Anda di halaman 1dari 24

Long Case

Suspect Sebaceous Gland Carcinoma


Palpebra Superior OD

Oleh:
Puspa Anggraini
Gresham Arceliusindi Mulya
Yudha Dwi Satrio NS
Deasy Nataliani
Ma’rifahtul Khasanah

Pembimbing:

dr. H. Rusdianto, Sp.M (K)

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan kasus
yang berjudul ‘Suspect Sebaceous Gland Carcinoma Palpebra Superior
OD ”sebagai salah satu tugas yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran
kepaniteraan klinik, khususnya di Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. H.
Rusdianto, Sp.M(K) selaku pembimbing yang telah membantu dalam penulisan
dan memberi masukan sehingga tugas ilmiah ini dapat selesai.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas ilmiah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik
yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga tugas ilmiah ini
bermanfaat dan menambah wawasan bagi siapa saja yang membacanya.

Palembang, Mei 2018

Tim Penulis

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Long Case


Suspect Sebaceous Gland Carcinoma Palpebra Superior OD

Oleh:
Puspa Anggraini
Gresham Arceliusindi Mulya
Yudha Dwi Satrio NS
Deasy Nataliani
Ma’rifahtul Khasanah

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian
kepaniteraan klinik senior di Bagian/Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.

Palembang, Mei 2018

dr. H. Rusdianto, Sp.M(K)

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
BAB II STATUS PASIEN ................................................................................. 2
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 7
BAB IV ANALISIS ........................................................................................... 17
LAMPIRAN ....................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 20

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Kelenjar sebasea adalah kelenjar pada kulit yang menghasilkan sekresi


berupa sebum dan paling banyak ditemukan di wajah dan kepala. Karsinoma
kelenjar sebasea merupakan tumor langka yang dapat muncul pada daerah peri-
ocular dan extra-ocular. Tumor ini dapat berasal dari kelenjar meibom maupun
juga kelenjar Zeis. Bentuk nodular dari karsinoma kelenjar sebasea biasanya
ditemukan tarsal superior, keras, diskret, immobile, dan kekuning-kuningan.
Biasanya juga tidak ditemukan rasa nyeri pada karsinoma kelenjar sebasea.1,2,3
Insidensi karsinoma kelenjar sebasea pada kelopak mata berjumlah sekitar
5% dari keganasan yang terjadi pada kelopak mata. Faktor demografis juga
mempengaruhi insidensi karsinoma kelenjar sebasea, contohnya pada orang Asia,
kejadiannya lebih tinggi serta pada orang India terjadi sekitar 28% dari 85 tumor
ganas pada kelopak mata. Karsinoma kelenjar sebasea juga lebih sering terjadi
pada usia tua, berkisar antara 60-80 tahun. Beberapa mengatakan bahwa
perempuan lebih sering terkena, tetapi beberapa juga mengatakan bahwa tidak
terdapat hubungan pada perbedaan jenis kelamin.1,4
Karsinoma kelenjar sebasea mempunyai ciri khas, yaitu dapat
bermetastasis secara pagetoid ke epitel conjunctiva atau epidermis kulit. Tumor
ini sulit dikenali dan gambarannya mirip dengan penyakit lainnya seperti
blepharo-conjunctivitis, chalazion atau superior limbic keratoconjunctivitis atau
juga seperti tumor lain yaitu basal cell carcinoma dan squamous cell carcinoma,
sehingga biasanya baru dikenali setelah terjadi metastasis. Insidensi terjadinya
metastasis juga tinggi, yaitu sekitar 41%. Oleh karena itu, diagnosis akurat dan
penanganan karsinoma kelenjar sebasea sangatlah penting karena tumor ini
merupakan salah satu tumor epitel ganas dan agresif yang dapat terjadi pada
kelopak mata.2

1
BAB II
STATUS PASIEN

1. Identitas Pasien
Nama : Tn. R
Umur : 48 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Supir Truk
Alamat : Jl. Benyamin Dusun I, Tanjung Batu, Kab Ogan
Ilir
No. Rekam Medis : 1061869
Tanggal Pemeriksaan : 9 Mei 2018

