persalinan, atau jika ada penundaan
Perdarahan yang terus terjadi ( terutama merah menyala ) dan kontraksi uterus
baik akan mengarah pada perdarahan dari laserasi ataupun episitomi. Ketika laserasi
cervix atau vagina diketahui sebagai penyebab perdarahan maka repair adalah solusi
terbaik.13
Pada inversio uteri bagian atas uterus memasuki kavum uteri, sehingga fundus
uteri sebelah dalam menonjol kedalam kavum uteri. Peristiwa ini terjadi tiba-tiba
dalam kala III atau segera setelah plasenta keluar. Inversio uteri dapat dibagi :
– Fundus uteri menonjol kedalam kavum uteri tetapi belum keluar dari ruang
tersebut.
– Uterus dengan vagina semuanya terbalik, untuk sebagian besar terletak diluar
vagina.
Tindakan yang dapat menyebabkan inversion uteri ialah perasat crede pada
korpus uteri yang tidak berkontraksi baik dan tarikan pada tali pusat dengan plasenta
yang belum lepas dari dinding uterus. Pada penderita dengan syok perdarahan dan
7
fundus uteri tidak ditemukan pada tempat yang lazim pada kala III atau setelah
persalinan selesai. Pemeriksaan dalam dapat menunjukkan tumor yang lunak diatas
servix uteri atau dalam vagina. Kelainan tersebut dapat menyebabkan keadaan gawat
– Hipofibrinogenemia,
– Trombocitopeni,
– HELLP syndrome ( hemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet count ),
– Dilutional coagulopathy bisa terjadi pada transfusi darah lebih dari 8 unit
karena darah donor biasanya tidak fresh sehingga komponen fibrin dan
4. Faktor Resiko
faktor resiko paling besar untuk terjadinya hemorraghe postpartum sehingga segala
faktor lain yang perlu kita ketahui karena dapat menyebabkan terjadinya hemorraghe
postpartum :14
a. Grande multipara
8
b. Perpanjangan persalinan
c. Chorioamnionitis
d. Kehamilan multiple
5. Diagnosis
lebih dari 20 minggu, karena apabila umur kehamilan kurang dari 20 minggu disebut
postpartum :15
e. Pembengkakan dan nyeri pada jaringan daerah vagina dan sekitar perineum
sesuai penyebabnya.8 Perdarahan postpartum dapat berupa perdarahan yang hebat dan
menakutkan sehingga dalam waktu singkat ibu dapat jatuh kedalam keadaan syok.
Atau dapat berupa perdarahan yang merembes perlahan-lahan tapi terjadi terus
menerus sehingga akhirnya menjadi banyak dan menyebabkan ibu lemas ataupun
Pada perdarahan melebihi 20% volume total, timbul gejala penurunan tekanan
darah, nadi dan napas cepat, pucat, extremitas dingin, sampai terjadi syok. Pada
9
perdarahan sebelum plasenta lahir biasanya disebabkan retensio plasenta atau laserasi
jalan lahir, bila karena retensio plasenta maka perdarahan akan berhenti setelah
plasenta lahir. Pada perdarahan yang terjadi setelah plasenta lahir perlu dibedakan
sebabnya antara atonia uteri, sisa plasenta, atau trauma jalan lahir. Pada pemeriksaan
obstretik kontraksi uterus akan lembek dan membesar jika ada atonia uteri. Bila
kontraksi uterus baik dilakukan eksplorasi untuk mengetahui adanya sisa plasenta
b. Robekan rahim
c. Plasenta succenturiata
4. Inspekulo : untuk melihat robekan pada cervix, vagina, dan varises yang
pecah.
5. Pemeriksaan laboratorium : bleeding time, Hb, Clot Observation test dan lain-
lain.
disangka akan terjadi perdarahan adalah penting. Tindakan pencegahan tidak saja
10
dilakukan sewaktu bersalin tetapi sudah dimulai sejak ibu hamil dengan melakukan
antenatal care yang baik. Menangani anemia dalam kehamilan adalah penting, ibu-ibu
Persiapan persalinan
Di rumah sakit diperiksa keadaan fisik, keadaan umum, kadar Hb, golongan
darah, dan bila memungkinkan sediakan donor darah dan dititipkan di bank darah.
