Anda di halaman 1dari 14

PERBANDINGAN TEST MMSE (MINI MENTAL STATE EXAMINATION)

DAN CDT (CLOCK DRAWING TEST) DALAM PENENTUAN


DIAGNOSIS GANGGUAN FUNGSI KOGNITIF PADA
PASIEN STROKE NON HEMORAGIK
DI RSUD AMBARAWA

Dian Nurraeni Putri *), Medina Sianturi**), Rahayu Astuti***)

*) Alumni Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang


**) Dosen Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Elisabeth Semarang
***) Dosen Jurusan Kesehatan Masyarakat UNIMUS Semarang

ABSTRAK

Stroke adalah gangguan fungsi otak yang terjadi dengan cepat (tiba-tiba) dan
berlangsung lebih dari 24 jam karena gangguan suplai darah ke otak. Salah satu
manifestasi klinis dari stroke adalah penurunan fungsi kognitif. Penderita stroke akan
kehilangan memori jangka pendek dan panjang, penurunan lapang pandang,
kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi, dan perubahan penilaian. Untuk
menilai fungsi kognitif ada beberapa test, diantaranya adalah test MMSE (Mini
Mental State Examination) yang sebelumnya sudah terstandarisasi untuk pengukuran
fungsi kognitif dan CDT (Clock Drawing Test) tetapi belum diketahui sensitifitas dan
spesifisitas alat tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
perbandingan test MMSE (Mini Mental State Examination) dan CDT (Clock
Drawing Test) dalam penentuan diagnosis gangguan fungsi kognitif pada pasien
stroke non hemoragik, dan nilai sensitifitas spesifisitas pada test MMSE dan CDT.
Desain penelitian ini menggunakan deskriptif analitik dengan rancangan Cross
Sectional. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 32 responden dengan
teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Quota Sampling. Analisis pada
penelitian ini mengggunakan tabulasi silang. Hasil penelitian ini menunjukkan hasil
Sensitifitas (Se) CDT dibandingkan MMSE 100.0 % dan Spesifisitas (Sp) 58.8 %.
Suatu alat dikatakan baik apabila didapatkan hasil sensitifitas dan spesifisitas yang
tinggi. CDT sebagai alat untuk mengukur kognitif mempunyai sensitifitas yang sama
dibandingkan MMSE, tetapi memiliki spesifisitas yang rendah.. Jadi kesimpulannya,
saran bagi rumah sakit CDT bisa digunakan untuk mengukur fungsi kognitif seperti
halnya test MMSE yang sebelumnya sudah menjadi test yang terstandarisasi untuk
mengukur fungsi kognitif.

Kata Kunci :Stroke, Gangguan Fungsi Kognitif, MMSE (Mini Mental State
Examination), CDT (Clock Drawing Test)

Perbandingan Test MMSE … (Dian Nurraeni P, Medina Sianturi, Rahayu Astuti) | 1


ABSTRACT

Stroke is a disorder of brain function that occurs quickly (suddenly) and lasts more
than 24 hours due to disruption of blood supply to the brain. One of the clinical
manifestations of stroke is the decline in cognitive funstion. Stroke suffers will lose
short and long term memory, decreated field of view, impaired ability to concentrate,
and assesment changes. To assess cognitive function, there are several test, among
which are MMSE test (Mini Mental State Examination) which is previously
standardized for cognitive measurement and CDT test (Clock Drawing Test) which
has been not known the sensitivity and specificity of the tool yet. This research mean
so find out how the comparison of MMSE test (Mini Mental State Examination) and
CDT test (Clock Drawing Test) in determining the diagnosis of cognitive function
impairment in non hemorrhagic stroke patient, and sensitivity values on MMSE and
CDT tests. The design of this research uses descriptive analytic with cross sectional
design. Number of respondents in this study is as much as 32 respondents with
sampling technique using quota sampling technique. Analysis in this research uses
cross tabulation. The results of this study shows the results of sensitivity (Se) CDT
compared to MMSE 100.0% and specificity (Sp) 58.8%. A good instrument is an
instrument which has high sensitivity and specificity. CDT as a tool for measuring
cognitive has the same sensitivity compared to MMSE, but has a low specificity. So
in conclusion, it is suggested for hospital to use CDT to measure cognitive function
as well as MMSE test that has previously been standardized test to measure cognitive
function.

