Naskah diterima : 04 Februari 2012 Revisi Pertama : 15 Maret 2012 Revisi Terakhir : 21 Maret 2012
ABSTRAK
Dewasa ini pestisida sudah merupakan bagian dari sistem usahatani sebagian
besar petani di Indonesia. Penggunaan pestisida semakin intensif dan cenderung tidak
terkontrol; akibatnya agroekologi pertanian dan kesehatan manusia sebagai konsumen
menjadi terabaikan.Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi status penggunaan
pestisida dan residunya yang dilaksanakan dengan mengambil contoh tanaman padi,
tanah, dan air di sentra produksi padi di Jawa Tengah. Konsentrasi residu pestisida
dalam contoh ditentukan dengan menggunakan kromatografi gas (GC). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa petani di Jawa Tengah sudah terbiasa menggunakan pestisida
karena diyakini bahwa pestisida ampuh dalam menanggulangi serangan organisme
pengganggu tanaman (OPT). Namun demikian penggunaan pestisida di petani umumnya
belum berdasarkan prinsip pengelolaan hama terpadu (PHT), yaitu pestisida digunakan
dalam jumlah sesedikit mungkin dalam batas yang efektif dan diaplikasikan apabila
tingkat kerusakan tanaman atau kepadatan populasi organisme pengganggu melampaui
batas toleransi ambang ekonomi. Meskipun penggunaan insektisida organoklorin telah
dilarang dan hasil wawancara dengan petani tidak ditemukan penggunaannya di lahan
sawah, tetapi residunya di lapangan masih ditemukan sehingga berpotensi mengganggu
kelestarian lingkungan. Residu insektisida organoklorin dan organofosfat telah ditemukan
dalam contoh tanaman padi, tanah, dan air di sentra produksi padi di Jawa Tengah
(Kabupaten Grobogan, Demak, Pemalang, Brebes, Tegal Cilacap, Kebumen, Sragen,
dan Klaten), sedangkan residu insektisida karbamat hanya ditemukan di Kabupaten
Klaten, Demak, Cilacap, dan Pati.
kata kunci: Jawa Tengah, residu pestisida, sentra produksi padi
ABSTRACT
Presently, pesticide has already been a part of farming system of most farmers in
Indonesia. The use of pesticides has become more intensive and tended to be uncontrolled;
consequently agro-ecological agriculture and human health as consumers have
becomeneglected. This research is aimed to identify status of use of pesticides and their
residues that is carried out by collecting rice plant, soil, and water samples from paddy
fields of rice production centers in Central Java. Concentration of pesticides residue in
the samples is determined by using Gas Chromatography (GC) method. The results
show that farmers in Central Java use the pesticides because they believe that the
pesticides are significantly effective in tackling pests attack. However, the use of pesticides
by farmers generally has not been based on the principles of integrated pest management
(IPM), a pesticide used inamounts as little as possible withinthe effective limits (no-
Residu Pestisida di Sentra Produksi Padi di Jawa Tengah (Asep Nugraha Ardiwinata dan Dedi Nursyamsi) 41
pengambilan contoh. yang diberi lubang pada bagian dasar. Satu
2.2. Pengambilan Contoh Tanah, Tanaman, contoh air komposit terdiri dari 8-10 anak
dan Air contoh yang diambil dengan radius 50-100.
Anak-anak contoh tersebut diaduk sampai
Contoh tanah, tanaman, dan air diambil
rata, diambil sebanyak 500 ml air dimasukan
di daerah sentra produksi padi di Jawa Tengah.
ke dalam botol warna ukuran 500 ml kemudian
Berdasarkan hasil survei RRA dan data luas
diberi label yang terdiri dari: kode, tanggal dan
sawah irigasi dan produktivitas, maka daerah
lokasi pengambilan (desa, kecamatan dan
sentra produksi padi ditetapkan, yaitu:
kabupaten). Kemudian contoh air di analisis
Kabupaten Grobogan, Demak, Pemalang,
di laboratorium Balingtan Jakenan.
