PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak sebagai generasi unggul pada dasarnya tidak akan tumbuh dengan
sendirinya. Suatu perjalanan yang harus dilaluinya adalah tumbuh kembang dan
yang dimulai dari sejak bayi hingga remaja. Sementara itu, undang-undang
seorang yang belum berusia 18 tahun termasuk anak yang masih dalam
kesehatan mental pada tahun 2018 (CNN, 2017). Wacana ini dikemukakan oleh
Organisation (WHO). Hal ini disebutkan dalam sebuah dokumen yang masih
klinis milik WHO. Dalam draf tersebut, WHO juga menjelaskan bahwa tidak
semua game bersifat adiktif atau memberi dampak buruk bagi kesehatan mental
pemainnya. Persentase anak usia sekolah di Indonesia pada tahun 2017 yang
Korea 2.4% pada anak usia sekolah dan 10.2% pada rentang usia 9 sampai 39
tahun, di China terdapat 13.7% sedangkan di Amerika terdapat 1.5% sampai 8.2%
yang mengalami kecanduan (Jap et al, 2014). Seseorang yang mengalami
bahkan 39 jam dalam seminggu (Young, 1998) atau rata-rata 20-25 jam dalam
seminggu (Chen & Chou & Hsiao, dalam Chou, et al., 2005) untuk memainkan
game online. Pola asuh orang tua memanjakan dan memberikan apa yang
diinginkan anak juga merupakan salah satu faktor pemicu kecanduan game (Tjhin
Wiguna, 2013).
setiap tahun jumlah pemain game online naik sekitar 33% dari tahun 2010. Pada
tahun 2011 pengguna game online mencaoai 6,5 juta orang dari semula berjmlah
6 juta pengguna pada tahun 2010 (Giandi, Mustikasari, suprapto, 2012) penelitian
di 4 kota yaitu Manado, Medan, Yogyakarta dan Pontianak diambil dari beberapa
sekolah SD dan SMP dari 1.477 anak yang bermain game online, 14,96% remaja
bermain selama 1 jam, 42,78% bermain 2-3 jam, 20,37% bermain 4-5 jam
bermain game online dan sebanyak 10,15% bermain 5-7 jam (Jap, Triatri, Jaya,
Suteja, 2012) penelitian ragil (2011) yang dilakukan dimalang, dari total 50
responden anak ada sekitar 48% anak sekolah mengalami kecanduan geme online.
sikap anak. Pada masa ini dunia sudah dikuasai oleh teknologi. Teknologi dengan
mulai usia manula, dewasa, remaja, bahkan anak-anak. Orang tua kerap
memfasilitasi putra-putri mereka yang masih belia dengan gadget atau barang-
Hal ini disebabkan karena ternyata teknologi mampu membawa dampak negatif
pada sang buah hati. Teknologi dapat disalahgunakan fungsinya. Banyak anak
video porno. Kemudian komputer digunakan anak bukan untuk belajar melainkan
untuk bermain game online. Tidak tanggung-tanggung, kebiasaan ini terjadi setiap
hari. Akibatnya, anak menjadi lupa belajar dan keras kepala. Pengawasan dan
bimbingan dari orang tua sangat penting guna menjadi filter untuk dampak negatif
dari lingkungan.
Dampak yang ditimbulkan pada kecanduan bermain geme online terjadi pada
kerusakan pada mata akibat radiasi. Penelitian Grifitth (2009) menemukan gejala
yang muncul akibat kecanduan game diantaranya adalah gejala penyakit jantung
perubahan mood yang tidak stabil dan adanya perilaku agresif akibat mempelajari
dari game yang dimainkan, pada penelitian Young (2009) seorang yang
tercapainya keinginan dalam bermain game, seperti bermain yang terbatas dan
bermain yang dihentikan secara mendadak. Keadaan ini memicu adanya keadaan
perubahan psikososial yang berdampak bagi anak, orang yang disekitarnya
terutama orang tuanya, Keadaan akan memburuk apabila kecanduan game online
Pola asuh orang tua yang utama bagi anak untuk memperoleh pembinaan
mental dan pembentukan kepribadian. Oleh karena itu peran orang tua sangatlah
anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya adalah kewajiban orang tua
Dengan demikian, pola asuh orang tua adalah hal utama yang merupakan dasar
Hal ini sangat penting bagi kehidupan anak karena perkembangan anak
berawal dari pola asuh kedua orang tua. Anak yang mendapatkan pola asuh yang
tepat, akan tumbuh dengan sikap dan kepribadian yang baik. Sebaliknya, anak
yang mendapat pola asuh yang kurang tepat, akan mengalami kesulitan dalam
moral yang baik, akan menghasilkan anak yang memiliki kepribadian yang baik.
Sebaliknya, orang tua yang memberikan penanaman nilai moral yang tidak baik,
tersebut dapat dilihat dari sikap yang ditunjukkan oleh anak. Apakah sikap yang
ditunjukkan adalah sikap yang positif atau negatif. Sebagai contoh, orang tua yang
suka memaki, maka kemungkinan besar anaknya akan suka memaki. Sebaliknya
orang tua yang bertutur kata sopan, maka kemungkinan besar anaknya akan
bersikap sopan. Saat ini banyak orang tua yang keliru dalam menerapkan pola
asuh pada anaknya. Mereka menganggap telah memberikan yang terbaik pada
kesalahan dalam mengasuh anaknya. Banyak orang tua yang menuntut anaknya
untuk melakukan apa yang mereka inginkan sehingga membuat anak kehilangan
waktu bermainnya. Para orang tua menuntut anak untuk melakukan hal-hal yang
berlebihan yang seharusnya belum mereka lakukan. Ada orang tua yang meminta
anaknya untuk bekerja baik sebelum maupun setelah pulang sekolah. Anak
diminta untuk bangun pagi, mempersiapkan segala kebutuhan keluarga untuk pagi
hari seperti sarapan, menimba air, dan sebagainya. Setelah pulang sekolah,
membersihkan rumah, dan memang hal ini tidak terlepas dari faktor ekonomi
keluarga.
Bentuk pola pengasuhan orang tua pada anak berpengaruh pada kebiasaan-
Kebiasaan tertentu yang dimiliki anak adalah sesuatu yang lumrah. Akibatnya,
banyak orang tua yang cenderung abai dengan kebiasaan tersebut. Padahal, ada
beberapa kebiasaan yang sebenarnya berbahaya bagi kesehatan anak, baik secara
fisik ataupun mental. Kebiasaan tersebut seperti anak hiperaktif, suka merokok,
suka melawan dan keras kepala, suka berkata kotor, dan lain-lain.Menurut Shocib
(2010:2) menyatakan bahwa, “Tugas dan tanggung jawab keluarga (orang tua)
adalah menciptakan situasi dan kondisi yang memuat iklim yang dapat dihayati
yang dimiliki anak adalah sesuatu yang lumrah. Akibatnya, banyak orang tua yang
cenderung abai dengan kebiasaan tersebut. Padahal, ada beberapa kebiasaan yang
sebenarnya berbahaya bagi kesehatan anak, baik secara fisik ataupun mental.
Kebiasaan tersebut seperti anak hiperaktif, suka merokok, suka melawan dan
keluarga (orang tua) adalah menciptakan situasi dan kondisi yang memuat iklim
merupakan hasil yang diperoleh dari internalisasi nilai dalam keluarga. Hal ini
mengindikasikan bahwa anak yang memiliki kebiasaan buruk adalah anak yang
merupakan salah satu kebiasaan buruk pada anak. Setiap pengalaman sensorik
berbagai cara agar kepuasaan dirinya itu terpenuhi. Menurut Zaviera, Ferdinand
(dalam Bunda Novi, 2015 : 15) menyatakan bahwa, “Faktor penyebab anak
Hiperaktif yaitu anak sedang mengalami disfungsi minimal dan karena gangguan
psikologis.
Persentase anak usia sekolah di Indonesia pada tahun 2017 yang mengalami
pada anak usia sekolah dan 10.2% pada rentang usia 9 sampai 39 tahun, di China
biasa menggunakan waktu 2-10 jam per hari (Kusumadewi, 2012) bahkan 39 jam
dalam seminggu (Young, 1998) atau rata-rata 20-25 jam dalam seminggu (Chen
& Chou; Chou & Hsiao, dalam Chou, et al., 2005) untuk memainkan game online.
Pola asuh orang tua memanjakan dan memberikan apa yang diinginkan anak juga
merupakan salah satu faktor pemicu kecanduan game (Tjhin Wiguna, 2013).
dengan pola asuh orang tua dalam lingkungan keluarga serta dampaknya. Untuk
game online dengan pola asuh orang tua pada anak siswa kelas V dan IV di
Batua II Makassar”.
B. Rumusan Masalah
pola asuh orang tua pada anak usia sekolah kelas V dan IV SD Inpres Batua II
Kota Makassar”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan permainan game online dengan pola asuh orang
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pola asuh orang tua pada anak di SD Inpres Batua II
Makassar .
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Teoritis
mengenai hubungan permainan game online terhadap pola asuh orang tua
pada anak.
2. Manfaat Praktis
d. Bagi para pembaca, penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan untuk
permainan game online terhadap pola asuh orang tua pada anak.