Anda di halaman 1dari 32

 Upload
 Login
 Signup


Submit Search

 Home

 Explore
1 of 17

MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN


LANJUTAN
4,907 views

 Share

 Like

 Download

 ...

zay muhammad
Follow

Published on Feb 1, 2016

 0 Comments
 3 Likes
 Statistics
 Notes

Post

 Be the first to comment

MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN

1. 1. Makalah Akuntansi Keuangan Lanjutan Semester V Hubungan kantor pusat dan


cabang Di susun Oleh : NURUS SA’ADAH M ZAINAL RUANG 204 DAKMA
FAKULTAS AKUNTANSI EKONOMI D III UNIVERSITAS PAMULANG 2016
2. 2. BAB I 1.1 Latar Belakang Didalam perkembangan usaha, perusahaan dapat
beroperasi bukan hanya didalam lingkungan suatu kota, akan tetapi dapat juga
beroperasi ke luar kota, ke luar daerah ataupun ke luar negeri. Pada umumnya sebagai
titik tolak perkembangan suatu usaha tersebut adalah perluasan daerah pemasaran.
Pada saat meluasnya daerah pemasaran, maka akan menimbulkan masalah bagi
pimpinan perusahaan. Akan tetapi masalah tersebut bisa diatasi dengan berbagai cara
yang paling efektif dan ekonomis antara lain mengangkat pedagang keliling atau
petugas bagian penjualan yang langsung mendatangani para langganan, penggunaan
katalogus dengan pengiriman pesanan perpos dengan sistemkonsinyasi dan lain-lain.
Terkadang, cara tersebut tidak sesuai harapan pimpinan berhubung sangat besarnya
perkembangan daerah pemasaran. Untuk mengatasi hal tersebut,dapat dibentuk pusat-
pusat penjualan di dalamdaerah tertentu yang merupakan sarana untuk mencapai
tujuan pemasaran. Pusat-pusat yang dibentuk dapat berupa agen atau cabang yang
mempunyai fungsi pembelian ataupun penjualan. Dengan tema “Hubungan Kantor
pusat dan cabang II” akan membahas tentang persoalan-persoalan khusus didalam
akuntansi yang akan timbul pada saat perusahaan menggunakan sistemdesentralisasi.
Dan hubungan tersebut menyangkut dalam hal pengiriman (transfer) uang antar
cabang, pengiriman barang-barang antar cabang, barang-barang untuk cabng dinota
diatas harga pokok. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa persoalan-persoalan yang
menyangkut hubungan antara kantor pusat dan cabang? 2. Bagaimana persoalan-
persoalan tersebut bisa terjadi? 3. Bagaimana pencatatan dalam buku kantor pusat dan
kantor cabang? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui persoal-persoalan yang menyangkut
hubungan antara kantor pusat dan cabang. 2. Untuk mengetahui sebab terjadinya
persoalan-persoalan tersebut. 3. Untuk mengetahui posisi keuangan kantor pusat dan
kantor cabang. 1.4 Manfaat 1. Mahasiswa dapat mengetahui persoalan yang
menyangkut hubungan kantor pusat dan cabang. 2. Mahasiswa dapat mengetahui pada
saat terjadinya persoalan-persoalan tersebut. 3. Mahasiswa dapat mengetahui
pencatatan pembukuan kantor pusat dan cabang.
3. 3. BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan Kantor Pusat dan Cabang Operasi
Suatu Cabang 1. Beroperasi sebagai unit usaha terpisah, dan di bawah pengendalian
kantor pusat. 2. Modal kerja (berupa uang tunai, barang-barang dagangan, aktiva
lainnya ) diberi oleh kantor pusat. 3. Barang dagangan dapat dibeli dari pihak ketiga,
untuk jenis barang yang tersedia dari kantor pusat. 4. Aktivitas penjualan yang
dilaksanakan, dimulai untuk mendapatkan pembeli: mengirimkan barang / jasa ;
membuat faktur penjualan ; menagih piutang ; menyimpan dalam rekening banknya
sendiri. 5. Pembatasan keleluasaan cabang operasi dapat dilakukan kantor pusat,
seperti : a. Penerimaan kas dari hasil penjualan, pengumpulan piutang, setiap harinya
harus disetorkan atas nama rekening kantor pusat dalam jumlah yang utuh. b.
Pembentukan dana kas kecil untuk pengeluaran kas di cabang. Akuntansi Suatu
Cabang 1. Pencatatan kegiatan kantor cabang dilakukan kantor pusat Sifat kantor
cabang memiliki sifat seperti agen, desentralisasi akuntansi (pelaksanaan jurnal, buku
besar atau seperangkat buku yang terpisah) pada kantor pusat. Pencatatan data
akuntansi kantor cabang diperoleh kantor pusat melalui dokumen asli dan ringkasan
memo transaksi yang dilengkapi voucher, duplikat sebagai arsip cabang. 2.
Pencatatan kegiatan kantor cabang dilakukan kantor pusat dan kantor cabang
Pencatatan data akuntansi kantor cabang diperoleh kantor pusat melalui duplikat
jurnal, pencatatan dokumen asli ke dalam jurnal dilakukan oleh kantor cabang.
Pencatatan yang dilakukan kantor pusat ke dalam rekening kantor cabang yang
terpisah atau dimasukkan ke dalam buku besar umumkantor pusat. Pada akhir periode
akuntansi, kantor pusat melakukan penyesuaian (adjusment) dan menutup pembukuan
(closing) rekening kantor cabang untuk menetapkan besarnya laba-rugi cabang. 3.
Pencatatan kegiatan kantor cabang dilakukan kantor cabang Pencatatan data transaksi
ke dalam jurnal dan pemindah pembukuan ke dalam buku besar umum. Laporan
keuangan disusun secara periodik untuk di kirim ke kantor pusat, dan laporan
keuangan ini diperiksa oleh internal auditor kantor pusat.Penyelesaian penutupan
saldo buku-buku dilakukan oleh kantor cabang,maka hubungan kantor cabang dan
kantor pusat terlihat sebagai berikut : a. Kantor Cabang Digunakan rekening Kantor
Pusat (Home Office) untuk penghubung dengan Kantor Pusat. Rekening kantor pusat
(Home Office) ini : 1) Untuk kerugian operasi kantor cabang. di Debet : Untuk
pengiriman uang yang dilakukan oleh kantor cabang ke kantor pusat. 2) Untuk laba
yang dihasilkan operasi kantor cabang. di Kredit : Untuk mencatat uang tunai, barang-
barang dan aktiva lainnya yang diterima dari kantor pusat. Rekening kantor pusat
menunjukkan jumlah kewajiban kantor cabang. a. Kantor Pusat Digunakan Rekening
Timbal Balik (Reciprocal Account) disebut dengan rekening : b. Kantor Cabang
(Branch Office), atau Investasi pada kantor cabang (Invesment in Branch) Rekening
kantor cabang ini : 1) Untuk laba yang dihasilkan operasi kantor cabang. di Debet :
Untuk pengiriman uang, barang-barang dan aktiva lainnya yang diserahkan ke kantor
cabang.
4. 4. 2) Untuk kerugian kantor cabang. Kredit : Untuk pengiriman uang tunai dari kantor
cabang. 2.2 Laporan Keuangan kantor Pusat dan kantor Cabang Laporan Keuangan
Kantor Pusat 1. Penyusunan dilakukan setiap akhir periode fiskal untuk
memperlihatkan hasil operasi (perhitungan rugi laba) dan kondisi keuangan (neraca).
2. Rekening investasi pada kantor cabang (Invesment in Branch) terlihat sebagai
aktiva (Assets) pada neraca kantor pusat. 3. Penghasilan masing-masing kantor
cabang dapat diperlihatkan pada laporan pendapatan (perhitungan rugi laba) kantor
pusat. Laporan Keuangan Kantor Cabang. 1. Penyusunan dilakukan setiap akhir
periode fiskal 2. Neraca saldo cabang dapat dilampirkan sebagai daftar pendukung
saldo investasi pada kantor cabang. 3. Perhitungan rugi laba kantor cabang dapat
dilampirkan pada laporan pendapatan (perhitungan rugi laba) kantor pusat. 2.3
Penyusunan Laporan Keuangan Gabungan Kantor Pusat dan Cabang. 1. Tujuan
Penyusunan Penggabungan Laporan Keuangan Penggabungan laporan keuangan
(Neraca dan Perhitungan Rugi Laba) kantor pusat dan kantor cabang dimaksudkan
untuk memberikan gambaran secara menyeluruh dari suatu unit usaha, yang
diperlukan para pemegang saham, kreditur dan kantor-kantor pajak. 2. Persiapan
Penggabungan Laporan Keuangan Persiapan penggabungan laporan keuangan harus
memperhatikan rekening-rekening (account) yang bersifat timbal balik (reciprocal).
Rekening-rekening reciprocal harus dihapuskan (Elimination) pada neraca dan
perhitungan rugi laba, yaitu : a. Eliminasi untuk rekening-rekening reciprocal pada
neraca: 1. Rekening kantor pusat di dalam neraca kantor cabang & rekening kantor
cabang didalam neraca kantor pusat. 2. Rekening hutang dan piutang kantor pusat dan
kantor cabang: b. Eliminasi untuk rekening-rekening reciprocal pada perhitungan rugi
laba: 1. Rekening pengiriman barang dagangan ke kantor cabang di dalam
perhitungan rugi laba kantor p usat dan rekening pengiriman barang dagangan dari
kantor pusat di dalam perhitungan rugi laba kantor cabang. 2. Rekening pendapatan
dan biaya lainnya yang terjadi akibat transaksi di antara kantor pusat dan kantor
cabang.
5. 5. BAB III PEMBAHASAN 3.1 Persoalan-persoalan hubungan kantor pusat dan
cabang Persoalan-persoalan khusus di dalam akuntansi biasanya timbul (perusahaan
menggunakan sistem Desantralisasi), apabila hubungan antara kantor pusat dan
cabang menyangkut hal-hal berikut: a. Pengiriman uang tunai antar cabang
(Interbranch Transfer of Cash) b. Pengiriman barang-barang antar cabang
(Interbranch Transfer of Merchandise) c. Barang-barang yang dikirim untuk cabang
dinota diatas harga pokok 1. Pengiriman Uang Tunai Antar Cabang a. Hubungan
Umum: Kantor cabang mempunyai hubungan dengan kantor pusat dan pihak luar
untuk transaksi kas. b. Hubungan khusus: Kantor pusat dapat meminta dan
menyetujui kepada satu kantor. 2. Pengiriman Barang Dagang Antar Cabang a.
Hubungan Umum: Kantor pusat menyediakan barang dagangan untuk masing-masing
kantor cabang. b. Hubungan Khusus: Kantor pusat dapat meminta dan menyetujui
pengiriman barang dagangan dari satu kantor cabang ke kantor cabang lainnya. c.
Masalah Khusus: “Biaya Angkut ( Freight Charges )” Yang dibebankan kepada dan
dibayar oleh kantor cabang yang Mengirim kepada kantor cabang yang menerima,
serta perhitungan pembebanan biaya angkut di kantor pusat, diantaranya: a. Kantor
cabang yang mengirim barang dagangan membayar biaya angkut dan
memperhitungkan sebagai beban kantor pusat. b. Kantor cabang yang menerima
barang dagangan dibebankan biaya angkut yang normal, seperti halnya menerima
barang dagangan dari kantor pusat. c. Kantor pusat memperhitungkan biaya angkut
untuk pengiriman barang antar cabang ke dalam rekening Yaitu: Kelebihan biaya
angkut dari biaya angkut yang normal. Dalam penyusunan perhitungan rugi-laba
kantor pusat, rekening “kelebihan biaya angkut untuk pengiriman barang dagangan
antar kantor cabang” dilaporkan sebagai subtraksi dari ikhtisar pendapatan kantor
cabang (Summary of Branch Earnings) dibagian bawah dari perhitungan rugi-laba. 3.
Barang-barang untuk cabang dinota diatas harga pokok. Barang-barang yang dikirim
oleh kantor pusat ke cabang-cabang dinota diatas harga pokoknya, biasanya dilakukan
salah satu dari dua macam harga yang berikut: 1. Dinota dengan tambahan % tertentu
diatas harga pokok (Billing at an arbitrary rate above cost). a. Hubungan umum :
Kantor pusat menyediakan barang dagangan untuk masing-masing kantor cabang. b.
Hubungan khusus :Kantor pusat menetapkan harga dinota dengan tambahan %
tertentu diatas harga pokok untuk setiap pengiriman barang dagangan ke kantor
cabang. Prosedur akuntansi hubungan kantor pusat dengan kantor cabang: a. Pada
saat pengiriman barang dagangan dari kantor pusat ke kantor cabang. Peristiwa ini
terjadi selama periode akuntansi. b. Pada saat pelaporan nilai persediaan barang
dagangan oleh kantor cabang ke kantor pusat. Peristiwa ini terjadi pada akhir periode
akuntansi, dan kantor cabang mengirimkan pelaporan laba / rugi bersih. 2. Dinota
dengan harga jual eceran (Billing at retail sales price). a. Hubungan Umum : Kantor
pusat menyediakan barang dagangan untuk masing-masing kantor cabang.
6. 6. b. Hubungan Khusus : Kantor pusat menetapkan dinota dengan harga jual eceran
untuk setiap pengiriman barang dagangan ke kantor cabang berdasarkan harga jual
eceran. Prosedur akuntansi hubungan kantor pusat dengan kantor cabang: a. Pada saat
pengiriman barang dagangan dari kantor pusat ke kantor cabang, terjadi selama
periode akuntansi. Akuntansi di HO dan BO sama dengan harga dinota dengan
tambahan % tertentu diatas harga pokok. b. Pada saat pelaporan nilai sisa persediaan
barang dagangan sekaligus pelaporan laba bersih oleh kantor cabang ke kantor pusat,
terjadi pada akhir periode akuntansi. Akuntansi di HO dan BO sama dengan harga
dinota dengan tambahan % tertentu diatas harga pokok. 3.2 Persoalan-persoalan
khusus terjadi a. Pengiriman Uang antar cabang Pengiriman uang antar cabang
(Interbranch transfer of cash) ini terjadi apabila apabila perusahaan mempunyai
cabang lebih dari satu. Untuk mengendalikan aktifitas tiap-tiap cabangnya, biasanya
kantor pusat mengadakan pembatasan-pembatasan yang menyangkut hubugan antara
cabang tertentu dengan cabang lainnya. Pembatasan yang diadakan itu berhubungan
dengan otorisasi terhadap transaksi yang terjadi antara cabang tertentu dengan cabang
lainnya tersebut. Otorisasi terhadap transaksi demikian biasanya berada pada kantor
pusat. Dari segi akuntansinya, meskipun tiap-tiap cabang dianggap sebagai unit usaha
yang berdiri sendiri (sistem desantrilisasi), namun demikian pengecualian terhadap
transaksi antar cabang seperti itu diadakan agar hasil usaha tiap-tiap cabang dapat
lebih dikontrol oleh pusat. b. Pengiriman barang antar cabang Seperti halnya
pengiriman uang antar cabang, dalam hal pengiriman barang antar cabang
(Interbranch transfer of merchandise), maka otorisasi terjadinya transaksi tersebut,
biasanya ada pada kantor pusatnya. Terdapat persoalan tersendiri apabila terjadi
pengiriman barang dari cabang tertentu kepada cabng lainnya. Persoalan itu adalah
tentang perlakuan akuntansi terhadap biaya pengangkutan barang-barang yang
bersangkutan. Dalam hal pengiriman barang-barang dari kantor pusat ke suatu cabang
biasanya ongkos-ongkos pengangkutan untuk barang-barang tersebut diperhitungkan
dan menjadi beban kantor cabang, yaitu ditambahkan pada harga barang-barang yang
bersangkutan. c. Barang-barang untuk cabang dinota diatas harga pokok Barang-
barang yang dikiri oleh kantor pusat ke cabang-cabang yang dinota diatas harga
pokoknya, biasanya dilakukan salah satu dari dua macam harga yang berikut: 1.
Barang-barang untuk cabang dinota dengan tambahan %tertentu diatas harga pokok
dengan tujuan antara lain: a. Untuk dapat mengontrol/mengendalikan para pejabat
dicabang, sehingga dapat diperoleh gambaran yang konkrit tentang hasil-hasil
usahanya. b. Untuk dapat menutup sebagian ongkos-ongkos pengurusan dan
pengawasan serta administrasi yang menyangkut hubungan antara kantor pusat dan
cabang. Dengan menentukan harga barang-barang untk cabang diatas harga
pokoknya, sebenarnya bahwa laba yang dilaporkan adalah lebih rendah dari yang
sesungguhnya terjadi. Demikian pula laporan persediaan akhir barang - barang yang
yang ada di cabang-cabang tidak sesuai dengan harga pokonya. Informasi terhadap
harga pokok dan persediaan barang dagangan yang berada dikantor cabangnya itu
tetap harus dikumpulkan oleh kantor pusat, kaena merupakan data penyesuaian atas
hasil usaha cabang yang bersangkutan. Selisih yang terjadi antara “harga pokok”
menurut kantor pusat dengan “harga dalam nota” untuk cabang (selisih antara cost
dan billed price) ditampung dalam rekening: cadangan (selisih) kenaikan harga
barang-barang cabang (Allowance for overvaluation of branch merchandise). 2.
Brang-barang untuk cabang dinota dengan harga jual eceran dengan tujuan antara
lain: a. Untuk lebih memperketat kontrol dan mendapatkan informasi yang lengkap
tentang hasil-hasil operasi cabang. b. Oleh karena harga jual eceran telah ditetapkan,
maka apabila ada laporan penjualan dari cabang, dapat segera diperkirakan saldo
persediaan yang ada dicabang tanpa menunggu sampai dengan laporan tentang
persediaan itu dibuat.
7. 7. c. Mempermudah untuk pencocokan didalam mengadakan investarisasi phisik
barang di cabang, dimana jumlah persediaan phisik hars sama dengan perbedaan
antara harga yang dinota oleh kantor pus at dikurangi penjualan bersih yang
dilaporkan. d. Melaksanakan kebijaksanaa harga jual yang sama terhadap beberapa
daerah pemasaran tertentu. Apabila barang-barang untuk cabang dinota dngan harga
jual eceran,maka harga pokok penjualan dicabang otomatis, sama dengan
penjualannya. Aktivitas cabang akan menunjukkan kerugian dan kerugian cabang
tersebut sama dengan jumlah seluruh biaya usaha. Laba atau rugi usaha yang
sesungguhnya dari usaha yang sesungguhnya dari usaha cabang hanya akan dapat
diketahui oleh kantor pusat. Pencatatan yang ada dikantor cabang yang tidak dapat
menunjukkan rugi dan laba usahanya itu, hanya dipakai untuk tujuan-tujuan statistik
dan perbandingan belaka. 3.3 Pencatatan dalam pembukuan kantor pusat dan kantor
cabang a. Pengiriman Uang antar cabang Suatu perusahaan yang berkantor pusat di
Yogyakarta memerintahkan kepada cabang Bandung untuk mengirimkan uang
sebesar Rp. 100.000,00 kepada cabang Semarang. Sesuai dengan uraian tersebut
diatas, maka pencatatan yang diperlukan oleh masing-masing pihak yang terlihat
dalam transaksi ini adalah sebagai berikut: Buku-buku Kantor Pusat R/K Kantor
Cabang Semarang Rp 100.000 R/K Kantor Cabang Bandung Rp 100.000 Cabang
Bandung R/K Kantor Pusat Rp 100.000 Kas Rp 100.000 Cabang Semarang Kas Rp
100.000 R/K Kantor Pusat Rp 100.000 b. Pengiriman barang antar cabang Apabila
terjadi pengiriman barang-barang untuk cabang atas perintah kantor pusat, maka
perlakuan terhadap ongkos angkut (pengiriman) diatur sebagai berikut: a. Ongkos
angkut barang-barang dari cabang tertentu ke cabang yang lain itu dibayar lebih dulu
oleh cabang yang mengirim dan nantinya akan diperhitungkan sebagai beban kantor
pusat. b. Pembebenan ongkos angkut untuk cabang yang menerima barang-barang
kiriman itu diperhitungkan sesuai dengan ongkos angkutapabila kantor pusat
mengirimkan langsung kepada cabang penerima. c. Dalam buku-buku kantor pusat,
selisih yang terjadi dalam perhitungan pembebenan ongkos angkut antar cabang itu
diperlakuan sebagai “Selisih ongkos angkut barang-barang antar cabang” (Excess
Freigh On Interbranch Transfer of Merchandise). Contoh: PT. Aneka Batik di
Yogyakarta, mengirimkan sejumlah barang kecabang di Semarang seharga Rp.
500.000 Ongkos angkut barang tersebut dari Yogyakarta ke Semarang adalah Rp.
25.000.
8. 8. Beberapa hari kemudian oleh karena ada perubahan kebijaksanaan, kantor pusat
memerintahkan kepada cabang Semarang, agar barang-barang yang baru diterima
dikirimkan kecabang Bandung seluruhnya, cabang Semarang melaksankan perintah
tersebut dan membayar ongkos angkut sebesar Rp. 60.000 60.000 Apabila kantor
pusat langsung mengirim barang-barang tersebut dari Yogyakarta ke Bandung hanya
memerlukan ongkos angkut Rp.70.000 Pencatatan pada buku-buku kantor pusat,
cabang Semarangdan Cabang Bandung akan nampak sebagai berikut: Pencatatan
pada Buku-buku Kantor Pusat Transaksi-Transaksi Jurnal 1. Pengiriman barang-
barang kecabang Semarang, dengan harga pokok, sebesar Rp.500.000 dan ongkos
angkut Rp. 25.000 telah dibayar R/K Kantor cabang Semarang Rp 525.000
Pengiriman barang kecabag Semarang Rp 500.000 Kas Rp 25.000 2. Kantor pusat
memerintahkan kepada cabang Semarang, agar barang yang baru diterimanya seharga
Rp. 500.000 dikirimkan ke cabang Bandung a. Pengiriman barang kecabang
Semarang Rp 500.000 Pengiriman barang kecabag Bandung Rp 500.000 b. R/K
kantor cabang bandung Rp 570.000 Selisih ongkos angkut barang antar cabang Rp
15.000 Kantor cabang Semarang Rp 585.000 Pencatatan pada Buku-buku Cabang
Semarang Transaksi-Transaksi Jurnal 1. Penerimaan barang- Penerimaan barang-
barang dari Rp 500.000
9. 9. barang dari kantor pusat, seharga Rp.500.000 dengan ongkos angkut Rp. 25.000
kantor pusat Ongkos angkut barang masuk (Freight In) Rp 25.000 R/K Kantor pusat
Rp 525.000 2. Pengiriman barang- barang ke cabang Bandung atas perintah kantor
pusat. Barang-barang yang dikirim seharga Rp. 500.000 dengan ongkos angkut ke
Bandung sebesar Rp. 60.000 R/K Kantor pusat Rp 585.000 Pengiriman barang-
barang dari kantor pusat Rp 500.000 Ongkos angkut barang masuk Rp 25.000 Kas Rp
60.000 Pencatatan pada Buku-buku Cabang Bandung Transaksi-Transaksi Jurnal 1.
Penerimaan barang- barang dari cabang Semarang tas perintah Kantor Pusat, seharga
Rp.500.000 dan ongkos angkut normal dari Yogyakarta-Bandung Rp. 70.000
Pengiriman barang dari kantor pusat Rp 500.000 Ongkos angkut barang masuk
(Freight In) Rp 70.000 R/K Kantor pusat Rp 570.000 Keterangan: Didalam laporan
keuangan kantor pusat secara individual saldo rekening “Selisih ongkos angkut antar
barang antar cabang” dapat dicantumkan sebagai pengurang daripada rugi-laba
cabang penerima yang terakhir. Akan tetapi dalam laporan keuangan gabungan
(Perhitungan rugi-laba gabungan), saldo “Selisih ongkos angkut barang-barang antar
cabang” tersebut dapat dicantumkan/dicatat sebagai bagian dari: harga pokok yang
dijual, biaya penjualan, ataupun biaya administrasi & umum. Masalah alokasi
pembebanan ini tergantung kepada bagian yang bertanggung jawab atas transfer
barang-barang tersebut. c. Brang-barang untuk cabang dinota diatas harga pokok
10. 10. 1. Barang-barang untuk cabang dinota dengan tambahan %tertentu diatas harga
pokok. Contoh: Barang-barang yang harga pokoknya (cost) Rp. 500.000 dikirimkan
oleh kantor pusat kepada cabangnya, dengan harga setelah dinaikkan 25% dari harga
pokok atau sejumlah Rp. 625.000. Pencatatan pada buku-buku kantor pusat dang
cabang akan tampak sebagi berikut: Transaksi-Transaksi Buku-buku kantor pusat
Pengiriman barang- barang dari cabang harga pokok Rp.500.000 dinota seharga Rp.
625.000 R/K Kantor cabang Rp 625.000 Pengiriman barang- barang ke kantor cabang
Rp 500.000 Cadangan kenaikan harga barang- barang cabang Rp 125.000 Transaksi-
Transaksi Buku-buku Kantor Cabang Pengiriman barang- barang dari cabang harga
pokok Rp.500.000 dinota seharga Rp. 625.000 Pengiriman barang- barang ke kantor
cabang Rp 625.000 R/K Kantor cabang Rp 625.000 Keterangan: Apabila barang telah
laku dijual oleh cabang, maka laba yang diakui oleh kantor pusat disamping selisih
antara harga jual cabang dengan harga dinota, juga diperhitungkan cadangan kenaikan
harga yang ada. Sesuai dengan jumlah yang terjual menurut laporan dari cabang yang
bersangkutan. Biasanya perhitungan untuk mengurangi “Cadangan kenaikan harga
barang-barang cabang” dilakukan pada akhir periode. Rekening cadangan kenaikan
harga barng-barang cabang ini dikurangi proporsional degan jumlah yang terjual,
sehingga saldonya menjadi sejajar dengan tambahan/kenaikan harga atas persediaan
yang masih ada di cabang.
11. 11. Contoh: Misalnya pengiriman barang seperti contoh dimuka dari harga pokok
sebesar Rp. 500.000 dengan harga nota untuk cabang Rp. 625.000, pada akhir periode
kantor cabang melaporkan bahwa persediaan barang yang ada seharga Rp. 400.000,
sedang laporan perhitungan laba rugi cabang menunjukkan laba bersih Rp. 50.000.
Pencatatan pada buku-buku kantor pusat dan cabang akan tampak sebagai berikut:
Transaksi-Transaksi Buku-buku Kantor Pusat 1. Laporan perhitungan Rugi-Laba
menunjukkan laba bersih Rp. 50.000 R/K Kantor cabang Rp 50.000 Rugi-Laba
Kantor Cabang Rp 50.000 2. Penyusuaian saldo cadangan dengan kenaikan barang-
barang cabang dengan saldo persediaan barang-barang dikantor cabang dan koreksi
terhadap laba cabang Cadangan kenaikan harga barang- barang cabang Rp 45.000
Rugi-Laba Kantor Cabang Rp 45.000 3. Menutup Rugi-Laba cabang ke Rugi-Laba
Umum Rugi-Laba Kantor cabang Rp 95.000 Rugi Laba Rp 95.000 Transaksi-
Transaksi Buku-buku Kantor Cabang 1. Laporan perhitungan Rugi-Laba
menunjukkan laba bersih Rp. 50.000 Rugi-Laba Rp 50.000 Rugi-Laba Kantor Pusat
Rp 50.000 2. Penyusuaian saldo cadangan dengan kenaikan barang-barang cabang
dengan saldo persediaan barang-barang dikantor cabang dan koreksi terhadap laba
cabang - - - - - - - - 3. Menutup Rugi-Laba cabang ke Rugi-Laba Umum - - - - - - - -
12. 12. Dari jurnal-jurnal tersebut diatas, dan berdasarkan laporan dari cabang, barang-
barang yang terjual adalah sebesar Rp. 225.000 (Rp. 625.000,00-Rp. 400.000) Barang
seharga Rp. 225.000 kini adalah berdasarkan harga nota dari kantor pusat setelah
ditambah kenaikan harga sebesar 25%. Jadi harga pokok sebenarnya dari jumlah
tersebut adalah: 100/125 x RP 225.000 = Rp 180.000. Dengan demikian maka
kenaikan harga untuk barang-barang yang telah terjual oleh cabang adalah sebesar
Rp. 45.000 (Rp. 225.000-Rp. 180.000). Oleh karena itu rekening “Rugi-Laba
Cabang” dikoreksi dengan ditambah (dikredit) sejumlah Rp 45.000. Saldo rekening
Cadangan kenaikan harga barang-barang cabang” pada akhir periode tinggal: Rp.
80.000 (Rp. 125.000- Rp. 45.000) Jumlah ini akan proposional dengan saldo
persediaan di cabang yang berjumlah sebesar Rp 400.000,00 di mana di dalamnya
terkandung kenaikan harga sebesar 25% dari harga pokoknya. Laporan keuangan
gabungan apabila barang-barang cabang dinota diatas harga pokok. Penyusunan
laporan keuangan gabungan untuk barang yang dikirimkan antar cabang dicatat
dengan harga pokoknya (at cost), relatif lebih mudah seperti dijelaskan pada bab
sebelumnya. Apabila barang-barang untuk cabang dinota dengan harga yang berbeda
dari harga pokoknya, maka akan timbul persoalan-persoaln khsus didalampenyusunan
laporan keuangan gabungan. Persoalan-persoalan khusus yang perlu diperhatikan
antara lain: 1. Persediaan akhir barang-barang pada neraca kantor cabang yang
nilainya berbeda dari harga pokok sebenarnya, harus dinyatakan kembali dalam nilai
harga pokok semula, agar memungkinkan penyusunan neraca gabungan. 2.
Persediaan awal dan akhir barang-barang pada laporan perhitungan rugi/laba cabang
harus dinyatakan kembali dalam harga pokok yang sebenarnya. 3. Untuk
mempermudah penyusunan laporan keuangan gabungan biasanya daftar lajur
(working papers) dibuat atas dasar data neraca sisa dari usat dan cabangnya Agar
dapat diperoleh gambaran yang lebih lengkap di bawah ini diberikan contoh sebagai
berikut :
13. 13. Contoh 5 : PT Artha, di Jakarta mempunyai sebuah cabang di Medan.Terhadap
barang-barang yang dikirim ke cabangnya, PT Artha membebankna harga barang-
barang tersebut 125% dari harga pokoknya.Di samping menerima barang-barang dari
kantor pusat, cabang Medan diberi kebebsan pula untuk membeli barang lokal yang
diperlukannya. Berikut ini adalah neraca sisa PT di Jakarta beserta cabangnya di
Medan untuk periode akhir tahun buku 2012: PT. ARTHA Neraca Sisa, per 31
Desember 2012 Kantor Pusat Jakarta Kantor Cabang Medan Debit: Kas Rp 352.000
Rp 189.000 Piutang Dagang Rp 280.000 Rp 150.000 Persediaan Barang 1 Januari
2012 Rp 400.000 Rp 180.000 Aktiva Tetap Rp 120.000 Rp 90.000 R/K Kantor
Cabang Medan Rp 434.000 Rp - Pembelian Rp 880.000 Rp 100.000 Pengiriman
Barang dari Kantor Pusat Jakarta Rp - Rp 240.000 Macam-Macam Biaya Usaha Rp
200.000 Rp 80.000 Deviden yang dibagi Rp 80.000 Rp - Jumlah Rp 2.746.000 Rp
1.029.000 Kredit: Cadangan Kenaikan Harga Barang- barang cabang Rp 68.000 Rp -
Aktiva Depresiasi Aktiva Tetap Rp 60.000 Rp 45.000 Hutang Dagang Rp 280.000 Rp
50.000 Pengiriman Barang-barang ke Cabang Medan Rp 192.000 Rp - Penjualan Rp
1.200.000 Rp 500.000 Modal Saham Rp 800.000 Rp - Laba yang ditahan, 1 januari
2012 Rp 146.000 Rp - R/K Kantor Pusat Jakarta Rp - Rp 434.000 Jumlah Rp
2.746.000 Rp 1.029.000 Diketahui bahwa pada tanggal 31 Desember 2012,
persediaan barang yang ada pada masing-masing pihak adalah: Kantor Pusat Jakarta
Kantor Pusat Jakarta Kantor Cabang Medan Harga Pokok (dibeli dari luar) Rp
320.000 Rp 40.000 Harga Nota (dibeli dari pusat) Rp - Rp 80.000 Jumlah Rp 320.000
Rp 120.000 Atas dasar data tersebut di atas, maka daftar lajur dan laporan keuangan
yang disusun dari daftar lajur tersebut dapat dilihat pada halaman – halaman yang
berikut ini :
14. 14. PT. ARTHA Daftar lajur Penyusunan Laporan Keuangan Gabungan Kantor Pusat
dan Cabang Per 31 Desember 2012 Kantor Pusat Kantor Cabang
Penyerahan&Eliminasi Rugi-Laba Gabungan Laba yang ditahan Neraca Gabungan D
K D K D K D K Debit: Kas 352 189 - - - - - - 541 - PiutangDagang 280 150 - - - - - -
430 - Persediaan Barang1 Jan 400 180 - 20 560 - - - - - Aktiva Tetap 120 90 - - - - - -
210 - R/K Kantor Cabang Medan 434 - - 434 - - - - - - Pembelian 880 100 - - 980 - - -
- PengirimanBarang dari Kantor Pusat Jakarta - 240 - 240 - - - - - - Macam-Macam
Biaya Usaha 200 8 - - 280 - - - - - Deviden yangdibagi 80 - - - - - 80 - - - Jumlah 2.746
1.029 Persediaan Barang- barang, 31 Des 2012 320 120 - 16 - - - - 424 - Kredit:
Cadangan Kenaikan Harga brg.Cabang 68 - 48 - - - - - - - 20 Akumulasi Depresiasi
Aktiva Tetap 60 45 - - - - - - - 105 Hutang 280 50 - - - - - - - 330 R/K Kantor Pusat -
434 434 - - - - - - - Modal Saham 800 - - - - - - - - 800 Laba yangditahan,1 Jan 2012
146 - - - - - - 146 - - Penjualan 1.200 500 - - - 1.700 - - - - PengirimanBarang-
barangke Cabang Medan 192 - 192 - - - - - - - Persediaan Barang- barang, 31 Des
2012 2.746 1029 Laporan Rugi-Laba 320 120 16 - - 424 - - - - 710 710 1.820 2.124
80 146 1.605 1.235 Laba Bersih dipindah ke Laba yangditahan 304 - - 304 - - 2.124
2.124 Saldo Laba yang ditahan dipindahke Neraca 370 - - 370 450 450 1.605 1.605