Key words : Stroke, Cognitive Impaired Function, MMSE (Mini Mental


State Examination), CDT (Clock Drawing Test)

PENDAHULUAN tahun, dan 150.000 orang meninggal


akibat stroke atau akibat komplikasi
Stroke adalah suatu keadaan yang segera setelah stroke (Goldszmidt,
timbul karena terjadi gangguan 2011, hlm.2). Prevalensi penyakit
peredaran darah di otak yang stroke di Indonesia tahun 2013
menyebabkan terjadinya kematian menurut Riskesdas ditemukan
jaringan otak sehingga mengakibatkan sebanyak 12,1 per 1.000 angka ini
seseorang menderita kelumpuhan atau naik dibandingkan pada tahun 2007
kematian (Batticaca, 2008, hlm.56). yang ditemukan sebanyak 8,3 per
1.000 (Riskesdas, 2013). Jumlah kasus
Stroke merupakan penyebab umum stroke di Jawa Tengah pada tahun
kematian urutan ketiga di Negara 2013 sebanyak 40.972 terdiri dari
maju. Setiap tahun, lebih dari 700.000 stroke hemoragik sebanyak 12.542
orang Amerika mengalami stroke, dan stroke non hemoragik sebanyak
25% diantaranya berusia dibawah 65 28.430. Kasus stroke tertinggi

2 | Jurnal Keperawatan dan Kebidanan


ditemukan di kota Magelang sebesar
14.459 kasus dan terendah di MMSE (Mini Mental State
Kabupaten Jepara sebesar 15 kasus Examination) awalnya dirancang
(Dinkes Kota Semarang, 2013, hlm. sebagai media pemeriksaan status
51). mental singkat serta terstandardisasi
yang memungkinkan untuk
Studi pendahuluan yang dilakukan di membedakan antara gangguan organic
RSUD Ambarawa didapatkan pasien dan fungsional. Kegunaan utama tes
stroke iskemik yang dirawat inap pada MMSE berubah menjadi suatu media
tahun 2014 sebanyak 126 pasien, untuk mendeteksi dan mengikuti
tahun 2015 sebanyak 320 pasien, perkembangan gangguan kognitif
sedangkan tahun 2016 periode Januari yang berkaitan dengan kelainan
– Agustus sebanyak 152 pasien. Dari neurodegenerative (Lezak, 2003,
data tersebut menunjukkan bahwa dalam Dayamaez, 2013, hlm.12).
terdapat peningkatan pasien stroke MMSE merupakan pemeriksaan status
iskemik setiap tahunnya (Rekam mental singkat dan mudah
Medis RSUD Ambarawa, 2016). diaplikasikan yang telah terbukti
sebagai instrument yang dapat
Menurut Smeltzer (2001, dalam dipercaya serta valid untuk mendeteksi
Ariani, 2012, hlm.47) salah satu dan mengikuti perkembangan
manifestasi klinis stroke adalah defisit gangguan kognitif yang berkaitan
kognitif (penurunan kognitif). dengan neurodegenerative.
Penderita stroke akan kehilangan
memori jangka pendek dan panjang, Rush (2000, dalam Dayamaez, 2013
penurunan lapang perhatian, hlm. 23) mengemukakan kelemahan
kerusakan kemampuan untuk terbesar MMSE yang banyak
berkonsentrasi, dan perubahan disebutkan adalah batasannya atau
penilaian. ketidakmampuan untuk menilai
beberapa kemampuan kognitif yang
Pada pasien stroke penurunan fungsi terganggu di awal gangguan demensia.
kognitif disebabkan oleh iskemia pada Walaupun batasan-batasan ini
jaringan otak, perdarahan atau mengurangi manfaat MMSE, tes ini
hipoksia otak. Diagnosa demensia tetap menjadi instrument yang sangat
ditegakkan setelah 3 bulan pasca berharga untuk penilaian penurunan
stroke dengan gangguan kognitif kognitif.
menetap sesuai kriteria demensia
(Misbach, 2011, hlm.213). Untuk Penelitian yang dilakukan oleh Sinaga,
melihat adanya gangguan fungsi Sengkey, Angliadi (2014) tentang
kognitif dapat diperiksa dengan Tes gambaran fungsi kognitif pada pasien
Mini Mental (TMM) atau MMSE stroke non hemoragik menggunakan
(Mini Mental State Examination) MMSE (Mini Mental State
dapat ditemukan skor yang menurun Examination) dengan menggunakan
pada satu dominan atau lebih. sampel sebanyak 50 pasien stroke non
hemoragik melalui metode wawancara

