PEMBAHASAN
2) Mekanisme Glikogenolisis
Jika glukosa dari diet tidak dapat mencukupi kebutuhan, maka
glikogen harus dipecah untuk mendapatkan glukosa sebagai sumber
energi. Proses ini dinamakan glikogenolisis.
Glikogenolisis berlangsung dengan jalur yang berlainan. Dengan
adanya enzim fosforilase, fosfat anorganik melepaskan sisa glukose non
mereduksi ujung dalam satu persatu untuk menghasilkan D-glukose fosfat
1-fosfat. Proses glikogenolisis merupakan proses pemecahan glikogen
yang berlangsung lewat jalan yang berbeda, tergantung pada proses yang
mempengaruhinya. Molekul glikogen menjadi lebih kecil atau lebih besar,
tetapi jarang apabila ada molekul tersebut dipecah secara sempurna.
Meskipun pada hewan, glikogen tidak pernah kosong sama sekali. Inti
glikogen tetap ada untuk bertindak sebagai aseptor bagi glikogen baru
yang akan disintesis bila diperoleh cukup persediaan karbohidrat. Sekitar
85% D-glukose 1-fosfat, sedang 15% dalam bentuk glukose bebas.
Proses pada saat makan, hati dapat menarik simpanan glikogennya
untuk memulihkan glukosa di dalam darah (glikogenolisis) atau dengan
bekerja bersama ginjal, mengkonversi metabolit non karbohidrat seperti
laktat, gliserol dan asam amino menjadi glukosa. Upaya untuk
mempertahankan glukosa dalam konsentrasi yang memadai di dalam darah
sangat penting bagi beberapa jaringan tertentu, glukosa merupakan bahan
bakar yang wajib tersedia, misalnya otak dan eritrosit.
Proses dimulai dengan molekul glukosa dan diakhiri dengan
terbentuknya asam laktat. Serangkaian reaksi-reaksi dalam proses
glikolisis tersebut dinamakan jalur Embeden-Meyerhof. Reaksi-reaksi
yang berlangsung pada proses glikolisis dapat dibagi dalam dua fase. Pada
fase pertama glukosa diubah menjadi triosafosfat dengan proses
fosforilasi. Fase kedua dimulai dari proses oksidasi triosafosfat hingga
terbentuk asam laktat. Perbedaan antara kedua fase ini terletak pada aspek
energi yang berkaitan dengan reaksi-reaksi dalam kedua fase tersebut.
Terdapat tiga jalur penting yang dapat dilalui piruvat setelah
glikolisis. Pada organisme aerobik, glikolisis menyusun hanya tahap
pertama dari keseluruhan degradasi aerobik glukosa menjadi CO2 dan
H2O. Piruvat yang terbentuk kemudian dioksidasi dengan melepaskan
gugus karboksilnya sebagai CO2, untuk membentuk gugus asetil pada
asetil koenzim A. Lalu gugus asetil dioksidasi sempurna menjadi CO2 dan
H2O oleh siklus asam sitrat, dengan melibatkan molekul oksigen. Lintas
inilah yang dilalui piruvat pada hewan aerobik sel dan tumbuhan.
Glukosa dimetabolisasi menjadi piruvat dan laktat di dalam semua
sel mamalia melalui lintasan glikolisis. Glukosa merupakan substrat yang
unik karena glikolisis bisa terjadi dalam keadaan tanpa oksigen (anaerob),
ketika produk akhir glukosa tersebut berupa laktat. Meskipun demikian,
jaringan yang dapat menggunakan oksigen (aerob) mampu memetabolisasi
piruvat menjadi asetil koenzim A, yang dapat memasuki siklus asam sitrat
untuk menjalani proses oksidasi sempurna menjadi CO2 dan H2O dengan
melepasan energi bebas dalam bentuk ATP, pada proses fosforilasi
oksidatif.
3) Mekanisme Glukoneogenesis
Glukoneogenesis terjadi jika sumber energi dari karbohidrat tidak
tersedia lagi. Maka tubuh adalah menggunakan lemak sebagai sumber
energi. Jika lemak juga tak tersedia, barulah memecah protein untuk energi
yang sesungguhnya protein berperan pokok sebagai pembangun tubuh.
