04
JUDUL : PERENCANAAN STIMULASI Halaman : 1 / 54
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Perekahan Hidraulik
1. TUJUAN
Menentukan besarnya:
1. Laju injeksi fluida peretak (qt)
2. Volume injeksi total (V)
3. Luas rekahan yang terjadi (A)
4. Berat bahan pengganjal (S)
5. Tekanan injeksi di permukaan (Ps)
6. Daya kuda yang diperlukan (Hh)
7. Perbandingan Produktivitas sumur setelah peretakan (PR).
3. LANGKAH KERJA
3.1 METODE LANGSUNG
1. Siapkan data pendukung:
- Laju injeksi (qi) dan volume fluida peretak yang dibutuhkan (V) pada daerah tersebut dan
pengalaman yang telah lalu.
- Kedalaman sumur (D)
- Jenis fluida peretak yang akan digunakan
- Gravity minyak
- Bahan pengganjal yang akan digunakan
- Lebar rekahan yang diharapkan (W)
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK PRODUKSI NO : TP.05.04
JUDUL : PERENCANAAN STIMULASI Halaman : 2 / 54
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Perekahan Hidraulik
π
X =2C t
W
7. Berdasarkan Gambar 1, tentukan Efisiensi peretakan (Eff)
8. Tentukan luas bidang rekahan yang terjadi :
q1 + Eff
A= (5)
W
9. Tentukan berat bahan pengganjal yang diperlukan untuk mengisi 1 ft2 rekahan:
S = (Volume/Satuan Luas Rekahan)
( do − di ) = de
2 2 2
f L ρ υ2
∆Pf =
25.80 d (15)
Baca f dari Gambar 3.
20. Kehilangan tekanan setelah dikoreksi terhadap line efficiency
∆Pf
∆Pfc = (16)
( 0.90 ) 2
21. Tentukan tekanan injeksi di permukaan :
Ps = Pt + ∆Pfc - ∆Ps (17)
22. Tentukan Daya Kuda yang diperlukan :
Hh = 0.0245 Ps qt (18)
23. Dari Gambar 4, tentukan kf, dan kemudian hitung
kf W
kh
24. Tentukan Productivity Ratio dari Gambar 5.
3. 2. METODE PENJAJALAN
1. Siapkan data pendukung:
- PR sumur yang ditargetkan setelah operasi peretakan dilakukan.
- Kedalaman sumur
- Jenis fluida peretak
- Gravity fluida peretak
- Kemiringan kurva fluid loss (m)
- Luas kertas saring
- Viskositas minyak pada kondisi sumur (µo)
- Bahan pengganjal
- Lebar rekahan (W)
- Permeabilitas formasi rata-rata (k)
- Tebal lapisan (h)
- Tekanan statik dasar sumur (Pst)
- Temperatur sumur rata-rata (Ts)
- Ukuran casing dan tubing
πt
X = 2C (25)
W
8.Tentukan Efisisensi peretakan
WA(t )
Eff = (26)
qi t
10. Tentukan harga t menggunakan persamaan di atas dan Gambar 1.
11. Tentukan volume fluida peretak yang diperlukan menurut :
V=q t (27)
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK PRODUKSI NO : TP.05.04
JUDUL : PERENCANAAN STIMULASI Halaman : 6 / 54
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Perekahan Hidraulik
( do − di ) = de
2 2 2
f L ρ υ2
∆Pf =
25.80 d (15)
21. Tentukan tekanan injeksi di permukaan
Ps = Pt + ∆Pfc - ∆Ps (16)
22. Tentukan Daya Kuda yang diperlukan :
Hh = 0.0245 Ps qt (17)
Perhitungan diulangi untuk harga q yang lain dan tentukan harga V dan Hh.
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK PRODUKSI NO : TP.05.04
JUDUL : PERENCANAAN STIMULASI Halaman : 7 / 54
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Perekahan Hidraulik
4. DAFTAR PUSTAKA
1. Economides, M. J., A. Daniel Hill, Christine Ehlig-Economides: “Petroleum Production
System”, Prentice Hall Inc, Bab XVI dan XVII.