Perbandingan Test MMSE … (Dian Nurraeni P, Medina Sianturi, Rahayu Astuti) | 3


dengan pendekatan potongan lintang yang terindikasi untuk dilakukan
(Cross Sectional). Di dapatkan hasil evaluasi fungsi kognisi lebih lanjut
bahwa pasien stroke non hemoragik (nilai CDT ≤ 3) sebanyak 37 orang
yang tidak mengalami gangguan (90,24%) dan jumlah penderita yang
fungsi kognitif sebanyak 20 orang memiliki fungsi kognisi normal (nilai
(40%) sedangkan pasien stroke non CDT 4) sebanyak 4 orang (9,76%).
hemoragik yang mengalami gangguan Penderita yang probable mengalami
fungsi kognitif sebanyak 28 orang gangguan kognisi pada pemeriksaan
(56%) dan sebanyak 2 pasien (4%) MMSE memiliki proporsi paling
yang mengalami definite gangguan besar (60,98 %).
kognitif.
Tujuan dari penelitian ini adalah
CDT (Clock Drawing Test) adalah Untuk mengetahui perbandingan test
sebuah tes sederhana dan efektif MMSE (Mini Mental State
untuk memasukkan dalam penelitian Examination) & CDT (Clock Drawing
neuropsikiatri pasien (Kaplan.E., Test) dalam penentuan diagnosis
1990, dalam Eknoyan,et al. 2012, gangguan fungsi kognitif pada pasien
hlm. 261). Tes tersebut memerlukan stroke non hemoragik.
kemampuan pemahaman,
kemampuan visual spasial, METODE PENELITIAN
kemampuan merekonstruksi, Desain penelitian ini deskriptif analitik
konsentrasi, pengetahuan angka, dengan rancangan cross sectional
ingatan visual dan fungsi eksekutif. yaitu suatu penelitian untuk
Meskipun tes tersebut mampu untuk mempelajari dinamika korelasi antara
menguji aspek kognitif yang luas faktor-faktor resiko dengan efek,
(Henderson, Scot, & Hotopf, 2007, dengan cara pendekatan, observasi
dalam Hartati, & Widayanti, 2010, atau pengumpulan data sekaligus pada
hlm.6). suatu saat (point time approach)
(Notoatmodjo, 2012, hlm.37). Dalam
Pada hasil penelitian yang dilakukan penelitian cross sectional setiap
oleh Harahap & Lianawati (2014) responden hanya diobservasi satu kali
tentang Profil Fungsi Kognitif Pada saja dan pengukuran variabel
Penderita HIV/AIDS dengan hasil responden dilakukan pada saat
disebutkan subjek penelitian yang pemeriksaan tersebut, kemudian
diambil datanya sebanyak 41 orang. peneliti tidak melakukan tindak lanjut
Nilai MMSE 0-16 adalah sebanyak 9 (Riyanto, 2010, hlm.28).
orang (21,95%), jumlah penderita
yang probable mengalami gangguan Populasi dalam penelitian adalah 32
kognisi (nilai MMSE 17-23) adalah pasien pasien stroke non hemoragik
25 orang (60,98%), dan penderita rawat inap dan rawat jalan di RSUD
yang memiliki fungsi kognisi normal Ambarawa.
(nilai MMSE 24-30) adalah 7 orang
(17.07%). Sedangkan pada Dalam penelitian ini teknik sampling
pemeriksaan CDT, jumlah penderita yang digunakan adalah sampel dengan

4 | Jurnal Keperawatan dan Kebidanan


Quota Sampling yaitu cara benar orang yang mempunyai penyakit
pengambilan sampel dengan (Ryadi, 2012, hlm.33). Nilai
menetukan ciri-ciri tertentu sampai Spesifisitas (Sp) yaitu kemampuan
jumlah kuota yang telah ditentukan suatu pemeriksaan/test untuk
(Hidayat, 2009, hlm.83). mengidentifikasi secara benar orang-
orang sehat (Ryadi, 2012, hlm.33).
Penelitian ini dilaksanakan di ruang
Melati, Dahlia, Teratai, Anyelir dan
Mawar serta pada poliklinik saraf HASIL DAN PEMBAHASAN
rawat jalan pada tanggal 19 April 1. Distribusi frekuensi responden
2017 sampai dengan 19 Mei 2017. berdasarkan usia di RSUD
Jumlah sampel yang diperoleh pada Ambarawa bulan April 2017 dapat
penelitian ini sebamyak 32 responden. dilihat di tabel 1.

