Anda di halaman 1dari 20

ARTIKEL

Residu Pestisida di Sentra Produksi Padi


di Jawa Tengah
Asep Nugraha Ardiwinata dan Dedi Nursyamsi
Balai Penelitian Lingkungan Pertanian
Jl. Raya Jakenan-Jaken Km 05, PO Box 05, Jakenan, Pati 59182

Naskah diterima : 04 Februari 2012 Revisi Pertama : 15 Maret 2012 Revisi Terakhir : 21 Maret 2012

ABSTRAK
Dewasa ini pestisida sudah merupakan bagian dari sistem usahatani sebagian
besar petani di Indonesia. Penggunaan pestisida semakin intensif dan cenderung tidak
terkontrol; akibatnya agroekologi pertanian dan kesehatan manusia sebagai konsumen
menjadi terabaikan.Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi status penggunaan
pestisida dan residunya yang dilaksanakan dengan mengambil contoh tanaman padi,
tanah, dan air di sentra produksi padi di Jawa Tengah. Konsentrasi residu pestisida
dalam contoh ditentukan dengan menggunakan kromatografi gas (GC). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa petani di Jawa Tengah sudah terbiasa menggunakan pestisida
karena diyakini bahwa pestisida ampuh dalam menanggulangi serangan organisme
pengganggu tanaman (OPT). Namun demikian penggunaan pestisida di petani umumnya
belum berdasarkan prinsip pengelolaan hama terpadu (PHT), yaitu pestisida digunakan
dalam jumlah sesedikit mungkin dalam batas yang efektif dan diaplikasikan apabila
tingkat kerusakan tanaman atau kepadatan populasi organisme pengganggu melampaui
batas toleransi ambang ekonomi. Meskipun penggunaan insektisida organoklorin telah
dilarang dan hasil wawancara dengan petani tidak ditemukan penggunaannya di lahan
sawah, tetapi residunya di lapangan masih ditemukan sehingga berpotensi mengganggu
kelestarian lingkungan. Residu insektisida organoklorin dan organofosfat telah ditemukan
dalam contoh tanaman padi, tanah, dan air di sentra produksi padi di Jawa Tengah
(Kabupaten Grobogan, Demak, Pemalang, Brebes, Tegal Cilacap, Kebumen, Sragen,
dan Klaten), sedangkan residu insektisida karbamat hanya ditemukan di Kabupaten
Klaten, Demak, Cilacap, dan Pati.
kata kunci: Jawa Tengah, residu pestisida, sentra produksi padi
ABSTRACT
Presently, pesticide has already been a part of farming system of most farmers in
Indonesia. The use of pesticides has become more intensive and tended to be uncontrolled;
consequently agro-ecological agriculture and human health as consumers have
becomeneglected. This research is aimed to identify status of use of pesticides and their
residues that is carried out by collecting rice plant, soil, and water samples from paddy
fields of rice production centers in Central Java. Concentration of pesticides residue in
the samples is determined by using Gas Chromatography (GC) method. The results
show that farmers in Central Java use the pesticides because they believe that the
pesticides are significantly effective in tackling pests attack. However, the use of pesticides
by farmers generally has not been based on the principles of integrated pest management
(IPM), a pesticide used inamounts as little as possible withinthe effective limits (no-

PANGAN, Vol. 21 No. 1 Maret 2012: 39-58 39


*
exaggeration) and it is applied when the extent of damage to crops or pests population
densities exceeds the economic threshold. Although the use of insecticides of
organochlorine has been prohibited and the interview result reveals that the farmers do
not use it in paddy fields, the residues on the paddy field are still found, so that they
potentially pollute the environment. Organochlorine and organophosphate insecticide
residues are found at rice plants, soil, and water samples taken from paddy field of rice
production centers in Central Java (District Grobogan, Demak, Pemalang, Brebes, Tegal,
Cilacap, Kebumen, Sragen, and Klaten), whereas the carbamate insecticide residues
are only found in Klaten, Demak, Cilacap, and Pati Districts.
keywords: Central Java, pesticide residue, rice production center

I. PENDAHULUAN Indonesia, dimana insektisida menduduki


ranking tertinggi (Komisi Pestisida, 2005).
paya untuk meningkatkan produksi
U pangan, khususnya beras dilakukan
Pestisida selain berperan positif dalam
pembangunan pertanian juga berdampak
melalui program intensifikasi, ekstensifikasi,
negatif terhadap kesehatan manusia dan
rehabilitasi dan diversifikasi. Dua program
lingkungan. Dampak negatif yang dapat
pertama sangat menonjol sumbangannya
ditimbulkan oleh residu pestisida meliputi
terhadap peningkatan produksi. Pengendalian
antara lain kanker, cacat lahir, kerusakan
hama sebelum program pengendalian hama
syaraf, atau mutasi genetik, gangguan sistem
terpadu (PHT) lebih banyak mengandalkan
kekebalan, dan perusakan lingkungan seperti
pestisida jenis organoklorin dan organofosfat
membahayakan kehidupan di air atau
yang memiliki toksisitas tinggi dan persistensi
pencemaran air tanah. Penelitian dari Kantor
lama dalam tanah sehingga berpotensi Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah
mencemari lingkungan. Selanjutnya Kabupaten Pati bekerjasama dengan
berkembang pestisida golongan karbamat dan Universitas Gadjah Mada (UGM) melaporkan
piretroid yang lebih aman terhadap lingkungan bahwa hampir seluruh petani sayuran di Desa
karena mudah terdegradasi, namun Ngurensiti, Kabupaten Pati, darahnya positif
penggunaannya dalam jangka panjang tetap mengandung residu pestisida. Bahkan setiap
perlu diwaspadai. petani darahnya dapat mengandung 31 jenis
Dewasa ini pestisida sudah merupakan bahan aktif pestisida (Kapedalda Pati, 2004).
bagian dari sistem usahatani dan mentalitas Sampai saat ini data dan deliniasi
sebagian besar petani di Indonesia. Menurut penggunaan dampak pestisida di Indonesia
FAO (1998) penggunaan herbisida di Indonesia belum tersedia. Keadaan demikian menyulitkan
pada tahun 1996 sebesar 26.570 ton pemerintah dalam mengambil kebijakan. Data
meningkat 395 persen dibanding tahun 1991 penggunaan dan dampak menjadi penting
(6.739 ton). Ilustrasi demikian menggambarkan sebagai arahan pembangunan pertanian masa
penggunaan pestisida semakin intensif dan d e pa n m e n g h a d a p i e r a g l o b a l i s a s i
cenderung tidak terkontrol, akibatnya perdagangan bebas dimana tuntutan kualitas
agroekologi pertanian dan kesehatan manusia produk terutama keamanan pangan semakin
sebagai konsumen menjadi terabaikan. tinggi dimana salah satu syarat produk
Data formulasi dan bahan aktif yang ada pertanian adalah bebas kandungan residu
di Indonesia dari tahun ke tahun terus pestisida.
meningkat. Sampai tahun 2005 saja terdapat Penggunaan bahan agrokimia di daerah
1082 formulasi pestisida yang beredar di intensifikasi khususnya pada padi diduga telah

