NIM : 1708531017 Kelompok :3 Golongan :A Tanggal : 18 April 2019 Asisten Dosen : Fitri Amalia Riyadini
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA 2019 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jamur merupakan salah satu kelompok mikroorganisme eukariotik dengan sel berbentuk bola tau berfilamen yang dinamakan hifa. Hidup jamur ada yang bersifat saprofit dan sebagian lagi ada yang bersifat parasit pada manusia dan hewan (Kawuri et al., 2018). Tubuh jamur yang sudah dewasa akan menghasilkan spora. Spora pada tempat tumbuh yang cocok untuk kehidupannya akan berkecambah membentuk benang-benang halus yang disebut dengan hifa. Jamur dapat berkembang biak secara aseksual atau seksual. Secara aseksual jamur dapat berkembang biak dengan pembelahan, penguncupan dan, pembelahan spora. Spora seksual ada beberapa macam yaitu askospora, bisidiospora, zigospora, dan oospora (Enyisi et al., 2015). Jamur dapat menyebabkan berbagai tingkat dekomposisi pangan. Selain itu, jamur dapat tumbuh pada hasil pertanian sebelum dipanen, hasil panen yang sedang disimpan, dan bahan pangan yang telah diolah maupun yang dijual. Bahn pangan yang mengalami dekomposisi oleh jamur dapat membusuk dan bernoda dengan warna tertentu (Ernawati dan Adipati, 2017). Spesies jamur tertentu dapat menghasilkan mikotoksin yang merupakan metabolik sekunder bersifat racun. Pada manusia kontaminasi mikotoksin dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti penyakit kanker hati, degenerasi hati, demam, pembengkakan otak ginjal, dan gangguan syaraf. Jenis jamur yang sering mengkontaminasi makanan dan biasa ditemukan di udara antara lain Aspergillus sp. yaitu jenis jamur multiseluler yang bersifat opportunistic (Siruguri et al., 2012). 1.2 Tujuan 1. Untuk mengetahui karakteristik khusus pada beberapa spesies jamur. 2. Untuk mengidentifikasi spesies jamur yang tumbuh pada berbagai sampel yang diujikan. 3. Untuk mengetahui penyebab penyakit yang terjadi pada beberapa sampel. II. MATERI DAN METODE Pertama, cawan Petri yang telah berisi media Potato Dextrose Agar (PDA) dibagi dua dan diberi label dengan label pertama untuk yang sakit dan label kedua untuk yang sehat. Sampel yang digunakan yaitu kacang hijau (Vigna radiata), diambil 2 biji kacang hijau yang sakit dan 1 biji kacang hijau yang sehat dengan menggunakan pinset yang telah dipijarkan diatas api Bunsen, lalu direndam pada larutan alkohol selama 1 menit dan dicuci dengan air steril dengan cara direndam selama 1 menit, setelah itu biji kacang hijau ditanam ke media PDA pada masing- masing label yang sudah ditulis. Selanjutnya cawan Petri diinkubasi selama 7 hari pada suhu 26o-27oC, setelah 7 hari jamur yang tumbuh diamati warna dan bentuk koloninya dengan cara koloni jamur diambil dengan jarum Ose dan diletakkan pada gelas kaca yang telah ditetesi metilene blue, kemudian ditutup dengan kaca penutup dan diamati dibawah mikroskop. Selama praktikum berlangsung alat dan bahan yang digunakan selalu didekatkan ke api Bunsen. III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil (Terlampir) 3.2 Pembahasan Kelompok 1 menggunakan jagung (Zea mays) sebagai sampel dan hasil yang didapatkan spesies jamur secara mikroskopis yaitu Mucor mucedo dengan koloni berwarna orange, tidak memiliki rhizoid tetapi memiliki stolon, hifa tidak bersekat. Mucor mucedo termasuk jamur dimorfik, yaitu dapat berubah dari bentuk filament menjadi bentuk seperti khamir (Thakur et al., 2010). Hal tersebut berbeda dengan penelitian Ernawati dan Adipati (2017) jamur yang sering mengkontaminasi jagung yaitu Aspergillus niger dan Aspergillus fumigatus karena jamur tersebut memproduksi mikotoksin yang menyebabkan kerusakan pada makanan. Kelompok 2 menggunakan biji kedelai (Glycine max) sebagai sampel dan hasil yang didapatkan spesies jamur secara mikroskopis yaitu Aspergillus niger dengan koloni berwarna hitam dan Aspergillus flavus dengan koloni berwarna hijau. Genus Aspergillus memiliki konidiofor yang tegak dan tidak bercabang, penyimpanan kedelai dalam keadaan terbuka dalam wadah tanpa ditutup yang dapat mengakibatkan kontaminasi jamur dari luar. Jamur- jamur tersebut mengandung mikotoksin yang dapat merusak biji kedelai (Suparyati dan supriyo, 2015). Kelompok 3 menggunakan biji kacang hijau (Vigna radiata) sebagai sampel dan hasil yang didapatkan spesies jamur secara mikroskopis yaitu Aspergillus niger dengan koloni berwarna hitam, memiliki vesikel dengan konidia yang berbentuk bulat dan Aspergillus flavus dengan koloni berwarna hijau, konidiosfor tegak dan tidak bercabang. Sumber-sumber karbohidrat pada biji- bijian cenderung mudah dicemari oleh berbagai jenis jamur. Kacang