Brebes, Tegal, Cilacap, Kebumen, Sragen,
dan Klaten. Penetapan titik pengambilan contoh 2.3. Penetapan Kadar Residu Pestisida
tanah, air, dan tanaman dilakukan dengan dalam Tanah, Tanaman dan Air
bantuan Peta Rupa Bumi skala 1: 50.000 yang Analisis residu bahan agrokimia dilakukan
di keluarkan oleh Bakorsurtanal. Sedangkan dengan metode standar (baku) yang ditetapkan
posisi ketinggian dan koordinat ditentukan oleh Komisi Pestisida (1997). Prioritas analisis
dengan menggunakan GPS. Pengambilan residu pestisida diutamakan terhadap jenis
contoh dilakukan dengan sistem grid, dimana bahan aktif yang terbanyak (mayoritas)
setiap contoh tanah, air dan tanaman mewakili digunakan oleh petani berdasarkan hasil survei
luasan lahan ± 100 - 500 ha. Jumlah contoh RRA.
tanah dan tanaman yang diambil sebanyak Contoh tanah dan tanaman masing-
200 - 400 contoh. masing sebanyak 10 g dimasukkan ke dalam
Contoh tanah komposit diambil pada tabung kertas soxhlet, diekstrak dengan pelarut
kedalaman 0-20 cm. Satu contoh tanah aseton sebanyak 100 ml pada alas soxhlet.
komposit terdiri atas 8-10 anak contoh yang Ekstraksi berlangsung selama 6 jam pada
diambil dengan radius 50 -100 m. Anak-anak suhu 80°C. Setelah 6 jam hasil ekstraksi
contoh tersebut diaduk sampai rata, diambil diuapkan hingga agak kering dalam evaporator
sebanyak 0,5 kg dan dimasukan ke dalam pada suhu 45°C. Residu pestisida yang
kantong plastik ukuran 1 kg kemudian diberi diperoleh dari hasil evaporasi dipindahkan ke
label yang terdiri atas: kode, tanggal, dan lokasi dalam corong pisah 150 ml dengan bantuan
pengambilan (desa, kecamatan, dan pelarut n-heksan 25 ml, kemudian diekstraksi
kabupaten). Kemudian contoh tanah tersebut dengan pelarut asetonitril 25 ml sebanyak 3
dikering anginkan, digiling kemudian disaring kali. Lapisan n-heksana di sebelah atas
dengan saringan 2 mm dan di analisis di sedangkan lapisan asetonitril di sebelah bawah.
laboratorium Balingtan, Jakenan. Lapisan asetonitril hasil ekstrak 3 kali
Contoh air diambil dengan metode yang kemudian diuapkan/dipekatkan dalam
sama dengan pengambilan contoh tanah, yaitu evaporator pada suhu yang sama dengan
dilakukan dengan sistem grid, dimana setiap terdahulu. Larutan residu hasil evaporasi
air mewakili luasan lahan 25 ha. Jumlah selanjutnya dilarutkan dengan pelarut n-heksan
contoh air yang diambil sebanyak 200-400 sebanyak 5 ml dan dimasukkan ke dalam
contoh yang terdiri dari contoh air permukaan kolom kromatografi dan dielusi dengan eluen
(air sungai, air yang masuk ke petakan sawah campuran n-heksan + aseton (9+1). Eluat yang
saluran primer, air keluar saluran sekunder, diperkirakan megandung residu insektisida
dan air sumur penduduk) dan contoh air bawah ditampung dalam tabu beralas datar 125 ml.