40 PANGAN, Vol. 21 No. 1 Maret 2012: 39-58


menurunkan sumberdaya hayati dan kualitas Data atau informasi mengenai
lingkungan. Disamping itu, penggunaan bahan penggunaan, tingkat residu bahan agrokimia
agrokimia di lahan pertanian terus meningkat dan dampaknya di sentra produksi tanaman
dari tahun ke tahun. Menurut Soejitno (2000) pangan masih kurang dan terpisah-pisah,
penggunan pestisida sektor pertanian belum terekam dalam bentuk data base bahkan
meningkat 10 kali lipat selama periode 1979- belum terpetakan. Dengan adanya data atau
1998 dan kenaikan menonjol terjadi pada jenis informasi ini diharapkan akan memudahkan
herbisida. Penggunaan herbisida di Indonesia pemerintah atau stakeholder dalam
pada tahun 1996 sebesar 26.570 ton pengambilan kebijakan perihal penggunaan
meningkat 395 persen dibanding tahun 1991 bahan agrokimia secara bijaksana.
(FAO, 1998). Meskipun sistem perlindungan Bertitik tolak dari pemikiran di atas,
tanaman telah menganut konsep Pengendalian penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
Hama Terpadu (PHT), namun dalam praktek status penggunaan bahan agrokimia, terutama
di lapangan banyak petani yang masih pestisida dan residunya di sentra produksi
menggunakan pestisida secara tidak benar. tanaman padi di Jawa Tengah.
Bahkan banyak petani yang masih
menggunakan pestisida yang dilarang. II. BAHAN DAN METODE
Pestisida selain berperan positif dalam Penelitian identifikasi dan delineasi tingkat
pembangunan pertanian juga berdampak penggunaan dan pencemaran residu agrokimia
negatif terhadap lingkungan. Dampak negatif dilaksanakan di sentra produksi tanaman padi
tersebut misalnya terjadinya keracunan pada di Jawa Tengah. Penelitian dilaksanakan
manusia, kematian hewan, ternak, ikan, katak, melalui serangkaian kegiatan sebagai berikut:
dan timbulnya resistensi/resurjensi hama, (1) Survei diagnostik menggunakan metode
terbunuhnya musuh alami/serangga berguna, rapid rural appraisal (RRA), (2) Pengambilan
pencemaran air dan tanah (Soejitno dan contoh tanah, tanaman, dan air, secara
Samudra, 1994; Soejitno, 1986 dan 1988; komposit, dan (3) Penetapan kadar residu
Brown, 1978; Mustaqim dan Ma’aruf, 1990; pestisida dalam contoh dengan Gas
Koesoemadinata, 1980). Chromatography (GC). Kegiatan 1 dan 2
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dilaksanakan pada tahun 2007, sedangkan
diketahui bahwa residu insektisida selain kegiatan 3 dilaksankan pada tahun 2008.
ditemukan di tanah dan air juga ditemukan di 2.1. Survei RRA
dalam beras baik di tingkat petani maupun di Penelitian diawali dengan survei rapid
pasar. Hasil penelitian mengindikasikan adanya rural appraisal (RRA) melalui wawancara
residu dalam gabah, beras, kedelai dan dengan petani, petugas dinas pertanian,
sayuran di berbagai daerah di Jawa, Bali, penjual pestisida, formulator dan lain-lain.
Sumatra, dan Sulawesi. Pada umumnya residu Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan
pestisida tersebut masih di bawah Batas informasi pendukung untuk penetapan bakal
Maksimum Residu (BMR), dan hanya lokasi penelitian. Data yang dikumpulkan antara
beberapa saja yang berada di atas BMR. lain meliputi: luas areal sawah, jenis bahan
Walaupun kandungan residu di dalam bahan agrokimia yang biasa digunakan di suatu lokasi,
pangan masih di bawah BMR, namun pada waktu aplikasi bahan agrokimia, dosis bahan
penggunaan dalam jangka panjang tetap perlu agrokimia, frekuensi aplikasi, pola tanam,
diwaspadai terutama sifat akumulatif dan penggunaan bahan agrokimia, varietas padi,
biomagnifikasi serta toksisitasnya terhadap produktivitas padi dan lain-lain. Data yang
lingkungan, kesehatan manusia, dan diperoleh dari RRA diolah dan dianalisis untuk
mikroorganisme tanah. menentukan lokasi terpilih sebagai tempat