hijau juga banyak mengandung sumber protein yang memungkinkan jamur dapat tumbuh di dalamnya, karena jamur membutuhkan bahan makanan untuk tumbuh (Moerniati dkk., 2009). Kelompok 4 menggunakan cabai (Capsicum frutescens) sebagai sampel dan hasil yang didapatkan spesies jamur secara mikroskopis yaitu Fusarium sp. dengan koloni berwarna putih, koloni seperti kapas, konidia berbentuk seperti bulan sabit. Spesies Fusarium sp. mampu bertahan hidup pada cabai sebagai miselium atau struktur hidup lainnya dan menghasilkan mikotoksin yang dapat merugikan, jamur ini menghasilkan klamidospora yang dapat bertahan hidup. Penyebaran konidia atau spora Fusarium sp. dapat terjadi melalui percikan air atau udara (Karim dkk., 2016). Kelompok 5 menggunakan wortel (Daucus carota) sebagai sampel dan hasil yang didapatkan spesies jamur secara mikroskopis yaitu Peronospora parasitica dengan koloni berwarna abu-abu. Jamur ini mempunyai oospora berbentuk bulat dan hifa tidak bersekat. Jamur Peronospora parasitica merupakan jamur patogen yang dapat menyebabkan penyakit pada umbi-umbian (Maulana dan Destiani, 20i5). Kelompok 6 menggunakan tomat (Solanum lycopersicum) sebagai sampel dan hasil yang didapatkan spesies jamur secara mikroskopis yaitu Aspergillus niger dengan koloni berwarna hitam. Secara mikroskopis Aspergillus niger mudah dibedakan karena memiliki konidiofor yang tegak, tidak bercabang, dan tidak bersepta. Aspergillus niger merupakan jamur yang menghasilkan enzim amilase, sehingga pada inangnya ia akan mengambil pati dan menghidrolisis untuk nutrisi hidupnya (Astuti dan Suwondo, 2012). IV. KESIMPULAN 1. Karakteristik khusus yang tedapat pada Mucor mucedo yaitu koloni berwarna orange dan tidak memiliki rhizoid tetapi memiliki stolon, Aspergillus niger koloni berwarna hitam, pada Aspergillus flavus koloni berwarna hijau, Fusarium sp. koloni berwarna putih dan memiliki klamidospora, Peronospora parasitica koloni berwarna abu dan memiliki oospora berbentuk bulat. 2. Jamur yang tumbuh pada jagung (Zea mays) yaitu Mucor mucedo, pada kedelai (Glycine max) dan kacang hijau (Vigna radiata) yaitu Aspergillus niger dan Aspergillus flavus, pada cabai (Capsicum frutescens) yaitu Fusarium sp., pada wortel (Daucus carota) yaitu Peronospora parsitica, pada tomat(Solanum lycopersicum) yaitu Aspergillus niger. 3. Sakit yang dialami pada semua sampel yang diujikan berasal dari beberapa spesies jamur yang berbeda dan mengandung mikotoksin yang menyebabkan kerusakan pada sampel. DAFTAR PUSTAKA Astuti, A. dan T. Suwondo. 2012. Inovasi Starter dan Modifikasi Destilator untuk Produksi Biotenil dari Limbah Makanan. Jurnal Spektrum Industri. 10(2): 108-199. Enyisi, S. I., A. Orukotan, A. Ado and A. A. J. Adewumi. 2015. Total Aflatoxin Level and Fungi Contamination of Maize and Maice Product. Africans Journal of Food Science and Thecnology. 6(8): 229-233. Ernawati, A. dan Y.C. Adipati. 2017. Identifikasi Jamur pada Biji Jagung (Zea mays) Busuk dan Segar yang Dijual di Pasar Baru Borong Makassar. Prosiding Seminar Nasional Biology for Life. (10): 31-34. Karim, H., A. N. Arifin, dan A. I. Suryani. 2016. Seleksi Bakteri Antagonis Asal Rizosfer Tanaman Cabai (Capsicum sp.) untuk Menekan Penyakit Layu Fusarium Secara In Vitro. Jurnal Sainsmat. 5(2): 152-156. Kawuri, R., Y. Ramona, dan I. B. G. Darmayasa. 2018. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Umum. Laboratorium Mikrobiologi Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Bukit Jimbaran. Maulana, A. dan D. Destiani. 2015. Perancangan Sistem Pakar untuk Mengidentifikasi Penyakit pada Tanaman Sayuran Kubis. Jurnal Algoritma. 12(1): 1-8. Moerniati, S. I., A. Susilowati, dan Aspiyanto. 2009. Potensi Nonfiltrasi dalam Pemekatan Bakteri Asam Laktat Sebagai Probiotik Savory dari Kacang Hijau ( Phaseolus radiatus L.) Terfermentasi oleh Rhizopus sp. Pusat Penelitian Kimia Ilmu Pengetahuan Indonesia. 29(3). Siruguri, V., P. U. Kumar, P. Raghu, M. V. Vardhana, B. Sesikeran, G. S. Toteja, P. Gupta, S. Rao, K. Satyanarayana, V. M. Kathochi, T. S. Baraj, G. S. Mangat, N. Sgarma, J. S. Shandu, V. K. Bhargav, and S. Rani.n2012. Afaltoxin Contaminatio in Stored Rice Variety PAU 201 Collected from Punyab India. Indian Journal Med Res. 136: 89-97. Suparyati, T. dan Supriyo. 2015. Perbandingan Kontaminasi Jamur Aspergillus sp. pada Kacang Kedelai Berbiji Kuning Kualitas Baik dan Jelek yang Dijual di Pasar Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Akademis Analisis Kesehatan Pekalongan. 134-139. Thakur, A., P. Roma, and G. Reena. 2010. Production Puripucation and Characterization of Polygalacturonase from Mucor sp. Journal Enzyme Research. 17(5): 1-7. . .