Anda di halaman 1dari 10

TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

1. PENGERTIAN TEORI BELAJAR

Belajar (learning) adalah salah satu topik paling penting di dalam psikologi dewasa ini, namun
konsepnya sulit untuk didefinisikan. American Heritage Dictionary mendefinisikannya sebagai
berikut: “To gain knowledge, comprehension, or mastery through experience or study” [Untuk
mendapatkan pengetahuan, pemahaman, atau penguasaan melalui pengalaman atau studi].

Langkah-langkah :

a) Pertama, belajar diukur berdasarkan perubahan dalam perilaku; dengan kata lain, hasil dari
belajar harus selalu diterjemahkan ke dalam perilaku atau tindakan yang dapat diamati.
b) Kedua, perubahan behavioral ini relatif permanen; artinya, hanya sementara dan tidak
menetap.
c) Ketiga, perubahan perilaku itu tidak selalu terjadi secara langsung setelah proses belajar
selesai.
d) Keempat, perubahan perilaku (atau potensi behavioral) berasal dari pengalaman atau
praktik (latihan).
e) Kelima, pengalaman, atau praktik, harus diperkuat; artinya, hanya respons-respons yang
menyebabkan penguatanlah yang akan dipelajari. Keempat, perubahan perilaku (atau
potensi behavioral) berasal dari pengalaman atau praktik (latihan). Kelima, pengalaman,
atau praktik, harus diperkuat; artinya, hanya respons-respons yang menyebabkan
penguatanlah yang akan dipelajari.

Apakah Belajar Berasal dari Jenis Pengalaman Spesifik?

Jawaban: Menurut definisi Kimble (1961), belajar berasal dari praktik yang diperkuat. Dengan kata
lain, hanya perilaku yang diperkuat yang akan dipelajari.
Bab 5 Burrhus Frederic Skinner

Skinner (1904-1990) lahir di Susquehanna, Pennsylvania. Dia meraih gelar master pada 1930 dan
Ph.D. pada 1931 dari Harvard University. Gelar B.A. diperoleh dari Hamilton College, New York, di
mana dia mengambil jurusan Sastra Inggris. Saat di Hamilton, Skinner makan siang bersama Robert
Frost, seorang penyair besar Amerika, yang mendorong Skinner untuk mengirimkan contoh
tulisannya. Frost memuji tiga cerpen karangan Skinner, dan Skinner lalu memutuskan menjadi
penulis. Keputusan ini ternyata mengecewakan ayahnya, seorang pengacara, yang berharap
putranya itu menjadi pengacara.