Residu Pestisida di Sentra Produksi Padi di Jawa Tengah (Asep Nugraha Ardiwinata dan Dedi Nursyamsi) 41
pengambilan contoh. yang diberi lubang pada bagian dasar. Satu
2.2. Pengambilan Contoh Tanah, Tanaman, contoh air komposit terdiri dari 8-10 anak
dan Air contoh yang diambil dengan radius 50-100.
Anak-anak contoh tersebut diaduk sampai
Contoh tanah, tanaman, dan air diambil
rata, diambil sebanyak 500 ml air dimasukan
di daerah sentra produksi padi di Jawa Tengah.
ke dalam botol warna ukuran 500 ml kemudian
Berdasarkan hasil survei RRA dan data luas
diberi label yang terdiri dari: kode, tanggal dan
sawah irigasi dan produktivitas, maka daerah
lokasi pengambilan (desa, kecamatan dan
sentra produksi padi ditetapkan, yaitu:
kabupaten). Kemudian contoh air di analisis
Kabupaten Grobogan, Demak, Pemalang,
di laboratorium Balingtan Jakenan.
Brebes, Tegal, Cilacap, Kebumen, Sragen,
dan Klaten. Penetapan titik pengambilan contoh 2.3. Penetapan Kadar Residu Pestisida
tanah, air, dan tanaman dilakukan dengan dalam Tanah, Tanaman dan Air
bantuan Peta Rupa Bumi skala 1: 50.000 yang Analisis residu bahan agrokimia dilakukan
di keluarkan oleh Bakorsurtanal. Sedangkan dengan metode standar (baku) yang ditetapkan
posisi ketinggian dan koordinat ditentukan oleh Komisi Pestisida (1997). Prioritas analisis
dengan menggunakan GPS. Pengambilan residu pestisida diutamakan terhadap jenis
contoh dilakukan dengan sistem grid, dimana bahan aktif yang terbanyak (mayoritas)
setiap contoh tanah, air dan tanaman mewakili digunakan oleh petani berdasarkan hasil survei
luasan lahan ± 100 - 500 ha. Jumlah contoh RRA.
tanah dan tanaman yang diambil sebanyak Contoh tanah dan tanaman masing-
200 - 400 contoh. masing sebanyak 10 g dimasukkan ke dalam
Contoh tanah komposit diambil pada tabung kertas soxhlet, diekstrak dengan pelarut
kedalaman 0-20 cm. Satu contoh tanah aseton sebanyak 100 ml pada alas soxhlet.
komposit terdiri atas 8-10 anak contoh yang Ekstraksi berlangsung selama 6 jam pada
diambil dengan radius 50 -100 m. Anak-anak suhu 80°C. Setelah 6 jam hasil ekstraksi
contoh tersebut diaduk sampai rata, diambil diuapkan hingga agak kering dalam evaporator
sebanyak 0,5 kg dan dimasukan ke dalam pada suhu 45°C. Residu pestisida yang
kantong plastik ukuran 1 kg kemudian diberi diperoleh dari hasil evaporasi dipindahkan ke
label yang terdiri atas: kode, tanggal, dan lokasi dalam corong pisah 150 ml dengan bantuan
pengambilan (desa, kecamatan, dan pelarut n-heksan 25 ml, kemudian diekstraksi
kabupaten). Kemudian contoh tanah tersebut dengan pelarut asetonitril 25 ml sebanyak 3
dikering anginkan, digiling kemudian disaring kali. Lapisan n-heksana di sebelah atas
dengan saringan 2 mm dan di analisis di sedangkan lapisan asetonitril di sebelah bawah.
laboratorium Balingtan, Jakenan. Lapisan asetonitril hasil ekstrak 3 kali
Contoh air diambil dengan metode yang kemudian diuapkan/dipekatkan dalam
sama dengan pengambilan contoh tanah, yaitu evaporator pada suhu yang sama dengan
dilakukan dengan sistem grid, dimana setiap terdahulu. Larutan residu hasil evaporasi
air mewakili luasan lahan 25 ha. Jumlah selanjutnya dilarutkan dengan pelarut n-heksan
contoh air yang diambil sebanyak 200-400 sebanyak 5 ml dan dimasukkan ke dalam
contoh yang terdiri dari contoh air permukaan kolom kromatografi dan dielusi dengan eluen
(air sungai, air yang masuk ke petakan sawah campuran n-heksan + aseton (9+1). Eluat yang
saluran primer, air keluar saluran sekunder, diperkirakan megandung residu insektisida
dan air sumur penduduk) dan contoh air bawah ditampung dalam tabu beralas datar 125 ml.
permukaan. Contoh air bawah permukaan Eluat dipekatkan hingga agak kering. Eluat
diambil dengan bantuan bor tanah kemudian yang hampir kering dimasukkan ke dalam
dipasang dengan pipa PVC berdiameter 5 cm tabung uji dengan bantuan pelarut aseton

42 PANGAN, Vol. 21 No. 1 Maret 2012: 39-58


hingga volume menjadi 5 ml. Dari larutan Keterangan:
tersebut ditetapkan kandungan residu Ac = area contoh
organoklorin, organofosfat dan piretroid dengan
As = area standar
alat GC yang dilengkapi detektor ECD (Electron
Capture Detector) dan FPD (Flame Vic = volume injeksi contoh (µL)
Photometric Detector) (Kanazawa dkk., 1985). Vis = volume injeksi standar (µL)
Untuk analisis residu karbamat, prosedur Ks = Konsentrasi standar (ppm)
di atas dilanjutkan dengan tahap derivatisasi B = Bobot awal/volume awal (mg atau ml)
(Holden, 1978). Prosedur derivatisasi adalah B = recovery (%)
sebagai berikut: larutan di dalam tabung uji
sebanyak 5 ml diuapkan hingga kering,
kemudian ke dalamnya ditambahkan berturut- III. HASIL DAN PEMBAHASAN
turut 100 ml air destilasi, 2 ml KOH 0,5N, 2 ml 3.1. Penggunaan Pestisida
1-flouro- 2,4-dinitrobenzena (FDNB). Bahan Hasil wawancara terhadap petani padi di
digojok dengan penggojok mekanik selama Jawa Tengah disajikan pada Tabel 1. Jenis
20 menit. Setelah selesai ditambahkan 10 ml pestisida yang digunakan oleh petani
boraks 5%, kemudian digoyang perlahan-lahan dikelompokkan menjadi insektisida, fungisida,
hingga tercampur sempurna dan dilanjutkan herbisida, lain-lain, dan non registrasi. Lain-
dipanaskan pada suhu 80°C selama 20 menit. lain terdiri dari bakterisida, akarisida, dan
Campuran kemudian didinginkan dalam air nematisida, sedangkan non registrasi adalah
mengalir dilanjutkan dengan menambah pestisida yang tidak tercantum dalam Buku
campuran n-heksana + etileter (45+3) Registrasi Pestisida Tahun 2006. Tabel
sebanyak 10 ml, didiamkan selama satu menit. tersebut menunjukkan bahwa kelompok
Lapisan air dibagian bawah dibuang pestisida yang banyak digunakan oleh petani
sedangkan lapisan n-heksan bagian atas di Jawa Tengah dari tinggi ke rendah yaitu:
dimasukkan ke dalam tabung uji 10 ml. Dari insektisida (73,7 persen), fungisida (13,2
larutan ini ditetapkan kadar residu insektisida persen), herbisida (7,1 persen), lain-lain (3,8
golongan karbamat dengan alat GC yang persen) dan non registrasi (2,2 persen).
dilengkapi dengan detektor ECD. Berdasarkan jenis pestisida yang digunakan
Analisis contoh air, sebanyak 200 ml dapat diduga bahwa serangan OPT umumnya
dilewatkan melalui absorben SEP-PAK C18. merupakan hama (serangga). Selanjutnya
Residu yang terikat pada absorben C18 dielusi diikuti oleh penyakit yang disebabkan oleh
dengan 5 ml aseton. Eluat ditampung langsung jamur dan diikuti oleh penyakit lainnya yang
da1am tabung uji 10 ml. Dari eluat yang disebabkan oleh bakteri, cacing, dan lain-lain.
dihasilkan ditetapkan residu organoklorin, Kabupaten Brebes merupakan daerah
organofosfat dan piretroid. Untuk golongan dengan tingkat penggunaan pestisida tertinggi
karbamat penetapannya dilanjutkan dengan (58), sedangkan Klaten dan Grobogan
tahap derivatisasi (Ohsawa dkk., 1985). merupakan daerah terendah (7) dalam
Kandungan residu yang terdapat di dalam penggunaan pestisida untuk kategori daerah
contoh tanah, air dan tanaman dihitung sentra produksi padi di Jawa Tengah.Untuk
berdasarkan rumus : kategori daerah non sentra produksi padi,
Kabupaten Purbalingga mempunyai tingkat
penggunaan pestisida tertinggi (46 ),
sedangkan Kabupaten Karang Anyar dan Pati
mempunyai tingkat terendah (4) dalam
penggunaan pestisida (Tabel 1).