2. Anamnesis (Autoanamnesis pada tanggal 9 Mei 2018 pukul 10:00 WIB)


a. Keluhan Utama
Benjolan di kelopak atas mata kanan yang semakin membesar sejak 5 bulan
yang lalu.
b. Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak ± 5 bulan yang lalu, pasien mengeluh adanya benjolan di
kelopak atas mata kanan, ukuran sebesar ujung jarum pentul, dan warna
sama dengan kulit sekitar. Benjolan tidak nyeri, tidak gatal, tidak mudah
berdarah, dan tidak mudah digerakkan. Keluhan bulu mata rontok tidak ada.
Pandangan mata kabur tidak ada, dan pandangan ganda tidak ada. Keluhan
mata berair dan mata merah disangkal. Pasien belum berobat.
Sejak ± 2 bulan yang lalu, pasien mengeluh benjolan semakin besar,
sebesar biji jagung, benjolan membesar dari dalam kelopak mata, bagian
atas berwarna sama dengan kulit dan bagian bawah berwarna merah
kekuningan. Keluhan nyeri pada mata kanan disangkal. Keluhan benjolan
mudah berdarah disangkal. Keluhan gatal disangkal.

2
3

Sejak ± 2 minggu yang lalu, penderita mengeluh benjolan di kelopak


atas mata kanan semakin membesar sebesar kelereng disertai bagian atas
benjolan berwarna sama dengan kulit dan bagian bawah berwarna merah
kekuningan, benjolan dirasa menutupi mata kanan, ditemukan sekret. Pasien
juga mengeluh timbulnya rasa mengganjal di mata kanan. Keluhan mata
merah ada. Keluhan mata berair-air, gatal, perih, pandangan kabur dan silau
disangkal. Riwayat terpapar debu, iritan, dan sinar matahari secara intens
ada karena pekerjaan pasien sebagai supir truk. Pasien kemudian berobat ke
Poliklinik Mata RSMH.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


• Riwayat keluhan yang sama sebelumnya disangkal.
• Riwayat trauma pada mata disangkal.
• Riwayat alergi disangkal.
• Riwayat kencing manis disangkal.
• Riwayat darah tinggi disangkal.
• Riwayat penggunaan obat dalam jangka waktu lama disangkal.
• Riwayat operasi pada mata sebelumnya disangkal
• Riwayat memakai kacamata disangkal.
• Riwayat merokok ada.

d. Riwayat Penyakit Keluarga


 Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkal
 Riwayat penyakit keganasan dalam keluarga disangkal

3. Pemeriksaan Fisik
a. Status Generalis dan Kelenjar Getah Bening
Keadaan umum
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 84 kali/menit regular, isi dan tegangan cukup
4

Frekuensi napas : 18 kali/menit


Suhu : 36,6o C
Kelenjar Getah Bening : tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah
bening preaurikula dan kelenjar getah bening
submandibula.

b. Status Oftalmologis
Okuli Dekstra Okuli Sinistra
Visus 6/6 6/6
Tekanan
P = N+0 P = N+0
intraokular

KBM Ortoforia
GBM

Gerakan normal ke segala arah Gerakan normal ke segala arah


Segmen
Anterior
Palpebra Palpebra superior tampak Tenang
benjolan ukuran 15 x15 mm,
berdungkul-dungkul,
konsistensi keras, immobile,
nyeri tekan (-), berdarah (-),
sekret (+), madarosis (-)
5

Konjungtiva  Tarsal Sup: Tenang


tampak masa berdungkul-
dungkul dengan venektasi
pembuluh darah, warna
merah kekuningan,
permukaan tidak rata, mudah
berdarah (-)
Adanya injeksi konjungtiva
Kornea Tenang Tenang
BMD Sedang Sedang
Iris Gambaran baik Gambaran baik
Pupil Bulat, Central, Refleks Cahaya Bulat, Central, Refleks
(+), diameter 3 mm cahaya (+), diameter 3 mm
Lensa Jernih Jernih
Refleks RFOD (+) RFOS (+)
Fundus
Papil Bulat, batas tegas, warna Bulat, batas tegas, warna
merah, a/v 2:3, c/d 0,3 merah, a/v 2:3, c/d 0,3
Makula Refleks Fovea (+) Refleks fovea (+)