2. Craft, B.C., Holden, W. R. and Graves Jr, E. D.: “Well Design, Drilling and Production”.
Prentice Hall Inc, Bab VIII, hal 483 – 553.
3. Alien, T, O, and Roberts. A, P.: “Production Operation 2”, OGCI Bab VIII, a1 141-166.
4. Howard & Fast: “Hydraulic fracturing”, SPE Monograph.
5. DAFTAR SIMBOL
A = luas (acres)
C = kompresibilitas
Cf = Kompresibilitas fluida (psi"1)
d = diameter (inch)
do = diameter luar (inch)
di = diameter dalam (inch)
D = kedalaman (ft)
Gf = gradien rekah (psi/ft)
h = tebal formasi
Hh = daya kuda (Hp)
k = permeabilitas formasi (md)
kf = permeabilitas rekaban (md)
L = panjang (ft)
m = kemiringan kurva fluid loss (Cm3/fmin)
P = tekanan (psi)
Pst = tekanan statik dasar sumur (psi)
Ps = tekanan injeksi di permukaan (psi)
PR = Productivity Ratio
q = laju alir (bbl/min)
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK PRODUKSI NO : TP.05.04
JUDUL : PERENCANAAN STIMULASI Halaman : 8 / 54
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Perekahan Hidraulik
Huruf Yunani
γ = specific gravity .
ρ = Kerapatan jenis [density) (Ib/gal)
φ = porositas (fraksi)
µ = viskositas (md)
6. LATAR BELAKANG
Hydraulic fracturing mulai populer sekitar 1948 dan sejak tahun 1980 keatas mulai
meningkat kembali karena dimulai penggunaan pada formasi yang permeabilitas yang besar. Pada
saat ini Hydraulic fracturing bukan saja digunakan untuk meningkatkan produksi dengan menembus
zone damage dan meningkatkan permeabilitas, tetapi juga untuk menahan fines atau produksi pasir
pada formasi berpermeabilitas besar.
Pada masa lalu pemompaan fracturing fluid dari 1000 – 3000 gallon, pada masa sekarang
pemompaan bisa dari dari 500 gal sampai 1 juta gal dan proppant dari 15000 lb sampai 9.2 juta lb.
Kenaikan produktivitas bisa sampai 3 bahkan 10 kalinya kalau terdapat damage.
Jika overburden adalah harga absolut, yang dialami oleh batuan maupun fluida di pori-pori
batuan, maka efektif stressnya (σv ) adalah :
σv’ = σv - αP (6.2)
Stress efektif horizontal dapat dinyatakan dengan persamaan :
' v ' '
σH = σ v = σ H min (6.3)
1− v
sehingga stress horisontalnya dapat dinyatakan dengan persamaan :
'
σ H = σ H + αP (6.4)
dan stress minimum absolutnya adalah :
'
σ H min = σ H min + αP (6.5)
sedang stress absolut minimumnya adalah :
'
σ H max = σ H min + σ tect (6.6)
Dengan melihat adanya stress-stress tersebut, maka dimungkinkan arah rekahan dapat terjadi
secara vertikal, horisontal, maupun menyudut. Untuk menentukan arah rekahan tersebut dapat
dilakukan sebagai berikut :
1. Jika gradien rekah (Gf) < 0.95 psi/ft, maka arah rekahan terjadi secara vertikal.
2. Jika gradien rekah (Gf) > 1.1 psi/ft, maka arah rekahan terjadi secara horisontal.
3. Jika gradien rekah (Gf), harganya diantara 0.95 -1.1 psi/ft, maka arah rekahan yang terjadi
menyudut.
Parameter-parameter lain yang termasuk daiam mekanika batuan antara lain :
1. Young modulus (E), merupakan kemiringan di daerah linier pada grafik stress vs strain.
2. Plane strain Modulus (E' ) dinyatakan dengan persamaan :
E
E' = (2.7)
1− v
3. Shear stress (G) dinyatakan dengan persamaan :
E
G= (2.8)
2(1 + v )
Bingham Plastic
Shear stress
Power Law
Newtonian
Shear Rate
Gambar 6.3 Harga-harga Shear Rate vs Shear Stress
Sedangkan Gambar 6.4 memperlihatkan hubungan antara shear rate dan shear stress
untuk fluida power law pada skala linear dan log-log. Untuk fluida perekah yang berlaku
adalah power law.