Residu Pestisida di Sentra Produksi Padi di Jawa Tengah (Asep Nugraha Ardiwinata dan Dedi Nursyamsi) 43
Tabel 1. Jenis Pestisida yang Digunakan oleh Petani Padi di Jawa Tengah

Keterangan: - = data tidak tersedia; Lain-lain = bakterisida, akarisida dan nematisida; Non
registrasi = tidak tercantum dalam buku registrasi pestisida tahun 2006

Kabupaten Purbalingga, meskipun tidak umumnya mahal), tapi petani masih


termasuk daerah sentra produksi padi, tapi melakukannya karena hasil panen masih bisa
penggunaan pestisidanya termasuk intensif. menutupi semua biaya produksinya.
Hal ini menunjukkan bahwa di daerah ini usaha Selanjutnya insektisida yang digunakan
tani di lahan sawah cukup menjanjikan. oleh petani di Jawa Tengah dikelompokkan
Meskipun penggunaan pestisida memerlukan lagi menjadi: piretroid, karbamat, organofosfat,
biaya yang cukup tinggi (harga pestisida neristoksin, fenil pirazol, dan lain-lain (Tabel 2).

44 PANGAN, Vol. 21 No. 1 Maret 2012: 39-58


Tabel 2. Jenis Insektisida yang Digunakan oleh Petani Padi di Jawa Tengah

Keterangan: - = data tidak tersedia; Lain-lain = tiadiazin, triazin, triazol, nitroimidazolidin, urea,
tiourea, avermectin, biologi, pirol, difenil

Lain-lain di sini terdiri dari tiadiazin, triazin, persen), organofosfat (15,8 persen), neristoksin
triazol, nitroimidazolidin, urea, tiourea, (3,4 persen), fenil pirazol (3,9 persen) dan lain-
avermectin, biologi, pirol, dan difenil. Tabel 2 lain (22,4 persen). Di daerah sentra produksi
menunjukkan bahwa kelompok insektisida padi, petani di Kabupaten Brebes mempunyai
yang banyak digunakan di lahan padi sawah preferensi terhadap insektisida paling tinggi
di Jawa Tengah dari tinggi ke rendah (38) dibandingkan kabupaten lainnya. Sementara
adalah:karbamat (27,6 persen), piretroid (26,8 itu di antara kabupaten di daerah non sentra

Residu Pestisida di Sentra Produksi Padi di Jawa Tengah (Asep Nugraha Ardiwinata dan Dedi Nursyamsi) 45
produksi padi, petani di Kabupaten Purbalingga masing-masing sebesar 50 dan 38 cc/tangki
memiliki preferensi paling tinggi (31). (ukuran tangki sama, yaitu 20 liter). Frekuensi
Rata-rata dosis, frekuensi aplikasi, dan aplikasi pestisida tertinggi ditemukan di
jumlah jenis insektisida yang digunakan oleh Kabupaten Purbalingga, yaitu sebesar 10 kali
petani di Jawa Tengah disajikan pada Tabel 3. per minggu. Sedangkan penggunaan jenis
Tabel tersebut menunjukkan bahwa dosis pestisida tertinggi ditemukan di Kabupaten
pestisida yang digunakan tertinggi ditemukan Banjarnegara dan Brebes, yaitu sebanyak 3-
di Kabupaten Pemalang dan Grobogan 5 jenis. Di Kabupaten Banyumas, insektisida

Tabel 3. Rata-rata Dosis, Frekuensi Aplikasi, dan Jenis Insektisida yang Digunakan oleh Petani
Padi di Jawa Tengah