Alat pengumpulan data dalam Tabel 1


penelitian ini berupa lembar penilaian Distribusi frekuensi responden
test MMSE (Mini Mental State berdasarkan usia di RSUD
Ambarawa bulan April 2017 (n=32)
Examination) dan CDT (Clock
Drawing Test). Lembar observasi
berisi (nama inisial, usia, jenis
kelamin, status pendidikan terakhir,
pekerjaan dan diagnosa penyakit) dan
hasil test skor MMSE (Mini Mental
State Examination) dan CDT (Clock Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui
Drawing Test) dapat diketahui bahwa dari 32
responden usia responden terbanyak
Analisis univariat pada penelitian ini pada usia kategori lansia awal (46-55
untuk data kategorik yaitu usia, jenis tahun) sebanyak 13 responden
kelamin disajikan dalam bentuk tabel (40.6%). Usia terendah ditemukan
distribusi frekuensi. Dan pada kategori lansia akhir (56-65
menggunakan tabel silang untuk tahun) yaitu sebanyak 9 responden
mengetahui nilai hasil sensitifitas (Se) (28.1%).
dan spesifisitas (Sp) pada test MMSE
dan CDT.
2. Distribusi frekuensi responden
Nilai Sensitifitas (Se) yaitu berdasarkan jenis kelamin di RSUD
kemampuan suatu pemeriksaan/test Ambarawa bulan April 2017 dapat
untuk mengidentifikasi secara benar- dilihat di tabel 2.

Perbandingan Test MMSE … (Dian Nurraeni P, Medina Sianturi, Rahayu Astuti) | 5


Tabel 2
Distribusi frekuensi responden
berdasarkan jenis kelamin di RSUD
Ambarawa bulan April 2017 (n=32)

4. Distribusi frekuensi responden


berdasarkan skor CDT (Clock
Drawing Test) di RSUD Ambarawa
bulan April 2017 dapat dilihat di
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui dapat tabel 4.
diketahui bahwa jumlah responden laki-laki Tabel 4
lebih banyak dari responden perempuan, yaitu Distribusi frekuensi responden
sebanyak 20 responden (62,5%) sedangkan berdasarkan skor CDT (Clock
responden perempuan sebanyak 12 responden Drawing Test) di RSUD
(37,5%). Ambarawa bulan April 2017
(n=32)
3.Distribusi frekuensi responden berdasarkan
skor MMSE (Mini Mental State Examination)
di RSUD Ambarawa bulan April 2017 dapat
dilihat di tabel 3.
Tabel 3
Distribusi frekuensi responden
berdasarkan skor MMSE (Mini Mental
State Examination) di RSUD Ambarawa
bulan April 2017 (n=32)

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui


bahwa skor test CDT (Clock Drawing
Test) terendah terdapat pada skor 0
(6.3%) sedangkan skor tertinggi
terdapat pada skor 4 (31.3 %). Pada
skor CDT (Clock Drawing Test)
didapatkan data responden terbanyak
yang mendapatkan skor terdapat pada
skor 4 yaitu sebanyak 10 responden
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa skor test(31.3 %) dan jumlah responden yang
MMSE (Mini Mental State Examination) terendahsedikit mendapatkan skor terdapat
terdapat pada skor 12 (6.3%) sedangkan skor tertinggipada skor 0 yaitu sebanyak 2
terdapat pada skor 30 (3.1%). Pada skor MMSE (Mini responden (6.3 %).
Mental State Examination) didapatkan data responden
terbanyak yang mendapatkan skor terdapat pada skor
26 (18.8 %) yaitu sebanyak 6 responden.

6 | Jurnal Keperawatan dan Kebidanan


5. Perbandingan Test MMSE dan gangguan fungsi kognitif pada
CDT dalam penentuan diagnosis pasien stroke non hemoragik di
gangguan fungsi kognitif pada RSUD Ambarawa dengan
pasien stroke non hemoragik di menggunakan perbandingan
RSUD Ambarawa dengan Sensitifitas (Se) dan Spesifisitas
menggunakan tabel silang dapat (Sp) dapat dilihat pada tabel 6.
dilihat pada tabel 5.
Tabel 6
Tabel 5 Perbandingan Test MMSE (Mini
Perbandingan Test MMSE (Mini Mental State Examination) dan
Mental State Examination) dan CDT CDT (Clock Drawing Test) Dalam
(Clock Drawing Test) Dalam Penentuan Diagnosis Gangguan
Penentuan Diagnosis Gangguan Fungsi Kognitif Pada Pasien
Fungsi Kognitif Pada Pasien Stroke Stroke Non Hemoragik di RSUD
Non Hemoragik di RSUD Ambarawa Ambarawa bulan April 2016
bulan April 2016 (n = 32)
(n = 32)