permukaan. Contoh air bawah permukaan Eluat dipekatkan hingga agak kering. Eluat
diambil dengan bantuan bor tanah kemudian yang hampir kering dimasukkan ke dalam
dipasang dengan pipa PVC berdiameter 5 cm tabung uji dengan bantuan pelarut aseton
Residu Pestisida di Sentra Produksi Padi di Jawa Tengah (Asep Nugraha Ardiwinata dan Dedi Nursyamsi) 43
Tabel 1. Jenis Pestisida yang Digunakan oleh Petani Padi di Jawa Tengah
Keterangan: - = data tidak tersedia; Lain-lain = bakterisida, akarisida dan nematisida; Non
registrasi = tidak tercantum dalam buku registrasi pestisida tahun 2006
Keterangan: - = data tidak tersedia; Lain-lain = tiadiazin, triazin, triazol, nitroimidazolidin, urea,
tiourea, avermectin, biologi, pirol, difenil
Lain-lain di sini terdiri dari tiadiazin, triazin, persen), organofosfat (15,8 persen), neristoksin
triazol, nitroimidazolidin, urea, tiourea, (3,4 persen), fenil pirazol (3,9 persen) dan lain-
avermectin, biologi, pirol, dan difenil. Tabel 2 lain (22,4 persen). Di daerah sentra produksi
menunjukkan bahwa kelompok insektisida padi, petani di Kabupaten Brebes mempunyai
yang banyak digunakan di lahan padi sawah preferensi terhadap insektisida paling tinggi
di Jawa Tengah dari tinggi ke rendah (38) dibandingkan kabupaten lainnya. Sementara
adalah:karbamat (27,6 persen), piretroid (26,8 itu di antara kabupaten di daerah non sentra
Residu Pestisida di Sentra Produksi Padi di Jawa Tengah (Asep Nugraha Ardiwinata dan Dedi Nursyamsi) 45
produksi padi, petani di Kabupaten Purbalingga masing-masing sebesar 50 dan 38 cc/tangki
memiliki preferensi paling tinggi (31). (ukuran tangki sama, yaitu 20 liter). Frekuensi
Rata-rata dosis, frekuensi aplikasi, dan aplikasi pestisida tertinggi ditemukan di
jumlah jenis insektisida yang digunakan oleh Kabupaten Purbalingga, yaitu sebesar 10 kali
petani di Jawa Tengah disajikan pada Tabel 3. per minggu. Sedangkan penggunaan jenis
Tabel tersebut menunjukkan bahwa dosis pestisida tertinggi ditemukan di Kabupaten
pestisida yang digunakan tertinggi ditemukan Banjarnegara dan Brebes, yaitu sebanyak 3-
di Kabupaten Pemalang dan Grobogan 5 jenis. Di Kabupaten Banyumas, insektisida
Tabel 3. Rata-rata Dosis, Frekuensi Aplikasi, dan Jenis Insektisida yang Digunakan oleh Petani
Padi di Jawa Tengah
Residu Pestisida di Sentra Produksi Padi di Jawa Tengah (Asep Nugraha Ardiwinata dan Dedi Nursyamsi) 47
hujan di Jawa Tengah (Jatmiko dkk., 1999), di dalam contoh tanaman padi, tanah, dan air
lahan sawah irigasi di Jawa Timur (Harsanti masing-masing disajikan pada Gambar 1, 2,
dkk., 1999), dan lahan sawah di Jawa Barat dan 3. Senyawa yang ditemukan berupa
(Ardiwinata dkk., 1999). Residu pestisida bukan lindan, heptaklor, aldrin, dieldrin, endrin, DDT,
hanya mencemari lahan sawah, tetapi juga dan endosulfan. Senyawa organoklorin yang
telah mencemari agroekosistem tanaman dominan ditemukan dalam tanaman padi
pangan lainnya seperti kedelai, sayuran, dan adalah aldrin dan lindan, terutama ditemukan
lain-lain (Soejitno dan Ardiwinata, 1999), di Kabupaten Cilacap, Brebes, dan Pemalang.
bahkan telah mencemari produk pertanian Di dalam contoh tanah ditemukan dieldrin,
seperti beras dan kedelai di beberapa pasar aldrin, dan lindan, terutama ditemukan di
di DKI Jakarta (Ardiwinata dkk., 1997). Kabupaten Cilacap, Brebes, dan Demak.
3.2.1. Organoklorin Selanjutnya di dalam contoh air ditemukan
Residu organoklorin yang ditemukan di aldrin, endrin, dan lindan, terutama ditemukan
daerah sentra produksi padi di Jawa Tengah di Kabupaten Klaten, Sragen, dan Demak.