Gambar 6.4 Plot Fluida Power Law Pada Skala Linear dan Log-log
Berdasarkan pendekatan jenis fluida power law, maka besarnya apparent viskosity atau
viskositas sebenarnya dapat ditentukan dengan persamaan :
47800 K '
µa = (6.12)
γ 1− n
dengan :
n'
3n' + 1
K = K
'
'
untuk pipa (lb-secn/ft2)
4n
n'
2n ' + 1
K = K
'
'
untuk annulus (lb-secn/ft2)
3n
6.3.2 Fluid Loss (Leak-Off)
Kehilangan fluida adalah terjadinya aliran fluida perekah masuk ke dalam batuan.
Secara umum leak-off yang berlebihan dapat disebabkan oleh ketidakseragaman (heterogenity)
reservoirnya, seperti adanya rekahan alamiah (natural fissures).
Cooper eet al. Memperkenalkan harga koefisien leak-off total (Ct) yang terdiri dari tiga
mekanisme yang terpisah, yaitu :
• Viskosity controlled (Cµ), adalah suatu kehilangan fluida yang dipengaruhi oleh
viskositas. Penentuan besarnya harga Cµ dapat dilakukan dengan persamaan :
kφ∆P
C µ = 0.0469 (6.13)
µi
• Wall building mechanism (Cw). Terbentuk dari residu polimer di dinding formasi
yang menghalangi aliran masuk ke dalam batuan. Besarnya harga Cw tidak dapat
dihitung dan harus diukur di laboratorium. Gambar (6.4) memperlihatkan
hubungan antara volume filtrat komulatif terhadap waktu hasil analisis
laboratorium. Di mana besarnya Cw merypakan kemiringan pada daerah linear.
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK PRODUKSI NO : TP.05.04
JUDUL : PERENCANAAN STIMULASI Halaman : 15 / 54
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Perekahan Hidraulik
m = Cw x Area/0.0164
Cumulative Filtrate Volume
Time (min)
Gambar 6.5 Plot Hasil Laboratorium untuk Menentukan Harga Cw = Cm
Dari ketiga mekanisme tersebut, maka besarnya koefisien leak-off total adalah :
2C µ C C
Ct =
( )
(6.16)
C µ C w + C µ C w + 4C C C µ + C w
2 2 2 2 2
Jumlah kehilangan fluida yang masuk ke dalam batuan dapat ditentukan dengan
persamaan :
V = V s + 2C t t (6.17)
Fluida berbahan dasar minyak umumnya relatif murah dan memiliki viskositas
yang baik, dimana hal ini dapat dianggap lebih menguntungkan untuk aliran
injeksi yang relatif kecil. Digunakan untuk injeksi pada kedalaman dangkal sampai
pertengahan (<4000 ft).
2. Fluida dengan bahan dasar air (Water Base Fluid)
Pemakaian fluida ini memiliki keuntungan khusus, yaitu dapat digunakan pada laju
injeksi yang tinggi karena jenis fluida ini memiliki densitas yang rendah dan
friction loss yang rendah di dasar sumur. Fluida ini berbahan baku air dan
Hydrochloric Acid.
3. Fluida Emulsi (Emulsion Fracturing Fluid)
Komposisi fluida emulsi ini terdiri dan minyak mentah dan air. Fluida ini dapat
mengurangi fluid-loss dan friction-loss.
4. Foam dan gases
Jenis fluida ini memiliki batasan pelaksanaan untuk biaya. kesulitan dan
keselamatan. Fluida ini terutama dapat digunakan pada zona gas atau zona dengan
permeabilitas rendah.