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui


bahwa skor test CDT (Clock Drawing Berdasarkan tabel 6 diatas di dapatkan
Test) terendah terdapat pada skor 0 hasil Se (Sensitifitas) dan Sp
(6.3%) sedangkan skor tertinggi (Spesifisitas). Didapatkan nilai Se
terdapat pada skor 4 (31.3 %). Pada (Sensitifitas) lebih tinggi
skor CDT (Clock Drawing Test) dibandingkan Sp (Spesifisitas) yaitu
didapatkan data responden terbanyak Se (Sensitifitas) 100.0% dan Sp
yang mendapatkan skor terdapat pada (Spesifisitas) 58,8 %. CDT (Clock
skor 4 yaitu sebanyak 10 responden Drawing Test) mempunyai sensitifitas
(31.3 %) dan jumlah responden yang yang sama (100.0%) dibandingkan
sedikit mendapatkan. dengan MMSE (Mini Mental State
Examination) sebagai test yang
6. Perbandingan Test MMSE dan standart
CDT dalam penentuan diagnosis

Perbandingan Test MMSE … (Dian Nurraeni P, Medina Sianturi, Rahayu Astuti) | 7


Test CDT (Clock Drawing Test) dapat
Dari hasil penelitian ini dapat diambil digunakan untuk mengukur fungsi
kesimpulan hasil pemeriksaan fungsi kognitif pada pasien stroke non
kognitif antara parameter MMSE dan hemoragik karena mempunyai
CDT menunjukkan sensitifitas yang sensitifitas yang tinggi yaitu (100.0%),
tinggi. Hal ini dikarenakan masing- namun pada hasil spesifisitasnya
masing parameter pada kedua test rendah (58,8%). Suatu alat dikatakan
tersebut memiliki domain pada fungsi baik apabila mendapatkan hasil
kognitif. Pengukuran fungsi kognitif sensitifitas tinggi dan spesitifitas yang
dengan parameter MMSE mencakup tinggi.
domain atensi, bahasa, memori, dan
visuospasial. Pada parameter CDT Dalam uji skrining yang memiliki
mencakup domain pemahaman, sensitifitas tinggi namun spesifisitas
visuospasial, kemampuan rendah, uji skrining ini tepat dalam
merekonstruksi, konsentrasi, mengidentifikasi individu yang
pengetahuan angka, ingatan visual dan menderita penyakit (Carr, 2013,
fungsi eksekutif hlm.179). Sesuai dengan hasil
penelitian bahwa test CDT bisa untuk
Berdasarkan hasil Se (Sensitifitas) dan mengukur fungsi kognitif, namun
SP (Spesifisitas) didapatkan nilai Se kurang efektif dalam membantu
(Sensitifitas) lebih tinggi mengidentifikasi individu yang tidak
dibandingkan Sp (Spesifisitas) yaitu menderita penyakit
Se (Sensitifitas) 100.0% dan Sp
(Spesifisitas) 58,8%. CDT (Clock KESIMPULAN
Drawing Test) mempunyai sensitifitas 1.Terdapat hasil pada Tabel Silang
yang sama dibandingkan dengan dari 32 responden dengan
MMSE (Mini Mental State menggunakan test MMSE (Mini
Examination). Mental State Examination) yang
termasuk gangguan kognitif
Dari data diatas untuk penghitungan sebanyak 15 responden (46,9%) dan
sensitifitas dan spesifisitas dapat dengan menggunakan test CDT
diambil kesimpulan bahwa test CDT (Clock Drawing Test) dari 32
(Clock Drawing Test) lebih banyak responden yang termasuk gangguan
mendeteksi dengan hasil kategori fungsi kognitif sebanyak 22
gangguan fungsi kognitif responden (68,7%).
dibandingkan test MMSE (Mini 2.Terdapat hasil Se (Sensitifitas) 100.0
Mental State Examination). Jadi % dan Sp (Spesifisitas) 58,8 %.
kesimpulannya, CDT bisa digunakan Nilai Se (Sensitifitas) lebih tinggi
untuk mengukur fungsi kognitif dibandingkan Sp (Spesifisitas). CDT
seperti halnya test MMSE yang (Clock Drawing Test) mempunyai
sebelumnya sudah menjadi test yang sensitifitas yang tinggi dibandingkan
terstandarisasi untuk mengukur fungsi test MMSE (Mini Mental State
kognitif. Examination). CDT bisa digunakan
untuk mengukur fungsi kognitif