Glukoneogenesis adalah lintasan metabolisme yang digunakan oleh tubuh,
selain glikogenolisis, untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa di
dalam plasma darah untuk menghindari simtoma hipoglisemia. Pada
lintasan glukoneogenesis, sintesis glukosa terjadi dengan substrat yang
merupakan produk dari lintasan glikolisis, seperti asam piruvat, asam
suksinat, asam laktat, asam oksaloasetat, terkecuali:
Proses Glukoneogenesis
Asam laktat yang terjadi pada proses glikolisis dapat dibawa oleh
darah ke hati. Disini asam laktat diubah menjadi glukosa kembali melalui
serangkaian reaksi dalam suatu proses yang disebut glukoneogenesis
(pembentukan gula baru).
Pada dasarnya glukoneogenesis ini adalah sintesis glukosa dari senyawa-
senyawa bukan karbohidrat, misalnya asam laktat danbeberapa asam
amino. Proses glukoneogenesis berlangsung terutama dalam hati.
Walaupun proses glukoneogenesis ini adalah sintesis glukosa, namun
bukan kebalikandari proses glikolisis karena ada tiga tahap reaksi dalam
glikolisis yang tidak reversible, artinya diperlukan enzim lain untuk
kebalikannya.
Glukosa + ATP → heksokinase Glukosa-6-Posfat + ADP
Fruktosa-6-posfat + ATP fosforuktokinase → fruktosa 1,6 diposfat + ADP
Fosfoenol piruvat + ADP piruvatkinase → asam piruvat + ATP
Dengan adanya tiga tahap reaksi yang tidak reversible tersebut, maka
proses glukoneogenesis berlangsung melalui tahap reaksi lain, yaitu :
Fosfoenolpiruvat dibentuk dari asam piruvat melalui pembentukan asam
oksaloasetat.
a. asam piruvat + CO2+ ATP + H2O asam oksalo asetat +ADP + Fosfat +
2H+
b. oksalo asetat + guanosin trifosfat fosfoenol piruvat +guanosin difosfat +
CO2
Reaksi (a) menggunakan katalis piruvatkarboksilase dan reaksi(b)
menggunakan fosfoenolpiruvat karboksilase. Jumlah reaksi (a) dan (b)
ialah : asam piruvat + ATP + GTP + H2O fosfoenol piruvat + ADP +GDP
+ fosfat+ 2H+
Fruktosa-6-fosfat dibentuk dari fruktosa-1,6-difosfat dengan cara
hidrolisisoleh enzim fruktosa-1,6-difosfatase.
fruktosa-1,6-difosfat + H2O ↔ fruktosa-6-fosfat + fosfat.
Glukosa dibentuk dengan cara hidrolisis glikosa-6-fosfat dengan
katalisglukosa-6-fosfatase.glukosa-6-fosfat + H2O ↔ glukosa + fosfat
2.8. Pengobatan Diabetes Melitus
Penanganan DM terdiri dari terapi non farmakologi dan
farmakologi. Terapi farmakologi diberikan apabila terapi non farmakologi
tidak bisa mengendalikan control glukosa darah. Pemberian terapi
farmakologi tetap diseimbangi dengan terapi non farmakologi.
2.8.1. Terapi Non Farmakologi
1) Terapi Gizi Medis
Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes
yaitu makanan yang seimbang sesuai dengan kebutuhan
kalori masing – masing individu dengan memperhatikan
keteraturan jadwal amakn, jenis, dan jumlah makanan.
Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari
karbohidrat 45 – 65%, lemak 20 – 25%, protein 10 – 20%,
natrium kurang dari 3g dan diet cukup serat sekitar
25g/hari.
2) Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari – hari dan latihan jasmani secara
teratur (3 – 5 kali seminggu selama 30 – 45 menit). Latihan
jasmani yang dianjurkan untuk pasien Diabetes Melitus
berupa latihan jasmani bersifat aerobic dengan intensitas
sedang (50 – 70% denyut jantung maksimal), seperti jalan
cepat, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Denyut
jantung maksimal dihitung dengan cara = 220 – usia pasien.