6.4.2 Additive
Suatu fluida perekah seharusnya menghasilkan friksi tekanan yang kecil dan tetap
berviskositas besar untuk menahan proppant, serta bisa turun kembali viskositasnya setelah
selesai perekahan dan dapat menempatkan proppant. Agar memenuhi syarat tersebut maka ke
dalam fluida perekah kadang-kadang harus ditambahkan additive, jenis additive yang biasa
digunakan antara lain:
a. Buffer (pengontrol PH)
b. Bactericides/biocides : bakteri penyerang polimer, untuk merusak ikatannya.
c. Pencampur gel: Untuk menghindari terjadinya gel.
d. Fluid loss additive: Mengurangi terjadinya leak-off
e. Breakers: Memecahkan rantai polimer sehingga fluida kembali menjadi encer.
Besarnya jumlah volume fiuida yang dibutuhkan untuk perekahan, dapat
dinyatakan dengan persamaan dibawah ini:
Kw 2 Q
FractureVolume = (6.18)
C
6.5 PROPPANT
6.5.1 Jenis Proppant
Proppant adalah benda padat pada umumnya berbentuk pasir dan digunakan untuk
mengganjal rekahan yang terbentuk agar rekahan tersebut tidak menutup kembali. Ada
beberapa macam jenis proppant:
A. Pasir di Alam
• Ottawa (Jordan, White) sand
- bundar sekali (well rounded), kadar quartz tinggi
- sanggup menahan berat
- SG (BD) = 2.65
• Brady (Texas, Hickory) sand
- agak bersudut (angularity), kadar quartz tinggi.
- sanggup menahan berat
- SG = 2.65
B. Ceramic Proppant
• Sintered Bauxite
- tersedia untuk tahan terhadap stress tinggi
- dipakai untuk sumur dengan temperatur tinggi, sumur dalam dan mengandung
H2S
- untuk stress sampai diatas 12000 psi
- SG = 3.65
• Keramik berdensitas sedang (Intermediate Density' Ceramics)
- lebih ringan dan lebih murah dari Sintered Bauxite
- untuk stress sampai 10000 psi
- SG = 3.15
• Keramik berdensitas rendah (Low Density Ceramics)
- berat hampir sama dengan pasir
- untuk stress sampai 6000 psi
- SG = 2.7
C. Resin Coated Proppant (proppant dengan lapisan resin)
• Mendistribusikan beban, menghlndarkan persentuhan antar butir-butir
• Terikat ditempat untuk mencegah migrasi proppant.
1. Pre-cured Resin
- mengurangi kerusakan karena brittle (mudah pecah)
- SG = 2.55
- resin dapat menahan proppant yang hancur
- Proppant abrasiveness (kekasaran) agak berkurang
2. Curable Resin
- Digunakan untuk membuntuti slurry proppant untuk mencegah proppant
mengalir balik kesumur
- Setelah membeku akan membentuk massa yang terkonsolidasi dengan daya
tahan besar.
6.5.2 Pemilihan Proppant
Pemilihan proppant rnerupakan suatu hal yang sangat penting sebelum melakukan
perekahan. Proppant yang digunakan akan menentukan besamya harga konduktifitas rekahan
(wkf), yang didefinisikan secara matematis sebagai perkalian antara lebar rekahan (w) dengan
permeabilitas (kf).
Kontras antara rekahan dan formasi menentukan kenaikan produksi dari suatu proyek
rekahan. Makin kontras permeabilitas di rekahan akan makin besar produktivitasnya, akan
tetapi tetap harus dicari jalan yang paling ekonomis, baik dalam proppant maupun ukurannya.
Apabila proppant mengalami stress yang melewati kekuatannya maka akan terjadi
crushing dan akan merugikan karena akan mengurangi produktivitasnya. Ada lima faktor
yang harus diperhatikan dalam pemilihan proppant yang pada akhimya akan mempengaruhi
konduktivitas suatu rekahan, yaitu :
1. Ukuran Proppant
Ukuran proppant penting untuk kesuksesan perekahan hidraulik karena 3 alasan yaitu:
• Bridging, untuk bisa mulus maka ukuran lebar rekah minimal harus 4 kali ukuran
proppant.
• Cocok dengan ukuran perporasinya.
• Konduktivitas adalah fungsi dari ukuran proppant.