Pemasangan cateter intravena dengan lobang yang besar untuk persiapan apabila
Persalinan
Setelah bayi lahir, lakukan massae uterus dengan arah gerakan circular atau
maju mundur sampai uterus menjadi keras dan berkontraksi dengan baik. Massae
yang berlebihan atau terlalu keras terhadap uterus sebelum, selama ataupun sesudah
insiden terjadinya retensio plasenta. Hanya saja lebih baik berhati-hati pada pasien
11
dengan kecurigaan hamil kembar apabila tidak ada USG untuk memastikan.
Pemberian oxytocin selama kala tiga terbukti mengurangi volume darah yang hilang
Pada umumnya plasenta akan lepas dengan sendirinya dalam 5 menit setelah
bayi lahir. Usaha untuk mempercepat pelepasan tidak ada untungnya justru dapat
menyebabkan kerugian. Pelepasan plasenta akan terjadi ketika uterus mulai mengecil
dan mengeras, tampak aliran darah yang keluar mendadak dari vagina, uterus terlihat
menonjol ke abdomen, dan tali plasenta terlihat bergerak keluar dari vagina.
Selanjutnya plasenta dapat dikeluarkan dengan cara menarik tali pusat secra hati-hati.
Segera sesudah lahir plasenta diperiksa apakah lengkap atau tidak. Untuk “ manual
sekarang didapatkan perdarahan adalah tidak ada alasan untuk menunggu pelepasan
plasenta secara spontan dan manual plasenta harus dilakukan tanpa ditunda lagi. Jika
30 menit setelah bayi lahir. Apabila dalam pemeriksaan plasenta kesan tidak lengkap,
uterus terus di eksplorasi untuk mencari bagian-bagian kecil dari sisa plasenta. 17
Lakukan pemeriksaan secara teliti untuk mencari adanya perlukaan jalan lahir
yang dapat menyebabkan perdarahan dengan penerangan yang cukup. Luka trauma
ataupun episiotomy segera dijahit sesudah didapatkan uterus yang mengeras dan
7. Perdarahan Postpartum
12
Tujuan utama pertrolongan pada pasien dengan perdarahan postpartum adalah
perdarahan, kesadaran dan tanda-tanda vital pasien. Pastikan dua kateler intravena
ukuran besar (16) untuk memudahkan pemberian cairan dan darah secara bersamaan
Transfusi darah : bisa berupa whole blood ataupun packed red cell
perfusi cairan ke ginjal adekuat bila produksi urin dalam 1jam 30 cc atau
lebih)
Atonia uteri
Periksa ukuran dan tonus uterus dengan meletakkan satu tangan di fundus
uteri dan lakukan massase untuk mengeluarkan bekuan darah di uterus dan vagina.
Apabila terus teraba lembek dan tidak berkontraksi dengan baik perlu dilakukan
massase yang lebih keras dan pemberian oxytocin. Pengosongan kandung kemih bisa
13
kompres bimanual apabila perdarahan masih berlanjut, letakkan satu tangan di
belakang fundus uteri dan tangan yang satunya dimasukkan lewat jalan lahir dan
ditekankan pada fornix anterior. Pemberian uterotonica jenis lain dianjurkan apabila
Sisa plasenta
eksplorasi. Beberapa ahli menganjurkan eksplorasi secepatnya, akan tetapi hal ini
sulit dilakukan tanpa general anestesi kecuali pasien jatuh dalam syok. Jangan
manual removal. Apabila perdarahan masih berlanjut dan kontraksi uterus tidak baik
operasi. 18
berkontraksi dengan baik tapi perdarahan terus berlanjut. Lakukan eksplorasi jalan
lahir untuk mencari perlukaan jalan lahir dengan penerangan yang cukup. Lakukan
diatas puncak luka dan berakhir dibawah dasar luka. Lakukan evaluasi perdarahan
14
setelah penjahitan selesai. Hematom jalan lahir bagian bawah biasanya terjadi apabila
incise dan drainase. Apabila hematom sangat besar curigai sumber hematom karena
Jika manual eksplorasi telah menyingkirkan adanya rupture uteri, sisa plasenta
dan perlukaan jalan lahir disertai kontraksi uterus yang baik mak kecurigaan
Terapi pembedahan
Laparatomi
benarbenar menghentikan perdarahan dan tidak ada perdarahan dalam karena hanya
perlu. Apabila setelah pembedahan ditemukan uterus intact dan tidak ada perlukaan
Ligasi arteri
15
Prosedur sederhana dan efektif menghentikan perdarahan yang berasal dari
uterus karena uteri ini mensuplai 90% darah yang mengalir ke uterus. Tidak ada
dengan mengurangi tekanan darah dan circulasi darah sekitar pelvis. Apabila tidak
o Histerektomi
dari uterus. Total histerektomi dianggap lebih baik dalam kasus ini walaupun subtotal
histerektomi lebih mudah dilakukan, hal ini disebabkan subtotal histerektomi tidak
begitu efektif menghentikan perdarahan apabila berasal dari segmen bawah rahim,
1. Pitocin
a. Onset in 3 to 5 minutes
2. Ergotamine ( Methergine )
b. Onset in 2 to 5 minutes
16
c. Kontraindikasi :Hypertensi
Hypersensitivity
3. Prostaglandin ( Hemabate )
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas
Nama : Ny. NN
Usia : 29 tahun
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Suku : Banjar
17
Tanggal pemeriksaan : 3 Februari 2017
B. Anamnesis
Pasien datang di antar bidan karena pingsan 30 menit yang lalu serta pendarahan
banyak 4 jam SMRS dengan diagnosis P3A1 PP SPT BK. Sebelumnya pasien telah
merah segar, keluar perlahan-lahan serta terus menerus. Pasien kemudian datang ke
bidan. Dari bidan, pasien kemudian di antar ke RSUD Ulin untuk penanganan lebih
lanjut.
