Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS SISTEM TRANSPORTASI

Analisis Transportasi
Transportasi yang menyangkut pergerakan orang dan barang pada hakekatnya
sudah dikenal secara alamiah semenjak manusia ada di bumi, meskipun pergerakan atau
perpindahan itu dilakukan dengan sederhana. Sepanjang sejarah transportasi baik volume
maupun teknologinya berkembang dengan pesat. Sebagai akibat dari kebutuhan akan
transportasi, maka timbulah tuntutan untuk menyediakan sarana dan prasarana agar
pergerakan tersebut dapat berlangsung dengan aman, nyaman dan lancar seta ekonomis
dari segi waktu dan biaya. Pejalan kaki adalah perpindahan orang tanpa alat angkut ( alat
angkutnya adalah kaki).
Sistem transportasi adalah suatu bentuk keterkaitan dan keteraitan penumpang,
barang, sarana dan prasarana yang berinteraksi dalam rangka perpindahan orang atau
barang yang tercakup dalam tatanan baik secara alami maupun buatan.Sistem transportasi
diselenggarakan dengan maksud untuk mengkordinasi proses pergerakan penumpang dan
barang dengan cara mengatur komponen-komponennya yatu prasarana sebagai media
dan sarama sebagai alat yang digunakan dalam proses transportasi.
Perkembangan transportasi yang pesat merupakan sumbangan bagi kehidupan
masyarakat. Hal ini karena transportasi telah ikut meratakan hasil-hasil pembangunan dan
memberikan pelayanan pergerakan orang dan barang hampir keseluruh penjuru negeri
sehingga memberi andil bagi pengembangan serta kemajuan daerah dan membuka isolasi
daerah terpencil.
Berikut adalah data yang digunakan untuk menganalisis Aksesibilitas, Gravitasi,
konektivitas dan Level Of Service.

Tabel 6.1
Jumlah Penduduk Kecamatan Campaka Tahun 2017
No Desa Jumlah
1 Cirende 2.078
2 Benteng 2.988
3 Campaka 4.104
4 Campakasari 5.044
5 Cijunti 5.706
6 Cisaat 3.699
7 Cimahi 5.812
8 Cikumpay 6.508
9 Cijaya 4.360
10 Kertamukti 3.785
Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2018

Tabel 6.2
Jarak Antar Kantor Kepala Desa
Desa Cirende Benteng Campaka Campakasari Cijunti Cisaat Cimahi Cikumpay Cijaya Kertamukti
Cirende 3,1 5,4 4,5 17 17 14 7,2 7,8 11
Benteng 3,1 2,3 3,2 14 14 10 3,4 3,9 7,4
Campaka 5,4 2,3 0,9 12 12 8,4 1,8 2,3 5,8
Campakasari 4,5 3,2 0,9 13 13 9,3 2,7 3,2 6,7
Cijunti 17 14 12 13 2,7 3,6 11 9,6 6,2
Cisaat 17 14 12 13 2,7 3,7 11 9,7 6,3

162
Desa Cirende Benteng Campaka Campakasari Cijunti Cisaat Cimahi Cikumpay Cijaya Kertamukti
Cimahi 14 10 8,4 9,3 3,6 3,7 7,3 6,1 2,6
Cikumpay 7,2 3,4 1,8 2,7 11 11 7,3 1,2 4,6
Cijaya 7,8 3,9 2,3 3,2 9,6 9,7 6,1 1,2 3,5
Kertamukti 11 7,4 5,8 6,7 6,2 6,3 2,6 4,6 3,5
Sumber: Google Maps

Tabel 6.3
Kondisi Jalan dan Jarak Kantor Ibukota Kecamatan
Antar Kantor Kepala Desa
Waktu
Kondisi Jalan
Desa Jarak Dari Ibukota Tempuh Kondisi jalan
Dalam Angka
Kecamatan (Km) (jam)

Cirende 5,3 0,23 1,5

Benteng 2,9 0,11 2

Campaka 0,6 0,13 2

Campakasari 0,7 0,13 2

Cijunti 13 0,40 1,5

Cisaat 13 0,41 1,5

Cimahi 9 0,30 2

Cikumpay 2,4 0,60 2


Waktu
Kondisi Jalan
Desa Jarak Dari Ibukota Tempuh Kondisi jalan
Dalam Angka
Kecamatan (Km) (jam)