Ukuran proppant berdasarkan ASTM (American Standard for Testing and Material)
misalnya : 20/40 sand, dapat melalui screen (saringan 0.033 inci) dan tersaring oleh
screen 40 mesh (0.0165). Sedangkan spesifikasi dari API (American Petroleum Institute)
adalah sebagai berikut :
- Minimum 90 % akan ada di atas saringan (sieves) yang ditentukan.
- Ukuran contoh pasir yang lebih besar dari diatas < 0.1 %
- Ukuran contoh pasir yang lebih kecil dari diatas < 1 %
Ukuran proppant mempunyai effek pada pemadatan, makin besar proppant (12/20 mesh)
makin besar pula konduktivitasnya, akan tetapi makin besar ukuran proppant maka
kekuatannya dalam menahan tekanan yang membebaninya akan makin kecil. Akibatnya
maka proppant tersebut akan pecah (crushed) sehingga pada akhimya akan menurunkan
konduktivitasnya. Berikut ini adalah tabel yang memuat ukuran proppant, maksimum
dan rata-rata.
2. Konsentrasi Proppant
Kadar proppant atau konsentrasi proppant didefisikan sebagai jumlah proppant per luas
rekahan (dari satu sisi dinding saja), atau pound proppant/luas (Ib/ft2). Konduktivitas
rekahan meningkat dengan meningkatnya konsentrasi proppant. Hubungan ini tidak
berlaku untuk konsentrasi kurang dari 0.5 lb/ft2 karena effek dinding.
3. Kekuatan Proppant (proppant strength)
Strength dari proppant sangat penting untuk proyek perekahan. Gambar 2.5 menunjukan
persen berat fines yang terjadi pada closure stress tententu.
Gambar 6.6 Effek Closure Stress Terhadap Bermacam-macam Jenis Dan Ukuran
proppant pada Terjadinya Fines
Sphericity
Roundness
5. Kualitas Proppant
Kualitas proppant buruk apabila banyak zat tambahan yang mengotorinya. Adanya
carbonate, feldspar, atau oksida besi di proppant akan berakibat merusak konduktivitas.
Kelarutan di asam menurut API maksimum 2%.
6.5.3 Transportasi Proppant
Penempatan proppant di dalam rekahan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah
kecepatan pengendapan proppant (settling), waktu pengendapan dan tinggi maksimum
pengendapan proppant. Besaran-besaran tersebut dapat ditentukan sebagai berikut :
1. Kecepatan pengendapan proppant (vset) :
( )
1
2n' +1 3n' d p ρ p − ρ f n'
v set = d p (6.19)
108n' 72 K' (2n' +1)
2. Waktu pengendapan proppant (tset) :
hf
t set = (6.20)
60v set
3. Tinggi maksimum pengendapan proppant (hfp)
v set t set
h fp = h f − (6.21)
2
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK PRODUKSI NO : TP.05.04
JUDUL : PERENCANAAN STIMULASI Halaman : 23 / 54
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Perekahan Hidraulik
Gambar 6.8. Rekahan Panjang, Tipis Untuk Permeabilitas Kecil (Keck, AEPT).
Untuk permeabilitas besar, perekahan dilakukan dengan sistim TSO atau tip
screen out untuk permeabilitas 10 – 15 md bahkan yang 100 md atau lebih. Rekahan
TSO akan pendek dan proppantnya akan screen out pada akhir perekahan dan
biasanya rekahan gemuk serta pendek saja.
Gambar 6.9. Rekahan Pendek, Gemuk, Untuk Permeabilitas Besar, TSO (Keck, AEPT).
1. Fluida encer, dimana viskositasnya lebih kecil dari 50 cp. Ini disebut bank fluid,
yaitu fluida yang nantinya akan membentuk gundukan pasir di rekahan dari
konsentrasi pasir 2-3 ppg dengan laju pemompaan tinggi. Keberhasilannya
tergantung dari proppant yang mengendap diluar lubang masuk rekahan. Disain
demikian membutuhkan model komputer untuk menghitung kecepatan fluida,
viskositas fluida, kecepatan settling proppant dll. Cara ini adalah untuk Gambar 6.8
diatas dimana rekahannya akan jauh. Tetapi pasir terbanyak masih dekat sumur.