Retina Kontur pembuluh darah baik Kontur pembuluh darah baik

4. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Biopsi insisi dan histopatologi massa palpebra superior OD
 Pemeriksaan CT-Scan orbita OD
 Pemeriksaan Slitlamp
 Pemeriksaan Laboratorium : Darah rutin

5. Diagnosis banding
Suspect Sebaceous Gland Karsinoma
palpebra superior OD
Supect Basal sel Karsinoma palpebra
6

superior OD
Supect Skuamosa sel Karsinoma palpebra
superior OD

6. Diagnosis Kerja
Susp Sebaceuos Gland Carcinoma Palpebra Superior OD

7. Tatalaksana
1) Suspect Sebaceous Gland Karsinoma Palpebra Superior OD
o Informed consent
 Menjelaskan kepada pasien, bahwa benjolan pada kelopak mata kanan
pasien kemungkinan adalah tumor ganas yang harus segera dioperasi.
o KIE
 Hindari kontak dengan sinar matahari, dengan cara kurangi aktivitas
pada siang hari di luar rumah dan sebisa mungkin menggunakan topi
o Farmakologi
 Tidak diberikan obat
o Non Farmakologi
 Rujuk ke Dokter Spesialis Mata untuk operasi pengangkatan tumor
melalui metode eksisi bebas tumor

8. Prognosis
1) Suspect Sebaceous Gland Karsinoma Palpebra Superior OD
o Quo ad vitam : dubia ad bonam
o Quo ad functionam : dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Palpebra
Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang
dapat menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip
melindungi kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir
pada alis mata sedangkan palpebra inferior menyatu dengan pipi.

Gambar 1. Anatomi palpebra superior Gambar 2. Anatomi palpebral


inferior

Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam
terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar,
jaringan fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva pelpebra).
1. Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis,
longgar, dan elastic dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.
2. Muskulus Orbikularis Okuli
Fungsi muskulus orbikularis okuli adalah menutup palpebra. Serat-serat
ototnya mengelilingi fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit
melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian
otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal,
bagian diatas septum orbitae adalah bagian praseptal. Segmen luar

7
8

palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus


facialis.
3. Jaringan Areolar
Terletak di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan dengan
lapisan subaponeurotik dari kulit kepala.
4. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapisan jaringan fibrosa
padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan
penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom.
5. Konjungtiva Palpebrae
Bagian posterior palpebra dilapisi selapis membran mukosa dan
konjungtiva palpebra yang melekat erat pada tarsus.

Panjang tepian bebas palpebra adalah 25-30 mm dan lebar 2 mm,


dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian anterior dan
posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan Moll. Bulu
mata muncul dari pinggir palpebra dan tersusun tidak teratur. Bulu mata atas lebih
panjang dan lebih banyak dari yang di bawah dan melengkung ke atas, bulu mata
bawah melengkung ke bawah. Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea
kecil yang bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata. Glandula Moll
adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu
mata. Tepian palpebra posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang
tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah
dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal).
Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior
palpebra, berupa elevasi kecil dengan lubang kecil di pusat yang terlihat pada
palpebra superior dan inferior. Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke
bawah melalui kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis. Fisura palpebrae adalah
ruang elips di antara kedua palpebra yang dibuka. Fisura ini berakhir di kanthus
medialis dan lateralis. Kanthus lateralis kira-kira 0,5 cm dari tepian lateral orbita
dan membentuk sudut tajam. Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian
muskularis orbikularis yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan
9

berfungsi sebagai sawar antara palpebra orbita. Septum orbitale superius menyatu
dengan tendo dari levator palpebra superior dan tarsus superior; septum orbitale
inferius menyatu dengan tarsus inferior.
Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior,
bagian otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks
orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan
bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari muskulus
Muller (tarsalis superior). Di palpebra inferior, retraktor utama adalah muskulus
rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus muskulus
obliqus inferior dan berinsersi ke dalam batas bawah tarsus inferior dan
orbikularis okuli. Otot polos dari retraktor palpebrae disarafi oleh nervus simpatis.
Levator dan muskulus rektus inferior dipasok oleh nervus okulomotoris.
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah A. Palpebra. Persarafan
sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V, sedang
kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V.

B. Karsinoma Kelenjar Sebasea


Kelenjar sebasea merupakan bagian dari kelenjar kulit di lapisan dermis.
Terletak di seluruh permukaan kulit manusia kecuali telapak tangan dan kaki.
Kelenjar sebase disebut juga kelenjar holokrin karena tidak berlumen dan sekret
kelenjar ini berasal dari dekompensasi sel-sel kelenjar. Kelenjar sebasea biasanya
terdapat disamping akar rambut dan muaranya terdapat pada lumen akar rambut
(folikel rambut). Sebum mengandung trigliserida, asam lemak bebas, skualen,
wax, ester, dan kolesterol. Sekresi dipengaruhi oleh hormon androgen, pada anak-
anak jumlah kelenjar sebasea sedikit, pada pubertas menjadi lebih besar dan
banyak serta mulai berfungsi secara aktif.
Neoplasma kelenjar sebasea bisa jinak, contohnya hiperplasia sebasea atau
adenoma kelenjar sebasea. Kersinoma kelenjar sebasea yang ganas sering timbul
pada area periokular. Kurang dari 120 kasus karsinoma sel sebasea telah
dilaporkan pada daerah ekstraokular. Karsinoma kelenjar sebasea diperkirakan
merupakan 1% dari semua tumor kelopak mata dan 5% merupakan keganasan
pada kelopak mata.
10

1. Lokasi
Karsinoma kelenjar sebasea sering terdapat pada kulit dari kelopak mata
dibandingkan bagian kulit lain dari tubuh . lokasi tersering pada kelopak mata
adalah pada kelenjar Meibom, tetapi dapat juga terjadi pada kelenjar Zeiss,
kelenjar sebasea dari karunkel, dan kelenjar pilosebasea dari kelopak mata dan
alis mata. Kelopak mata atas terlibat pada dua per tiga kasus, mungkin karena
kelenjar Meibom lebih banyak terdapat pada tarsus superior dibandingkan
inferior. Lesi yang berasal dari kelenjar Zeiss biasanya lebih kecil, nodul
kekuningan berlokasi pada tepi kelopak tepat di depan garis kelabu. Beberapa
tumor dapat berasal baik dari kelenjar Meibom ataupun Zeiss, tetapi lokasi
yang tepat tidak dapat ditentukan. Tumor yang berasal dari kelenjar sebasea
dari karunkel tampak sebagai massa yang terletak di subkonjungtva,
multilobulus, berwarna abu-abu kekuningan yang biasanya ditutupi oleh epitel
yang utuh.

2. Gambaran Klinis
Karsinoma kelenjar sebasea bisa menunjukkan gambaran klinis
berspektrum luas, biasanya berbentuk nodul yang kecil, keras seperti kalazion.
Sering kelihatan seperti kalazion yang tidak khas atau berulang, menunjukkan
konsistensi yang kenyal. Beberapa pasien dengan karsinoma kelenjar Meibom
mempunyai penebalan berbentuk plak yang difus dari tarsus atau sebuah
pertumbuhan berbentuk jamur atau berbentuk papilloma menyerupai
papilloma sel skuamus atau karsinoma sel skuamus papilla.

