Anda di halaman 1dari 5

Dampak pencemaran laut

1. Logam Berat

WHO (World Health Organization) atau Organisasi Kesehatan Dunia dan FAO (Food
Agriculture Organization) atau Organisasi Pangan Dunia merekomendasikan untuk tidak
mengonsumsi makanan laut (seafood) yang tercemar logam berat. Logam berat telah lama
dikenal sebagai suatu elemen yang mempunyai daya racun yang sangat potensil dan memiliki
kemampuan terakumulasi dalam organ tubuh manusia. Bahkan tidak sedikit yang menyebabkan
kematian.

Bahaya yang Dapat Ditimbulkan oleh Logam Berat di dalam Tubuh Manusia :Barium (Ba):
Dalam bentuk serbuk, mudah terbakar pada temperatur ruang. Jangka panjang, menyebabkan
naiknya tekanan darah dan terganggunya sistem syaraf.
· Cadmium (Cd): Dalam bentuk serbuk mudah terbakar. Beracun jika terhirup dari udara atau
uap. Dapat menyebabkan kanker. Larutan dari kadmium sangat beracun. Jangka panjang,
terakumulasi di hati, pankreas, ginjal dan tiroid, dicurigai dapat menyebabkan hipertensi
· Kromium (Cr): Kromium hexavalen bersifat karsinogenik dan korosif pada jaringan tubuh.
Jangka panjang, peningkatan sensitivitas kulit dan kerusakan pada ginjal
· Timbal (Pb): Beracun jika termakan atau terhirup dari udara atau uap. Jangka panjang,
menyebabkan kerusakan otak dan ginjal; kelainan pada kelahiran
· Raksa (Hg): Sangat beracun jika terserap oleh kulit atau terhirup dari uap. Jangka panjang,
beracun pada sistem syaraf pusat, dapat menyebabkan kelainan pada kelahiran.
· Perak (Ag): Beracun. Jangka panjang, pelunturan abu-abu permanen pada kulit, mata dan
membran mukosa (mucus).

2. Tumpahan Minyak

Minyak yang mengapung berbahaya bagi kehidupan burung laut yang suka berenang
diatas permukaan air. Tubuh burung akan tertutup minyak. Untuk membersihkannya, mereka
menjilatinya. Akibatnya mereka banyak minum minyak dan mencemari diri sendiri serta dapat
menyebabkan keracunan pada burung tersebut.

3. Sampah

Banyak hewan yang hidup pada atau di laut mengonsumsi plastik karena tak jarang
plastik yang terdapat di laut akan tampak seperti makanan bagi hewan laut. Plastik tidak dapat
dicerna dan akan terus berada pada organ pencernaan hewan ini, sehingga menyumbat
saluran pencernaan dan menyebabkan kematian melalui kelaparan atau infeksi. Selain
berpengaruh terhadap kesehatan biota laut, adanya sampah dilaut juga nerpengaruh terhadap
kesehatan manusia. Penyakit yang paling sederhana seperti gatal-gatal pada kulit setelah
bersentuhan dengan air laut, dll.

4. Pestisida
Pengaruh pestisida terhadap kehidupan organisme air :

a. Penumpukan pestisida dalam jaringan tubuh, bersifat racun dan dapat mempengaruhi system
syaraf pusat.
b. Bahan aktifnya selain bisa membunuh organism perairan (ikan) juga dapat merubah tingkah laku
ikan dan menghambat perkembangan telur moluska dan juga ikan.
c. Daya racun berkisar dari rendah-tinggi. Moluska cenderung lebih toleran terhadap racun
pestisida dibandingkan dengan Crustacea dan teleostei (ikan bertulang sejati), dll.

5. Eutrofikasi

Eutrofikasi adalah perairan menjadi terlalu subur sehingga terjadi ledakan jumlah alga
dan fitoplankton yang saling berebut mendapat cahaya untuk fotosintesis. Karena terlalu
banyak maka alga dan fitoplankton di bagian bawah akan mengalami kematian secara massal,
serta terjadi kompetisi dalam mengonsumsi O2 karena terlalu banyak organisme pada tempat
tersebut. Sisa respirasi menghasilkan banyak CO2 sehingga kondisi perairan menjadi anoxic dan
menyebabkan kematian massal pada hewan-hewan di perairan tersebut.