Gambar 6.10 memperlihatkan skematis pemompaannya. Gambar 6.11 memperlihat-
kan suatu contoh hasil perhitungan komputer untuk distribusi proppant.
Gambar 6.10. Cara Pemompaan Di Banking Fluid Dengan Fluida Encer (M.B. Smith).
Gambar 6.11. Hasil Run Computer Untuk Distribusi Proppant Pada Viskositas rendah
(Halliburton).
2. Fluida kental, yang terbanyak digunakan (termasuk gel > 50 cp, X-link, foam,
gelled oil). Bisa mencapai ratusan cp. Dengan ini proppant secara teoritis bisa
dibawa sampai mencapai tip atau ujung rekahan. Dalam praktek, kecepatan
proppant akan lebih rendah dari fluidanya. Gambar 6.12 menunjukkan konfigurasi
fluida kental yang dipompakan secara ramp (meningkat konsentrasinya terhadap
waktu). Dalam hal ini terlihat bahwa waktu pemompaan 3 ppg dilakukan maka
slurry didepan juga sudah mengalami loss sehingga kadar proppantnya 3 ppg.
Gambar 6.12. Konsentasi Proppant Dengan Jarak Pada Cara Ramp (M. Smith, NSI).
Pada TSO maka mula-mula dipompakan pad, lalu slurry dengan proppant berkadar rendah
sekitar 1 atau 2 ppg selama beberapa waktu .dan diakhiri dengan slurry biasa yang
meningkat (ramp). Gambar 6.14 menunjukkan distribusi awal slurry dimana terjadi packed
proppant ditepian rekahan, dengan ini rekahan berhenti tumbuh, dan injeksi lebih lanjut akan
memadatkan slurry dan proppant disitu.
Gambar 6.14. Konsentrasi Proppant Pada TSO Sebelum Akhir Perekahan (NSI).
Gambar 6.15. Konsentrasi Proppant Pada Pemompaan TSO dan Fracpac (NSI).
Model PKN berasumsi bahwa panjang (atau dalam ) rekahan jauh lebih besar dari
tinggi rekahan (xf >> hf) mempunyai irisan berbentuk ellips dimuka sumur, lebar
maksimum di tengah ellips dan berharga nol untuk bagian paling atas dan paling
bawah (ujung-ujungnya), tekanan dianggap konstan pada irisan vertikal dan sifat
reaksi batuan bereaksi secara vertikal.
Pada model ini rekahan akan pendek saja tetapi tinggi rekahan meningkat. Ini biasa
terjadi di Indonesia (di Laut Jawa beda stress shale dengan shaly sand 200 psi dan
dengan clean sand 400 psi. Karena biasanya tekanan net pressure 400 psi atau lebih
maka inilah yang akan terjadi.
3. Model Radial
Model radial digunakan bila perekahan dilakukan ditengah formasi yang sangat tebal
ataupun kalau beda stress shale dan sand tidak ada. Model ini sering terjadi juga di Laut
Jawa atau Lapangan Duri Caltex.
4. Model Stimplan
Di model rekahan dengan komputer sering dilakukan dengan cara numerical dan modelnya
dapat dilihat di Gambar 13.
Peter Valko dan Economides memberikan solusi untuk model PKN dan KGD dengan
mempertimbangkan pengaruh kombinasi fluida non-Newtonian dan adanya fluid loss
(laminer). Penurunanya menggunakan harga viskositas apparent pada fluida non-Newtonian.
Hasilnya adalah sebagai berikut:
(w + 2S )qi ( ) 2β
exp β erfc(β) +
p
xf = 2
− 1 (6.22)
4πh f C L π
2
dengan :
2C L πt
β= (6.23)
w + 2S p
Untuk PKN :
n 1
π
Dengan asumsi bahwa shape factornya w = w(0 ) (6.25)
5
E' (w(0))
Pnet = ∆Pf = (6.26)
2h f
Untuk KGD :
n 1
1 + 2n 2 n + 2 11.10 Kq i n h f (− n ) L f 2 2 n + 2
w(0 ) = 3.24 (6.27)
n E'
π
dengan asumsi shape factornya w = w(0 ) (6.28)
4
E' (w(0))
Pnet = ∆Pf = (6.29)
4L f
Persamaan diatas baik PKN dan KGD, harus diselesaikan dengan trial and error karena w
dan xf harus dihitung sekaligus.
