Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MATA KULIAH

BANGUNAN PANTAI

Oleh:
Alif Maulida Laili Amna
26020216130072
Oseanografi

Dosen Pengampu Mata Kuliah:


Denny Nugroho Sugianto S.T, M.Si
NIP 197408102001121001

DEPARTEMEN OSEANOGRAFI
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
A. Jenis-Jenis Bangunan Pantai
Menurut Dundu (2013), bangunan pantai digunakan untuk melindungi pantai terhadap
kerusakan karena serangan gelombang dan arus. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk melindungi pantai yaitu :
1. Memperkuat pantai atau melindungi pantai agar mampu menahan kerusakan karena
serangan gelombang
2. Mengubah laju transpor sedimen sepanjang pantai
3. Mengurangi energi gelombang yang sampai ke pantai
4. Reklamasi dengan menambah suplai sedimen ke pantai atau dengan cara lain
Berdasarkan fungsinya, bangunan-bangunan laut dan pantai secara umum dapat
diklasifikasikan dalam tiga kelompok yaitu :
a. Konstruksi yang dibangun di lepas pantai dan kira-kira sejajar dengan garis pantai.
b. Konstruksi yang dibangun kira-kira tegak lurus pantai dan berhubungan dengan pantai.
c. Konstruksi yang dibangun di pantai dan sejajar dengan garis pantai.
Beberapa jenis bangunan pantai yang dibangun untuk proteksi pantai adalah sebagai
berikut:
1. Breakwater
Breakwater adalah bangunan yang dibuat sejajar pantai dibangun sebagai salah
satu bentuk perlindungan pantai terhadap erosi dengan menghancurkan energi
gelombang sebelum sampai ke pantai, sehingga terjadi endapan dibelakang bangunan.
Bangunan ini berfungsi untuk melindungi pantai yang terletak dibelakangnya dari
serangan gelombang yang dapat mengakibatkan erosi pada pantai (Dundu, 2013).
Breakwater atau pemecah gelombang dapat dibedakan berdasarkan lokasi
penempatannya yaitu pemecah gelombang sambung pantai dimana banyak digunakan
pada perlindungan perairan pelabuhan dan lepas pantai untuk perlindungan pantai
terhadap erosi. Perlindungan oleh pemecahan gelombang lepas pantai terjadi karena
berkurangnya energi gelombang yang sampai di perairan di belakang bangunan. Karena
pemecah gelombang ini dibuat terpisah ke arah lepas pantai, tetapi masih di dalam zona
gelombang pecah (breaking zone). Breakwater juga dapat dibedakan berdasarkan
apakah air dapat melewati puncak bangunan dan tidak (Dundu, 2013).
(a) (b)

(c) (d)
Gambar 1. (a) breakwater lepas pantai (b) breakwater sambung pantai (c) submerged
breakwater (d) merged breakwater

Breakwater atau dalam hal ini pemecah gelombang lepas pantai adalah bangunan
yang dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai. Pemecah
gelombang dibangun sebagai salah satu bentuk perlindungan pantai terhadap erosi
dengan menghancurkan energi gelombang sebelum sampai ke pantai, sehingga terjadi
endapan dibelakang bangunan. Endapan ini dapat menghalangi transport sedimen
sepanjang pantai.
Breakwater dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
 Pemecah Gelombang Sambung Pantai
Digunakan pada perlindungan perairan pelabuhan
 Pemecah Gelombang Lepas Pantai
Perlindungan pantai terhadap erosi.
Breakwater menurut bentuknya terdiri dari 3 jenis yaitu:
1. Rubble Mound Breakwater (breakwater sisi miring)
Pemecah gelombang ini lebih cocok digunakan pada kondisi tanah yang lunak dan
tidak terlalu dalam. Breakwater ini bersifat fleksibel karena jika serangan
gelombang kerusakan yang terjadi tidak secara tiba-tiba, meskipun beberapa butiran
longsor.
Gambar 2. Rubble Mound Breakwater
2. Breakwater Sisi Tegak
Breakwater tipe ini biasanya ditempatkan di laut dengan kedalaman lebih dalam
dangan tanah dasar keras. Karena dinding breakwater tegak, maka akan terjadi
gelombang diam atau klapotis yaitu superposisi antara gelombang datang dan
gelombang pantul.

Gambar 3. Breakwater Sisi Tegak


3. Breakwater Gabungan
Breakwater campuran dibuat apabila kedalaman air sangat besar dan tanah dasar
tidak mampu menahan beban dari pemecah gelombang sisi tegak. Pada waktu air
surut bangunan berfungsi sebagai pemecah gelombang sisi miring, sedang pada
waktu air pasang berfungsi sebagai pemecah gelombang sisi tegak.