Keterangan: - = data tidak tersedia

46 PANGAN, Vol. 21 No. 1 Maret 2012: 39-58


digunakan bilamana diperlukan saja, yaitu bila Adanya residu insektisida organoklorin yang
tingkat serangan hama sudah melampaui bersifat toksik dan persisten di lahan pertanian
ambang batas yang diperbolehkan. sangat berpotensi menyebabkan kematian
Hasil wawancara dengan petani (n= 100 biota tanah dan air serta pencemaran pada
responden) menunjukkan bahwa sebagian air tanah, air permukaan, dan air minum, serta
besar petani di Jawa Tengah melakukan pada produk pertanian.
penyemprotan pestisida untuk mengatasi Penggunaan pestisida yang tidak benar
serangan hama dan penyakit pada tanaman akan berdampak negatif bagi kesehatan dan
padi (89 persen). Alasan penggunaan pestisida lingkungan pertanian. Dampak negatif yang
pada umumnya karena pestisida dipercayai dapat ditimbulkan oleh residu pestisida
sangat efektif dan cepat (94 persen). Frekuensi terhadap kesehatan manusia selain
penyemprotan pestisida dalam seminggu karsinogenik (kanker) adalah menimbulkan
berkisar antara 2-3 kali (61 persen). Jumlah gangguan kelenjar endokrin (EDs, Endocrine
pestisida yang digunakan dalam satu tangki Discrupting Pesticides). Menurut Winarno
adalah 20 cc (40 persen) dan 10 cc (37 persen). (1987), bahan pangan yang tercemar pestisida
Waktu penyemprotan pada umumnya dicurigai menyebabkan leukimia,
dilakukan pada pagi hari (90 persen). Alat aplasticanemia, alergi dan asma. Selain itu,
semprot pestisida yang digunakan petani pada dampak negatif pestisida dapat terjadi pada
umumnya menggunakan alat semprot hewan, ternak, ikan, dan katak, serta timbulnya
punggung (100 persen) dengan alasan alat resistensi resurjensi hama, terbunuhnya musuh
ini mudah digunakan (76 persen). Sebagian alami atau serangga berguna, pencemaran
besar petani (72 persen) mengetahui akan air dan tanah (Soejitno dan Samudra, 1994;
bahaya dari penggunaan pestisida di pertanian Soejitno, 1986; Soejitno, 1988; Brown, 1978;
dan juga mereka mengetahui pentingnya Mustaqim dan Ma’aruf, 1990; Koesoemadinata,
penggunaan alat pelindung untuk menghindari 1980).
bahaya langsung dari pestisida (72 persen). 3.2. Status Residu Pestisida
Seperti halnya pupuk (urea, SP-36, dan Hasil analisis residu pestisida terhadap
KCl), penggunaan pestisida juga sudah semua jenis contoh yang dikumpulkan dari
merupakan kebutuhan sebagian besar petani lahan sawah di berbagai daerah di Jawa
di tanah air. Pestisida diyakini mampu Tengah menunjukkan adanya kandungan
menanggulangi serangan hama dan penyakit residu insektisida organoklorin, organofosfat,
tanaman sehingga petani terhindar dari dan karbamat. Residu insektisida karbamat
kerugian penurunan produksi akibat serangan tidak ditemukan di dalam contoh air.
organisme pengganggu tanaman (OPT). Selanjutnya tampak pula bahwa urutan
Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi residu insektisida dari tinggi ke
pestisida memang dalam waktu yang singkat rendah adalah dalam tanaman padi > tanah
efektif membunuh OPT sehingga disukai oleh > air. Hal ini disebabkan karena penyemprotan
petani. insektisida umumnya dilakukan terhadap tubuh
Data yang dikumpulkan dari hasil tanaman dan hanya sebagian kecil saja yang
wawancara dengan petani memberikan diaplikasikan bersamaan dengan seed
gambaran bahwa penggunaan pestisida di treatment.
lahan sawah di Jawa Tengah cenderung Tampak bahwa residu pestisida dari
melebihi dosis dan frekuensi penyemprotan kelompok organoklorin, organofosfat, dan
yang telah ditetapkan. Hal ini berpotensi karbamat telah mencemari lahan sawah di
meninggalkan residu pestisida di lahan-lahan Jawa Tengah. Hasil penelitian sebelumnya
pertanian sehingga menimbulkan tekanan juga menunjukkan bahwa residu pestisida
yang sangat berat bagi ekosistem pertanian. telah mencemari lahan sawah irigasi dan tadah

Residu Pestisida di Sentra Produksi Padi di Jawa Tengah (Asep Nugraha Ardiwinata dan Dedi Nursyamsi) 47
hujan di Jawa Tengah (Jatmiko dkk., 1999), di dalam contoh tanaman padi, tanah, dan air
lahan sawah irigasi di Jawa Timur (Harsanti masing-masing disajikan pada Gambar 1, 2,
dkk., 1999), dan lahan sawah di Jawa Barat dan 3. Senyawa yang ditemukan berupa
(Ardiwinata dkk., 1999). Residu pestisida bukan lindan, heptaklor, aldrin, dieldrin, endrin, DDT,
hanya mencemari lahan sawah, tetapi juga dan endosulfan. Senyawa organoklorin yang
telah mencemari agroekosistem tanaman dominan ditemukan dalam tanaman padi
pangan lainnya seperti kedelai, sayuran, dan adalah aldrin dan lindan, terutama ditemukan
lain-lain (Soejitno dan Ardiwinata, 1999), di Kabupaten Cilacap, Brebes, dan Pemalang.
bahkan telah mencemari produk pertanian Di dalam contoh tanah ditemukan dieldrin,
seperti beras dan kedelai di beberapa pasar aldrin, dan lindan, terutama ditemukan di
di DKI Jakarta (Ardiwinata dkk., 1997). Kabupaten Cilacap, Brebes, dan Demak.
3.2.1. Organoklorin Selanjutnya di dalam contoh air ditemukan
Residu organoklorin yang ditemukan di aldrin, endrin, dan lindan, terutama ditemukan
daerah sentra produksi padi di Jawa Tengah di Kabupaten Klaten, Sragen, dan Demak.

Gambar 1. Komposisi Residu Organoklorin pada Tanaman Padi di Sentra Produksi Padi di
Jawa Tengah

Gambar 2. Komposisi Residu Organoklorin pada Tanah di Sentra Produksi Padi di Jawa
Tengah

48 PANGAN, Vol. 21 No. 1 Maret 2012: 39-58


Kelompok organoklorin umumnya heptaklor (Murtado dkk., 1996). Selanjutnya
merupakan senyawa Persistent Organic survey yang dilakukan pada tahun 1992 di
Pollutants (POPs) yang mempunyai efek beberapa pasar di daerah Jawa Barat yang
terhadap kesehatan manusia terutama meliputi daerah Ciamis, Cianjur, Garut,
berpengaruh terhadap sistem kekebalan tubuh, Kuningan, Majalengka dan Sumedang
sistem hormon, sistem reproduksi dan dapat menunjukkan bahwa dalam sampel kedelai
menstimulus munculnya kanker. Dengan juga ditemukan senyawa POPs, yaitu lindan
demikian seharusnya senyawa ini tidak boleh dan dieldrin dan senyawa residu insektisida
ada di lingkungan pertanian karena selain lainnya. Yang menarik adalah dalam sampel
dapat membunuh biota yang ada di dalam kedelai impor ternyata juga mengandung
tanah, air, juga bila ada di dalam produk senyawa POPs lindan (Ardiwinata dkk., 1999).
pertanian akan membahayakan kelangsungan
3.2.2. Organofosfat
hidup mahluk lainnya seperti binatang dan
manusia. Senyawa POPs yang sangat Residu organofosfat yang ditemukan di
berpengaruh terhadap kesehatan manusia daerah sentra produksi padi di Jawa Tengah
antara lain adalah DDT, endosulfan, dioxin, disajikan pada Gambar 4 (padi), Gambar 5
TCDD dan PCBs (Oh, 2001). (tanah), dan Gambar 6 (air). Senyawa yang
Senyawa POPs ini ternyata memang telah ditemukan dalam contoh-contoh tersebut
masuk di dalam produk pertanian yang adalah klorpirifos, diazinon, profenofos, dan
langsung dikonsumsi oleh manusia seperti paration. Di dalam contoh tanaman padi
beras, sayuran, kedelai, dan lain-lain. Survey ditemukan profenofos dan klorpirifos, serta
yang dilakukan di daerah Jawa Barat hanya sedikit ditemukan diazinon dan paration,
(Karawang, Subang, lndramayu, Cirebon, terutama di Kabupaten Cilacap, dan Pemalang.
Kuningan, Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Di dalam contoh tanah ditemukan juga
Bandung, Cianjur, Sukabumi, Lebak, profenofos dan klorpiripos, terutama di
Pandeglang dan Serang) pada tahun Kabupaten Brebes. Sedangkan di dalam
1995/1996 menunjukkan bahwa beras yang contoh air ditemukan senyawa klorpiripos dan
beredar di pasar mengandung beberapa paration, terutama di Kabupaten Brebes dan
senyawa POPs, seperti: lindan, aldrin dan Klaten.