Gambar 6.22. memperlihatkan interpretasi pada grafik log-log plot antara Pnet = BHTP
- σc versus waktu. Dari sini terlihat bahwa mula-mula akan naik tinggi karena break down
pressure (disini tak diperlihatkan karena terlampau singkat). Lalu disusul dengan naik karena
rekahan bertambah panjang, ini menunjukkan cara model PKN. Pada waktu rekahan
menubruk batas shale maka grafik hampir mendatar akibat meningkatnya tinggi rekahan.
Setelah itu disusul dengan dihentikannya pompa dan rekahan mulai menutup.
Nolte telah membuat Grafik plot log net pressure terhadap log waktu yang dapat
dilihat pada Gambar 6.22. Dari sini bisa dilihat apakah perekahan menurut PKN atau KGD,
atau pecah ke zone lain, atau screen out.
Pada saat menutup ini dapat dianalisa berapa effisiensinya dan juga closure
pressurenya. Untuk rekahan yang normal tanpa ada yang masuk ke zone berpori lainnya akan
dapat dilihat bagaimana effisiensi sebagai fungsi dari waktu closure dibagi waktu
pemompaan yang akan diberikan di Gambar 6.23.
Gambar 6.23. Grafik Effisiensi versus Waktu Closure Dibagi Waktu Pemompaan (NSI).
Harga closure pressure dan closure time dapat dicari antara lain dengan plot tekanan
versus akar dari waktu seperti di Gambar 6.24.
Gambar 6.24. Contoh Plot Tekanan Untuk Mencari Closure Pressure dan Closure
Time Pada Suatu Perekahan Hidraulik (Keck,AEPT).
Effisiensi dari Gambar 6.23 yang biasanya didapat dari minifrac harus dikoreksi
terhadap volume (atau waktu) perekahan sebenarnya dan syarat penting adalah pada minifrac
laju pemompaan harus sama dengan perekahan sebenarnya.
Dari harga effisiensi maka bisa dicari berapakah besar pad terhadap total fluida
perekah dengan rumus:
fp = (1- ef)2 + fc
dimana: fp = fraksi pad
ef = effisiensi, fraksi
dan harga fc = 0.05 kalau ef > 0.20
= ef/4 kalau ef <0.20.
Sebagai contoh dari suatu perekahan 100,000 gal kalau effisiensi 35% maka pad
dihitung:
fp = (1-0.35)2 + 0.05 = 0.47
dan karena volume perekahan 100,000 gal, dari sini volume pad harus 47,000 gal dan
volume slurry 53,000 gal.
Gambar 6.25. Grafik Jauh Penembusan Lapisan Shale Pada Rekahan.(Keck, AEPT).
141.2q o Bo µ o re
Ps − Pwf = ln − 0.75 + s (6.31)
kh rw
Jadi untuk aliran pseudosteady-state berlaku :
qo kh
J= = (6.32)
Ps − Pwf re
141.2q o Bo µ o ln − 0.75 + s
rw
Untuk sumur yang direkahkan, Tinsley et al membuat suatu grafik yang dapat
menentukan indeks produktivitas sumur setelah sumur tersebut direkahkan. Anggapan yang
digunakan oleh Tinsley et al adalah, aliran steady state, reservoir silindris, fluida
incompresible, dan re/rw dianggap sama dengan dilapangan. Dengan harga xf/re yang didapat
dan gambar 6.9, maka akan didapat Productivity Ratio di bawah ini :
1 K f W f
C r = (6.33)
π K i x
f
Substitusikan harga Cr ke dalam persamaan di bawah ini, selanjutnya korelasikan pada
kurva productivity increase dengan harga yang sesuai.
Cr h fp re
ln = C (6.34)
hf rw
2
re
(Y − axisvalue ) × ln
J fs rw
= (6.35)
Ji 6.215
S
C= (6.36)
(1 + i )n
S S S
NPV = C o + + + .......