Gambar 1. Komposisi Residu Organoklorin pada Tanaman Padi di Sentra Produksi Padi di
Jawa Tengah
Gambar 2. Komposisi Residu Organoklorin pada Tanah di Sentra Produksi Padi di Jawa
Tengah
Gambar 3. Komposisi Residu Organoklorin pada Air di Sentra Produksi Padi di Jawa Tengah
Residu Pestisida di Sentra Produksi Padi di Jawa Tengah (Asep Nugraha Ardiwinata dan Dedi Nursyamsi) 49
Gambar 4. Komposisi Residu Organofosfat pada Tanaman Padidi Sentra Produksi Padi di
Jawa Tengah
Gambar 7. Sebaran Residu Organoklorin pada Tanaman Padi di Lahan Sawah di Jawa Tengah
Residu Pestisida di Sentra Produksi Padi di Jawa Tengah (Asep Nugraha Ardiwinata dan Dedi Nursyamsi) 51
Di Kabupaten Grobogan, dalam contoh aldrin, dan endosulfan. Di Kabupaten Sragen,
tanaman padi ditemukan lindan dan dieldrin, dalam contoh tanaman padi ditemukan lindan,
sedangkan dalam contoh tanah dan air heptaklor, aldrin, dan endosulfan, dalam contoh
ditemukan endosulfan. Di Kabupaten Demak, tanah dan air ditemukan lindan, heptaklor,
contoh tanaman padi mengandung lindan, aldrin, dieldrin dan endosulfan. Demikian pula
heptaklor dan endosulfan, sedangkan contoh di Kabupaten Klaten, dalam contoh tanaman
tanah dan air mengandung lindan aldrin, padi ditemukan lindan dan heptaklor,
dieldrin, dan endosulfan. Di Kabupaten sedangkan dalam contoh tanah dan air
Pemalang, contoh tanaman padi dan tanah ditemukan lindan, heptaklor, aldrin, dieldrin,
mengandung lindan dan dieldrin, sedangkan dan endosulfan.
contoh air mengandung endosulfan. Di
Meskipun penggunaan pestisida yang
Kabupaten Brebes, contoh tanaman padi
mengandung senyawa organoklorin sudah
mengandung lindan dan aldrin, sedangkan
contoh tanah dan air mengandung lindan, dilarang sejak tahun 1970-an (Sudarmo, 1991)
dieldrin, dan endosulfan. Di Kabupaten Tegal, dan tidak ditemukan penggunaanya pada saat
contoh tanaman padi mengandung lindan dan survei berlangsung tapi ternyata residunya
aldrin, sedangkan contoh tanah dan air ditemukan di seluruh Kabupaten sentra
mengandung lindan, heptaklor, aldrin, dieldrin, produksi padi di Jawa Tengah. Hal ini diduga
dan endosulfan. Di Kabupaten Cilacap, dalam karena petani masih menggunakannya secara
contoh tanaman padi ditemukan lindan dan ilegal dan atau residu dari penggunaan
aldrin, dalam contoh tanah ditemukan lindan, pestisida jaman dulu (saat program Bimas
dieldrin, dan endosulfan, sedangkan dalam digalakkan) masih berada di dalam tanah.
contoh air ditemukan dieldrin. Di Kabupaten Kelompok organoklorin termasuk senyawa
Kebumen, contoh tanaman padi mengandung POPs sehingga keberadaannya di lingkungan
lindan dan heptaklor, sedangkan dalam contoh dapat bertahan lama, karena senyawa ini sulit
tanah dan air ditemukan lindan, heptaklor, terdekomposisi.
Gambar 8. Sebaran Residu Organoklorin pada Tanah di Lahan Sawah di Jawa Tengah
Residu Pestisida di Sentra Produksi Padi di Jawa Tengah (Asep Nugraha Ardiwinata dan Dedi Nursyamsi) 53
Gambar 10. Sebaran Residu Organofosfat pada Tanaman di Lahan Sawah di Jawa Tengah
Gambar 11. Sebaran Residu Organofosfat pada Tanah di Lahan Sawah di Jawa Tengah
Gambar 13. Sebaran Residu Karbamat pada Tanaman Padi di Lahan Sawah di Jawa Tengah
Residu Pestisida di Sentra Produksi Padi di Jawa Tengah (Asep Nugraha Ardiwinata dan Dedi Nursyamsi) 55
Gambar 14. Sebaran Residu Karbamatpada Tanah di Lahan Sawah di Jawa Tengah
Kanazawa, J., D. Kilin, Sutrisno dan S. Orita. 1985. Soejitno, J. 1988. Peranan Pestisida dalam
Residu of Diazinon in Rice Plant and Paddy Pengendalian Hama Padi dan Palawija.
