Disusun guna memenuhi tugas pada Program Studi Pendidikan Profesi Ners (PSP2N)
Fakultas Keperawatan Universitas Jember
Stase Keperawatan Anak
oleh
Nuril Fauziah,S.Kep NIM 182311101047
Rofi Syahrizal,S.Kep NIM 182311101048
Elik Anistina, S.Kep NIM 182311101070
1. Standar Kompetensi
Setelah dilakukan terapi bermain diharapkan pasien ikut berpartisipasi dalam kegiatan
yang dilakukan yaitu menebak gambar dengan menyebutkan gambar yang akan
diberikan nantinya.
2. Kompetensi Dasar
Setelah dilakukan terapi bermain selama 30 menit sasaran akan mampu :
a. Mengikuti kegiatan terapi bermain dengan kooperatif
b. Dapat menyebutkan nama yang ada digambar
c. Bahagia dengan terapi bermain yang diberikan
3. Pokok Bahasan :
Kegiatan menebak gambar
5. Subpokok Bahasan
Terapi bermain anak dengan menebak gambar
6. Waktu
1x30Menit
8. Model Pembelajaran
a. Jenis Model Pembelajaran : Terapi bermain
b. Landasan Teori : Konstruktivisme
c. Landasan Pokok :
1. Menciptakan suasana ruangan yang baik
2. Menyiapkan alat dan bahan
9. Persiapan
Mahasiswa menyiapkan ruangan yang menyenangkan, alat dan bahan yang diperlukan.
PERAWAT ANAK
1 5 menit Pembukan :
1. Terapis memberikan salam kepada Menjawab
pasien
2. Terapis memperkenalkan nama dan Mendengarkan
panggilan terapis
3. Terapis menanyakan perasaan Menjawab
pasien saat ini
4. Terapis melakukan kontrak program Mendengarkan
dengan pasien:
a. Menjelaskan tujuan kegiatan.
b. Menjelaskan aturan main yaitu
dilakukan selama 30 menit.
2 20 menit 1. Terapis mencontohkan terapi Pasien
bermain tebak gambar dengan cara memahami
mengambil gambar dan contoh
menyebutkan nama yang ada permainan yang
digambar tersebut telah diperagakan
3 5 menit Penutup :
1. Evaluasi Menjawab bahwa
a. Terapis menanyakan perasaan perasaannya
pasien setelah mengikuti terapi senang
bermain.
b. Terapis memberi pujian atas
perilaku yang positif.
2. Rencana tindak lanjut Mendengarkan
Terapis menganjurkan keluarga
untuk melatih anak lagi dalam hal
perkembangan motorik halus dan
motorik kasar
3. Salam penutup Menjawab salam
BERITA ACARA
Pada hari ini Selasa, 25 Desember 2018 jam 09.00 s/d selesai bertempat di ruang Anak
RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo telah dilaksanakan Terapi Bermain yaitu menebak
gambar oleh Mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan
Universitas Jember. Kegiatan ini diikuti oleh ....... orang (daftar hadir terlampir).
Mengetahui,
DAFTAR HADIR
Kegiata terapi bermain yaitu menebak gambar oleh Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Jember. Pada hari ini Selasa, 25 Desember
2018 jam 09.00 s/d selesai bertempat di ruang Anak RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo.
NO NAMA ALAMAT TANDA TANGAN
I. Konsep Bermain
A. Pengertian Bermain
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan
bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak akan
berkata-kata, belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat
dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Munandar& Utami, 2004).
Bermain merupakan kegiatan menyenangkan yang dilakukan dengan tujuan
bersenang-senang, yang memungkinkan seorang anak dapat melepaskan rasa
frustasi. Menurut Wong, 2009, bermain merupakan kegiatan
anak-anak, yang dilakukan berdasarkan keinginannya sendiri untuk mengatasi
kesulitan, stress dan tantangan yang ditemui serta berkomunikasi untuk
mencapai kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain.
B. Tujuan Bermain
Tujuan bermain pada anak yaitu memberikan kesenangan maupun mengembangkan
imajinsi anak. Sebagai suatu aktifitas yang memberikan stimulus dalam kemampuan
keterampilan, kognitif, dan afektif sehingga anak akan selau mengenal dunia, maupun
mengembangkan kematangan fisik, emosional, dan mental sehingga akan membuat anak
tumbuh menjadi anak yang kreatif, cerdas dan penuh inovatif (Munandar& Utami, 2004).
C. Fungsi Bermain
Menurut Supartini & Yupi (2004), Fungsi utama bermain adalah merangsang
perkembangan sensoris-motorik, perkembangan intelektual, perkembangan social,
perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan
bermain sebagai terapi.
1. Perkembangan Sensoris – Motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan komponen
terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan
fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang digunakan untuk bayi yang
mengembangkan kemampuan sensoris-motorik dan alat permainan untuk anak usia
toddler dan prasekolah yang banyak membantu perkembangan aktivitas motorik baik
kasar maupun halus.
2. Perkembangan Intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala
sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran,
tekstur dan membedakan objek. Pada saat bermain pula anak akan melatih diri untuk
memecahkan masalah. Pada saat anak bermain mobil-mobilan, kemudian bannya
terlepas dan anak dapat memperbaikinya maka ia telah belajar memecahkan
masalahnya melalui eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai kemampuan ini,
anak menggunakan daya pikir dan imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin sering
anak melakukan eksplorasi seperti ini akan semakin terlatih kemampuan intelektualnya.
3. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan menerima.
Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan
sosial dan belajar memecahkan masalah dari hubungan tersebut. Pada saat melakukan
aktivitas bermain, anak belajar berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan
bicara, dan belajar tentang nilai sosial yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi
terutama pada anak usia sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak usia toddler dan
prasekolah adalah tahapan awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas sosialnya
dilingkungan keluarga.
4. Perkembangan Kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkannya
kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan bermain,
anak akan belajar dan mencoba untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan
membongkar dan memasang satu alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk
semakin berkembang.
5. Perkembangan Kesadaran Diri
Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam mengatur
mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya dan
membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan mencoba
peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain.
Misalnya, jika anak mengambil mainan temannya sehingga temannya menangis, anak
akan belajar mengembangkan diri bahwa perilakunya menyakiti teman. Dalam hal ini
penting peran orang tua untuk menanamkan nilai moral dan etika, terutama dalam
kaitannya dengan kemampuan untuk memahami dampak positif dan negatif dari
perilakunya terhadap orang lain
6. Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari orang
tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapatkan
kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di
lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang ada
dalam lingkungannya. Melalui kegiatan bermain anak juga akan belajar nilai moral dan
etika, belajar membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta belajar
bertanggung-jawab atas segala tindakan yang telah dilakukannya. Misalnya, merebut
mainan teman merupakan perbuatan yang tidak baik dan membereskan alat permainan
sesudah bermain adalah membelajarkan anak untuk bertanggung-jawab terhadap
tindakan serta barang yang dimilikinya. Sesuai dengan kemampuan kognitifnya, bagi
anak usia toddler dan prasekolah, permainan adalah media yang efektif untuk
mengembangkan nilai moral dibandingkan dengan memberikan nasihat. Oleh karena
itu, penting peran orang tua untuk mengawasi anak saat anak melakukan aktivitas
bermain dan mengajarkan nilai moral, seperti baik/buruk atau benar/salah.
J. Antisipasi hambatan
1. Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama
2. Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain
3. Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan
4. Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan
5. Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga kesehatan lainnya.
2. Manfaat
Menurut Arief (2003) manfaat dalam permainan tebak gambar ini antara lain:
1. Meningkatkan kreativitas dan imajinasi
2. Membangun kerjasama antar kelompok melalui komunikasi lewat gambar
3. Meningkatkan perkembangan emosi
4. Pengembangan ketrampilan sosial dasar anak
3. Tujuan
Tujuan permainan tebak gambar yaitu untuk membangun keakraban,
kepercayaan, kerjasama, komunikasi, konsentrasi dan kepekaan, kreativitas dan
imajinasi (Vincentius, 2008).
4. Metode
Metode permainan tebak gambar menurut Saputro dan Fazrin (2017) ini dimulai
dengan menunjukkan gambar yang telah ditentukan sebelumnya kemudian ajak anak
untuk menebak gambar tersebut, lakukan beberapa kali. Jika anak tidak mengetahui
gambar yang dimaksud, sebaiknya petugas memberikan dan menanyakan kembali ke
anak setelah berpindah ke gambar lain untuk melatih ingatan anak.
Metode permainan tebak gambar merupakan metode pendidikan kelompok
dengan simulation game. Adapun metode yang terdapat dalam permainan ini
antara lain :
a. Metode Ceramah
Ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh seseorang pembicara di
depan sekelompok orang. Ceramah pada hakikatnya adalah proses transfer
informasi dari pengajar kepada sasaran belajar. Dalam proses transfer informasi
ada tiga elemen yang penting, yaitu pengajar, materi pengajaran, dan sasaran
belajar (Uha Suliha, dkk, 2003). Ceramah yang dilakukan pada penyuluhan
tentang karies gigi ini waktunya lebih sedikit dibandingkaan dengan metode
permainan dan metode diskusi. Ceramah hanya dilakukan untuk memberi
pengantar pada kegiatan penyuluhan. Seperti pendapat Uha Suliha, dkk (2003),
keunggulan metode ceramah dapat memberi pengantar pada pelajaran atau suatu
kegiatan.
b. Metode Permainan
Menurut Arief Sadiman, dkk (2003), permainan (game) adalah setiap
kontes antara para pemain yang berinteraksi satu sama lain dengan mengikuti
aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Makna permainan
ini adalah membangun kemampuan menangkap komunikasi lewat gambar dan
gerakan serta melatih penguasaan bahasa.
c. Metode Diskusi
Diskusi kelompok adalah percakapan yang direncanakan atau dipersiapkan
di antara tiga orang atau lebih tentang topik tertentu dengan seorang pemimpin
(Uha Suliha, 2003). Melalui metode diskusi, penyuluhan dengan permainan
tebak gambar mempunyai beberapa keunggulan sebagai berikut:
1) Memberikan kemungkinan untuk mengemukakan pendapat
2) Merupakan pendekatan yang demokratis, mendorong rasa kesatuan
3) Suasana lebih santai, sehingga proses penerimaan informasi lebih mudah
4) Memperluas wawasan karena saling bertukar pikiran.
DAFTAR PUSTAKA