(1 + i )
1
(1 + i ) 2
(1 + i )n
Apabila harga NPV negatif maka proyek rugi dan apabila NPV positif maka proyek
tersebut untung. Evaluasi rencana investasi dengan menggunakan NPV sangat umum
digunakan karena telah mempertimbangkan konsep nilai waktu dari uang, disamping itu NPV
juga mempenimbangkan angka-angka kemungkinan dari suatu resiko dengan cara kuantitatif.
• Effesiensi investasi yang di diskonto (DROI)
Effesiensi investasi yang di diskonto atau biasa disebut juga discounted return on
invesment (DROI) didefenisikan sebagai suatu perbandingan yang tak berdimensi yang
diperoleh dengan membagi NPV dengan nilai sekarang dart investasi. Perbandingan tersebut
diinterpretasikan sebagai jumlah keuntungan bersih yang telah di diskonto akibat tingkat suku
bunga rata-rata setiap dollar atau rupiah yang ditanamkan. Perbandingan ini sangat berguna
dalam memilih kriteria kesempatan investasi yang berada
pada keadaan permodalan yang jumlahnya terbatas. Secara matematik dapat ditulis:
NPV
DROI =
Investasi
Semakin besar harga DROI maka keuntungan per rupiah atau per dollar uang yang
diinvestasikan akan semakin besar. Sebaliknya apabila DROI semakin kecil maka
keuntungan per rupiah atau per dollar uang yang diinvestasikan akan semakin kecil.
Cc = 1.11 × 10 −3 , ft / min
- Waktu pemompaan untuk 40,000 gallon fluida peretak dengan laju injeksi 3.0 bbl/min adalah:
40000
t= = 31.7 min
30 × 42
π 2 x1.11 x 10 -3 πx31.7
x = 2C t= = 2.66
w 0.1/ 12
- Dari Gambar 1 dan efisiensi peretakan X =2.66 adalah 31 %
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK PRODUKSI NO : TP.05.04
JUDUL : PERENCANAAN STIMULASI Halaman : 42 / 54
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Perekahan Hidraulik
=
(0.0040)(2000)(9.53)(47.3)2 = 1826 psi
25.80 (3.62 )
Koreksi Crittendon terhadap line efficiency
1826
∆Pfc = = 2254 psi
( 0.90 )2
kf W (60000)(0.112)
= = 11.1
kh (0.9)(50)
o Dengan bantuan Gambar 5 diperoleh PR = 5
Kesimpulan :
qt = 36.1 bbl/min
V = 40.000 gallon
A = 198900 ft2
S = 0.888 lb/sq ft
Ps = 3263 psig
Hh = 2886 hp
PR =5
2. Contoh penyelesaian desain dengan metode penjajalan
Diketahui :
Kedalaman sumur = 7000 ft
Fluida perekah = minyak mentah ditambah dengan 0.1 lb/gal additive
sebagai pencegah fluid loss
Gravity minyak = 30° API pada 60°F (γ = 0.876)
Penyelesaian :
- Anggapan : - PR yang diharapkan = 3
- Rekahan yang terjadi vertikal karena dalamnya sumur
- Menggunakan Gambar 4 :
Untuk Pt = 0.7 × 7000 = 4900 psi , kf = 13.000 md
C=
kf W
=
(13000)(0.1 / 12) = 108
k 1.0
- Menggunakan Gambar 6; untuk PR = 3 didapat :
rf
= 0.25
re
v=
17.16 q
=
(17.16)(30.5) = 21.9 ft / sec
2
do − di 2
(4.982)
- Tentukan bilangan Reynolds
NR = 928
ρvd
= 928
(4.829)(7.33)(21.9) = 102767
µ 7
Dari Gambar 3 :
f = 0.0046
- Hitung kehilangan tekanan karena gesekan:
fLρ v 2 (0.0046 )(7000 )(7.33)(21.9)2
∆Pf = = = 897 psi
25.80 d (25.80)(4.892)
- Tekanan injeksi di permukaan :
Ps = 4900 + 897 - 2668 = 3129 psi
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK PRODUKSI NO : TP.05.04
JUDUL : PERENCANAAN STIMULASI Halaman : 47 / 54
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Perekahan Hidraulik