Keluhan serupa disangkal pasien. Keluhan lain seperti hipertensi, diabetes mellitus,
Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan serupa maupun riwayat
Riwayat Alergi:
Riwaya Menstruasi:
18
Haid pertama : 12 tahun
Riwayat perkawinan
Riwayat Persalinan
1. 2004/aterm/pervaginam/bidan/laki2/3200 gr/hidup
4. 2017/aterm/pervaginam/bidan/laki2/2600 gr/hidup
C. Pemeriksaan Fisik
2. Kesadaran : somnolen
3. GCS : E3V5M6
4. Tanda vital :
- Pernapasan : 28 x/menit
6. Thorax :
19
- Inspeksi : retraksi (-), simetris
- Perkusi : sonor
- Auskultasi : suara nafas vesikular, jantung S1>S3, murmur (-), gallop (-),
- Perkusi : timpani
- Palpasi : defans muskular (-), undulasi (-), shifting dullnes (-), TFU 2
- VT :
Arah : anterior
konsistensi kenyal
20
- RT
Sfingter ani normal, mukosa licin, nyeri tekan (-), darah pada handscoon (-),
kotoran (-)
E. Pemeriksaan Penunjang
31 Januari 2017
PEMERIKSAAN HASIL
HEMATOLOGI
Hemoglobin 6,7 g/dl
Leukosit 13,0 ribu/ul
Eritrosit 2,48 juta/ul
Trombosit 489 ribu/ul
Hematrokit 20,9 vol %
RDW-CV 16,7 %
MCV, MCH, MCHC
MCV 84,3 fl
MCH 27,0 pg
MCHC 32,0 %
Hitung Jenis
Gran% 65,9 %
Limfosit% 28,4 %
MID% 5,7 %
Gran# 8,7 ribu/ul
Limfosit# 3,7 ribu/ul
MID# 0,8
2 Februari 2017
PEMERIKSAAN HASIL
21
HEMATOLOGI
Hemoglobin 9,1 g/dl
Leukosit 16,5 ribu/ul
Eritrosit 3,22 juta/ul
Trombosit 339 ribu/ul
Hematrokit 28 vol %
RDW-CV 19,1 %
MCV, MCH, MCHC
MCV 84,3 fl
MCH 31,0 pg
MCHC 30,0 %
Hitung Jenis
Gran% 68,9 %
Limfosit% 23,4 %
MID% 5,4 %
Gran# 8,8 ribu/ul
Limfosit# 3,3 ribu/ul
MID# 0,9
5 Februari 2017
PEMERIKSAAN HASIL
HEMATOLOGI
Hemoglobin 9,8 g/dl
Leukosit 14,5 ribu/ul
Eritrosit 3,32 juta/ul
Trombosit 359 ribu/ul
Hematrokit 29,1 vol %
RDW-CV 18,1 %
MCV, MCH, MCHC
MCV 82,3 fl
MCH 31,1 pg
MCHC 29,7 %
Hitung Jenis
Gran% 62,6 %
Limfosit% 24,4 %
MID% 5,2 %
Gran# 8,67 ribu/ul
Limfosit# 3,12 ribu/ul
MID# 1
22
USG 1 Februari 2017
F. Diagnosis
G. Tatalaksana
O2 6 lpm
Pasang kateter
23
Pro transfusi PRC jika Hb < 8 g/dl s/d Hb ≥ 8 g/dl
H. Follow Up
1 Februari 2017
O) TD 110/80 mmHg
N : 89 x/menit
P: 22 x/menit
T : 37,0 oC
A) P3A1 PP SPT BK + late HPP ec sisa placenta + anemia (Hb 6,7 g/dl)
O) TD 120/80 mmHg
N : 87 x/menit
P: 22 x/menit
T : 37,3 oC
24
Flx (+), tidak aktif
A) P3A1 PP SPT BK + late HPP ec sisa placenta + anemia (Hb 6,7 g/dl)
3 Februari 2017
O) TD 120/80 mmHg
N : 87 x/menit
P: 22 x/menit
T : 37,3 oC
4 Februari 2017
25
O) TD 120/70 mmHg
N : 87 x/menit
P: 22 x/menit
T : 37,3 oC
Flx (-),
SF 2 x1 tablet
5 Februari 2017
O) TD 120/80 mmHg
N : 80 x/menit
P: 20 x/menit
T : 36,3 oC
Flx (-),
26
Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