Perbandingan Test MMSE … (Dian Nurraeni P, Medina Sianturi, Rahayu Astuti) 8


seperti halnya test MMSE yang selanjutnya diharapkan dapat
sebelumnya sudah menjadi test yang melakukan penelitian dengan
terstandarisasi untuk mengukur menggunakan metode analitik
fungsi kognitif. dengan jumlah sampel yang
semakin banyak, sehingga hasil
SARAN yang diharapkan lebih akurat.
Dari hasil penelitian ini, peneliti
memberikan saran sebagai berikut:
1. Manfaat bagi Pelayanan Kesehatan DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan penelitian,
menggunakan test MMSE (Mini Alistigna. (2015). Fungsi otak besar
Mental State Examination) dan Cerebrum.
CDT (Clock Drawing Test) http://budisma.net/2015/08/2037.html
diperoleh tanggal 22 Januari 2017
dianjurkan bagi pasien stroke non
hemoragik di ruang rawat inap Ariani, Tutu A. (2012). Sistem
ataupun rawat jalan poli syaraf neurobehaviour. Jakarta : Salemba
untuk menentukan gangguan fungsi Medika
kognitif agar bisa menentukan
intervensi yang lebih lanjut. Batticaca, Fransisca B. (2008). Asuhan
2. Manfaat bagi Pelayanan Kesehatan keperawatan pada klien dengan
gangguan sistem persyarafan. Jakarta
Berdasarkan penelitian,
: Salemba Medika
menggunakan test MMSE (Mini
Mental State Examination) dan Brunner & Suddarth. (2013). Buku
CDT (Clock Drawing Test) Ajar Keperawatan Medikal Bedah
dianjurkan bagi pasien stroke non Edisi 8 volume 2. Jakarta: EGC
hemoragik di ruang rawat inap
ataupun rawat jalan poli syaraf Carr. (2013). Positive psychology (The
science of happiness and human
untuk menentukan gangguan fungsi
strengths). USA: Journal 29:1
kognitif agar bisa menentukan
intervensi yang lebih lanjut. Cristy, I., et al. (2012). Genotip
3. Manfaat bagi Institusi Pendidikan apolipoprotein dan fungsi kognitif
Hal ini diharapkan mampu pascastroke.
memperluas wawasan keilmuan dan eprints.undip.ac.id/33923/ diakses
tanggal 24 Januaru 2017
meningkatkan pengetahuan,
pengalaman serta dapat Dayamaez, R. (2013). Gambaran
mengaplikasikan ilmu yang telah fungsi kognitif klien usia lanjut di
diperoleh selama proses Posbindu Rosella Legoso wilayah
pembelajaran. kerja Puskesmas Ciputat Timur
4. Manfaat bagi Peneliti Selanjutnya Tangerang Selatan.
Hasil penelitian ini diharapkan repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstrea
m/.../1/rizhsky%20dayamaes.%20-
dapat membantu dan menginspirasi
%20fkik.pdf. Diakses tanggal 12
peneliti selanjutnya dalam meneliti Januari 2017
kasus-kasus yang lain, terutama test
pada fungsi kognitif. Peneliti

Perbandingan Test MMSE … (Dian Nurraeni P, Medina Sianturi, Rahayu Astuti) | 9


Dewanto, George., et al. (2009). Hartati, S., Widayanti, C.G. (2010).
Panduan praktis diagnosis & tata Clock drawing : assesmen untuk
laksana penyakit syaraf. Jakarta: EGC demensia (studi dekskriptif pada orang
lanjut usia di Kota Semarang).
DiGiulio M, Donna Jackson & Jim http://ejournal.undip.ac.id/index.php/p
Keogh. (2007). Keperawatan medikal sikologi/article/view/2940 diakses
bedah. Di alih bahasakan oleh Dwi tanggal 30 November 2016
Prabantini. Yogyakarta: Rapha
Publishing Hidayat, A, A, A. (2007). Metode
penelitian kebidanan dan teknik
Dinkes Kota Semarang. (2013). Profil analisa data. Jakarta: Salemba Medika
kesehatan kota semarang.
http://www/depkes.go.id/downloads/P _______. (2009). Metode penelitian
ROFIL_KES_PROVINSI_2013/14_P keperawatan dan teknik analisa data.
ROFIL_Kes.Prov.JAWATENGAH_2 Jakarta: Salemba Medika
013.pdf. Diakses tanggal 02 Desember
2016 Judha, Mohammad & Nazwar. (2011).
Sistem persyarafan (dalam asuhan
Djaali. (2011). Psikologi pendidikan. keperawatan). Yogyakarta : Gosyen
Jakarta: Bumi aksara Publishing