Cijaya 2,9 0,10 1,5

Kertamukti 6,4 0,20 2

Sumber: Google Maps

6.2. Analisis Jaringan Jalan


Kondisi jaringan jalan di Kecamatan Campaka sudah bisa di katakan baik karena di
Kecamatan Campaka sendiri terdapat jalan arteri yakni Jalan Sadang-Subang. Tetapi di
beberapa desa, terdapat beberapa ruas jalan rusak yang biasanya jalan tersebut berupa
bebatuan tanah. Berikut ini adalah data mengenai jaringan jalan di Kecamatan Campaka.
Tabel 6.5
Daftar Induk Jaringan Jalan Kabupaten Kecamatan Campaka Tahun
KARAKTERISTIK YANG ADA
Panjang Jalan
Beton Aspal (AC) Aspal/ Lapen Beton Batu/Kerikil Tanah
R
Baik Sedang Rusak R Berat Baik Sedang Rusak R Berat Baik Sedang Rusak Sedang Rusak Rusak
Berat
Km Km Km Km Km Km Km Km Km Km Km Km Km Km Km
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

2.200 - - - - - - - - - - - - - -

2.400 - - - - - - - - - - - - - -

9.400 - - - - - - - - - - - - - -

- 1.600 - - - - - - - - - - - - -

1.365 - - - - - - - - - - - - - -

- - - - - - - - - - - - 0.535 - -

- - - - - - 0.800 - - - - - - - -

- - - - 0.461 - - - - - - - - - -

0.542 - - - - - - - - - - - - - -
- -
- - - - - - - - - - 0.686 - -
- -
- - - - - - 0.850 - - - - - -
- -
1.923 - - - - - - - - - - - -
- -
0.277 - - - - - - - - - - - -
KARAKTERISTIK YANG ADA
Panjang Jalan
Beton Aspal (AC) Aspal/ Lapen Beton Batu/Kerikil Tanah
R
Baik Sedang Rusak R Berat Baik Sedang Rusak R Berat Baik Sedang Rusak Sedang Rusak Rusak
Berat
Km Km Km Km Km Km Km Km Km Km Km Km Km Km Km
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

- -
- - - - - - - 3.000 - - - - -
- -
- - - - - - 1.200 - - - - -
- 0.720
- - - - - - - - - - - - -
0.840 -
- - - - - - - - - - - - -
0.330 -
- - - - - - - - - - - - -
- -
0.910 - - - - - - - - - - - -
0.860 -
- - - - - - - - - - - - -
- -
0.930 - - - - - - - - - - - -
- -
0.700 - - - - - - - - - - - -
0.370 -
- - - - - - - - - - - - -
- -
- 1.300 - - - - - - - - - - -
- -
- - 1.540 - - - - - - - - - -
- -
- - - - - - 1.650 - - - - - -
- -
- - - - - - 1.710 - - - - - -
KARAKTERISTIK YANG ADA
Panjang Jalan
Beton Aspal (AC) Aspal/ Lapen Beton Batu/Kerikil Tanah
R
Baik Sedang Rusak R Berat Baik Sedang Rusak R Berat Baik Sedang Rusak Sedang Rusak Rusak
Berat
Km Km Km Km Km Km Km Km Km Km Km Km Km Km Km
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

- -
- - - - - - 0.500 - - - - - -

20.647 2.900 1.540 - 0.461 - 6.710 3.000 2.400 0.720 - - 1.221 - -

25.087 10.171 3.120 1.221


Sumber: Dinas Binamarga dan Pengairan
Jika di analisis didalam presentase jalan dengan kondisi baik 61 %, jalan dengan
kondisi sedang 7,3 %, jalan dengan kondisi rusak 21% dan jalan dengan kondisi rusak berat
8%.
Berdasarkan proporsi diatas kondisi jalan di Kecamatan Campaka sudah dikatakan
baik, berdasarkan observasi jalan yang berbahan aspal atau beton itu hanya di daerah
perkotaan Kecamatan Campaka yaitu Desa Campaka, Campakasari, Cikumpay, Cijaya,
Benteng dan Kertamukti, sedangkan di Desa yang lain masih terdapat jalan tanpa
perkerasan dan berbatu, itu merupakan akses menuju bekas penggalian pasir dan jalan
setapak untuk menelusuri perkebunan.