SF 2 x1 tablet
6 Februari 2017
O) TD 120/80 mmHg
N : 87 x/menit
P: 20 x/menit
T : 36,0 oC
Flx (-)
SF 2 x1 tablet
BAB IV
PEMBAHASAN
27
Pada kasus ini, pasien datang dengan keluhan pendarahan pervaginam disertai
keluar darah terjadi sejak 11 hari yang lalu pasca melahirkan. Sehingga pada pasien
Pemeriksaan tanda vital menunjukkan penurunan tekanan darah dan terjadi takikardi,
sehingga dapat disimpulkan pasien ini mengalami syok hemoragik karena disertai
pendarahan pervaginam dan mengalami anemia (Hb 6,7 g/dl). Satu hari setelah
masuk rumah sakit, pasien dilakukan pemeriksaan USG dan ditemukan sisa plasenta
Tindakan pertama yang dilakukan pada pasien adalah perbaikan keadaan umum
Tindakan yang dilakukan berupa pemberian infus RL dua jalur diguyur. Setelah
untuk evaluasi resusitasi cairan. Pemeriksaan darah rutin perlu dilakukan untuk
mengetahui apakah sudah terjadi anemia pada pasien ini atau tidak. Dari hasil lab
ditemukan anemia pada pasien ini dengan Hb 6,7 g/dl. Maka pemberian transfusi dua
kantong PRC perlu dilakukan. Pasien ini juga diberi injeksi metilergometrin malet
yang merupakan obat uterotonika agar kontraksi uterus menjadi baik dengan efek lain
Pada saat dilakukan pemeriksaan USG, pada uterus pasien ditemukan sisa
placenta yang masih menempel. Sehingga pada pasien ini diindikasikan untuk
28
dilakukan kuretase setelah perbaikan keadaan umum serta Hb yang cukup. Setelah
dilakukan kuretase, pada pasien dilakukan pemeriksaan darah rutin untuk melihat
kadar Hb dan juga dilakukan monitor pendarahan selama beberapa hari. Setelah hari
ketiga post kuretase, pasien mengalami perbaikan disertai pendarahan yang sudah
BAB V
PENUTUP
P3A1 PP SPT BK + late HPP et causa sisa placenta + anemia (Hb 6,7 g/dl) + syok
29
hipovolemik. Pasien dirawat oleh Bagian Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUD
Ulin Banjarmasin selama 7 hari dari tanggal 31 Januari sampai 6 Februari 2017.
DAFTAR PUSTAKA
Prawiharjo, 2002.
30
3. Walling, Anne D.. Risk of Hemorrhage and scarring in placenta accreta. USA;
Livingstone, 2002
5. Parisaei, et al. Obstetrics and gynaecology. Edisi 2. London; Elsevier, 2008.
6. Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008. Jakarta;
1994.
9. Karkata MK, et al. Perdarahan Paska Persalinan. Dalam : Ilmu kebidanan. Edisi
RI, 2010
11. Mochtar R, et al. Sinopsis obstetri. Jakarta; ECG, 2012
12. Wardana G A. Faktor Resiko Plasenta Previa. Dalam CDK. 2007.
13. Manuaba, Gede IB. Pengantar Kuliah Obstetric. Jakarta; EGC, 2007
14. Uryani. Hubungan Karakteristik Ibu Bersalin dan Antenatal Care dengan
31