15. 15. Penjelasan (untuk Penyesuaian dan Eliminasi) 1) Rekening-rekening Neraca yang
sifatnya timbal-balik (reciprocal) dieliminasi dengan jurnal: R/K Kantor Pusat Rp.
434.000 R/K Kantor Cabang Medan Rp. 434.000 2) Saldo rekening Rugi-Laba yang
sifatnya timbal-balik antara Kantor Pusat dan Cabang dieliminasi dengan jurnal:
Pengiriman Barang-barang ke Cabang Medan Rp. 192.000 Cadangan Kenaikan Harga
Barang-barang Cabang (25% x Rp. 192.000) Rp. 48.000 Pengiriman barang-barang
Dari Kantor Pusat Rp. 240.000 3) Saldo awal rekening “Cadangan Kenaikan Harga
Barang-barang Cabang” pada 1-1-2012 adalah sebesar Rp. 20.000. Kenaikan ini
diperhitungkan atas saldo awal persediaan barang-barang yang masih ada di Cabang
Medan. Oleh karena itu saldo kenaikan harga ini harus dieliminasi dengan jurnal :
Cadangan Kenaikan Harga Barang- barang cabang Rp. 20.000 Persediaan Brang-
barang 1-1-2012 Rp. 20.000 4) Persediaan akhir barang-barang yang ada di Cabang,
yang asalnya dari Kantor Pusat, baik untuk kepentingan perhitungan Rugi-Laba
maupun Neraca Cabang, masih mengandung unsur kenaikan harga sebesar 25%.
Barang-barang dari Kantor Pusat yang ada di Cabang adalah sebesar harga nota Rp.
80.000. Berhubung dengan itu unsur kenaikan itu harus dieliminasi degan jurnal:
Persediaan barang-barang 31-12-2012 (Laporan Rugi-Laba) Rp. 16.000 Persediaan
barang-barang 31-12-2012 (Neraca) (25/125 x Rp. 80.000 = Rp. 16.000) Rp.16.000
Tentang Proses penutupan buku-buku baik di Cabang dan di Kantor Pusat untuk
mengikhtisarkan rekening Rugi-Laba serta pemindahannya ke Rekening Kantor Pusat
maupun Laba yang Ditahan dilakukan seperti biasa. Adapun Laporan Perhitungan
Rugi-Laba gabungan Laporan Laba yang ditahan dan Neraca Gabungan yang disusun
dari daftar lajur tersebut adalah sebagai berikut: PT. ARTHA Laporan Rugi Laba
Gabungan Kantor Pusat dan Cabang Per Tahun Buku 2012 Penjualan Rp. 1.700.000
Harga Pokok Penjualan: Persediaan barang-barang, 1-1-2012 Rp. 960.000 Pembelian
Rp. 980.000 Rp. 1.540.000 Persediaan Barang-barang, 31-12-2012 Rp. 424.000 Rp.
1.116.000 Laba Kotor Penjualan Rp. 584.000 Macam-macam Biaya Usaha Rp.
280.000 Laba Bersih Rp. 304.000
16. 16. PT. ARTHA Laporan Laba yang Ditahan Kantor Pusat dan Cabang Per 31
Desember 2012 Saldo Laba yang Ditahan, 1-1-2012 Rp. 146.000 Laba Bersih Tahun
2012 Rp. 304.000 Rp. 450.000 Dikurangi: Dividen yang dibagi Rp. 80.000 Saldo
Laba yang Ditahan 31-12-2012 Rp. 370.000 PT. ARTHA Neraca Gabungan Kantor
Pusat dan Cabang Per 31 Desember 2012 Aktiva Passiva Kas Rp 541.000 Hutang
Dagang Rp 330.000 Piutang Dagang Rp 430.000 Modal Saham Rp 800.000
Persediaan Barang- barang Rp 424.000 Laba yang Ditahan Rp 370.000 Aktiva Tetap
Rp.210.000 Akum. Depr. (Rp.105.000) Rp 105.000 Jumlah Aktiva Rp 1.500.000
Jumlah Passiva Rp 1.500.000
17. 17. BAB 4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan Setiap Hubungan Kantor Pusat dan Cabang,
akan ada persoalan-persoalan khusus di dalamakuntansi yang terjadi di perusahaan
tersebut. Dan persoalan-persoalan yang terjadi didalam akuntansi akan dicatat dalam
pembukuan dengan menggunakan Sistem Desentralisasi yang artinya setiap susunan
dan klasifikasi rekening-rekening pembukuan pada tiap-tiap kantor cabang mengikuti
dan sesuai dengan susunan & klasifikasi yang dipakai pada kantor pusatnya.
Recommended

Data-Driven Presentations with Excel and PowerPoint 2016


Online Course - LinkedIn Learning

Gaining Skills with LinkedIn Learning


Online Course - LinkedIn Learning

Learning PowerPoint 2016


Online Course - LinkedIn Learning

Hubungan kantor pusat dan cabang


Fadhil Rahmat

Hubungan kantor pusat dan cabang


ahmad aniq azharoni

Makalah akuntansi cabang


Khatijah Parewa

Kantor Pusat, Cabang, dan Kas


Icha Widya


The AI Rush
Jean-Baptiste Dumont

AI and Machine Learning Demystified by Carol Smith at Midwest


UX 2017
Carol Smith

10 facts about jobs in the future


Pew Research Center's Internet & American Life Project

 English
 Español
 Português
 Français
 Deutsch
 About

 Dev & API

 Blog

 Terms
 Privacy

 Copyright

 Support




LinkedIn Corporation © 2019

Anda mungkin juga menyukai