6. Peningkatan Keasaman

Selain menyebabkan kerusakan pada terumbu karang, kehidupan laut terpengaruh


karena perubahan itu, khususnya hewan dan tumbuhan yang memiliki tulang karbonat kalsium
dan yang menjadi sumber makanan bagi penghuni laut lainnya. Satu miliar orang yang
bergantung pada ikan sebagai sumber utama penghasil protein akan terkena dampak dari
peningkatan keasama laut tersebut.

7. Polusi Kebisingan

Gangguan bunyi-bunyi dapat saja menghasilkan frekuensi atau intensitas yang dapat
berbentrokan atau bahkan menghalangi suara/bunyi biologi yang penting, yang menjadikan
tidak terdeteksi oleh mamalia laut. Padahal seperti diketahui bahwa suara-suara biologi ini
penting seperti untuk mencari mangsa, navigasi, komunikasi antara ibu dan anak, untuk
manarik perhatian, atau melemahkan mangsa.
Pencegahan dan penanggulangan terjadinya pencemaran laut
Upaya pencegahan maupun penanggulangan pemcemaran laut telah diatur oleh
pemerintah dalam PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999
TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT :

a. Pencegahan terjadinya pencemaran laut


Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah pencemaran laut :

1. Tidak membuang sampah ke laut


2. Penggunaan pestisida secukupnya
3. Yang paling sering di temukan pada saat pembersihan pantai dan laut adalah puntung rokok.
4. Selalu biasakan untuk tidak membuang puntung rokok di sekitar laut.
5. Kurangi penggunaan plastik
6. Jangan tinggalkan tali pancing, jala atau sisa sampah dari kegiatan memancing di laut.
7. Setiap industri atau pabrik menyediakan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL)
8. Menggunakan pertambangan ramah lingkungan, yaitu pertambangan tertutup.
9. Pendaurulangan sampah organik
10. Tidak menggunakan deterjen fosfat, karena senyawa fosfat merupakan makanan bagi
tanaman air seperti enceng gondok yang dapat menyebabkan terjadinya pencemaran air.
11. Penegakan hukum serta pembenahan kebijakan pemerintah

b. Penanggulangan pencemaran laut :

1. Melakukan proses bioremediasi, diantaranya melepaskan serangga untu menetralisir


pencemaran laut yang disebabkan oleh tumpahan minyak dari ledakan ladang minyak.
2. Fitoremediasi dengan menggunakan tumbuhan yang mampu menyerap logam berat juga
ditempuh. Salah satu tumbuhan yang digunakan tersebut adalah pohon api-api (Avicennia
marina). Pohon Api-api memiliki kemampuan akumulasi logam berat yang tinggi.
3. Melakukan pembersihan laut secara berkala dengan melibatkan peran serta masyarakat.

Usaha yang dapat dilakukan untuk menanggulangi dan mengurangi tingkat pencemaran
laut diantaranya adalah :

1. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya laut bagi


kehidupan.
2. Menggalakkan kampanye untuk senantiasa menjaga dan melestarikan laut beserta isinya.
3. Tidak membuang sampah ke sungai yang bermuara ke laut.
4. Tidak menggunakan bahan-bahan berbahaya seperti bom, racun, pukat harimau, dan lain-lain
yang mengakibatkan rusaknya ekosistem laut.
5. Tidak menjadikan laut sebagai tempat pembuangan limbah produksi pabrik yang akan
mencemari laut.
Konvensi Internasional yang menangani regulasi mengenai Pencemaran laut
berdasarkan catatan Rusmana (2012) adalah :

A. United Nation Covention on the Law of the Sea 1982 (UNCLOS)

Konvensi Hukum Laut 1982 adalah merupakan puncak karya dari PBB tentang hukum laut,
yang disetujui di montego Bay, Jamaica tanggal 10 Desember 1982[9]. Konvensi Hukum Laut
1982 secara lengkap mengatur perlindungan dan pelestarian lingkungan laut (protection and
preservation of the marine environment) yang terdapat dalam Pasal 192-237.