Usaha awal Skinner untuk menjadi penulis banyak gagalnya sehingga dia mulai berpikir untuk
menjadi psikiater. Dia akhirnya bekerja di industri batu bara sebagai penulis dokumen hukum. Buku
pertamanya, yang ditulis bersama ayahnya, berisi soal-soal dokumen hukum dan diberi judul A
Digest of Decisions of the Anthracite Board of Conciliation. Setelah menyelesaikan buku ini Skinner
pindah ke Greenwich Village di New York City, di mana dia hidup seperti bohemian (seniman
nyentrik) selama enam bulan sebelum masuk Harvard untuk mempelajari psikologi. Pada saat itu dia
sudah tidak suka dengan dunia tulisan sastra. Dalam autobiografinya (1967), dia mengatakan, “Saya
gagal menjadi penulis karena saya tidak punya sesuatu yang penting untuk dikatakan, namun saya
tidak bisa menerima penjelasan ini. Rasanya kesusastraan itulah yang salah” (h. 395). Saat dia gagal
mendeskripsikan perilaku manusia lewat karya sastra, Skinner berusaha mendeskripsikan perilaku
manusia lewat ilmu pengetahuan. Jelas, dia lebih sukses di bidang ilmu pengetahuan ini. Skinner
mengajar psikologi di University of Minnesota antara 1936 dan 1945, dan selama masa ini dia
menulis buku teksnya yang amat berpengaruh, The Behavior of Organisms (1938). Salah satu
mahasiswa Skinner di University of Minnesota adalah W. K. Estes, yang karyanya juga memengaruhi
psikologi (lihat Bab 9). Pada 1945, Skinner pindah ke Indiana University untuk menjabat ketua
jurusan Fakultas Psikologi. Pada 1948 dia kembali ke Harvard, dan tetap di sana sampai akhir
hayatnya pada 1990. Dalam sebuah survei yang diambil sebelum kematian Skinner (Korn, Davis, &
Davis), para sejarawan psikologi dan para ketua jurusan psikologi diminta mengurutkan 10 psikolog
paling menonjol (psikolog kontemporer dan psikolog sepanjang masa). Dalam daftar ahli sejarah,
Skinner berada di urutan kedelapan dalam daftar psikolog sepanjang zaman tetapi dia di urutan
pertama dalam daftar psikolog kontemporer paling top; dalam daftar para ketua jurusan psikologi,
Skinner berada di urutan pertama untuk kedua jenis daftar itu. Selama bertahun-tahun Skinner
adalah penulis yang prolifik. Salah satu perhatian utamanya adalah menghubungkan temuan
laboratoriumnya dengan solusi problem manusia. Karya-karyanya memicu perkembangan mesin
pengajaran dan belajar terprogram. Dua artikel yang representatif dalam area ini adalah “The
Science of Learning and the Art of Teaching” (1954) dan “Teaching Machines” (1958). Berdasarkan
gagasannya sendiri untuk topik ini, dia bersama Holland menulis tentang gagasan teoretisnya dalam
buku berjudul The Analysis of Behavior (Holland & Skinner, 1961). Pada 1948 dia menulis novel
Utopian berjudul Walden Two. Judul itu untuk menghormati karya Thoreau, Walden. Dalam Walden
Two (1948), yang ditulisnya hanya dalam waktu tujuh pekan, Skinner berusaha memanfaatkan
prinsip belajarnya dalam membangun model masyarakat. Belakangan Skinner menulis Beyond
Freedom and Dignity (1971), di mana dia menunjukkan bagaimana teknologi perilaku dapat dipakai
untuk mendesain sebuah kultur atau kebudayaan. Dalam Beyond Freedom and Dignity dia
membahas mengapa ide rekayasa kultural mendapat begitu banyak penentangan. Tulisan-tulisan
Skinner diperluas hingga ke area perkembangan anak oleh Bijou dan Baer (1961, 1965).
Pemikirannya dikaitkan dengan gagasan personalitas lewat tulisan Lundin (1974), yang menulis
Personality: A Behavioral Analysis, dan ke tema pengasuhan anak oleh Hergenhahn (1972), yang
menulis Shaping Your Child’s Personality. Sebagian besar mahasiswa psikologi tahu betul
penyebaran gagasan Skinnerian di area psikoterapi. Misalnya, karya awal Lovaas tentang anak autis
banyak didasarkan pada gagasan Skinner. Tetapi rekayasa perilaku tidak dibatasi ke anak saja. Teknik
ini juga berhasil dipakai untuk meringankan sejumlah problem orang dewasa seperti kegagapan,
fobia, gangguan makan, dan perilaku psikotik. Semasa Perang Dunia II, saat berada di University of
Minnesota, Skinner berusaha mengaplikasikan teorinya untuk problem pertahanan nasional. Dia
melatih burung dara untuk mematuk sebuah cakram (disc) yang ada gambar film sasaran musuh.
Cakram dan film itu pada akhirnya dimasukkan ke dalam pesawat terbang layang yang dimuati
bahan peledak. Pesawat itu disebut Pelican, dan karenanya nama artikel yang mendeskripsikan
kejadian ini adalah “Pigeons in a Pelican” (1960). Patukan burung merpati itu akan memutus
berbagai sirkuit elektronik dan karenanya membuat pesawat itu mengarah ke sasaran. Pesawat
kamikaze versi Amerika ini tidak akan mengorbankan nyawa manusia di pihak penyerang. Meskipun
Skinner mendemonstrasikannya kepada sekelompok ilmuwan top di Amerika bahwa dia dan rekan-
rekannya sudah membuat peralatan yang kebal terhadap gangguan elektronik, mampu bereaksi
terhadap berbagai macam sasaran musuh, dan mudah dibuat, namun usulan proyeknya ditolak.
Skinner menduga bahwa idenya mungkin terlalu fantastik sehingga tidak bisa dipahami oleh komite
ilmuwan itu.

KONSEP TEORETIS UTAMA Behaviorisme Radikal Skinner mengadopsi dan mengembangkan filsafat
ilmiah yang dikenal sebagai radical behaviorism (behaviorisme radikal). Orientasi ilmiah ini menolak
bahasa ilmiah dan interpretasi ilmiah yang mengacu pada mentalistic event (kejadian mental).
Seperti telah kita bahas, beberapa teoretisi belajar behavioristik menggunakan istilah seperti
dorongan, motivasi, dan tujuan, untuk menjelaskan aspek tertentu dari perilaku manusia dan
nonmanusia. Skinner menolak jenis istilah ini karena istilah itu merujuk pada pengalaman mental
yang bersifat pribadi dan, menurutnya, menyebabkan psikologi kembali ke bentuk non-ilmiah.
Menurut Skinner, aspek yang dapat diamati dan dapat diukur dari lingkungan, dari perilaku
organisme, dan dari konsekuensi perilaku itulah yang merupakan materi penting untuk penelitian
ilmiah. Ringen (1990) menulis bahwa,

Skinner berpendapat bahwa sains atau ilmu pengetahuan adalah soal pencarian sebab-sebab, bahwa
identifikasi sebab-sebab akan memungkinkan dilakukan prediksi dan kontrol, dan bahwa penelitian
eksperimental, yang dilakukan dengan benar, akan bisa mengidentifikasi sebab-sebab itu.
Behaviorisme radikal Skinner ini adalah pandangan yang luar biasa tentang ilmu pengetahuan … Apa-
apa yang unik, dan menantang dan banyak disalahpahami dari behaviorisme radikal Skinner ini
adalah argumen Skinner bahwa pandangannya ini merupakan basis atas skeptisismenya terhadap
khususnya mentalisme dan terhadap berbagai pendekatan yang penting terhadap kajian tindakan
akal dan belajar pada umumnya. (h. 161)

Perilaku Responden dan Operan Skinner membedakan dua jenis perilaku: respondent behavior
(perilaku responden), yang ditimbulkan oleh suatu stimulus yang dikenali, dan operant behavior
(perilaku operan), yang tidak diakibatkan oleh stimulus yang dikenal tetapi dilakukan sendiri oleh
organisme. Respons yang tidak terkondisikan (bersyarat) atau unconditioned response adalah
contoh dari perilaku responden karena respons ini ditimbulkan oleh stimuli yang tak terkondisikan.
Contoh dari perilaku responden adalah semua gerak refleks, seperti menarik tangan ketika tertusuk
jarum, menutupnya kelopak mata saat terkena cahaya yang menyilaukan, dan keluarnya air liur saat
ada makanan. Karena perilaku operan pada awalnya tidak berkorelasi dengan stimuli yang dikenali,
maka ia tampak spontan. Contohnya adalah tindakan ketika hendak bersiul, berdiri lalu berjalan,
atau anak yang meninggalkan satu mainan dan beralih ke mainan lainnya. Kebanyakan aktivitas
keseharian kita adalah perilaku operan. Perhatikan bahwa Skinner tidak mengatakan bahwa perilaku
operan terjadi secara independen dari stimulasi; dia mengatakan bahwa stimulus yang
menyebabkan perilaku itu tidak diketahui dan bahwa kita tidak perlu mengenali penyebabnya
karena hal itu tidak penting. Berbeda dengan perilaku responden, yang bergantung pada stimulus
yang mendahuluinya, perilaku operan dikontrol oleh konsekuensinya.

Pengkondisian Tipe S dan Tipe R Bersama dengan dua macam perilaku tersebut, ada dua jenis
pengkondisian. Pengkondisian Tipe S juga dinamakan respondent conditioning (pengkondisian
responden) dan identik dengan pengkondisian klasik). Ia disebut pengkondisian Tipe S karena
menekankan arti penting stimulus dalam menimbulkan respons yang diinginkan. Tipe kondisi yang
menyangkut perilaku operan dinamakan Tipe R karena penekannya adalah pada respons.
Pengkondisian Tipe R juga dinamakan operant conditioning (pengkondisian operan). Penting untuk
dicatat bahwa dalam pengkondisian Tipe R, kekuatan pengkondisiannya ditunjukkan dengan tingkat
respons (response rate), sedangkan dalam pengkondisian Tipe S kekuatan pengkondisiannya
biasanya ditentukan berdasarkan besaran (magnitude) dari respons yang terkondisikan. Maka kita
melihat bahwa pengkondisian Tipe R Skinner menyerupai pengkondisian instrumental Thorndike,
dan pengkondisian Tipe S Skinner identik dengan pengkondisian klasik Pavlov. Riset Skinner hampir
semuanya berkaitan dengan pengkondisian Tipe R, atau pengkondisian operan.

Prinsip Pengkondisian Operan Ada dua prinsip umum dalam pengkondisian Tipe R: (1) setiap respons
yang diikuti dengan stimulus yang menguatkan cenderung akan diulang; dan (2) stimulus yang
menguatkan adalah segala sesuatu yang memperbesar rata-rata terjadinya respons operan. Atau,
seperti telah kita lihat di muka, kita katakan bahwa sebuah penguat adalah segala sesuatu yang
meningkatkan probabilitas terjadinya kembali suatu respons. Skinner (1953) tidak mengemukakan
kaidah yang mesti diikuti seseorang untuk menemukan apa yang merupakan penguat yang efektif.
Namun, dia mengatakan bahwa apakah sesuatu itu menguatkan atau tidak akan hanya dapat
dipastikan melalui efeknya terhadap perilaku:

Dalam menghadapi teman-teman kita dalam kehidupan sehari-hari dan di klinik dan laboratorium,
kita mungkin perlu mengetahui seberapa menguatkankah suatu kejadian itu. Kita sering memulai
dengan memerhatikan sejauh mana perilaku kita diperkuat oleh kejadian yang serupa. Praktik ini
sering kali salah; namun secara umum masih diyakini bahwa penguat dapat diidentifikasi terlepas
dari efeknya terhadap organisme tertentu. Tetapi, berkenaan dengan istilah yang dipakai di sini,
satu-satunya karakter yang mendefinisikan suatu stimulus adalah menguatkan adalah apabila
stimulus memperkuat. (h. 72)

Dalam pengkondisian operan, penekanannya adalah pada perilaku dan pada konsekuensinya;
dengan pengkondisian operan, organisme pasti merespons dengan cara tertentu untuk
memproduksi stimulus yang menguatkan. Proses ini juga merupakan contoh dari contingent
reinforcement (penguatan kontingen), sebab usaha mendapatkan penguat adalah kontingen
(tergantung) pada organisme yang mengeluarkan respons tertentu. Kita akan membahas lebih lanjut
penguatan kontingen ini dalam pembahasan perilaku takhayul. Prinsip pengkondisian operan
berlaku untuk berbagai macam situasi. Untuk memodifikasi perilaku, seseorang cukup mencari
sesuatu yang menguatkan bagi suatu organisme yang perilakunya hendak dimodifikasi, menunggu
sampai perilaku yang diinginkan terjadi, dan kemudian segera memperkuat organisme itu. Setelah
ini dilakukan, tingkat respons kejadian respons yang diinginkan akan naik. Ketika perilaku selanjutnya
terjadi, ia sekali lagi dikuatkan, dan tingkat respons ini akan terus naik lagi. Setiap perilaku yang
mampu dilakukan oleh organisme dapat dimanipulasi dengan cara ini. Prinsip yang sama juga
dianggap bisa diaplikasikan untuk pengembangan personalitas (kepribadian) manusia. Menurut
Skinner, diri kita adalah diri yang diperkuat pada satu saat tertentu. Apa yang kita sebut personalitas
tak lain adalah pola perilaku yang konsisten yang meringkaskan sejarah penguatan dalam diri kita.
Kita belajar bicara bahasa Inggris, misalnya, karena kita sudah diperkuat untuk mengucapkan bahasa
Inggris sejak dini di lingkungan rumah kita. Seandainya tiba-tiba kita dipindah ke Jepang atau Rusia,
maka kita akan belajar bahasa Jepang atau Rusia karena ketika kita menggunakan bahasa itu, kita
akan diperhatikan atau diperkuat. Skinner (1971) mengatakan,

Bukti ada environmentalisme ini cukup jelas. Orang berbeda-beda di tempat yang berbeda, dan
mungkin perbedaan itu disebabkan tempat mereka. Suku nomad (pengelana) dengan kuda di
Mongolia dan astronaut di luar angkasa adalah orang yang berbeda namun, sepanjang yang kita
tahu, seandainya mereka ditukar saat lahir, mereka akan menempati posisi masingmasing sesuai
lingkungannya. (Ekspresi “pindah tempat” menunjukkan betapa dekatnya kita mengidentifikasi
perilaku seseorang dengan lingkungan di mana perilaku itu terjadi.) Tetapi kita perlu tahu lebih
banyak sebelum fakta itu menjadi berguna. Bagaimana dengan lingkungan yang menghasilkan
seorang Hottentot? Dan apa yang perlu diubah untuk menghasilkan orang Inggris yang beraliran
konservatif?

Skinner mendefinisikan kultur sebagai seperangkat kontingensi penguatan. Jawabannya untuk


pertanyaan yang diajukan di atas adalah bahwa seperangkat kontingensi penguatan tertentu akan
menciptakan seorang Hottentot, dan seperangkat prosedur penguatan lainnya akan menghasilkan
seorang Inggris yang konservatif. Kultur yang berbeda akan menguatkan perilaku yang berbeda pula.
Fakta ini harus dipahami dengan jelas sebelum teknologi perilaku yang memadai dapat
dikembangkan. Skinner mengatakan (1971),

Lingkungan itu jelas penting, tetapi perannya masih belum jelas. Lingkungan tidak mendorong atau
menarik, dan fungsi lingkungan sulit untuk diungkap dan dianalisis. Peran seleksi alam dalam evolusi
baru dirumuskan sekitar 100 tahun yang lalu, dan peran selektif dari lingkungan dalam membentuk
dan mempertahankan perilaku individual baru saja dikenali dan dipelajari. Namun setelah interaksi
antara organisme dengan lingkungan nanti akan dipahami, efek-efek yang dahulu dinisbahkan ke
keadaan pikiran, perasaan, dan bakat akan mulai dikaji berdasarkan kondisi yang dapat diakses, dan
teknologi perilaku karenanya mungkin akan tersedia. Tetapi, ini tidak akan memecahkan problem
kita sebelum teknologi ini menggantikan pandangan prailmiah tradisional yang sudah berurat akar.
(h. 25)

Dalam usaha Skinner untuk memahami penyebab perilaku, dan untuk memprediksi dan mengontrol
perilaku, analogi antara pengkondisian operan dengan seleksi alam adalah analogi yang penting.
Ringen (1999) menulis,

Tesis utamanya adalah bahwa proses-proses kausal yang menimbulkan perilaku, yang biasanya
dinamakan proses yang bertujuan (purposif) dan intensional, merupakan contoh-contoh dari seleksi
berdasarkan konsekuensi, sebuah mode kausal yang memperlihatkan proses analogi pengkondisian
operan (kontingensi penguatan) dengan seleksi alam (kontingensi survival) … Dia menunjukkan
bahwa sebagaimana kita tahu bahwa desain dapat diproduksi tanpa seorang desainer, demikian pula
kita mengetahui bahwa inteligensi (dan tujuan) dapat diproduksi tanpa pikiran (mind). (h. 168)

Jika seseorang mengontrol penguatan, maka ia juga akan mengontrol perilaku. Akan tetapi, ini tidak
perlu dianggap sebagai pernyataan negatif karena perilaku secara konstan dipengaruhi oleh
penguatan, entah itu kita sadar atau tidak. Persoalannya bukanlah apakah perilaku itu akan
dikontrol, tetapi siapa atau apa yang akan mengontrolnya. Orang tua, misalnya, dapat memutuskan
untuk mengarahkan kemunculan personalitas anaknya dengan memperkuat perilaku tertentu, atau
mereka bisa membiarkan masyarakat yang akan mengasuh anak mereka dengan cara membiarkan
televisi, teman sebaya, sekolah, buku, dan babysitter menjalankan peran penguatan. Tetapi
mengarahkan kehidupan anak adalah sulit sekali, dan setiap orang tua yang ingin melakukan itu
harus setidaknya mengambil langkah-langkah berikut ini (Hergenhahn, 1972):

1. Memutuskan karkteristik personalitas yang Anda harapkan akan dimiliki oleh anak Anda saat
mereka dewasa nanti. Misalnya, Anda ingin anak Anda tumbuh menjadi orang yang kreatif. 2.
Mendefinisikan tujuan ini dalam term behavioral. Dalam kasus ini Anda bertanya, “Apa yang akan
dilakukan anak saat dia jadi kreatif?” 3. Memberi penghargaan atau imbalan (reward) untuk perilaku
yang bersesuaian dengan tujuan ini. Dalam contoh ini, Anda akan memberi imbalan setiap kali tindak
kreatif terjadi. 4. Menciptakan konsistensi dengan cara menata aspek-aspek utama dari lingkungan
anak sedemikian rupa sehngga aspek itu juga akan memberi imbalan (mendukung) perilaku yang
Anda anggap penting. (h. 152-153).

Tanpa pengetahuan tentang prinsip-prinsip ini, orang tua mungkin sekali salah mengaplikasikannya
tanpa sadar. Skinner (1951) mengatakan,

Ibu mungkin secara tak sengaja menguatkan perilaku yang tak diharapkannya. Misalnya, ketika dia
sedang sibuk dia mungkin tidak merespons permintaan yang disampaikan dengan suara pelan. Dia
mungkin baru menjawab saat anaknya mengeraskan suaranya. Karenanya intensitas perilaku vokal si
anak akan naik levelnya … Pada akhirnya ibu akan terbiasa dengan level ini dan sekali lagi semakin
menguatkan suara si anak. Lingkaran setan ini akan menimbulkan perilaku bersuara yang semakin
keras … Ibu berperilaku seolah-olah dia memberi pelajaran kepada anak untuk bersikap
menjengkelkan. (h. 29)

Menurut Skinner, organisme bernyawa akan senantiasa dikondisikan oleh lingkungannya. Kita bisa
membiarkan prinsip belajar beroperasi secara tak terduga ke anak kita, atau kita bisa secara
sistematis menerapkan prinsip itu dan memberi arah kepada perkembangan mereka.

Kotak Skinner Sebagian besar percobaan binatang Skinner awal dilakukan dalam ruang tes kecil yang
kemudian terkenal sebagai Skinner box (kotak Skinner). Kotak ini adalah pengembangan dari kotak
teka teki yang dipakai oleh Thorndike. Kotak Skinner biasanya menggunakan lantai berkisi-kisi,
cahaya, tuas/pengungkit, dan cangkir makanan. Ketika hewan menekan tuas, mekanisme pemberi
makan akan aktif, dan secuil makanan akan jatuh ke cangkir makanan. Kotak Skinner ditunjukkan di
Gambar 5-1.
Pencatatan Kumulatif Skinner menggunakan cumulative recording (pencatatan kumulatif) untuk
mencatat perilaku hewan dalam kotak Skinner. Catatan kumulatif ini berbeda dengan cara
penyusunan grafik data dalam eksperimen belajar. Waktu dicatat di sumbu x dan total jumlah
respons dicatat di sumbu y. Pencatatan kumulatif tak pernah turun—garisnya naik atau tetap sejajar
dengan sumbu x. Misalnya kita ingin tahu seberapa sering hewan menekan tuas. Ketika catatan
kumulatif menunjukkan garis yang sejajar atau paralel dengan sumbu x, maka itu berarti tidak ada
respons; artinya, hewan tidak menekan tuas. Ketika hewan memberikan respons dengan menekan
tuas, maka penulisan garis akan naik dan tetap di level itu sampai hewan merespons lagi. Jika,
misalnya, hewan menekan tuas ketika ia pertama kali diletakkan di kotak Skinner, pena akan
mencatat kenaikan dan akan tetap di sana sampai hewan merespons lagi, dan setiap kali hewan
merespons pena akan terus mencatat naik. Apabila hewan merespons dengan cepat, garisnya akan
naik dengan cepat pula. Tingkat kenaikan garis menunjukkan tingkat respons; garis yang curam
menunjukkan respons yang amat cepat, dan garis yang paralel dengan sumbu x mengindikasikan
tidak adanya respons. Jika setiap kali Anda ingin tahu jumlah total respons yang diberikan oleh
hewan, Anda cukup mengukur jarak antara garus grafik dan sumbu x, dan ini dapat dengan mudah
diubah ke jumlah total respons. Contoh pencatatan kumulatif ditunjukkan di Gambar 5-2.

Pengkondisian Respons Penekanan-Tuas Biasanya, pengkondisian respons penekanan-tuas


menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Deprivasi. Hewan percobaan diletakkan dalam jadwal deprivasi. Jika makanan akan dipakai
sebagai penguat (reinforcer), hewan itu tidak diberi makan selama 23 jam selama beberapa hari
sebelum percobaan, atau ia diberi jatah makan 80 persen dari normal. Jika yang dipakai sebagai
penguat adalah air minum, maka hewan tidak diberi minum selama 23 jam selama beberapa hari
sebelum percobaan. (Beberapa kotak Skinner didesain untuk memberikan secuil makanan atau
beberapa tetes air.) Skinner tidak mengatakan bahwa prosedur ini “memotivasi” hewan; dia bahkan
ragu untuk mengatakan bahwa prosedur ini menciptakan suatu dorongan. Deprivasi adalah
perangkat prosedur yang dihubungkan dengan bagaimana suatu organisme melakukan tugas
tertentu; hanya itu saja.

2. Magazine Training. Setelah menjalani jadwal deprivasi selama beberapa hari, hewan diletakkan di
kotak Skinner. Dalam magazine training, eksperimenter menggunakan tombol eksternal dan secara
periodik menarik mekanisme pemberian makanan (yang juga dinamakan magazine), dan
memastikan hewan itu tidak dekat-dekat dengan cangkir makanan saat eksperimenter menekan
tombol (sebab jika tidak hewan itu akan belajar untuk tetap dekat-dekat dengan cangkir makanan).
Ketika mekanisme pemberi makanan diaktifkan dengan tombol eksternal itu, ia akan menghasilkan
bunyi klik yang cukup nyaring sebelum potongan makanan jatuh ke cangkir makanan. Pelan-pelan
hewan itu akan mengasosiasikan (mengaitkan) suara klik dari magazine itu dengan adanya makanan.
Pada saat itu suara klik menjadi penguat sekunder lewat asosiasinya dengan penguatan primer
(makanan). (Kita mendiskusikan penguatan sekunder di bagian selanjutnya.) Suara klik ini juga
menjadi petunjuk atau sinyal bagi hewan bahwa jika ia merespons dengan mendekati cangkir
makanan, ia akan diperkuat.

3. Penekanan tuas. Sekarang hewan dibiarkan sendiri di kotak Skinner. Pada akhirnya, hewan itu
akan menekan tuas, yang akan mengaktifkan magazine makanan, menimbulkan bunyi klik dan
memberi sinyal bagi hewan itu untuk mendekati cangkir makanan. Menurut prinsip pengkondisian
operan, respons penekanan-tuas, setelah diperkuat, akan cenderung diulang, dan saat ia diulang,
respons itu diperkuat lagi, yang meningkatkan probabilitas pengulangan respons penekanan-tuas,
dan demikian seterusnya. Catatan kumulatif yang dihasilkan oleh hewan di kotak Skinner setelah
magazine training ditunjukkan di Gambar 5-3.

Pembentukan Proses pengkondisian operan yang telah kita deskripsikan sejauh ini membutuhkan
banyak waktu. Seperti telah kita diskusikan sebelumnya, salah satu cara melatih respons penekanan
tuas adalah menempatkan hewan yang kelaparan dalam kotak Skinner dan membiarkannya di sana
sendirian. Eksperimenter cukup mengecek pencatatan kumulatif secara berkala untuk melihat
apakah ada respons yang telah dikuasai. Dalam kondisi ini hewan itu mungkin belajar atau mungkin
tidak dan karenanya mati kelaparan atau kehausan. Ada pendekatan lain untuk untuk pengkondisian
operan yang disebut dengan shaping (pembentukan) yang tidak membutuhkan waktu lama. Sekali
lagi, hewan diletakkan dalam jadwal deprivasi dan menjalani latihan magazine, dan sekali lagi
eksperimenter menggunakan tombol untuk memicu mekanisme pemberi makan dari luar. Namun
kali ini eksperimenter memutuskan untuk memicu mekanisme hanya ketika hewan berada di satu
bagian dalam kotak Skinner yang terdapat tuas. Ketika hewan itu diperkuat untuk berada dekat-
dekat dengan tuas, ia akan cenderung berada di bagian ruang percobaan itu. Kini hewan tetap
berada di sekitar tuas, dan eksperimenter mulai memperkuatnya hanya ketika ia masih dekat
dengan tuas. Kemudian ia diperkuat hanya apabila ia menyentuh tuas, dan kemudian hanya ketika ia
memberi tekanan pada tuas, dan akhirnya hanya ketika ia sendiri yang menekan tuas itu. Proses ini
sama dengan permainan anak-anak yang bernama Your’re Hot, You’re Cold, di mana anak
menyembunyikan sesuatu dan teman-teman bermain si anak berusaha menemukannya. Saat
mereka semakin mendekati objek yang disembunyikan, anak yang menyembunyikan objek itu
mengatakan “You’re getting warm, you’re warmer, you’re bolling hot, you’re on fire.” Saat mereka
menjauhi benda itu, si penyembunyi akan berkata, “You’re getting cold, colder, very cold, you’re
freezing.” Pembentukan terdiri dari dua komponen: differential reinforcement (penguatan
diferensial) yang berarti sebagian respons diperkuat dan sebagian lainnya tidak, dan successive
approximation (kedekatan suksesif), yakni fakta bahwa hanya respons-respons yang semakin sama
dengan yang diinginkan oleh eksperimenterlah yang akan diperkuat. Dalam contoh kita, hanya
respons yang secara berurutan mendekati respons penekanan-tuas itulah yang akan diperkuat
secara diferensial. Belakangan ini ditemukan bahwa di dalam situasi tertentu, kontingensi yang
sudah ada sebelumnya atau bahkan kontingensi aksidental antar kejadian di lingkungan dan respons
hewan secara otomatis membentuk perilaku. Fenomena ini dinamakan autoshaping, yang akan kita
bahas nanti.

Pelenyapan Seperti pengkondisian klasik, ketika kita mencabut penguat dari situasi pengkondisian
operan, kita berarti melakukan extinction (pelenyapan). Selama akuisisi hewan mendapatkan secuil
makanan setiap kali dia menekan tuas. Dalam situasi ini hewan belajar menekan tuas dan akan terus
melakukannya sampai ia kenyang. Jika mekanisme pemberi makanan mendadak dihentikan, dan
karenanya penekanan tuas tidak akan menghasilkan makanan, maka kita akan melihat catatan
kumulatif pelan-pelan akan mendatar dan akhirnya akan sejajar dengan sumbu x, yang menunjukkan
bahwa tidak ada lagi respons penekanan-tuas. Pada poin ini kita mengatakan telah terjadi
pelenyapan. Kita akan sedikit keliru jika mengatakan bahwa setelah pelenyapan ini tidak ada lagi
respons yang muncul; akan lebih tepat jika dikatakan bahwa setelah pelenyapan ini, respons akan
kembali kepada respons di mana penguatan belum diperkenalkan. Tingkat dasar ini, yang dinamakan
operant level (level operan), adalah frekuensi yang terjadi secara alamiah di dalam kehidupan hewan
itu sebelum dia diperkenalkan dengan penguatan. Ketika kita menghilangkan penguatan dari
percobaan, seperti dalam kasus pelenyapan, respons hewan akan cenderung kembali ke level
operannya.

Pemulihan Spontan Setelah pelenyapan, apabila hewan dikembalikan ke sarangnya selama periode
waktu tertentu dan kemudian dikembalikan ke situasi percobaan, ia sekali lagi akan mulai menekan
tuas dengan segera tanpa perlu dilatih lagi. Ini disebut sebagai spontaneous recovery (pemulihan
spontan). Catatan kumulatif yang menunjukkan pelenyapan dan pemulihan spontan ditunjukkan di
Gambar 5-4.

Perilaku Takhayul Dalam diskusi kita mengenai pengkondisian operan sebelum ini, kita secara singkat
menyinggung soal penguatan kontingen. Penguatan setelah respons penekanan-tuas adalah contoh
dari penguatan kontingen karena penguat ini bergantung pada respons. Tetapi, apa yang akan
terjadi jika situasinya ditata sedemikian rupa sehingga mekanisme pemberi makanan itu kadang-
kadang atau sesekali aktif sendiri tanpa dipengaruhi aktivitas hewan? Dengan kata lain, kini kita akan
menata situasi di mana mekanisme pemberi makan akan secara acak memberikan secuil makanan
tanpa dipengaruhi oleh apa yang dilakukan oleh hewan. Menurut prinsip pengkondisian operan, kita
dapat memperkirakan bahwa perilaku yang dilakukan hewan ketika mekanisme pemberi makan
diaktifkan akan diperkuat, dan hewan akan cenderung mengulangi perilaku yang diperkuat itu.
Setelah beberapa saat, perilaku yang diperkuat akan muncul lagi saat mekanisme pemberi makan
aktif lagi, dan responsnya akan semakin kuat. Jadi hewan bisa mengembangkan respons ritualistik
yang aneh; ia mungkin menyerudukkan kepalanya, atau berputar-putar, berdiri dengan kaki
belakang, atau melakukan sederetan tindakan lain yang pernah dilakukannya ketika mekanisme
pemberi makan mendadak aktif. Perilaku ritualistik ini disebut sebagai takhayul (superstitious)
karena hewan itu sepertinya percaya bahwa apa yang dilakukannya akan menyebabkan datangnya
makanan. Karena penguat dalam situasi ini tidak bergantung pada perilaku hewan, maka ia
dinamakan noncontingent reinforcement (penguatan nonkontingen). Orang dapat menyebutkan
banyak contoh dari superstitious behavior (perilaku takhayul) pada diri manusia. Olahraga misalnya,
dipenuhi dengan banyak contoh ini. Bayangkan apa yang terjadi pada pemain baseball yang, sesudah
berhenti di plate, memasang topinya dengan cara tertentu lalu berhasil memukul bola hingga jauh.
Masih ada kecenderungan kuat dalam diri pemain itu untuk memasang topi dengan cara yang sama
pada pukulan selanjutnya.

Operan Diskriminatif Kini kita kembali ke kotak Skinner dan mendiskusikan unsur cahaya yang telah
kita sebut di atas. Setelah kita mengondisikan hewan untuk menekan tuas, kita dapat membuat
situasi menjadi lebih kompleks. Kita bisa mengatur situasi sedemikian rupa sehingga hewan akan
menerima secuil makanan apabila cahaya lampu di kotak Skinner menyala tetapi ia tidak mendapat
makanan jika cahaya padam. Dalam kondisi ini, cahaya kita sebut sebagai SD, atau discriminative
stimulus (stimulus diskriminatif). Cahaya yang menyala mendefinisikan kondisi SD, sedangkan cahaya
yang padam mendefinisikan situasi S∆ (∆ = delta). Dengan tatanan seperti ini, hewan belajar
menekan tuas saat cahaya menyala dan tidak menekan saat cahaya padam. Cahaya, karenanya,
menjadi sinyal (petunjuk) untuk respons penekanan-tuas. Kita telah mengembangkan discriminative
operant (operan diskriminatif), yang merupakan respons operan yang diberikan untuk satu situasi
tetapi tidak untuk situasi lainnya. Tatanan ini dapat disimbolkan sebagai berikut: SDSRSSR di mana R
adalah respons operan dan SR adalah stimulus yang menguatkan. Konsep stimulus diskriminatif
menghasilkan pernyataan yang lebih detail tentang hubungan stimulus-respons dalam
pengkondisian operan. Menurut Thorndike, asosiasi minatnya atau perhatiannya (interest) adalah
antara situasi environmental umum dengan satu respons yang efektif dalam memecahkan problem.

Anda mungkin juga menyukai