Gambar 3. Karsinoma kelenjar sebasea


11

Diagnosis dikonfirmasikan oleh demostrasi histologis dari tumor yang


berasal dari kelenjar Meibom. Lesi lain tampak seperti massa lokal berwarna
kuning pada tepi kelopak mata atau berbentuk penebalan difus atau nodular
dari kelopak mata berhubungan dengan kehilangan bulu mata. Ini disebabkan
oleh keterlibatan neoplasttik dari folikel bulu mata.
Gambaran klinis yang sering dari beberapa karsinoma kelenjar sebasea
yang bisa tidak diperhatikan apabila memeriksa pasien adalah konjungtivitis
unilateral persisten, blefaritis, meibomitis, atau blefarokonjungtivitis yang
tidak berespon total terhadap terapi antibiotik. Gambaran ini disebabkan oleh
kecenderungan dari sel-sel karsinoma sebasea menginvasi epitel di atasnya,
membentuk sarang sel tunggal atau beberapa (invasi pigetoid) atau
penggantian komplit dari keseluruhan ketebalan epitel (karsinoma
intraepitelial).
Penyebaran fokal multisentris secara bebas dari sel-sel neoplastik
intraepitelial dapat menginvasi kedua kelopak mata, konjungtiva, dan kadang-
kadang epitel kornea, di mana bisa menyebabkan keratitis superfisial dengan
area parut dan vaskularisasi.
Blefarokonjungtivitis ekzematoid difus yang menyertainya dapat
berhubungan dengan krusta dan uulserasi dari kelopak mata selama beberapa
bulan atau tahun sebelum karsinoma kelenjar sebasea menjadi lebih jelas
secara klinis. Pada pasien seperti ini, penting untuk mendapatkan spesimen
biopsi yang multipel dari tepi kelopak mata demikian juga konjungtiva
palpebra dan konjungtiva bulbi untuk menentukan keterlibatan pagetoid.
Banyak pasien dengan pagetoid yang difus atau karsinoma in situ berubah
dengan melibatkan kulit dari kelopak, konjungtiva, dan atau kornea,
penanganan terbaik adalah dengan eksenterasi orbita. Sangat jarang,
karsinoma kelenjar sebasea tampak sebagai nodul yang kecil, seperti umbi,
berwarna abu-abu putih pada tepi kelopak, menyerupai karsinoma sel basal,
atau mempunyai gambaran klinis dengan tanduk kutaneus yang besar.
12

3. Gambaran Histologis
Karsinoma kelenjar sebasea bisa diklasifikasikan berdasarkan derajat
diferensiasi ke dalam 3 kelompok.
a. Tumor yang berdiferensiasi baik
Mengandung banyak sel neoplastik yang memperlihatkan diferensiasi
sebasea. Sel ini mempunyai sitoplasma yang berlebihan, bervakuolisasi
halus yanng biasanya tampak bersabun atau berkabut. Vakuol sering
menyebabkan perlekatan dari membran nuklear. Nukleus berada di
sentral atau sedikit ke perifer dari sel. Area dari diferensiasi sebase sering
di tengah dari lobulus tumor.
b. Tumor yang berdiferensiasi sedang
Menunjukkan hanya beberapa area dari sel-sel sebasea yang
berdiferensiasi tinggi. Mayoritas dari tumor terdiri dari sel-sel neoplastik
dengan nukleus hiperkromatik dan nukleoli yang menonjol dan
sitoplasma basofilik yang berlebihan.
c. Tumor yang berdiferensiasi buruk
Menunjukkan gambaran karsinoma anaplastik. Mayoritas dari sel
mengenai nukleus pleomorfik dengan nukleoli yang menonjol dan
sitoplasma yang sedikit, menunjukkan sifat-sifat pewarnaan yang
bervariasi. tumor ini sering menunjukkan peningkatan sedang dalam
aktivitas mitotik dan mitosis, sering atipikal, dan pelik. Potongan beku
dan pewarnaan minyak merah O untuk lemak penting dalam
mendapatkan diagnosis.
Ada 4 bentuk histologis telah ditemukan: lobular, comedocarcinoma,
papillary, dan campuran.
a. Bentuk lobular
Sel-sel neoplastik membentuk lobul-lobul yang berbatas tegas dengan
ukuran yang bervariasi. lobul-lobul menunjukkan gambaran basaloid
dengan susunan perifer dari sel basofilik dengan nukleus hiperkromik dan
sitoplasma yang sedikit. Pada beberapa area, sel mempunyai gambaran
bervakuol atau bersabun merupakan gambaran karakteristik dari
diferensiasi sebasea.
13

b. Bentuk comedocarcinoma
Ditandai oleh lobul-lobul besar dengan foci sentral yang menonjol. Sel
hidup dalam lobul dan sel tumor nekrotik sentral biasanya terdiri dari lipid.
c. Bentuk papillary
Terdiri dari papilla yang berbentuk daun pakis dari sel neoplastik. Bisa
menyerupai papilloma sel skuamus atau karsnoma dan terjadi pada
permukaan konjungtiva. pemeriksaan histologis yang hati-hati biasanya
menunjukkan foci dari diferensiasi sebasea.
d. Bentuk campuran
Sering menunjukkan campuran dari area seperyi lobular dan
comedocarcinoma, tumor lain dapat menunjukkan kombinasi dari area
papilla dengan comedocarcinoma atau lobular.
Tumor dengan bentuk histologis berbeda bisa diklasifikasikan berdasarkan
penyebaran dari infiltrasi. Neoplasma dengan infiltrasi yang minimal terdiri dari
lobul keras denngan derajat ekstensi yang kecil dari sel neoplastik ke dalam
stroma yang berdekatan dari lobul perifer. Pada keadaan lain, tumor dengan
infiltrasi yang tinggi terdiri dari talian infiltratif dari sel epitel menunjukkan hanya
beberapa area dengan bentuk lobular. Kadang-kadang talian infiltratif dari sel
tumor disusun dalam barisan sel tunggal.

4. Cara Penyebaran
a. Penyebaran intraepitelial
Dua tipe dari penyebaran neoplastik ke dalam epitelium dari konjungtiva,
kornea, dan atau kulit dari kelopak mata telah diobservasi dalam karsinoma
kelenjar sebasea. Perubahan epitel terutama dengan infiltrasi dari sedang ke
tinggi. Penyebaran pagetoid menyerupai penyebaran intraepitel dari
karsinoma duktus dari payudara ke dalam kulit dari outing dan daru areola di
sekelilingnya. Sel neoplastik pada penyebaran pagetoid menginvasi epitel di
atasnya sebagai sel tunggal atau sebagai sel dengan sarang kecil yang secara
tipikal sama sekali tanpa adanya jembatan intraseluler dan sering menekan
sel lepitel didekatnya. Sel pagetoid menunjukkan nuklei hiperkromik dan
14

sitoplasma vakuol yang berlebihan mengandung sejumlah lipid yang


bervariasi.
Tipe kedua dari penyebaran intraepitel oleh sel-sel karsinoma
kelenjar sebasea merupakan proses yang lebih difus, dengan pergantian
ketebalan penuh dari permukaan epitel dari sel neoplastik. Perubahan ini
menyerupai dengan yang diobservasi pada intraepitel (in situ) karsinoma sel
skuamus atau penyakit bowen dari kulit. Mereka mempunyai karakteristik
dengan proliferasi yang difus, pleomorfik,, sel-sel neoplastik yang besar yang
menunjukkan peningkatan aktifitas mitotik. Epitel dari konjungtiva, kornea,
atau epidermis dari kelopak mata sering menunjukkan keterlibatan
multifokal, dengan beberapa area dari epitel tidak terlibat. Kadang-kadang
bisa ditemukan bentuk lekukan intraepitel yang mengandung sel-sel
akantholik yang berdeskuamasi. Lekuk seperti ini bisa menyebabkan
pengecilan dari sel epitel yang terlibat sehingga meninggalkan hanya satu
barisan tunggal sel neoplastik menggantikan lapisan basal epitel yang terlihat
seperti barisan batu nisan.
Gambaran lain dari karsinoma kelenjar sebasea yag penting dalam
merencanakan penanganan pembedahan yang tepat addalah kecenderungan
dari tumor-tumor yang berasal dari multisentris. Foci independen dengan
keterlibatan dari kelopak mata atas dan bawah diobservasi pada 6-10%
kasus. Foci multisentris dengan 4 tumor yang independen digambarkan
dengan serial pemotongan lesi yang dibatasi hanya oada tarsus superior.
Kehadirannya yang secara multisentris memberi kesan bahwa suatu zat
karsinogen yang tidak diketahui, kemungkinan berhubungan dengan kontak
yang lama dari asam lemakyang tidak bersaturasi dengan elemen-elemen
glandular dari kelopak mata, bisa memainkan peran dalam patogenesis dari
karsinoma kelenjar sebasea.
Faktor lingkunagn atau faktor genetik bisa juga memainkan peran,
tetapi tidak diealuaasi pada neoplasma ini. kerusakan genetik yang bertahap
dapat menjelaskan sifat multifokal dari karsinoma sebasea dan
perkembangan setahap demi setahap dari displasia menjadi kanker pada
penyakit dalam waktu yang lama. Inaktivasi mutasi p53 mungkin terlibta.
15