Gambar 4. Breakwater Gabungan


2. Groin
Groin adalah struktur pengaman pantai yang dibangun menjorok relatif tegak lurus
terhadap arah pantai. Pemasangan groins dilakukan dengan tujuan untuk menahan
transport sedimen sejajar pantai sehingga sedimen terperangkap pada “upcurrent side,”
sedangkan pada “downcurrent side” terjadi erosi. Untuk pembuatan konstruksi groin
dapat dilakukan dengan bahan konstruksinya dari beton, baja, kayu, dan batu. Groin
memiliki beberapa tipe yaitu tipe I, tipe L, tipe T, tipe Z, dan kombinasi. Namun yang
paling sering digunakan adalah tipe I dan tipe T. Tipe T digunakan selain sebagai groin
juga digunakan sebagai breakwater (Dundu, 2013).
Groin dapat dilakukan dengan mengatur atau mengurangi “longshore transport”.
Bangunan yang digunakan adalah groin yang dibangun tegak lurus garis pantai.
Efektifitas suatu groin dalam mengatur angkutan pasir sepanjang pantai sangat
tergantung pada tinggi, panjang dan jarak groin tersebut. kelemahan sistem groin adalah
terjadinya erosi dibagian hilir (down drift) groin, sehingga untuk melindungi pantai
secara menyeluruh harus dipertimbangkan sejauh mana garis pantai harus dipasang
groin tersebut. Groin cukup efektif untuk pantai berpasir dan kurang efektif untuk
pantai berlumpur. Untuk merancang groin diperlukan data angkutan sedimen
sejajar(sepanjang) pantai. Besarnya angkutan sedimen dapat dihitung berdasarkan data
karakteristik gelombang yang mengenai pantai (data gelombang, peta batimetri dan
data sedimen) (Hidayat, 2006)
Struktur groin dibagi menjadi 2 bagian yaitu difracting dan nondifracting.
Nondifracting groin biasanya memiliki panjang yang relatif lebih pendek jika
dibandingkan dengan difracting groin. Program GENESIS juga memungkinkan user
untuk memasukkan nilai permeabilitas groin yang pada akhirnya akan mempengaruhi
kondisi sedimen yang lolos dan yang tertahan oleh groin. Permeabilitas groin juga dapat
disesuaikan dan digunakan sebagai faktor kalibrasi sehingga didapatkan tipe groin yang
sesuai dengan perubahan garis pantai yang dikehendaki. Panjang groin akan efektif
menahan sedimen apabila bangunan tersebut menutup lebar surfzone. Namun keadaan
tersebut dapat mengakibatkan suplai sedimen ke daerah hilir terhenti sehingga dapat
mengakibatkan erosi di daerah tersebut. Oleh karena itu panjang groin dibuat 40%
sampai dengan 60% dari lebar surfzone dan jarak antar groin adalah 1-3 panjang groin.
(Bambang Triatmodjo, 2016)
Gambar 5. Beberapa jenis groin (Dundu, 2013)

3. Jetty
Jetty adalah bangunan tegak lurus pantai yang diletakan di kedua sisi muara sungai
yang memilki fungsi :
1. Mengurangi pendangkalan alur oleh sedimen pantai.
Pada penggunaan muara sungai sebagai alur pelayaran, pengendapan dimuara
dapat mengganggu lalu lintas kapal. Untuk keperluan tersebut jetty harus panjang
sampai ujungnya berada di luar sedimen sepanjang pantai juga sangat berpengaruh
terhedap pembentukan endapan tersebut. Pasir yang melintas didepan muara
geelombang pecah. Dengan jetty panjang transport sedimen sepanjang pantai dapat
tertahan dan pada alur pelayaran kondisi gelombang tidak pecah, sehingga
memungkinkan kapal masuk kemuara sungai.
2. Mencegah pendangkalan dimuara dalam kaitannya dengan pengendalian banjir.

Jetty adalah bangunan pelindung pantai yang diletakkan tegak lurus garis
pantai, digunakan untuk stabilisasi muara sungai. Suatu sungai yang tertutup muaranya
oleh “sand spit”, pada saat terjadi banjir akan berusaha mencari jalan termudah untuk
mengalir menuju laut. Apabila aliran tidak mampu menembus aliran sand spit, hal
inilah yang menyebabkan muara sungai berpindah-pindah. Penutupan muara sungai
oleh sand spit biasanya disebabkan:
a. debit sungai terlalu bervariasi dan pada suatu saat sangat kecil
b. angkutan sedimen pantai cukup potensial, sehingga mampu menutup muara
sungai pada saat debit kecil
c. apabila tebing sangat rendah, dapat menimbulkan banjir di daerah kanankiri
muara sungai danmuara sungai sering berpindah.
Untuk mengatasi masalah ini dilakukan stabilisasi muara sungai dengan Jetty. Apabila
tebing sungai relatif rendah maka jetty harus dikombinasikan dengan tanggul sungai
(Hidayat, 2006).