Soil. Penelitian Pertanian. 3(2):83-84 Simposium Penggunaan Pestisida Secara
Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Bijaksana. Himpunan Perlindungan Tanaman
Kab.Pati – UGM. 2006. Sosialisasi Dampak Indonesia. Jakarta, 15-12- 1988.
Penggunaan Pestisida pada Petani. Soejitno, J. dan IM. Samudra. 1994. Kajian
Koesoemadinata, S. 1980. Pesticide as a Major Resistensi Penggerek Batang Padi Putih (S.
Constrain in Integrated Agriculture-Aquaculture innotata Wlk.) terhadap Insektisida Karbofuran
Farming System. Dalam: Pulin, RSV. & 3G. Penelitian Pertanian Vol. 13(2).
Shahadeh, ZH. (eds). Integrated Agriculture- Soejitno, J. dan A.N. Ardiwinata. 1999. Residu
Aquaculture Farming System. ICLARM Pestisida pada Agroekosistem Tanaman
Conference Proceeding, 4:45-52. Pangan. Risalah Seminar Hasil Penelitian
Komisi Pestisida. 1997. Metode Pengujian Residu Emisi Gas Rumah Kaca dan Peningkatan
Pestisida dalam Hasil Pertanian. Departemen Produktivitas Padi di Lahan Sawah. Bogor 24
Pertanian. 377 hal. April 1999. hal 72-90.
Komisi Pestisida. 2005. Pestisida untuk pertanian Soejitno, J. 2000. Pesticide Residues on Food
dan kehutanan. Ditjen Bina Sarana Pertanian. Crops and Vegetables in Indonesia.
Murtado, A. Nugraha, I. Nasution, I.M. Samudra, P. International Seminar on Food Crops and
Lestina dan Ismiyatun. 1996. Status Residu Quarantine Inspection. Suwon-Korea. FFTC:
Pestisida Pada Sentra Produksi Padi Sawah. 37-52.
Laporan Hasil Penelitian Balitro. Bogor, 1996. Winarno, F.G. 1987. Pengaruh Pestisida Terhadap
p.15. Kesehatan Manusia. Simposium Nasional
Mustaqim dan Ma’aruf. 1990. Peranan Analisis Pengelolaan Pestisida di Indonesia.
Dampak Lingkungan Dalam Penggunaan Yogyakarta, 8-10 Januari. 1987.20 hal.
Residu Pestisida di Sentra Produksi Padi di Jawa Tengah (Asep Nugraha Ardiwinata dan Dedi Nursyamsi) 57
BIODATA PENULIS :
Asep Nugraha Ardiwinata, dilahirkan pada
tanggal 2 Maret 1961 di Bogor. Saat ini menjabat
sebagai Kepala Bidang Program dan Evaluasi
pada Pusat Perpustakan dan Penyebaran
Teknologi Pertanian (PUSTAKA) di Bogor
merangkap sebagai Peneliti Madya di Balai
Penelitian Lingkungan Pertanian (Balingtan)
Jakenan. Beliau menyelesaikan pendidikan BSc
pada tahun 1984 bidang Kimia Analisis di
Akademi Kimia Analisis (AKA) Bogor, S2 dan
S3 masing-masing tahun 1999 dan 2005 bidang
Ilmu Kimia diselesaikan di Universitas Indonesia,
Jakarta.
Dedi Nursyamsi, dilahirkan pada tanggal 23
Juni 1964 di Ciamis. Saat ini menjabat sebagai
Kepala Balai Penelitian Lingkungan Pertanian
(Balingtan) Jakenan sekaligus sebagai Peneliti
Utama. Beliau menyelesaikan pendidikan S1
pada tahun 1987 bidang Ilmu Tanah di Institut
Pertanian Bogor (IPB), S2 tahun 2000 bidang
Nutrisi Tanaman di Hokkaido University, Jepang,
dan S3 tahun 2008 bidang Kesuburan Tanah di
IPB.