Infeksi virus human papilloma, terapi radiasi sebelumnya, dan terkena zat
karsinogen adalah faktor risiko yang memungkinkan.
b. Penyebaran secara langsung
Karsinoma kelenjar sebasea bisa mengalami penyebaran langsung ke dalam
struktir yang berdekatan. Tumor yang berdiferensiasi sedang sampai buruk,
dengan unsur infiltrasi sering berhubungan dengan area infiltrasi perineural
dan dengan invasi ke dalam lumen limfatik. Invasi vaskular dengan
metastase jauh melibatkan paru-paru, hati, otak, dan tengkorak sering
berhubugan dengan metastase sebelumnya atau bersamaan pada nodul
limfatik regional

5. Penatalaksanaan
Terapi bedah
Pengobatan bertujuan untuk mengangkat lesi yang ganas untuk mencegah
penyebaran lokal ataupun sistemik. Pengobatan dari karsinoma kelenjar sebasea
adalah operasi eksisi yang adekuat, dengan batasan operasi yang luas dan kontrol
potongan beku yang segar untuk menggambarkan pinggiran tumor. Evaluasi
nodul limfatik diperlukan untuk menilai metastase. Jika terdapat keterlibatan difus
dari kedua kelopak mata atas dan bawah, diperlukan tindakan eksenterasi.
Buatkan biopsi pada konjungtiva yang hiperemia yang dicurigai karsinoma
kelenjar sebasea pafda waktu operasi.

6. Prognosis
Karsinoma kelenjar sebasea dari kelopak mata dapat berhubungan dengan
bagian yang agresif dan prognosis yang buruk. Identifikasi faktor-faktor risiko
dengan pasti dapat membantu menemukan pasien-pasien yang mungkin
memperoleh keuntungan dari terapi yang lebih agresif. Indikator-indikator
prognosis buruk antara lain:
a. Keterlibatan kelopak mata atas terutama dengan keterlibatan simultan dari
kedua kelopak atas dan bawah.
b. Durasi gejala lebih dari 6 bulan
c. Bentuk pertumbuhan yang infiltratif
16

d. Diferensiasi sebasea sedang sampai buruk


e. Asal multisentirk
f. Karsinoma intraepitel
g. Invasi vaskular dan saluran limfatik
h. Invasi ke orbit
i. Ukuran lebih dari 10 mm
BAB IV
ANALISIS KASUS