Gambar 3. Komposisi Residu Organoklorin pada Air di Sentra Produksi Padi di Jawa Tengah

Residu Pestisida di Sentra Produksi Padi di Jawa Tengah (Asep Nugraha Ardiwinata dan Dedi Nursyamsi) 49
Gambar 4. Komposisi Residu Organofosfat pada Tanaman Padidi Sentra Produksi Padi di
Jawa Tengah

Gambar 5. Komposisi Residu Organofosfatpada Tanah di Sentra Produksi Padi di Jawa


Tengah

3.2.3. Karbamat Isoprophylphenyl Carbamate). Residu ini hanya


Residu karbamat yang ditemukan adalah ditemukan dalam contoh tanaman padi dan
senyawa BPMC (o-sec-Butylphenyl Methyl tanah, sedangkan dalam contoh air, residu ini
Carbamate) dan MIPC (N-methyl-2- tidak ditemukan (data tidak disajikan).

50 PANGAN, Vol. 21 No. 1 Maret 2012: 39-58


Gambar 6. Komposisi residu organofosfat pada air di sentra produksi padi di Jawa Tengah

3.3. Sebaran Residu Pestisida Tengah (Kabupaten Grobogan, Demak,


3.3.1. Organoklorin Pemalang, Brebes, Tegal Cilacap, Kebumen,
Sragen, dan Klaten) yang masing-masing
Senyawa organoklorin ditemukan di dalam disajikan pada Gambar 7, 8, dan 9. Residu
contoh tanaman padi, tanah, dan air di seluruh organoklorin yang ditemukan meliputi: lindan,
Kabupaten sentra produksi padi di Jawa heptaklor, aldrin, dieldrin, dan endosulfan.

Gambar 7. Sebaran Residu Organoklorin pada Tanaman Padi di Lahan Sawah di Jawa Tengah

Residu Pestisida di Sentra Produksi Padi di Jawa Tengah (Asep Nugraha Ardiwinata dan Dedi Nursyamsi) 51
Di Kabupaten Grobogan, dalam contoh aldrin, dan endosulfan. Di Kabupaten Sragen,
tanaman padi ditemukan lindan dan dieldrin, dalam contoh tanaman padi ditemukan lindan,
sedangkan dalam contoh tanah dan air heptaklor, aldrin, dan endosulfan, dalam contoh
ditemukan endosulfan. Di Kabupaten Demak, tanah dan air ditemukan lindan, heptaklor,
contoh tanaman padi mengandung lindan, aldrin, dieldrin dan endosulfan. Demikian pula
heptaklor dan endosulfan, sedangkan contoh di Kabupaten Klaten, dalam contoh tanaman
tanah dan air mengandung lindan aldrin, padi ditemukan lindan dan heptaklor,
dieldrin, dan endosulfan. Di Kabupaten sedangkan dalam contoh tanah dan air
Pemalang, contoh tanaman padi dan tanah ditemukan lindan, heptaklor, aldrin, dieldrin,
mengandung lindan dan dieldrin, sedangkan dan endosulfan.
contoh air mengandung endosulfan. Di
Meskipun penggunaan pestisida yang
Kabupaten Brebes, contoh tanaman padi
mengandung senyawa organoklorin sudah
mengandung lindan dan aldrin, sedangkan
contoh tanah dan air mengandung lindan, dilarang sejak tahun 1970-an (Sudarmo, 1991)
dieldrin, dan endosulfan. Di Kabupaten Tegal, dan tidak ditemukan penggunaanya pada saat
contoh tanaman padi mengandung lindan dan survei berlangsung tapi ternyata residunya
aldrin, sedangkan contoh tanah dan air ditemukan di seluruh Kabupaten sentra
mengandung lindan, heptaklor, aldrin, dieldrin, produksi padi di Jawa Tengah. Hal ini diduga
dan endosulfan. Di Kabupaten Cilacap, dalam karena petani masih menggunakannya secara
contoh tanaman padi ditemukan lindan dan ilegal dan atau residu dari penggunaan
aldrin, dalam contoh tanah ditemukan lindan, pestisida jaman dulu (saat program Bimas
dieldrin, dan endosulfan, sedangkan dalam digalakkan) masih berada di dalam tanah.
contoh air ditemukan dieldrin. Di Kabupaten Kelompok organoklorin termasuk senyawa
Kebumen, contoh tanaman padi mengandung POPs sehingga keberadaannya di lingkungan
lindan dan heptaklor, sedangkan dalam contoh dapat bertahan lama, karena senyawa ini sulit
tanah dan air ditemukan lindan, heptaklor, terdekomposisi.

Gambar 8. Sebaran Residu Organoklorin pada Tanah di Lahan Sawah di Jawa Tengah

52 PANGAN, Vol. 21 No. 1 Maret 2012: 39-58


Gambar 9. Sebaran Residu Organoklorin pada Air di Lahan Sawah di Jawa Tengah

3.3.2. Organofosfat Kabupaten Brebes, contoh tanaman padi dan


Seperti halnya organoklorin, senyawa air mengandung klorpirifos, sedangkan contoh
organofosfat juga ditemukan di dalam contoh tanah mengandung klorpirifos, diazinon, dan
tanaman padi, tanah, dan air di seluruh profenofos. Di Kabupaten Tegal, contoh
Kabupaten sentra produksi padi di Jawa tanaman padi, tanah, dan air mengandung
Tengah (Kabupaten Grobogan, Demak, sedikit paration. Di Kabupaten Cilacap, dalam
Pemalang, Brebes, Tegal Cilacap, Kebumen, contoh tanaman padi ditemukan klorpirifos dan
Sragen, dan Klaten) yang masing-masing profenofos, sedangkan dalam contoh air hanya
disajikan pada Gambar 10, 11, dan 12. Residu ditemukan klorpirifos. Demikian pula di
organofosfat yang ditemukan meliputi: Kabupaten Kebumen, Sragen, dan Klaten,
klorpirifos, diazinon, profenofos, dan dalam contoh tanaman padi, tanah, dan air
paration.Seperti halnya kelompok organoklorin, semuanya mengandung sedikit paration.
senyawa ini juga sulit terdekomposisi di dalam Konsentrasi residu insektisida dari
tanah sehingga berpotensi mencemari kelompok organofosfat dalam semua jenis
lingkungan. contoh (tanaman padi, tanah, dan air) lebih
Di Kabupaten Grobogan, dalam contoh tinggi di bandingkan residu organoklorin
tanaman padi dan air ditemukan klorpirifos, (Gambar 1-6). Hal ini menunjukkan bahwa
sedangkan dalam contoh tanah ditemukan saat ini penggunaan insektisida yang berbahan
profenofos dan paration. Di Kabupaten Demak, aktif organofosfat lebih banyak dibandingkan
contoh tanaman padi, tanah, dan air semuanya organoklorin. Hal ini dapat difahami karena
mengandung klorpirifos. Di Kabupaten insektisida berbahan aktif organoklorin saat
Pemalang, contoh tanaman padi mengandung ini sudah dilarang penggunaannya di lahan
klorpirifos dan profenofos, sedangkan contoh pertanian.
tanah dan air mengandung klorpirifos. Di

Residu Pestisida di Sentra Produksi Padi di Jawa Tengah (Asep Nugraha Ardiwinata dan Dedi Nursyamsi) 53
Gambar 10. Sebaran Residu Organofosfat pada Tanaman di Lahan Sawah di Jawa Tengah

Gambar 11. Sebaran Residu Organofosfat pada Tanah di Lahan Sawah di Jawa Tengah

54 PANGAN, Vol. 21 No. 1 Maret 2012: 39-58


Gambar 12. Sebaran Residu Organofosfat pada Air di Lahan Sawah di Jawa Tengah

3.3.3. Karbamat lebih ramah lingkungan karena dapat


Seperti halnya organoklorin dan terdekomposisi dengan baik di dalam tanah.
organofosfat, kelompok karbamat juga Senyawa kelompok ini hanya ditemukan
ditemukan di dalam contoh tanaman padi dan di beberapa tempat sajadan itu pun dalam
tanah di sentra produksi padi di Jawa Tengah jumlah sedikit. Senyawa BPMC ditemukan
(meskipun tidak semua kabupaten) yang hanya di Kabupaten Pati, Demak, dan Klaten
masing-masing disajikan pada Gambar 13 dan di dalam contoh tanaman padi dan tanah.
14. Residu karbamat yang ditemukan meliputi Sementara itu senyawa MIPC di temukan pada
BPMC dan MIPC. Dibandingkan kelompok contoh tanaman padi di Kabupaten Demak
organoklorin dan organofosfat, senyawa ini dan Cilacap.

Gambar 13. Sebaran Residu Karbamat pada Tanaman Padi di Lahan Sawah di Jawa Tengah

Residu Pestisida di Sentra Produksi Padi di Jawa Tengah (Asep Nugraha Ardiwinata dan Dedi Nursyamsi) 55
Gambar 14. Sebaran Residu Karbamatpada Tanah di Lahan Sawah di Jawa Tengah

IV. KESIMPULAN sentra produksi padi di Jawa Tengah


Pertama, petani di Jawa Tengah sudah (Kabupaten Grobogan, Demak, Pemalang,
terbiasa menggunakan pestisida karena Brebes, Tegal Cilacap, Kebumen, Sragen, dan
diyakini bahwa pestisida ampuh dalam Klaten), sedangkan residu insektisida karbamat
menanggulangi serangan OPT. Namun hanya ditemukan di Kabupaten Klaten, Demak,
demikian penggunaan pestisida di petani Cilacap, dan Pati.
umumnya belum berdasarkan prinsip PHT,
yaitu Pestisida digunakan dalam jumlah DAFTAR PUSTAKA
sesedikit mungkin dalam batas yang efektif
(tidak berlebihan) dan diaplikasikan apabila Ardiwinata, A.N., N. Umar, dan N. Hadayani. 1997.
tingkat kerusakan tanaman atau kepadatan Residu insektisida organoklorin, organofosfat,
populasi organisme pengganggu melampaui dan Karbamat dalam beras dan kedelai di
batas toleransi ambang ekonomi. beberapa pasar di DKI Jakarta. Prosiding
Kedua, meskipun penggunaan residu Seminar Nasional. PEI Cabang Bogor. Hal.
346 – 347.
insektisida organoklorin telah dilarang dan
hasil wawancara dengan petani tidak Ardiwinata, A.N., S.Y. Jatmiko, E.S. Harsanti. 1999.
Monitoring residu insektisida di Jawa Barat.
ditemukan penggunaannya di lahan sawah,
Risalah Seminar Hasil Penelitian Emisi Gas
tapi residunya di lapangan masih ditemukan
Rumah Kaca dan Peningkatan Produktivitas
sehingga berpotensi mengganggu kelestarian Padi di Lahan Sawah. Bogor 24 April 1999.
lingkungan. Hal. 91-105.
Ketiga, residu insektisida organoklorin Brown, AWA. 1978. Ecology of Pesticide.Wiley-
dan organofosfat telah ditemukan dalam contoh Interscience Publ. John Wiley & Sons. New
tanaman padi, tanah, dan air di lahan sawah Yo r k , C h i l s h e s t e r, B r i s b a n e . 4 6 5 p .

56 PANGAN, Vol. 21 No. 1 Maret 2012: 39-58


FAO. 1998. Regional Meeting on Herbicides Pestisida Dalam Perlindungan Tanaman
Resistancwe. Teagu, Korea 29 June – 3 July Menuju Terwujudnya Pertanian Tangguh Dan
1998. Plant Production and Protection Division Kelestarian Lingkungan. PT. Agricon. p 695-
Food and Agric. Org. of United Nation, Roma. 71.
Harsanti, E.S., S.Y. Jatmiko dan A.N. Ardiwinata. Oh, B.Y. 2001. Pesticide Residues for Food Safety
1999. Residu Insektisida pada Ekosistem and Environment Protection. National Institute
Lahan Irigasi di Jawa Timur. Risalah Seminar of Agricultural Science and Technology RDA.
Hasil Penelitian Emisi Gas Rumah Kaca dan Ext. Bulletin 495. Suwon, Korea.
Peningkatan Produktivitas Padi di Lahan
Ohsawa, K., S. Hartati, S. Nugrahati, H.
Sawah. Bogor 24 April 1999. Hal. 119-128.
Sastrohamidjoyo, K. Untung, N. Arya. K.
Holden, E.P. 1978. Gas Chromatographic Sumiartha dan S. Kuwatsuka. 1985. Residue
Determination of Residue of Methyl Carbamate Analysis of Organochlorin and
In Crops As Their 2,4-Dinitrophenyl Ether Organophosphorus Pesticides in Soil, Water
Derivatives. J. Assoc. Offic. Annal. Chem. and Vegetables from Central Java and Bali,
56(3):713-717.
ecol./impact of IPM in Indoensia. P. 59-70.
Jatmiko, S.Y., E.S. Harsanti dan A.N. Ardiwinata.
Sudarmo, S. 1991. Pestisida. Penerbit Kanisius,
1 9 9 9 . P e n c e m a r a n P e s t i s i d a pa d a
Yogyakarta.
Agroekosistem Lahan Sawah Irigasi dan Tadah
Hujan di Jawa Tengah. Risalah Seminar Hasil Soejitno, J. 1986. Pengaruh Herbisida 2,4 D
Penelitian Emisi Gas Rumah Kaca dan terhadap Wereng Coklat N. lugens Stal.
Peningkatan ProduktivitasPadi di Lahan Konferensi Toksikologi Indonesia I. Bandung
Sawah. Bogor 24 April 1999. Hal. 119-128. , 28-31 Juli 1986.

Kanazawa, J., D. Kilin, Sutrisno dan S. Orita. 1985. Soejitno, J. 1988. Peranan Pestisida dalam
Residu of Diazinon in Rice Plant and Paddy Pengendalian Hama Padi dan Palawija.
Soil. Penelitian Pertanian. 3(2):83-84 Simposium Penggunaan Pestisida Secara
Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Bijaksana. Himpunan Perlindungan Tanaman
Kab.Pati – UGM. 2006. Sosialisasi Dampak Indonesia. Jakarta, 15-12- 1988.
Penggunaan Pestisida pada Petani. Soejitno, J. dan IM. Samudra. 1994. Kajian
Koesoemadinata, S. 1980. Pesticide as a Major Resistensi Penggerek Batang Padi Putih (S.
Constrain in Integrated Agriculture-Aquaculture innotata Wlk.) terhadap Insektisida Karbofuran
Farming System. Dalam: Pulin, RSV. & 3G. Penelitian Pertanian Vol. 13(2).
Shahadeh, ZH. (eds). Integrated Agriculture- Soejitno, J. dan A.N. Ardiwinata. 1999. Residu
Aquaculture Farming System. ICLARM Pestisida pada Agroekosistem Tanaman
Conference Proceeding, 4:45-52. Pangan. Risalah Seminar Hasil Penelitian
Komisi Pestisida. 1997. Metode Pengujian Residu Emisi Gas Rumah Kaca dan Peningkatan
Pestisida dalam Hasil Pertanian. Departemen Produktivitas Padi di Lahan Sawah. Bogor 24
Pertanian. 377 hal. April 1999. hal 72-90.
Komisi Pestisida. 2005. Pestisida untuk pertanian Soejitno, J. 2000. Pesticide Residues on Food
dan kehutanan. Ditjen Bina Sarana Pertanian. Crops and Vegetables in Indonesia.
Murtado, A. Nugraha, I. Nasution, I.M. Samudra, P. International Seminar on Food Crops and
Lestina dan Ismiyatun. 1996. Status Residu Quarantine Inspection. Suwon-Korea. FFTC:
Pestisida Pada Sentra Produksi Padi Sawah. 37-52.
Laporan Hasil Penelitian Balitro. Bogor, 1996. Winarno, F.G. 1987. Pengaruh Pestisida Terhadap
p.15. Kesehatan Manusia. Simposium Nasional
Mustaqim dan Ma’aruf. 1990. Peranan Analisis Pengelolaan Pestisida di Indonesia.
Dampak Lingkungan Dalam Penggunaan Yogyakarta, 8-10 Januari. 1987.20 hal.

Residu Pestisida di Sentra Produksi Padi di Jawa Tengah (Asep Nugraha Ardiwinata dan Dedi Nursyamsi) 57
BIODATA PENULIS :
Asep Nugraha Ardiwinata, dilahirkan pada
tanggal 2 Maret 1961 di Bogor. Saat ini menjabat
sebagai Kepala Bidang Program dan Evaluasi
pada Pusat Perpustakan dan Penyebaran
Teknologi Pertanian (PUSTAKA) di Bogor
merangkap sebagai Peneliti Madya di Balai
Penelitian Lingkungan Pertanian (Balingtan)
Jakenan. Beliau menyelesaikan pendidikan BSc
pada tahun 1984 bidang Kimia Analisis di
Akademi Kimia Analisis (AKA) Bogor, S2 dan
S3 masing-masing tahun 1999 dan 2005 bidang
Ilmu Kimia diselesaikan di Universitas Indonesia,
Jakarta.
Dedi Nursyamsi, dilahirkan pada tanggal 23
Juni 1964 di Ciamis. Saat ini menjabat sebagai
Kepala Balai Penelitian Lingkungan Pertanian
(Balingtan) Jakenan sekaligus sebagai Peneliti
Utama. Beliau menyelesaikan pendidikan S1
pada tahun 1987 bidang Ilmu Tanah di Institut
Pertanian Bogor (IPB), S2 tahun 2000 bidang
Nutrisi Tanaman di Hokkaido University, Jepang,
dan S3 tahun 2008 bidang Kesuburan Tanah di
IPB.

58 PANGAN, Vol. 21 No. 1 Maret 2012: 39-58

Anda mungkin juga menyukai