Eknoyan, et al. (2012). The clock Kanisus. (2010). Membangun budaya


drawing test : common errors and berbasis nilai panduan pelatihan bagi
functional trainer. Penerbit Kanisus: Yogyakarta.
neuroanatomy.24(3).http://neuro.psyc
hiatryonline.org/doi/pdf/10.1176/appi. Kasjono,HS & Yasril. (2009). Teknik
neuropsych.12070180. diakses tanggal sampling untuk penelitian kesehatan.
12 Januari 2017 Yogyakarta: Graha Ilmu

Gofir, A. (2009). Manajemen Stroke. Kusuma, Kelana.D. (2011).


Yogyakarta: Pustaka Cendeika Press Metodologi penelitian keperawatan
panduan melaksanakan dan
Goldszmidt, Adrian J. (2011). Stroke menerapkan hasil penelitian. Jakarta:
Essentials. Jakarta : EGC CV. Trans Info Media

Handayani, F. (2012) Angka Kejadian Lezak, M.D., et al. (2008).


Serangan Stroke Pada Wanita Lebih Neuropsychological assestmen fourth
Rendah Daripada Laki-laki. Diakses edition. New York: Oxford University
tanggal 29 Mei 2017 Press, Inc

Harahap, H.S & Sri, B.R. 2014. Profil Lumbantobing, S.M. (2006).
Fungsi Kognitif Pada Penderita Neurologi klinik pemeriksaan fisik dan
HIV/AIDS Yang Dirawat di Rumah mental. Jakarta: FKUI
Sakit Dr. Saiful Anwar
Malang.download.portalgaruda.org/a Nasir, A., Abdul, M., M.E, Ideputri.
rticle.php?...THE%20PROFILE%20O (2011). Buku ajar metodologi
F%20COGNITIVE...diakses tanggal penelitian kesehatan: Konsep
30 November 2016 pembuatan karya tulis dan thesis
untuk mahasiswa kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika

10 | Jurnal Keperawatan dan Kebidanan


tingkat aktivitas fisik dengan
Nehlig, A. (2010). Is affeine a fungsi kognitif pada usila di
cognitive enhancer? Journal of Kelurahan Jati Kecamatan
Alzheimer’s disease, Vol. 20:85-94. Padang Timur. Jurnal
United State: School of Psychology Kesehatan Andalas
Capella University
PERDOSSI. (2008). Modul
Neurobehavior. Jakarta:
Norton, Richard A. (2016). Mini- Kolegium Neurologi
Mental State Examination Indonesia
https://en.m.wikipedia.org/wiki.Mini%
E2%80%93Mental_State_Examinatio Muttaqin, A. (2008). Pengantar
n diperoleh tanggal 15 Februari 2017 asuhan keperawatan klien
dengan gangguan sistem
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi persyarafan. Jakarta:
penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Salemba Medika
Cipta
Pandean, G.V., & Eko, E.S. (2016).
_______. (2012). Metodologi Hubungan hipertensi dengan fungsi
penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka kognitif di Poliklinik SMF Ilmu
Cipta Penyakit Dalam RSUP Prof. Dr.R.D.
Kandou Manado.
Nursalam. (2010). Konsep & ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic
penerapan metodologi penelitian ilmu /article/download/12147/11728
keperawatan. Jakarta: Salemba diakses tanggal 24 Januari 2017
Medika
Potter & Perry. (2006). Fundamental
_______. (2013). Metodologi keperawatan konsep, proses, dan
penelitian ilmu keperawatan : praktik, edisi 4. Jakarta: EGC
pendekatan praktis. Jakarta: Salemba
Medika _______.(2007). Fundamental
keperawatan konsep, proses,
Myers, J.S. (2008). Factors dan praktik, edisi 4. Jakarta:
associated with changing EGC
cognitive function in older
adults : Implication for _______.(2012). Buku ajar
nursing rehabilitation. fundamental keperawatan konsep,
http://proquest.umi.com/pqd proses vol.2. Jakarta: EGC
web?index=0&did=1480265
791&Srchmode=1&sid=7 Pudiastuti, R.D. (2011). Penyakit
diakses tanggal 24 Januari pemicu stroke (dilengkapi posyandu
2017 lansia dan posbindu PTM).
Yogyakarta : Nuha Medika
Misbach, J. (2011). Stroke : aspek
diagnostic, patofisiologi, Oktavianus. (2014). Asuhan
manajemen. Jakarta: FKUI keperawatan pada system
neurobehavior. Yogyakarta: Graha
Muzamil, M.S & Martini, R.D. Ilmu
(2014). Hubungan antara

Perbandingan Test MMSE … (Dian Nurraeni P, Medina Sianturi, Rahayu Astuti) |


11
Rekam Medis RSUD Ambarawa. kognitif pada pasien stroke non
(2014 – 2016) hemoragik menggunakan Mini Mental
State Examination (MMSE) di
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Instalasi Rehabilitasi Medik BLU
(2013). Laporan nasional Badan RSUP PROF. dr. R. D Kandau
penelitian dan Manado.
PengembanganKesehatan.www.depke http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/e
s.go.id/resources/download/.../Hasil% clinic/article/view/4693 Diakses
20Riskesdas%202013.p. Diakses tanggal 30 November 2016
tanggal 02 Desember 2016
Sofwan, Rudianto. (2010). Stroke dan
Riyanto, Agus. (2010). Pengolahan rehabilitasi pasca-stroke. Jakarta:
dan analisis data kesehatan. Bhuana Ilmu Populer
Yogyakarta: Nuha Medika
Sugiyono. (2010). Metodologi
Ryadi, S & T. Wijayanti. (2012). penelitian pendidikan. Bandung:
Dasar-dasar epidemiologi. Jakarta: Alfabeta
Salemba Medika
Suryantika, F. (2013). Gambaran
_______. (2011). Aplikasi metodologi fungsi kognitif pada pasien stroke post
penelitian kesehatan. Yogyakarta: opname di
Nuha Medika poliklinik.download.portalgaruda.org/
article.php?...PENURUNAN%20FUN
Sari, R.W. (2008). Bahaya makanan GSI%2..diakses tanggal 24 Januari
cepat saji dan gaya hidup sehat 2017
dangerous junk food. Yogyakarta: O2
Suyanto., & Salamah, U. (2009). Riset
Setiadi. (2007). Konsep dan penulisan kebidanan. Jogjakarta: Mitra Cendikia
riset keperawatan. Yogyakarta: Graha
Ilmu Tarwoto., Wartonah., & Suryati.,E.S.
(2007). Keperawatan medical bedah
Setiawan, A., & Saryono. (2011). gangguan system persyarafan. Jakarta:
Metodologi penelitian kebidanan DIII, Sagung Seto
DIV, S1, dan S2. Yogyakarta: Nuha
Medika Wijaya, A.S., & Putri, Y.M. (2013).
KMB 2 keperawatan medical bedah
Scanlan, J.M, et al. (2007). Cognitive keperawatan dewasa teori dan contoh
Impairment, Chronic Disease Burden, askep. Yogyakarta: Nuha Medika
and Functional Disability. Italians:
The American Journal of Geriatric Wiwit, S. (2010). Stroke &
Psychiatric Penangannya. Yogyakarta: Kata Hati

Shulman, et al. (1993). Clock Drawing Wreksoatmodjo, BR., 2014. Pengaruh


Test (CDT). sosial engagement terhadap fungsi
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/arti kognitif lanjut usia di Jakarta.
cles/PMC4038629/ di akses tanggal kalbemed.com/.../05_214Pengaruh%2
11 Januari 2017 0Social%20Engagement%20terhadap
%20Fung... Diakses tanggal 15
Sinaga, M., Sengkey, L., Angliadi, Januari 2017
Engeline. (2014). Gambaran fungsi

12 | Jurnal Keperawatan dan Kebidanan


Yudawijaya, A., Kustiowati, E.,.
(2011). Homosistein plasma dan
perubahan skor kognitif pada pasien
pasca stroke iskemik.
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/
mmi/article/view/3012/2696 diperoleh
tanggal Desember 2016.

Perbandingan Test MMSE … (Dian Nurraeni P, Medina Sianturi, Rahayu Astuti) |


13

Anda mungkin juga menyukai