Pasal 192 berbunyi : yang menegaskan bahwa setiap Negara mempunyai kewajiban untuk
melindungi dan melestarikan lingkungan laut. Pasal 193 menggariskan prinsip penting dalam
pemanfaatan sumber daya di lingkungan laut, yaitu prinsip yang berbunyi : bahwa setiap
Negara mempunyai hak berdaulat untuk mengeksploitasi sumber daya alamnya sesuai dengan
kebijakan lingkungan mereka dan sesuai dengan kewajibannya untuk melindungi dan
melestarikan lingkungan laut.

Konvensi Hukum Laut 1982 meminta setiap Negara untuk melakukan upaya-upaya guna
mencegah (prevent), mengurangi (reduce), dan mengendalikan (control) pencemaran
lingkungan laut dari setiap sumber pencemaran, seperti pencemaran dari pembuangan limbah
berbahaya dan beracun yang berasal dari sumber daratan (land-based sources), dumping, dari
kapal, dari instalasi eksplorasi dan eksploitasi. Dalam berbagai upaya pencegahan,
pengurangan, dan pengendalian pencemaran lingkungan tersebut setiap Negara harus
melakukan kerja sama baik kerja sama regional maupun global sebagaimana yang diatur oleh
Pasal 197-201 Konvensi Hukum Laut 1982.

B. International Conventions on Civil Liability for Oil Pollution Damage 1969 (Civil Liability
Convention)

Konvensi Internasional Mengenai Pertanggungjawaban Perdata Terhadap Pencemaran


Minyak di Laut (International Convention on Civil Liability for Oil Pollution Damage). CLC 1969
merupakan konvensi yang mengatur tentang ganti rugi pencemaran laut oleh minyak karena
kecelakaan kapal tanker. Konvensi ini berlaku untuk pencemaran lingkungan laut di laut
territorial Negara peserta. Dalam hal pertanggungjawaban ganti rugi pencemaran lingkungan
laut maka prinsip yang dipakai adalah prinsip tanggung jawab mutlak.

C. Convention on the Prevention of Marine Pollution by Dumping of


Wastes and Other Matter 1972 (London Dumping Convention)

London Dumping Convention merupakan Konvensi Internasional untuk mencegah


terjadinya Pembuangan (Dumping), yang dimaksud adalah pembuangan limbah yang berbahaya
baik itu dari kapal laut, pesawat udara ataupun pabrik industri. Para Negara konvensi
berkewajiban untuk memperhatikan tindakan dumping tersebut. Dumping dapat menyebabkan
pencemaran laut yang mengakibatkan ancaman kesehatan bagi manusia, merusak ekosistem
dan mengganggu kenyamanan lintasan di laut.

Beberapa jenis limbah berbahaya yang mengandung zat terlarang diatur dalam London
Dumping Convention adalah air raksa, plastik, bahan sintetik, sisa residu minyak, bahan
campuran radio aktif dan lain-lain. Pengecualian dari tindakan dumping ini adalah apabila
ada “foce majeur”, yaitu dimana pada suatu keadaan terdapat hal yang membahayakan
kehidupan manusia atau keadaan yang dapat mengakibatkan keselamatan bagi kapal-kapal.

D. The International Covention on Oil Pollution Preparedness


Response And Cooperation 1990 (OPRC)

OPRC adalah sebuah konvensi kerjasama internasional menanggulangi pencemaran laut


dikarenakan tumpahan minyak dan bahan beracun yang berbahaya. Dari pengertian yang ada,
maka dapat kita simpulkan bahwa Konvensi ini dengan cepat memberikan bantuan ataupun
pertolongan bagi korban pencemaran laut tersebut, pertolongan tersebut dengan cara
penyediaan peralatan bantuan agar upaya pemulihan dan evakuasi korban dapat ditanggulangi
dengan segera.

E. International Convention for the Prevention of Pollution from Ships 1973 (Marine Pollution)

Marpol 73/78 adalah konvensi internasional untuk pencegahan pencemaran dari


kapal,1973 sebagaimana diubah oleh protocol 1978. Marpol 73/78 dirancang dengan tujuan
untuk meminimalkan pencemaran laut , dan melestarikan lingkungan laut melalui penghapusan
pencemaran lengkap oleh minyak dan zat berbahaya lainya dan meminimalkan pembuangan
zat-zat tersebut tanpa disengaja.

Anda mungkin juga menyukai