Pasien laki-laki berusia 48 tahun datang dengan keluhan utama timbul


benjolan di kelopak atas mata kanan. Benjolan tidak menunjukkan tanda-tanda
inflamasi berupa merah dan nyeri. Massa menunjukkan tanda-tanda umum
keganasan berupa berdungkul-dungkul. Perbesaran menjadi sebesar kelereng
terjadi dalam waktu lima bulan. Durasi perbesaran ini cenderung
mengindikasikan keganasan. Visus tidak turun mengindikasikan belum ada
gangguan pada sumbu penglihatan. Mata merah dan rasa mengganjal yang
dirasakan pasien mengindikasikan adanya suatu peradangan pada daerah
konjungtiva. Pekerjaan pasien sebagai supir truk yang sering terpapar oleh
debu dan sinar matahari merupakan indikasi untuk terjadinya peradangan pada
daerah konjungtiva yang dapat membuat mata merah pada pasien.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan visus kanan dan kiri yang normal
menunjukkan tidak ada gangguan pada sumbu penglihatan. Kedudukan bola
mata ortoforia dan tidak ada gangguan gerakan bola mata, menunjukkan bahwa
belum ada pertumbuhan massa ke orbita. Tampak massa di palpebra superior
ukuran 15 mm x 15 mm, warna sama dengan kulit, keras, berdungkul-dungkul,
tidak mudah digerakkan dan tidak mudah berdarah.. Pada eversi kelopak mata
ditemukan benjolan, benjolan tampak berdungkul-dungkul dan berwarna merah
kekuningan yang merupakan sifat khas dari sebaceous gland carcinoma.
Pemeriksaan penunjang yang direncanakan adalah biopsi dan
pemeriksaan histopatologi. Biopsi yang dapat dilakukan adalah biopsi eksisi,
biopsi full-thickness eyelid, biopsi insisi, dan biopsi shave. Pemeriksaan CT
Scan dilakukan untuk melihat keterlibatan jaringan di sekitar mata.
Pasien didiagnosis dengan sebaceous gland carcinoma atau karsinoma
glandula sebasea. Diagnosis banding lainnya adalah basal sel carcinoma dan
squamous sel karsinoma. Karsinoma glandula sebasea adalah tumor ganas dan
berpotensi letal yang berasal dari kelenjar meibom di konjungtiva tarsal,
kelenjar Zeis di bulu mata, atau kelenjar sebasea di karunkel, alis mata, atau

17
18

kulit muka. Tumor lebih sering terjadi pada palpebra superior karena jumlah
kelenjar meibom dan Zeis yang lebih banyak.. Perkembangan penyakit ini
dapat menyebabkan destruksi folikel silia sehingga kehilangan bulu mata.
Gangguan sekresi lipid dapat menyebabkan , gangguan air mata, serta inflamasi
dan injeksi konjungtiva.
Rencana tatalaksana yang dilakukan untuk menangani sebaceous gland
carcinoma dalah eksisi luas, sehingga pasien sebaceous gland carcinoma harus
dirujuk ke rumah sakit yang memiliki dokter spesialis mata, dokter spesialis
anestesi, dokter spesialis patologi anatomi, serta fasilitas ruang operasi dan
laboratorium. Dapat diberikan steroid topikal untuk mengurangi peradangan
yang ditandai dengan adanya mata merah pada pasien, dan diberikan artificial
tears untuk menghindari dry eye akibat proses peradangan.
LAMPIRAN

Gambar: Massa pada palpebra superior OD

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Mulay, K., et al. Periocular Sebaceous Gland Carcinoma: A


Comprehensive Review. Saudi Journal of Ophthalmology. 2013 Sep,
27(3):159-165.
2. Wali, U. K., Al-Mujaini, A. Sebaceous Gland Carcinoma of the Eyelid.
Oman Journal of Ophthalmology. 2010 Sep, 3(3): 117-121.
3. Glassman, M. 2017. Sebaceous Gland Carcioma.
http://www.emedicine.medscape.com/article/1213781-overview. Diakses
20 Mei 2018
4. Ling, M. S, et al. Diagnosis and Management of Sebaceous Carcinoma of
the Eyelid. Ophthalmic Pearls. 2013 Aug, 3(7): 33-35
5. Kaliki, dkk. 2015. Sebaceous Gland Carcinoma of The eyelid:
Clinicopathological Features and Outcome in Asian Indians.. Eye (Lond).
29(7): 958-963
6. Nanda, L., dkk. 2015. Meibomian Gland Carcinoma of the Eyelid: A Rare
Case Report. International Journal of Scientific Study. 3(3)
7. Vianna, L., dkk. 2011. Sebaceous Gland Carcinoma of The Eyelid:
Different Diagnostic Times, Different Outcomes: Case Reports.
Arq.Bras.Oftalmol. 74(6)

20

Anda mungkin juga menyukai