Gambar 6. Jetty
4. Revetment
Konstruksi perkuatan tebing pantai (revetment) berfungsi untuk melindungi
tanah atau bangunan di belakang dinding/revetmen tersebut dari gempuran gelombang,
sehingga tanah tidak tererosi. Revetmen digunakan untuk perlindungan terhadap
gelombang yang relatif kecil. Kelemahan dari bangunan ini adalah kemungkinan
terjadinya penggerusan yang cukup dalam di kaki bangunan. Oleh karenanya pada
bagian kaki bangunan ini harus dibuatkan suatu perlindungan terhadap gerusan/erosi
(Toe protection) yang cukup baik (Hidayat, 2006).
Menurut Dundu (2013) Revetment adalah bangunan yang dibuat untuk menjaga
stabilitas tebing atau lereng yang disebabkan oleh arus atau gelombang. Ada beberapa
tipe dari revetment, seperti:
a. rip-rap atau batuan yang dicetak dan berbentuk seragam.
b. unit armour beton
c. batu alam atau blok beton
Gambar 7. Revetment (Hidayat, 2006)
5. Seawall
Seawall adalah bangunan pengaman pantai yang dibuat sejajar pantai dan biasanya
memiliki dinding relatif tegak atau lengkung. Seawall juga dapat dikatakan sebagai
dinding banjir yang berfungsi sebagai pelindung/penahan terhadap kekuatan
gelombang. Seawall pada umumnya dibuat dari konstruksi padat seperti beton, turap
baja/kayu, pasangan batu atau pipa beton sehingga seawall tidak meredam energi
gelombang, tetapi gelombang yang memukul permukaan seawall akan dipantulkan
kembali dan menyebabkan gerusan pada bagian kaki bangunan (Dundu, 2013).

Gambar 8. Contoh konstruksi seawall (Hidayat, 2006)


6. Bulkhead
Bulkhead adalah dinding penahan vertikal untuk menahan atau mencegah tanah untuk
bergeser. Tujuan utama dari dibuatnya konstruksi bulkhead adalah untuk mengurangi
erosi tanah yang terbawa ke laut, bukan untuk mengurangi banjir pantai atau kerusakan
akibat gelombang. Bulkhead dibangun dengan cara mengikis tebing tanah namun
menyisakan bagian dasar tanah dan meningkatkan stabilitas tanah dengan melindungi
bagian dasar tanah tersebut. Bulkhead dapat dibuat dari material batu, kayu, blok beton,
atau unit armorstone. Bulkhead (turap baja) adalah struktur perlindungan pantai yang
diletakkan sejajar garis pantai yang berfungsi untuk melindungi tanah dari gempuran
gelombang juga melindungi terjadinya kelongsoran (sliding) tanah, terutama tanah
hasil reklamasi. Bangunan ini digunakan untuk perlindungan terhadap gelombang yang
sedang (Hidayat, 2006)

Gambar 9. Bulkhead
B. Jenis Batu Lapis Pelindung Bangunan Pantai
Menurut Refi (2013), untuk pembuatan breakwater, ada beberapa jenis material yang
bisa digunakan untuk membuat lapisan-lapisan pada bagian breakwater, diantaranya adalah
batu alam, dan batu buatan (artificial).
1. Batu alam (quarry stone)
Batu alam adalah bahan yang paling sering digunakan sebagai unti lapis pelindung
karena tidak memerlukan pencetakan seperti pada batu lapis pelindung buatan.
Mengingat jumlah yang diperlukan sangat besar maka ketersediaan batu di sekitar
lokasi pekerjaan harus diperhatikan. Ketersediaan batu dalam jumlah besar dan biaya
pengangkutan dari lokasi batu ke lokasi proyek yang ekonomis akan mengarakan pada
pemilihan breakwater tipe tumpukan batu.
Gambar 10. Breakwater dengan lapisan pelindung menggunakan batu alam (Refi, 2013)
2. Batu Lapis Pelindung Buatan
Untuk mengatasi masalah sulitnya mendapatkan batu dengan massa yang berat
dalam jumlah yang sangat banyak. maka dibuat batu buatan (artificial) dari beton
dengan bentuk tertentu. Batu buatan ini bisa berbentuk sederhana (kubus) yang
memerlukan berat yang cukup besar, atau bentuk kubus yang lebih ringan tetapi lebih
mahal dalam pembuatannya. Batu buatan ini bisa juga berupa tetrapod, tribar, hexapod,
dolos, A-jack, dan sebagainya (Rafi, 2013).