Analisis Aksesibilitas
Aksesibiltas Adalah konsep yang menggabungkan pengaturan tata guna lahan
secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang menghubungkannya. Dengan
perkataan lain aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan bagaimana lokasi tataguna
lahan berintekasi satu dengan yang lain dan bagaimana mudah dan susahnya lokasi
tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasi. Akesesibilitas dan mobilitas memiliki
keterkaitan. Mobilitas adalah suatu ukuran kemampuan seseorang untuk bergerak yang
biasanya dinyatakan dengan kemampuannya membayar biaya transportasi. Jika
aksesibilitas ke suatu tempat tinggi, maka mobilitas orang ke tempat tersebut juga tinggi
selama biaya aksesibilitas ke tempat tersebut mampu dipenuhi.
Analisis aksesibilitas ini diperlukan data jarak antar desa yang ada di Kecamatan
Campaka.Data tersebut dipadukan dengan kondisi eksisting prasarana jalan antar desa
yang ada di Kecamatan Campaka berdasarkan kondisi jalan terdapat 3 jenis kondisi jalan,
yaitu jalan yang sifatnya baik (1), jalan yang sifatnya sedang (1,5), dan jalan yang sifatnya
buruk (2). Dalam perhitungan ini yang merupakan ibukota kecamatan yaitu Desa Campaka.
Perhitungan aksesibilitas digunakan untuk melihat kemudahan akses mencapai suatu desa
ke desa lain. Terdapat 10 desa yang ada di Kecamatan Campaka. Digunakan rumus
sebagai berikut untuk menghitung tingkat aksesibilitas;

Aksesibilitas : Jumlah Penduduk Desa A x Jumlah Penduduk Desa B


Jarak Antar Desa AB ^ Kondisi Jalan
Sumber: Modul Perkuliahan Perencanaan Transportasi

Keterangan :
Kondisi Jalan Baik : 2 Kondisi Jalan Sedang : 1,5 Kondisi Jalan Buruk : 1

Kemudian dilakukan pembobotan nilai aksesibilitas hal ini dilakukan agar


mendapatkan hasil range tinggi, sedang dan rendah dar tingkat perhitungan aksesibilitas,
dengan rumus sebagai berikut;

Pembobotan : jumlah tertinggi – jumlah terendah


3

Dari rumus perhitungan tersebut didapatkan hasil analisis sebagai berikut:


Tabel 6.6
Perhitungan Analisis Aksesibilitas di Kecamatan Campaka
Antara Kantor Ibukota Kecamatan Dan Kantor Kepala Desa
Desa Campaka Bobot
Cirende 693.342,44 R
Benteng 1.458.115,58 R
Campaka 46.785.600,00 T
Campakasari 42.246.073,5 T
Cijunti 499.305,41 R
Cisaat 324.373,85 R
Cimahi 294.474,67 R
Cikumpay 4.661.227,23 R
Cijaya 3.807.562,19 R
Kertamukti 379.239,26 R
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 3, 2018

Tabel 6.7
Range Hasil Pembobotan Aksesibilitas
Rank size Bobot
Rendah 294.474,67– 15.791.516,5
Sedang 15.791.516,5 – 31.288.558,3
Tinggi 31.288.558,3 - 46.785.600,00
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 3, 2018

Dalam analisis aksesibilitas digunakan dua sample yaitu, aksesibilitas antar desa
yang menggunakan kantor desa sebagai titik acuan. Hal ini lebih melihat interaksi antar
desa masing-masing dan tingkatan aksesibilitas. Dan yang kedua aksesibilitas dari kantor
desa yang menuju ke kantor camat hal ini diasumsikan bahwa sekitar ibukota kecamatan
merupakan kawasan pusat yang memiliki pelayanan bagi kecamatan.
Dari hasil analisis tingkat aksesibilitas dari desa terhadap ibukota kecamatan
dimana dalam hal ini ibukota kecmatan dijadikan sebagai pusat pelayanan kecamatan,
didapat kesimpulan bahwa desa yang memiliki tingkat aksesibilitas tinggi dari Ibukota
Kecamatan Campaka adalah Desa Campaka dan Desa Campakasari, desa yang memiliki
tingkat aksesibilitas rendah yaitu Desa Cirende, Desa Benteng, Desa Cijunti, Desa Cisaat,
Desa Cimahi, Desa Cikumpay dan Desa Kertamukti. Perbedaan tingkat aksesibilitas ini
dipengaruhi oleh jumlah penduduk, jarak antar desa dan kondisi jalan. Berdasarkan
perhitungan hasil analisis aksesiblitas perdesa terdapat kecenderungan membentuk
interaksi wilayah yang berkembang di bagian tengah wilayah Kecamatan Campaka. Hal ini
juga diakibatkan pusat aktivitas yang banyak terjadi pada Ibukota Kecamatan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar 6.1 Peta Aksesibilitas Dari Kantor Desa Terhadap
Ibukota Kecamatan Kecamatan Campaka
Tabel 6.8
Perhitungan Analisis Aksesibilitas di Kecamatan Campaka Antar Kantor Kepala Desa
Aksesibilitas Cirende Benteng Campaka Campakasari Cijunti Cisaat Cimahi Cikumpay Cijaya Kertamukti Jumlah Bobot
Cirende 731.327,37 789.951,66 629.387,46 196.146,38 32.946,41 66.185,71 281.197,99 181.068,51 84.781,22 2.992.992,70 R
Benteng 731.327,37 1.527.952,20 1.659.337,01 93.516,67 242.328,96 546.904,85 1.681.166,87 965.593,56 249.754,35 7.697.881,83 R
Campaka 789.951,66 1.527.952,20 47.557.342,86 536.301,73 371.416,71 878.470,37 4.627.274,65 3.807.562,19 557.570,27 60.653.842,64 T
Campakasari 629.387,46 1.659.337,01 47.557.342,86 709.149,81 491.122,96 1.105.847,53 4.834.471,74 3.166.908,20 605.514,36 60.759.081,92 T
Cijunti 196.146,38 93.516,67 536.301,73 709.149,81 5.597.191,69 4.953.093,07 314.196,79 311.745,05 696.003,75 13.407.344,94 R
Cisaat 32.946,41 242.328,96 371.416,71 491.122,96 5.597.191,69 3.292.152,14 314.196,79 211.471,00 466.837,89 11.019.664,55 R
Cimahi 242.328,96 546.904,85 878.470,37 1.105.847,53 4.953.093,07 3.292.152,14 673.144,12 728.532,65 3.734.349,11 16.154.822,80 R
Cikumpay 281.197,99 1.681.166,87 4.627.274,65 4.834.471,74 314.196,79 314.196,79 673.144,12 21.154.515,28 1.340.611,15 35.220.775,39 T
Cijaya 181.068,51 965.593,56 3.807562,19 3.166.908,20 311.745,05 211.471,00 728.532,65 21.154.515,28 1.749.997,06 32.277.393,50 S
Kertamukti 84.781,22 249.754,35 557.570,27 605.514,36 696.003,75 466.837,89 3.734.349,11 1.340.611,15 1.749.997,06 9.485.419,16 R

Tabel 6.9
Range Hasil Pembobotan Aksesibilitas di Kecamatan Campaka Antar Kantor Kepala Desa
Rank size Bobot
Rendah 2.992.992,70 – 22248355,78
Sedang 22248355,79 – 41503718,85
Tinggi 41503718,85 - 60759081,92
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 17, 2016
Dilihat dari analisis aksesibilitas antar desa yang memiiki tingkat aksesibilitas yang
tinggi yaitu Desa Campaka, Desa Campakasari dan Desa Cikumpay. Desa yang memiliki
tingkat aksesibilitas yang sedang yaitu Desa Cijaya, dan desa lainnya memiliki tingkat
aksesibilitas yang rendah. Tingkatan aksesibilitas ini dipengaruhi oleh kondisi jalan karena
kondisi jalan yang rusak akan membuat masyarakat desa susah melakukan aktivitas baik
di desanya sendiri maupun ke desa yang lain. Selain itu jumlah masyarakat yang
melakukan kegiatan juga berpengaruh semakin banyak masyarakat yang melakukan
aktivitas di desanya maka semakin tinggi pula tingkatan aksesibilitasnya. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar 6.2 Peta Aksesibilitas Antar Desa Kecamatan
Campaka

Analisis Gravitasi
Konsep dasar dari analisis gravitasi adalah membahas mengenai ukuran dan jarak
antara pusat pertumbuhan dengan daerah sekitarnya. Menurut Blakely (1994: 105) bahwa
penggunaan teknik ini akan dapat menghitung kekuatan relatif dari hubungan komersial
antara pusat pertumbuhan yang satu dengan pusat pertumbuhan yang lainnya (Warpani,
1984: 111).
Teori gravitasi pertama kali diperkenalkan dalam disiplin ilmu fisika oleh Sir Issac
Newton (1687). Inti dari teori ini adalah bahwa dua buah benda yang memilki massa tertentu
akan memiliki gaya tarik menarik antara keduanya yng dikenal gaya gravitasi. Kekuatan
gaya tarik menarik ini akan berbanding lurus dengan hasil kali kedua massa benda tersebut
dan berbandingan terbalik dengan kuadrat jarak antara kedua benda tersebut.
Metode analisis model gravitasi ini digunakan untuk: (1) mengukur kekuatan keterkaitan
antara sentra komoditi dengan pusat pengembangan wilayah; (2) menentukan kekuatan
tempat kedudukan dari setiap pusat kegiatan ekonomi, produksi dan distribusi (sentra-
sentra komoditi) dalam sistem jaringan jasa, distribusi dan transportasi.
Dilakukannya perhitungan & analisis gravitasi untuk melihat ketertarikan antar desa
– desa, dengan anggapan dasar bahwa faktor aglomerasi penduduk, pemusatan kegiatan
atau potensi sumber daya alam yang dimiliki mempunyai daya tarik yang dapat
dianalogikan sebagai daya tarik menarik. Adapun rumus yang digunakan yaitu;

IAB : k x (J. Penduduk A x J. Penduduk B)


DAB ^2
Keterangan;
IAB = interaksi antara wilayah A dan B
k = Angka Konstanta (nilai 1)
J. Penduduk A = Jumlah Penduduk terakhir Desa A (2014)
J. Penduduk B = Jumlah Penduduk terakhir Desa B (2014)
DAB = Jarak wilayah A dan Wilayah B

Kemudian dilakukan pembobotan nilai gravitasi hal ini dilakukan agar mendapatkan
hasil range tinggi, sedang dan rendah dar tingkat perhitungan gravitasi, dengan rumus
sebagai berikut;

Pembobotan : jumlah tertinggi – jumlah terendah


3

Dari rumus perhitungan tersebut didapatkan hasil analisis sebagai berikut:


Tabel.6.10
Perhitungan Analisis Gravitasi di Kecamatan Campaka
Gravitasi Cirende Benteng Campaka Campakasari Cijunti Cisaat Cimahi Cikumpay Cijaya Kertamukti Jumlah Range
Cirende 731.327,37 330.542,11 629.387,46 47.572,48 32.946,41 66.185,71 281.197,99 181.068,51 84.781,22 2.385.009,27 R
Benteng 731.327,37 2.429.126,28 1.659.337,01 93.516,67 64.765,14 172.946,50 1.681.166,87 965.593,56 249.754,35 8.047.533,74 R
Campaka 330.542,11 2.429.126,28 28.769.256,79 174.566,83 1.184.786,38 336.149,38 8.226.266,05 3.807.562,19 557.570,27 45.815.826,28 T
Campakasari 629387,46 1.659.337,01 28.769.256,79 196.682,77 136.213,00 362.621,69 407.484,09 2600.947,07 552.503,19 35.314.433,06 T
Cijunti 47.572,48 93.516,67 174.566,83 196.682,77 3.406.342,39 2.610.509,26 314.196,79 311.745,05 696.003,75 7.851.136,00 R
Cisaat 32.946,41 64.765,14 1.184.786,38 136.213,00 3.406.342,39 1.711.508,40 217.597,55 211.471,00 466.837,89 7.432.468,15 R
Cimahi 66.185,71 172.946,50 336.149,38 362.621,69 2.610.509,26 1.711.508,40 673.144,12 728.532,65 3.734.349,11 10.395.946,82 R
Cikumpay 281.197,99 1.681.166,87 8.226.266,05 407.484,09 314.196,79 217.597,55 673.144,12 21.154.515,28 1.340.611,15 34.296.179,89 T
Cijaya 181.068,51 965.593,56 3.807.562,19 2.600.947,07 311.745,05 211.471,00 728.532,65 21.154.515,28 1.749.997,06 31.711.432,37 T
Kertamukti 84.781,22 249.754,35 557.570,27 552.503,19 696.003,75 466.837,89 3.734.349,11 1.340.611,15 1.749.997,06 9.432.407,99 R
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 17, 2016

Tabel 6.11
Range Hasil Pembobotan Analisis Gravitasi
Bobot Rank Size
Rendah 2.385.009,27 – 16.861.948,27
Sedang 16.861.948,28 – 31.338.887,28
Tinggi 31.338.887,29 – 45.815.826,28
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 17, 2016
Dari hasil perhitungan analisis gravitasi diketahui bahwa interaksi di Desa Campaka
terhadap Desa Campakasari memiliki tingkat gravitasi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan desa-desa yang lain. Hal ini dikarenakan keberadaan Desa Campaka sebagai
pusat kegiatan ekonomi (sentra- sentra komoditi dan perdagangan) serta berada di ruas
jalan primer yang merupakan ruas jalan digunakan sebagai jalur pergerakan distribusi
produksi pabrik serta akses para pekerja ke pabrik. Selain itu dipengaruhi oleh tingkat
transportasi yang tinggi disebabkan kegiatan berpusat pada Desa Campaka yang
berdekatan dengan Desa Campakasari, Desa Cikumpay dan Desa Cijaya.Desa tersebut
memiliki tingkat gravitasi tinggi dengan memiliki ciri-ciri wilayah yang sama. Kemudian
untuk desa lainnya memiliki tingkat gravitasi rendah. Gambar 6.3 Peta Gravitasi
Kecamatan Campaka

Analisis Konektifitas
Salah satu faktor yang mendukung kekuatan dan intensitas interaksi antarwilayah
adalah kondisi prasarana transportasi yang menghubungkan suatu wilayah dengan wilayah
lain di sekitarnya. Jumlah dan kualitas prasarana jalan, baik jalan raya, jalur udara, maupun
laut, membantu kelancaran laju dan pergerakan distribusi manusia, barang, dan jasa
antarwilayah. Pola jaringan transportasi terbentuk dari interaksi wilayah yang dihubungkan
melalui jalur-jalur transportasi yang digunakan. Tingkat kompleksitas jaringan yang
menghubungkan berbagai wilayah merupakan salah satu indikasi kuatnya arus interaksi.
Sebagai contoh, dua wilayah yang dihubung kan dengan satu jalur jalan tentunya
memiliki kemungkinan hubungan penduduknya jauh lebih kecil dibandingkan dengan dua
wilayah yang memiliki jalur transportasi yang lebih banyak.
Untuk menganalisis potensi kekuatan interaksi antarwilayah ditinjau dari struktur
jaringan jalan sebagai prasarana transportasi, K.J. Kansky mengembangkan Teori Grafik
dengan membandingkan jumlah kota atau daerah yang memiliki banyak rute jalan sebagai
sarana penghubung kota-kota tersebut. Menurut Kansky, kekuatan interaksi ditentukan
dengan Indeks Konektivitas. Semakin tinggi nilai indeks, semakin banyak jaringan jalan
yang menghubungkan kota-kota atau wilayah yang sedang dikaji. Hal ini tentunya
berpengaruh terhadap potensi pergerakan manusia, barang, dan jasa karena prasarana
jalan sangat memperlancar tingkat mobilitas antarwilayah. Untuk menghitung indeks
konektivitas ini digunakan rumus sebagai berikut.

β=e
v
Keterangan :
β = indeks konektivitas e = jumlah jaringan jalan v = jumlah kota

Dari perhitungan diatas dibutuhkan data jumlah jaringan jalan yang ada dan jumlah
desa yang melakukan kegiatan dan saling berinteraksi. Kecamatan Campaka memiliki 4
jenis jaringan jalan yang tersedia yaitu, jalan tol, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan
lingkungan dan 10 desa. Didapat dari hasil perhitungan rumus diatas adalah sebagai
berikut
177

Rendah
13.407.344,94

Rendah Rendah
16.154.822,80
11.019.664,55

Tinggi

35.220.775,39 Rendah
9.485.419,16

Sedang
Tinggi
32.277.393.50
60.653.842,64

Rendah
7.697.681,83

Tinggi
60.759.081,92

Rendah
2.992.992,70
178

Tabel 6.12
Tabel Indeks Konektivitas
Jumlah Desa Jenis Jalan Jumlah (Jaringan) Indeks Konektivitas
Jalan tol 1 0,1
Jalan kolektor 1 0,1
10
Jalan lokal 16 1,6
Jalan lingkungan 138 13,8
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 3, 2018

Jika melihat dari analisis aksesibilitas dan gravitasi dan dihubungkan dengan
analisis konektifitas dan LOS, analisis konektifitas digunakan untuk melihat bagaimana
tingkatan koneksi antar desa di Kecamatan Campaka. Pada analisis ini jika tingkat
aksesibilitas dan gravitasi tinggi maka memiliki tingkat konektivitas yang tinggi pula. Hal ini
juga dapat terjadi dikarenakan pola kegiatan masyarakat terdapat pada pusat kecamatan.
Selain itu titik kemacetan juga mempengaruhi, pada titik kemacetan di kecamatan campaka
terdapat pada ruas jalan campaka cibatu. Bottle neck ini terjadi dikarenakan aktivitas
perindustrian yang ada di ruas jalan ini, tetapi kemacetan ini tidak berpengaruh besar
terhadap arus kendaraan. Selain itu dapat terjadi pula apabila kondisi jalan yang tidak
sesuai dengan jumlah kendaraan sedangan aktivitas di desa tinggi. Untuk mengatasinya
terdapat jalan alternatif yang dapat digunakan. Jalan alternatif ini memiliki kekurangan jarak
yang lebih jauh dan kapasitas jalan yang lebih rendah karena jalan yang alternatif ini
merupakan jalan lokal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 6.4. Peta
Konektivitas Jaringan Jalan di Kecamatan Campaka.
Pola pergerakan dalam sistem transportasi terdiri dari dua pola pergerakan, yakni
pola pergerakan spasial dan pola pergerakan non spasial (Tamin, 2000). Pola pergerakan
spasial dan non spasial dilakukan atas dasar perjalanan orang dengan memperhatikan
kondisi tata guna lahan kawasan/perkotaan. Dalam membentuk pola spasial pergerakan ini
dicerminkan dengan adanya pergerakan orang yang menggunakan moda transportasi
dalam waktu tertentu dengan alasan tujuan tertentu.
Interaksi antar pusat-pusat kegiatan fungsional dapat tercermin dalam aktivitas
pergerakkan orang dan barang. Untuk menunjang kelancaran pergerakkan tersebut maka
dibutuhkan suatu penghubung/akses, dalam hal ini akses tersebut adalah prasarana jalan.
Pola pergerakan mencerminkan kegiatan masyarakat setempat. Karena mayoritas
masyarakat Kecamatan Campaka berprofesi sebagai karyawan dan buruh pabrik, selain itu
ada juga pegawai pemerintahan, petani dan pedagang, maka pola pergerakan yang terjadi
adalah:
1. Tempat Tinggal-Lahan garapan sawah maupun perkebunan. Lokasi sawah dan
perkebunan pun masih berada di Kecamatan Campaka, tak sedikit petani yang
memiliki sawah dekat dengan tempat tinggalnya.
2. Tempat Tinggal-Tempat Usaha Pribadi. Tempat usaha pribadi ini meliputi toko,
warung, bengkel maupun tempat tambal ban. Tidak jarang lokasi tempat usaha
tersebut berada di depan rumah mereka sendiri.
3. Tempat Tinggal-Perkantoran. Pergerakan ini melibatkan masyarakat Kecamatan
Campaka yang bekerja sebagai staf di Kantor Kecamatan, desa, atau bekerja
sebagai guru dan staff di sekolah yang ada di Kecamatan Campaka Cikumpay.
4. Tempat tinggal-Kecamatan/ke kabupaten lain. Dilakukan oleh masyarakat yang
membutuhkan barang dagangan, dikarenakan sarana perdagangan yang ada di
Kecamatan Campaka hanya ada warung-warung sebagai distributor.
5. Kabupaten lain ke Kecamatan Campaka, ditemukan para pegawai industri yang
berasal dari desa lain, salah satu contohnya yaitu pedagang buah-buahan yang
berasal dari Kecamatan Purwakarta.
179

Potensi Dan Masalah


Dalam sub bab ini akan dibahas potensi dan masalah berupa kelebihan dan
kelemahan yang datangnya dari dalam kecamatan serta peluang dan tantangan yang
datangnya dari luar kecamatan.
 Kekuatan
 Kecamatan Campaka berada di ruas jalan kolektor, sehingga
mempermudah masyarakat dalam melakukan perjalanan ke ibu kota
kabupaten.
 Kelemahan
 Tidak sebandingnya lebar jalan dengan volume kendaraan
 Kondisi jalan di beberapa desa masih cukup buruk, terutama desa yang
lokasinya berjauhan dengan Desa Campaka

Anda mungkin juga menyukai