Beberapa jenis batu pelindung buatan adalah sebagai berikut:


a. Tetrapod
Tetrapod adalah sebuah struktur beton berkaki empat yang berfungsi sebagai unit
pelindung pada pemecah gelombang. Bentuknya dirancang untuk menyerap energi
gelombang dengan cara mengalirkan gelombang laut melalui sela-selanya dan
bukan menahan gelombang dan juga mengurangi kemungkinan struktur amblas
dengan menerapkan sebaran acak tetrapod agar saling mengunci.Yang perlu
diusahakan adalah teknik menyusunan unit ini di garis pantai, sehingga akibat
gelombang tsunami yang besar tidak terjadi pergeseran yang terlalu besar terhadap
tetrapod tersebut (Edyanto, 2015).

Gambar 11. Tetrapod


b. Quadripod
Quadripod memiliki fungsi sama seperti quadripod yaitu bentuknya dirancang
untuk menyerap energi gelombang dengan cara mengalirkan gelombang laut
melalui sela-selanya dan bukan menahan gelombang dan juga mengurangi
kemungkinan struktur amblas dengan menerapkan sebaran acak quadripod agar
saling mengunci.

Gambar 12. Quadripod


c. Tribar
Armor tribar ditempatkan secara acak dalam suatu system breakwater sehingga
satu-sama lain akan mengunci.
Gambar 13. Tribar
d. Dolos

Gambar 14. Dolos


e. Kubus dimodifikasi

Gambar 15. Kubus dimodifikasi


f. Hexapod
Hexapod digunakan untuk memperkuat bagian bawah tanggul ke arah sungai, agar
tidak terjadi abrasi yang disebabkan penurunan tanah.

Gambar 16. Hexapod


g. Balok beton

Gambar 17. Balok Beton


C. Sheet pile
Dinding turap (sheet pile) merupakan suatu material yang disusun menyerupa bentuk
dinding berfungsi sebagai struktur penahan tanah pada tebing jalan raya struktur penahan
tanah pada galian, struktur penahan tanah yang berlereng aga tanah tersebut tidak longsor,
konstruksi bangunan yang ringan, saat kondisi tana kurang mampu untuk mendukung
dinding penahan. Material yang digunaka dalam sheet pile ada beberapa macam, yaitu sheet
pile dari material kayu, sheet pile dari material beton, sheet pile dari bahan baja (steel).
Sheet pile disuse dengan bentuk khusus agar dapat tersusun dan saling mengikat satu sama
lainny sesuai dengan kebutuhan perencana. Perbedaan mendasar antara dinding turap da
dinding penahan tanah terletak pada keuntungan penggunaan dinding turap pada kondisi
tidak diperlukannya pengeringan air (dewatering). Sheet pile dala berbagai variasi sifat
kekuatan dapat diperoleh dengan pengaturan yang sesuai dari perbandingan jumlah
material pembentuknya serta jenis material yang digunakan.
Sheet pile merupakan struktur dengan barisan cylinder pile yang berfungsi sebagai
dinding penahan tanah dan biasanya digunakan pada pekerjaan pembuatan dermaga,
jembatan, tebing jalan raya maupun sea wall. Kayu, baja, dan beton merupakan material-
material yang dapat digunakan menjadi Sheet pile. Giant Sea Wall Jakarta direncanakan
menggunakan sheet pile beton yang terdiri dari rangkaian cylinder pile yang saling
dihubungkan dengan menggunakan konektor baja di kanan-kiri cylinder pile. Cylinder pile
terbuat dari beton prategang yang merupakan kombinasi dari beton dan baja dengan mutu
tinggi. Kombinasi aktif ini menghasilkan perilaku yang lebih baik dari kedua bahan
tersebut. Baja merupakan material yang kuat terhadap tarikan sedangkan beton bahan yang
getas akan tarikan. Gaya prategang yang diberikan pada penampang beton akan
merubah beton menjadi material yang elastis karena tidak ada gaya tarik pada penampang
beton yang menyebabkan keretakan (Aswarini, et al, 2018).

Gambar 18. Konstruksi sheet pile untuk menahan air


DAFTAR PUSTAKA

Aswarini, A., Suprobo, P., & Sambodho, K. (2018). Desain Cylinder Pile untuk Struktur Giant
Sea Wall Jakarta dengan Beban Dinamis. Jurnal Teknik ITS, 7(1), 58-63.
Dundu, A. K. (2013). Pengamanan Daerah Pantai Dengan Menggunakan Kearifan Lokal Di
Batu Putih Kota Bitung. TEKNO, 11(58).
Hidayat, N. (2006). Konstruksi Bangunan Laut dan Pantai sebagai Alternatif Perlindungan
Daerah Pantai. Smartek, 4(1).
Refi, A. (2013). Analisis Break Water Pada Pelabuhan Teluk Bayur Dengan Menggunakan
Batu Alam, Tetrapod, Dan A-Jack. Jurnal Momentum, 15(2).
Triatmodjo, Bambang. 2016. Teknik Pantai, Beta Offset, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai