Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

“Permasalahan Kebidanan Dikomunitas”


Dosen pengampu : Herlin Fitriani K. SiT., M.Kes

Oleh :

Annisa Kusuma Perdana


1710105170

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

TAHUN AJARAN 2018-2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan ini dengan baik. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan
yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat
bagi seluruh alam semesta. Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah
yang menjadi tugas KEBIDANAN KOMUNITAS. Disamping itu, kami mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan
makalah ini berlangsung sehingga terealisasikanlah makalah ini. Demikian yang dapat kami
sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan jangan lupa ajukan kritik dan saran
terhadap makalah ini agar kedepannya bisa diperbaiki.
DAFTAR ISI

MAKALAH ................................................................................................................................................ 1
KATA PENGANTAR................................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... 3
BAB I ........................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 4
A. Latar belakang ............................................................................................................................. 4
B. Rumusan masalah ....................................................................................................................... 5
C. Tujuan ......................................................................................................................................... 5
BAB II ....................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 6
1.1 Kematian ibu dan bayi .................................................................................................................. 6
1.2 kehamilan remaja ......................................................................................................................... 7
1.3 UNSAFE ABORTION ..................................................................................................................... 11
1.4 BBLR .......................................................................................................................................... 15
1.5 tingkat kesuburan ........................................................................................................................ 19
1.6 Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Non Medis ........................................................................ 21
1.7 PMS/IMS ..................................................................................................................................... 22
1.8 Perilaku dan sosial budaya yang berpengaruh pada pelayanan kebidanan komunitas ............. 24
BAB III .................................................................................................................................................... 26
PENUTUP ............................................................................................................................................... 26
A. Kesimpulan ........................................................................................................................... 26
B. Saran .................................................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 28
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian terpadu dari Pembangunan
Nasional yang antara lain mempunyai tujuan untuk mewujudkan bangsa yang maju
dan mandiri serta sejahtera lahir batin. Salah satu ciri bangsa yang maju adalah bangsa
yang mempunyai derajat kesehatan yang tinggi, karena derajat kesehatan merupakan
salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia.
Sumber daya manusia yang sehat akan lebih produktif dan meningkatkan daya saing
bangsa. Oleh karena itu pembangunan kesehatan menempati peran penting dalam
Pembangunan Nasional.
Kesehatan adalah tanggungjawab bersama dari setiap individu, masyarakat,
pemerintah dan swasta. Apapun peran yang dimainkan pemerintah, tanpa kesadaran
individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka, hanya
sedikit yang akan dicapai. Perilaku sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih
dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan
pembangunan kesehatan.
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan
salah satu indikator derajat kesehatan. Namun, masalah kematian ibu dan bayi di
Indonesia masih merupakan masalah besar. Dengan demikian, pelayanan kesehatan
ibu dan anak menjadi prioritas utama dalam pembangunan kesehatan di Indonesia.
Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting
dan strategis terutama dalam penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka
kematian bayi (AKB). Kebidanan berasal dari kata “Bidan” yang artinya adalah
seseorang yang telah mengikuti pendidikan tersebut dan lulus serta terdaftar atau
mendapat ijin melakukan praktek kebidanan. Sedangkan kebidanan sendiri mencakup
pengetahuan yang dimiliki bidan dan kegiatan pelayanan yang dilakukan untuk
menyelamatkan ibu dan bayi yang dilahirkan. Sudah merupakan tugas seorang bidan
sebagai tenaga kesehatan untuk mengetahui masalah pelayanan kebidanan yang
meliputi kematian ibu dan bayi, kehamilan remaja, angka kejadian BBLR, PUS
(Pasangan Usia Subur), Pertolongan persalinan oleh tenaga non medis, dan IMS.
B. Rumusan masalah
Apa saja masalah kebidanan dikomunitas ?

C. Tujuan
Untuk mengetahui masalah pelayanan kebidanan dikomunitas
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Kematian ibu dan bayi


Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu
indikator derajat kesehatan. Namun, masalah kematian ibu dan bayi di Indonesia masih
merupakan masalah besar. Dengan demikian, pelayanan kesehatan ibu dan anak menjadi
prioritas utama dalam pembangunan kesehatan di Indonesia.

a. Kematian ibu

Kematian ibu adalah kematian yang terjadi pada ibu selama masa kehamilan
atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tanpa melihat usia dan lokasi
kehamilan, oleh setiap penyebab yang berhubungan dengan atau diperberat oleh
kehamilan atau penanganannya tetapi bukan oleh kecelakaan atau incid. (Depkes RI,
2009).
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan tolak ukur keberhasilan kesehatan ibu,
yang manjadi indikator terpenting untuk menilai kualitas pelayanan obstetri dan
ginekologi di suatu wilayah.Menurut SDKI tahun 2007, AKI di Indonesia tahun 2007
sebesar 248/100.000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan AKI menurut SDKI
tahun 2003 sebesar 307/100.000 kelahiran hidup, AKI tersebut sudah jauh menurun,
namun masih jauh dari target MDGs 2015 yaitu sebesar 102/100.000 kelahiran hidup.
Sehingga masih memerlukan kerja keras dari semua komponen untuk mencapai target
tersebut. Bidan sebagai tenaga kesehatan dalam tatanan pelayanan kebidanan
komunitas terdepan, mempunyai peranan penting dalam penurunan AKI yang dinilai
masih tinggi.

b. Kematian bayi
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi saat setelah bayi lahir sampai bayi
belum berusia tepat 1 tahun (Depkes RI, 2009). Menurut SDKI tahun 2003, AKB
sebesar 35/1000 kelahiran hidup. Sedangkan berdasarkan perhitungan BPS tahun
2007 sebesar 27/1000 kelahiran hidup. Adapun target AKB pada MDG’s 2015
sebesar 17/1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian bayi meliputi : Gangguan
perinatal (34,7%), Sistim pernapasan (27,6 %), Diare (9,4%), Sistim pencernaan
(4,3%) dan Tetanus (3,4%).

c. Upaya penurunan AKI dan AKB

1. Melaksanakan kelas ibu hamil berkualitas


2. Pelaksanaan P4K yang berkualitas
3. Membangun kemitraan bidan dan dukun
4. Implentasi pertolongan persalinan empat tangan di fasilitas kesehatan
5. Implentasi penempatan bidan di desa dan berdomisili di desa
6. Peningkatan fungsi PONED
7. Optimalisasi desa siaga

d. Peran bidan
1. Melakukan pencatatan kelahiran dan kematian ibu dan bayi serta
mengidentifikasi penyebab kematian ibu dan bayi dengan melibatkan peran serta
masyarakat.
2. Bekerja sama dengan tokoh masyarakat untuk mengadakan desa siaga yang
meliputi pengaturan transportasi setempat yang siap melakukan rujukan kedaruratan,
mengadakan pengaturan biaya bagi masyarakat yang tidak mampu atau dapat
mengadakan tabungan ibu bersalin pada ibu hamil sebagai persiapan untuk biaya
persalinannya nanti, melakukan pengorganisasian donor darah berjalan serta mencari
calon pendonor bagi ibu bersalin nanti sebagai antisipasi jika dalam persalinan ibu
terjadi perdarahan sehingga tidak sampai terjadi kematian ibu.
3. Melakukan pelaksanaan pertemuan rutin GSI (gerakan sayang ibu) dalam
promosi “suami, bidan dan desa SIAGA”

1.2 kehamilan remaja


a. Pengertian

Di Indonesia rata-rata kehamilan remaja terjadi pada usia 14-19 tahun. Hal ini
didapatkan dari hasil survey knowledge, attitude, practice. Kehamilan remaja adalah
kehamilan yang terjadi pada wanita usia 14-19 tahun baik melalui proses pranikah atau nikah.
Hal masa depanpun menjadi masalah misalnya malu terhadap teman,lingkungan dan juga
merasa remaja sudah musnah. Selain itu ketidak stabilan emosi dan ekonomi juga sangat
mempengaruhi apalagi jika hal ini terjadi pada keluarga yang kurang mampu. Maka akan
terjadi penolakan terhadap anak yang nanti akan dilahirkan.

b. Hal-hal yang mengakibatkan kehamilan pada remaja

1. Kurangnya peran orang tua dalam keluarga


Perhatian dan peran orang tua amat berpengaruh besar terhadap perkembangan
mental dan kejiwaan si anak. Anak yang tidak merasakan ketentraman didalam
keluarganya akan cenderung mencari ketentraman di luar dengan berbagai cara, ada
kalanya mereka melakukan hal-hal yang banyak diantaranya yang cenderung
melakukan hal-hal negatif sebagai bentuk kekesalan mereka terhadaporang tua.

2. Perkembangan IPTEK yang tidak didasari dengan perkembangan mental yang kuat
Semakin majunya IPTEK membuat para remaja semakin mudah untuk
mendapatkan informasi-informasi mengenai seks dan apabila hal ini tidak didasari
dengan perkembangan mental yang kuat maka dapat membuat para remaja terjerumus
ke arah pergaulan yang salah dan sehingga terciptalah perbuatan-perbuatan yang tidak
sesuai dengan norma dan agama yang berlaku

3. Kurangnya Pendidikan Seks dari Orang Tua dan Keluarga terhadap Remaja
Berdasarkan penelitian yang didapat sejak September 2007 yang dilakukan di
4 kota di Indonesia. Dengan mengambil 450 responden dan dengan kisaran usia
antara 15 – 24 tahun, kategori masyarakat umum dan dengan kelas sosial menengah
ke atas dan ke bawah. Didapakan informasi bahwa sekitar 65% informasi tentang seks
didapat dari kawan 35% dari film porno. Dan hanya 5% yang mendapatkan informasi
tentang seks dari orang tua

c. Masalah yang timbul akibat kehamilan remaja


1. Masalah Kesehatan reproduksi
Kesehatan reproduksi merupakan masalah penting untuk mendapatkan
perhatian terutama dikalangan remaja. Remaja yang kelak akan menikah dan menjadi
orang tua sebaiknya mempunyai kesehatan reproduksi yang prima sehingga dapat
menurunkan generasi sehat. Dikalangan remaja telah terjadi semacam revolusi
hubungan seksual yang menjurus kearah diberalisasi yang dapat berakibat timbulnya
berbagai penyakit hubungan seks yang merugikan alat reproduksi. Bila pada saatnya
diperlukan untuk hamil normal, besar kemungkinan kesehatan reproduksi sudah tidak
optimal dan dapat menimbulkan berbagai akibat samping kehamilan. Dengan
demikian dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kesehatannya sehingga dapat
mempersiapkan diri untuk hamil dalam keadaan optimal.

2. Masalah Psikologi Pada Kehamilan Remaja


Remaja yang hamil diluar nikah menghadapi berbagai masalah psikologis
yaitu rasa takut, kecewa, menyesal, dan rendah diri terhadap kehamilannya sehingga
terjadi usaha untuk menghilangkan dengan jalan gugur kandung. Gugur kandung
mempunyai kerugian yang paling kecil bila dibandingkan dengan melanjutkan
kehamilan. Keadaan akan makin rumit bila pemuda atau laki-laki yang menghamili
malah tidak bertanggung jawab sehingga derita hanya ditanggung sendiri dengan
keluarga. Keluargapun menghadapi masalah yang sulit ditengah masyarakat seolah-
olah tidak mampu memberikan pendidikan moral pada anak gadisnya.

3. Masalah sosial dan ekonomi keluarga


Perkawinan yang dianggap dapat menyelesaikan masalah kehamilan remaja
tidak lepas dari kemelut seperti:
1) Penghasilan yang terbatas sehingga kelangsungan hamilnya dapat
menimbulkan berbagai masalah kebidanan
2) Putus sekolah sehingga pendidikan jadi terlantar
3) Putus kerja, karena berbagai alasan, sehingga menambah sulitnya masalah sosial
ekonomi
4) Ketergantungan sosial ekonomi pada keluarga menimbulkan stres (tekanan batin)
5) Nilai gizi yang relatif rendah dapat menimbulkan berbagai masalah kebidanan
Bila remaja memilih untuk mengasuh anaknnya sendiri, masyarakat belum siap
menerima kelahiran tanpa pernikahan berbeda halnya dengan negara maju seperti
Amerika, masyarakat sudah dapat menerima kehamilan sebagai hasil hidup
bersama.

4. Dampak Kebidanan Kehamilan Remaja

1) Keguguran
Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak disengaja. misalnya :
karena terkejut, cemas, stres. Tetapi ada juga keguguran yang sengaja dilakukan oleh
tenaga non profesional sehingga dapat menimbulkan akibat efek samping yang serius
seperti tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya
dapat menimbulkan kemandulan.

2) Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan
Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi terutama rahim
yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir rendah (BBLR) juga
dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan juga umur ibu yang belum menginjak 20
tahun. cacat bawaan dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan,
pengetahuan akan asupan gizi rendah, pemeriksaan kehamilan (ANC) kurang,
keadaan psikologi ibu kurang stabil. selain itu cacat bawaan juga di sebabkan karena
keturunan (genetik) proses pengguguran sendiri yang gagal, seperti dengan minum
obat-obatan (gynecosit sytotec) atau dengan loncat-loncat dan memijat perutnya
sendiri.

3) Mudah terjadi infeksi


Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress memudahkan
terjadi infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.

4) Anemia kehamilan / kekurangan zat besi


Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan kurang
pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil di usia muda.karena pada saat
hamil mayoritas seorang ibu mengalami anemia. tambahan zat besi dalam tubuh
fungsinya untuk meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel darah merah
janin dan plasenta.lama kelamaan seorang yang kehilangan sel darah merah akan
menjadi anemis.

5) Keracunan Kehamilan
Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia makin
meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk pre-eklampsia atau
eklampsia. Pre-eklampsia dan eklampsia memerlukan perhatian serius karena dapat
menyebabkan kematian.

6) Kematian ibu yang tinggi


Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena perdarahan dan
infeksi. Selain itu angka kematian ibu karena gugur kandung juga cukup tinggi.yang
kebanyakan dilakukan oleh tenaga non profesional (dukun).

a. Pencegahan Kehamilan Remaja


1. Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah
2. Kegiatan positif
3. Hindari perbuatan yang memberi dorongan negatif misalnya perilaku sex.
4. Jangan terjebak pada rayuan gombal
5. Hindari pergi dengan orang yang tidak terkenal
6. Mendekatkan diri pada Tuhan
7. Penyuluhan meliputi Kesehatan Reproduksi Remaja,Keluarga Berencana (alat
kontrasepsi, kegagalan dan solusinya), kegiatan rohani dengan tokoh agama.
8. Bagi pasangan menikah sebaiknya menggunakan alat kontrasepsi yang
tingkat kegagalannya rendah, misalnya steril, AKBK, AKDR, dan suntik.

b. Peran Bidan
1. Bersikap bersahabat jangan mencibir
2. Konseling kepada remaja dan keluarga meliputi kehamilan dan persalinan.
3. Membantu mencari penyelesaian masalah yaitu dengan menyelesaikan
secara kekeluargaan, segera menikah.
4. Periksa kehamilan sesuai standart
5. Gangguan jiwa atau resiko tinggi segera rujuk ke Sp.OG
6. Bila ingin abortus maka berikan konseling resiko abortus.

1.3 UNSAFE ABORTION


Aborsi tidak aman (Unsafe Abortion) adalah penghentian kehamilan yang dilakukan
oleh orang yang tidak terlatih/kompeten dan menggunakan sarana yang tidak memadai,
sehingga menimbulkan banyak komplikasi bahkan kematian. (Bidan Menyongsong Masa
Depan, PP IBI).

Unsafe abortion adalah upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana pelaksanaan tindakan
tersebut tidak mempunyai cukup keahlian dan prosedur standar yang aman sehingga dapat
membahayakan keselamatan jiwa pasien. (Behrman Kliegman, 2000:167).
Unsafe abortion adalah prosedur penghentian kehamilan oleh tenaga kurang terampil
(tenaga medis/non medis), alat tidak memadai, lingkungan tidak memenuhi syarat kesehatan
(WHO, 1998).
Dalam pasal 15 (1) UU Kesehatan Nomor 23/1992 disebutkan bahwa dalam keadaan
darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat
dilakukan tindakan medis tertentu. Sedangkan pada ayat 2 tidak disebutkan bentuk dari
tindakan medis tertentu itu, hanya disebutkan syarat untuk melakukan tindakan medis
tertentu.
Berdasarkan UU Kesehatan RI No. 36 Thn 2009, Pasal 75 bahwa setiap orang dilarang
melakukan aborsi dapat dikecualikan berdasarkan indikasi kedaruratan media yang dideteksi
sejak usia dini kehamilan dan aturan ini diperkuat dengan Pasal 77 yang berisi pemerintah
wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
75 mengenai tindakan aborsi yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab
sera bertentangan dengan norma agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dengan demikian pengertian aborsi yang didefinisikan sebagai tindakan tertentu untuk
menyelamatkan ibu dan atau bayinya (pasal 15 UU Kesehatan) adalah pengertian yang sangat
rancu dan membingungkan masyarakat dan kalangan medis.

1. Penyebab
Umumnya aborsi yang tidak aman terjadi karena tidak tersedianya pelayanan kesehatan
yang memadai. Apalagi bila aborsi dikategorikan tanpa indikasi medis, seperti :
a. Alasan kesehatan, dimana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.
b. Alasan psikososial, dimana ibu tidak sendiri tidak punya anak lagi.
c. Kehamilan di luar nikah.
d . Masalah ekonomi, menambah anak akan menambah beban ekonomi.
e. Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan.
f. Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan.
g. Kegagalan pemakaian alat kontrasepsi.

2. Ciri – Ciri
a. Dilakukan oleh tenaga medis atau non medis
b. Kurangnya pengetahuan baik pelaku ataupun tenaga pelaksana
c. Kurangnya fasilitas dan sarana
d. Status illegal
3. Dampak
a. Dampak sosial
Biaya lebih banyak, dilakukan secara sembunyi - sembunyi.
b. Dampak kesehatan
Bahaya bagi ibu bisa terjadi perdarahan dan infeksi.
c. Dampak psikologis : Trauma
4. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi akibat tindakan-tindakan yang tidak aman terhadap
kehamilan yang tidak diinginkan misalnya dengan melakukan abortus provokatus oleh
dukun, dengan meminum jamu-jamuan, ramuan.
Pengakhiran kehamilan yang tidak aman menurut WHO yaitu pengakhiran
kehamilan yang tidak dikehendaki dengan cara yang mempunyai resiko tinggi terhadap
keselamatan jiwa perempuan tersebut sebab dilakukan oleh individu yang tidak
mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang sangat diperlukan, serta memakai
peralatan yang tidak memenuhi persyaratan minimal bagi suatu tindakan medis tersebut.
Akibat dari tindakan yang tidak aman tersebut akan memberikan resiko infeksi,
perdarahan, sisa hasil konsepsi yang tertinggal di dalam rahim dan perforasi yang pada
akhirnya dapat menyebabkan kematian apabila tidak mendapatkan pertolongan yang
segera.
Tingginya AKI mengindikasikan masih rendahnya tingkat kesejahteraan
penduduk dan secara tidak langsung mencerminkan kegagalan pemerintah dan
masyarakat untuk mengurangi resiko kematian ibu. Peningkatan kualitas perempuan
merupakan salah satu syarat pembangunan sumber daya manusia.
Strategi untuk menurunkan risiko kematian karena aborsi tidak aman adalah dengan
menurunkan ‘demand’ perempuan terhadap aborsi tidak aman. Ini dapat dimungkinkan
bila pemerintah mampu menyediakan fasilitas keluarga berencana yang berkualitas
dilengkapi dengan konseling.
Konseling keluarga berencana dimaksudkan untuk membimbing klien melalui
komunikasi dan pemberian informasi yang obyektif untuk membuat keputusan tentang
penggunaan salah satu metode kontrasepsi yang memadukan aspek kesehatan dan
keinginan klien, tanpa menghakimi. Bagi remaja yang belum menikah, perlu dibekali
dengan pendidikan seks sedini mungkin sejak mereka mulai bertanya mengenai
seks. Namun, perlu disadari bahwa risiko terjadinya kehamilan selalu ada, sekalipun
pasangan menggunakan kontrasepsi. Bila akses terhadap pelayanan aborsi yang aman
tetap tidak tersedia, maka akan selalu ada ‘demand’ perempuan terhadap aborsi tidak
aman.

5. Hukum
Menurut KUHP orang yang dapat dihukum adalah orang yang menggugurkan
kandungan seorang wanita, juga wanita yang digugurkan kandungannya. Sedangkan
dalam praktek yang tidak dihukum adalah dokter yang melakukan aborsi dengan indikasi
medis, yaitu dengan tujuan untuk menyelamatkan jiwa atau menjaga kesehatan wanita
yang bersangkutan.
Persoalannya, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) kita yang merupakan
peninggalan masa kolonialisasi Belanda melarang keras dilakukannya aborsi dengan
alasan apapun sebagaimana diatur dalam pasal 283, 299 serta pasal 346 – 349. Bahkan
pasal 299 intinya mengancam hukuman pidana penjara maksimal empat tahun kepada
siapa saja yang memberi harapan kepada seorang perempuan bahwa kandungannya dapat
digugurkan.

6. Peran Bidan
a. Sex education
b. Bekerja sama dengan tokoh agama dalam pendidikan keagamaan
c. Peningkatan sumber daya manusia
d. Penyuluhan tentang abortus dan bahayanya

7. Kriteria Aborsi yang Aman


1. Dilakukan oleh pekerja kesehatan yang benar-benar terlatih dan berpengalaman
melakukan aborsi
2. Pelaksanaannya mempergunakan alat-alat kedokteran yang layak.
3. Dilakukan dalam kondisi bersih, apapun yang masuk dalam vagina atau rahim harus
steril atau tidak tercemar kuman dan bakteri.
4. Dilakukan kurang dari 3 bulan (12 minggu) sesudah pasien terakhir kali mendapat
haid
1.4 BBLR
Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah angka
kematian bayi (AKB). AKB merupakan indikator yang lazim digunakan untuk menentukan
derajat kesehatan masyarakat, baik pada tataran provinsi maupun nasional. Beberapa
penyebab kematian bayi baru lahir (neonatus) yang terbanyak di Indonesia diantaranya
BBLR 29%, asfiksia 27%, tetanus neonatorum 10%, masalah pemberian makanan 10%,
gangguan hematologik 6%, infeksi 5%, dan lain-lain 13%.
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut WHO (2007) diperkirakan 15%
dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-
negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian
BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi
dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. Data dari WHO (2009)
menyebutkan bahwa angka kejadian BBLR di Indonesia adalah 10,5%.

a. Definisi
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari
2500 gram. Penyebab terjadinya BBLR antara lain karena ibu hamil anemia, kurang
suplay gizi waktu dalam kandungan, ataupun lahir kurang bulan. Bayi yang lahir dengan
berat badan rendah perlu penanganan yang serius, karena pada kondisi tersebut bayi
mudah sekali mengalami hipotermi yang biasanya akan menjadi penyebab kematian.
(Depkes RI, 2006).
BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat lahir (yang diukur dalam 1
jam setelah lahir) kurang dari 2500 gram, tanpa memandang usia kehamilan. (Depkes RI,
1999)
Menurut Saifudin, dkk (2000), BBLR diklasifikasikan menjadi :
1. Bayi berat lahir rendah (BBLR) yaitu berat lahir 1500 – 2500 gram
2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) yaitu berat lahir < 1500 gram
3. Bayi baru lahir ekstrem rendah (BBLER) yaitu berat lahir < 1000 gram
Bayi dengan berat badan lahir rendah, akan mengalami beberapa masalah diantaranya:
Asfiksia, Gangguan nafas, Hipotermi, Hipoglikemi, Masalah pemberian ASI, Infeksi,
Ikterus dan Masalah perdarahan.

b. Ciri-ciri BBLR
1. Berat < 2.500 gram
2. Panjang badan < 45 cm
3. Lingkar dada < 30 cm
4. Lingkar kepala < 33 cm
5. Usia kehamilan < 37 minggu
6. Kepala relatif besar, kepala tidak mampu tegak
7. Kulit tipis, transparan, lemak kulit kurang, otot hipotonik- lemah.
8. Pernafasan tidak teratur, dll.

c. Penyebab BBLR
Menurut Depkes (1993) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR,
yaitu:

1. Faktor Ibu
a. Gizi ibu hamil yang kurang
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat memengaruhi proses pertumbuhan janin
dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat
bawaan, anemia pada bayi, asfiksia. Intra partum (mati dalam kandungan) lahir dengan
berat badan rendah (BBLR). Indikator lain untuk mengetahui status gizi ibu hamil adalah
dengan mengukur LILA. LILA adalah Lingkar Lengan Atas. LLA kurang dari 23,5 cm
merupakan indikator kuat untuk status gizi yang kurang/ buruk. Ibu berisiko untuk
melahirkan anak dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
b. Umur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
Kelahiran bayi BBLR lebih tinggi pada ibu-ibu muda berusia kurang dari 20 tahun.
Remaja seringkali melahirkan bayi dengan berat lebih rendah. Hal ini terjadi karena
mereka belum matur dan mereka belum memiliki sistem transfer plasenta seefisien wanita
dewasa. Pada ibu yang tua meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi
badannya serta kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat memengaruhi janin
intra uterin dan dapat menyebabkan kelahiran BBLR. Faktor usia ibu bukanlah faktor
utama kelahiran BBLR, tetapi kelahiran BBLR tampak meningkat pada wanita yang
berusia di luar usia 20 sampai 35 tahun.
c. Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat
Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin kurang
baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan karena keadaan rahim belum
pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan (di
bawah dua tahun) akan mengalami peningkatan risiko terhadap terjadinya perdarahan
pada trimester III, termasuk karena alasan plasenta previa, anemia dan ketuban pecah dini
serta dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.
d. Paritas ibu
Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin sehingga melahirkan
bayi dengan berat lahir rendah dan perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim
biasanya sudah lemah.

2. Faktor Kehamilan
a. Hamil dengan polihidramnion
Polihidramnion adalah keadaan di mana banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc.
Polihidramnion harus dianggap sebagai kehamilan dengan risiko tinggi karena dapat
membahayakan ibu dan anak.
b. Hamil ganda
Berat badan satu janin pada kehamilan kembar rata-rata 1000 gram lebih ringan daripada
janin kehamilan tunggal. Berat badan bayi yang baru lahir umumnya pada kehamilan
kembar kurang dari 2500 gram. Suatu faktor penting dalam hal ini ialah kecenderungan
terjadinya partus prematurus.
c. Perdarahan antepartum
Perdarahan antepartum merupakan perdarahan pada kehamilan diatas 22 minggu hingga
mejelang persalinan yaitu sebelum bayi dilahirkan. Komplikasi utama dari perdarahan
antepartum adalah perdarahan yang menyebabkan anemia dan syok yang menyebabkan
keadaan ibu semakin jelek. Keadaan ini yang menyebabkan gangguan ke plasenta yang
mengakibatkan anemia pada janin bahkan terjadi syok intrauterin yang mengakibatkan
kematian janin intrauterine. Bila janin dapat diselamatkan, dapat terjadi berat badan lahir
rendah, sindrom gagal napas dan komplikasi asfiksia.

d. Preeklamsi dan eklampsi


Pre-eklampsia dan Eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan
janin dalam kandungan atau IUGR dan kelahiran mati. Hal ini disebabkan karena Pre-
eklampsia/Eklampsia pada ibu akan menyebabkan perkapuran di daerah plasenta,
sedangkan bayi memperoleh makanan dan oksigen dari plasenta, dengan adanya
perkapuran di daerah plasenta, suplai makanan dan oksigen yang masuk ke janin
berkurang.
e. Ketuban pecah dini
Ketuban Pecah Dini (KPD) disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan
membran yang diakibatkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan
serviks. Pada persalinan normal selaput ketuban biasanya pecah atau dipecahkan setelah
pembukaan lengkap, apabila ketuban pecah dini, merupakan masalah yang penting dalam
obstetri yang berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi ibu.

3. Faktor Janin
a. Cacat bawaan / kelainan congenital
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang
timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan
kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau bayi
kecil untuk masa kehamilannya. Bayi Berat Lahir Rendah dengan kelainan kongenital
yang mempunyai berat kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama kehidupannya.
b. Infeksi dalam Rahim
Infeksi hepatitis terhadap kehamilan bersumber dari gangguan fungsi hati dalam
mengatur dan mempertahankan metabolisme tubuh, sehingga aliran nutrisi ke janin dapat
terganggu atau berkurang. pengaruh infeksi hepatitis menyebabkan abortus atau
persalinan prematuritas dan kematian janin dalam rahim. Wanita hamil dengan infeksi
rubella akan berakibat buruk terhadap janin. Infeksi ini dapat menyebabkan bayi berat
lahir rendah, cacat bawaan dan kematian janin.

c. Penanganan
1. Pengaturan suhu lingkungan
Terapi inkubator, dengan pengaturan suhu
BB < 2 kg : 350C
BB 2 kg – 2,5 kg : 34 oC,
suhu inkubator diturunkan 1 oC setiap minggu, sampai bayi dapat ditempatkan pada suhu
lingkungan (24 – 27 oC).
2. Makanan bayi
Umumnya refleks menghisap belum sempurna. Kapasitas lambung masih kecil dan daya
enzim pencernaan (lipase) masih kurang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan
kalori 110 Kal/kg BB sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. ASI merupakan
makanan yang paling utama, sehingga ASI yang paling dahulu diberikan. ASI dapat
diperas dan di minumkan perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung.
Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60 cc/kg BB/hari dan terus dinaikkan sampai
mencapai sekitar 200 cc/kg BB/hari. Pemberian makanan dilakukan menggunakan pipet
sedikit namun sering, perhatikan kemungkinan terjadinya pneumonia
aspirasi).(Wiknjosastro H, 2007)

d. Pencegahan
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan, upayakan ANC yang berkualitas, segera
lakukan rujukan apabila ditemukan kelainan
2. Meningkatkan gizi masyarakat
3. Tingkatkan penerimaan gerakan KB
4. Penyuluhan kesehatan
5. Melakukan konsultasi terhadap penyakit yang dapat menyebabkan kehamilan dan
persalinan preterm.

e. Peran bidan
1. Melakukan KIE pada waktu pemeriksaan kehamilan tentang asupan nutirsi selama
hamil dan meninjau ulang status pekerjaan dan membantu membuat keputusan mengenai
persalinan. Mengkaji kesiapan ibu untuk kelahiran dan persalinan serta kesiapan keluarga
untuk bayi baru lahir.
2. Meningkatkan peran serta keluarga dan masyarakat agar mau menerima pelayanan
KIA sebagai upaya untuk mencegah kejadian BBLR dan penangananya.
3. Bekerja sama dengan tokoh masyarakat untuk mengadakan desa siaga yang
meliputi pengaturan transportasi setempat yang siap melakukan rujukan kedaruratan,
mengadakan pengaturan biaya bagi masyarakat yang tidak mampu.

1.5 tingkat kesuburan


1. PUS dengan Fertilitas tinggi
Tingkat fertilitas/ tingkat kesuburan yang mana sumbernya adalah PUS (pasangan
usia subur) merupakan salah satu masalah kebidanan yang perlu mendapatkan perhatian
karena dengan tingginya tingkat fertilitas tanpa diiringi oleh tingkat pengetahuan akan
sistem reproduksi akan meningkatkan AKI dan AKB. Peran bidan adalah dengan
memberikan KB yang sesuai.
2. PUS dalam masa prakonsepsi
Masa prakonsepsi adalah masa persiapan sebelum memasuki masa pembuahan dan
kehamilan. Pada masa ini pasutri (PUS) dapat merencanakan kehamilan dengan berbagai
persiapan yang lebih matang. Peran bidan disini adalah membantu persiapan pra konsepsi
dengan:
a) Pemberian informasi pola hidup sehat seperti pola makan, olahraga, istirahat
cukup, tidak mengkonsumsi minuman beralkohol dan tidak merokok.
b) Konseling variasi hubungan seksual dan cara menghitung masa subur.
c) Pemeriksaan fisik dan tes-tes kesehatan.

3. PUS dengan masalah Infertilitas (Kemandulan)


Tingkat kesuburan seseorang memegang peranan yang sangat penting bagi pasangan
suami istri. Tingkat kesuburan dibedakan menjadi fertilitas/kesuburan dan
infertilitas/ketidaksuburan. Tingkat kesuburan dapat menjadi masalah yang serius. Untuk
itu bidan harus mampu mengenal masalah kesuburan dan ketidaksuburan pada pasangan
suami istri.

a. Definisi Infertil
Infertilitas adalah kegagalan dari pasangan suami-istri untuk mengalami kehamilan
setelah melakukan hubungan seksual, tanpa kontrasepsi, selama satu tahun
(Sarwono,497). Ketidaksuburan (infertil) adalah suatu kondisi dimana pasangan suami
istri belum mampu memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan seksual
sebanyak 2 – 3 kali seminggu dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa menggunakan
alat kontrasepsi jenis apapun (Djuwantono,2008). Secara medis infertil dibagi menjadi
dua jenis, yaitu:

1). Infertile primer


Berarti pasangan suami istri belum mampu dan belum pernah memiliki anak setelah satu
tahun berhubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali perminggu tanpa menggunakan alat
kontrasepsi dalam bentuk apapun.

2) . Infertile sekunder
Berarti pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak sebelumnya
tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah satu tahun berhubungan seksual
sebanyak 2 – 3 kali perminggu tanpa menggunakan alat atau metode kontrasepsi jenis
apapun. (Djuwantono,2008, hal: 2).

Berdasarkan hal yang telah disebutkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa


pasangan suami istri dianggap infertile apabila memenuhi syarat-syarat berikut:
1) Pasangan tersebut berkeinginan untuk memiliki anak.
2) Selama satu tahun atau lebih berhubungan seksual, istri sebelum mendapatkan
kehamilan.
3) Frekuensi hubungan seksual minimal 2 – 3 kali dalam setiap minggunya.
4) Istri maupun suami tidak pernak menggunakan alat ataupun metode kontrasepsi, baik
kondom, obat-obatan dan alat lain yang berfungsi untuk mencegah kehamilan.
(Djuwantono,2008, hal: 3).

b. Pencegahan
1) Berbagai macam infeksi diketahui menyebabkan infertilitas terutama infeksi
prostate, buah zakar, maupun saluran sperma. Karena itu, setiap infeksi didaerah tersebut
harus ditangani serius (Steven RB,1985).
2) Beberapa zat dapat meracuni sperma. Banyak penelitihan menunjukan pengaruh
buruk rokok terhadap jumlah dan kualitas sperma (Steven RB,1985).
3) Alcohol dalam jumlah banyak dihubungkan dengan rendahnya kadar hormone
testosterone yang tentunya akan menganggu pertumbuhan sperma (Steven RB,1985).
4) Berperilaku sehat (Dewhurst,1997).

c. Peran bidan
1) Meningkatkan peran serta kedua pasangan untuk dapat saling bekerjasama dalam
menangani masalah infertilitas.
2) Melakukan rujukan sehingga pasangan infertil mendapat penanganan yang tepat
3) Konseling tentang variasi dalam hubungan seksual, cara menghitung masa subur,
makanan yang dapat meningkatkan kesuburan suami atau isteri.

1.6 Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Non Medis


a. Definisi
Pertolongan persalinan oleh tenaga non medis yaitu proses persalinan yang dibantu
oleh tenaga non kesehatan yang biasa dikenal dengan istilah dukun bayi. Dalam tatanan
masyarakat yang masih memegang tradisi adat, dukun masih memegang peranan yang
sangat penting. Adanya asumsi pada masyarakat kita bahwa melahirkan di dukun mudah
dan murah, merupakan salah satu penyebab terjadinya pertolongan persalinan oleh tenaga
non kesehatan.
b. Penyebab
Penyebab persalinan di tenaga non medis:
1. Disparitas antar wilayah (Jauh dari nakes)
2. Pendidikan (Pendidikan yang rendah)
3. Ekonomi (Ibu dengan tingkat penghasilan rendah hampir lima kali lebih besar
melakukan persalinan dirumah dibandingkan dengan ibu dengan tingkat pengeluaran
tinggi)
c. Penanganan
Penanganannya dengan diadakan program penempatan bidan di desa yang bertujuan
untuk menurunkan tingkat kematian ibu hamil, bayi dan balita. Kecuali hal-hal yang
berhubungan dengan adat dan kebiasaan masyarakat setempat, dengan menjalin hubungan
kemitraan antara keduanya.
d. Peran bidan
Bekerja sama dengan tokoh masyarakat untuk mengadakan desa siaga yang meliputi
pengaturan transportasi setempat yang siap melakukan rujukan kedaruratan, mengadakan
pengaturan biaya bagi masyarakat yang tidak mampu.

1.7 PMS/IMS
a. Definisi
IMS adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan kelamin atau kontak
intim ( Jan Tambayong,2000:195). IMS adalah penyakit yang disebabkan karena adanya
invasi organisme virus, bakteri, parasit dan kutu kelamin yang sebagian besar menular
melalui hubungan seksual, baik yang berlainan jenis ataupun sesama jenis.
(Aprilianingrum, 2002). Umumnya mata rantai penularan IMS adalah PSK. Rasio
penularan akan meningkat bila pemakaian kondom dan hubungan seksual dengan PSK
tidak dilakukan. PMS banyak ditemui Gonorrhoe (GO), sifilis, trikomoniasis, herpes
simpleks, HIV/AIDS. Penularan penyakit tidak selalu harus melalui hubungan kelamin.
Penyakit dapat terjadi pada orang-orang yang belum pernah melakukan hubungan
kelamin. Sebagian penderita adalah akibat korban keadaan diluar kemampuan mereka,
dalam arti mereka sudah berusaha sepenuhnya untuk tidak mendapat penyakit, tetapi
kenyataan masih juga terjangkit (Adhi Jduanda, 2007).

b. Gejala
Sebenarnya mengenali gejala infeksi menular seksual cukup mudah, yaitu dengan
mengecek apakah ada cairan seperti nanah keluar dari vagina, penis ataudubur, lalu cairan
ini biasanya berupa lendir dalam jumlah banyak, bau dan kental. Terasa pedih atau panas
ketika buang air kecil atau saat melakukan hubungan seksual, nyeri di perut bagian bawah
(pada wanita) dan di buah zakar (pada pria), serta bokong dan kaki. Gejala umum IMS
yaitu:

1. Perubahan pada kulit disekitar kemaluan


2. Gatal pada alat kelamin.
3. Terasa nyeri saat buang air kecil.
4. Muncul cairan tertentu, dan terlihat tidak normal
5. Ada perubahan yang tidak wajar seperti melepuh, lecet, luka, muncul bintil, ruam
atau pembengkakan di kelamin atau sekitar kelamin.
6. Ada benjolan yang mencurigakan
7. Berdarah dan nyeri saat berhubungan

c. Pengobatan IMS
1. Yang terbaik adalah mencegah tertular : tidak berhubungan seks, berhubungan
hanya dengan satu pasangan yang setia. Jika berganti-ganti pasangan, selalu gunakan
kondom. juga jangan bertukar alat suntik.
2. Kunjungi klinik dokter secara rutin setiap bulan untuk pemeriksaan.
3. Bila ada keluhan segera periksa ke dokter.
4. Jangan mengobati diri sendiri. Penggunaan antibiotika tanpa pengawasan dokter
akan sangat merugikan. Setiap jenis IMS punya obatnya sendiri-sendiri.
5. Bila ragu-ragu, ajaklah teman anda untuk bersama-sama ke dokter.

d. Peran Bidan
Peran bidan dalam pemberantasan IMS ditegaskan dalam kompetensi kedua
Permenkes No. 900 /MENKES/SK/VII/2002 yaitu:
1. Penyuluhan kesehatan mengenai PMS, HIV/AIDS.
2. Dalam kewenangan yang telah ditetapkan ini, bidan dapat melakukan :
a) Bidan sebagai role model memberi contoh sikap yang baik pada masyarakat.
b) Memberikan konseling pada masyarakat terutama remaja dan pasangan suami
istri tentang kesehatan reproduksi.
c) Memberikan konseling pada masyarakat tentang penyebab dan akibat
IMS dan bekerjasama dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama dalam pelaksanaan
penyuluhan pada masyarakat.
d) Mewaspadai gejala - gejala dan mendeteksi dini adanya IMS

1.8 Perilaku dan sosial budaya yang berpengaruh pada pelayanan


kebidanan komunitas
a. pengertian

Budaya adalah suatu pola hidup yang menyeluruh. Kebudayaan adalah sesuatu yang
akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat
dalam pikiran manusia dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak.
Beberapa perilaku dan aspek sosial budaya yang mempengaruhi pelayanan kebidanan di
komunitas antara lain :

1. Health believe
Tradisi-tradisi yang diberlakukan secara turun temurun dalam pemberian makanan bayi.
Contohnya : di daerah nusa tenggara barat ada pemberian nasi papah atau di jawa
dengan tradisi nasi pisang
2. Life style
Gaya hidup yang berpengaru terhadap kesehatan
Contohnya gaya hidup kawin cerai di lombok atau gaya hidup perokok

3. Health seeking behavior


Salah satu bentuk perilaku sosial budaya yang mempercayai apa bilah seseorang sakit tidak
perlu pelayanan kesehatan, akan tetapi cukup dengan membeli obat di warung atau
mendatangi dukun

b. Perilaku sosial budaya yang berpengaruh pada pelayanan kebidanan komunitas


pada ibu hamil dan ibu bersalin

1. Hamil
Beberapa contoh perilaku sosial budaya masyarakat yangh berkaitan dengan kehamilan
antara lain :
a. Upacara –upacara yang di lakukan untuk mengupayakan keselamatan bagi janin dalam
prosesnya menjadi bayi hingga saat kelahirannya adalah upacara mitoni, procotan,dan
brokohan
b. Mengidam, dikotomi panas dingin
c. Larangan masuk hutan
d. Pantangan keluar waktu maghrib
e. Pantangan menjalin rambut karena bisa menyebabkan lilitan tali pusat
f. Tidak boleh duduk di depan pintu
g. Tidak boleh makn pisang dempet

2. Persalinan
Beberapa contoh perilaku sosial budaya dalam persalinan yang ada di masyarakat antara
lain :
a. Bayi laki-laki adalah penerus keluarga yang akan menjaga nama baik
b. Bayi perempuan adalah pelanjut atau penghasil keturunan
c. Memasuki minyak ke dalam vagina supaya bersalin lancar
d. Melahirkan di daerah terpencil hanya dengan dukun
e. Minum minyak kelapa memudahkan persalinan
f. Makan daun kemangi membuat jari-jari lengket sehinggga mempersulit persalinan

c. Peran bidan komunitas terhadap perilaku selama persalinan


a. Memberikan pendidikan pada penolong persalinan mengenai tempat persalinan, proses
persalinan, perawatan selama dan pasca persalinan
b. Memberikan pendidikan mengenai konsep kebersihan baik dari segi tempat dan peralatan
c. Bekerja sama dengan penolong persalinan (dukun) dan tenaga kesehatan setempat

d. Contoh kasus perilaku dan sosial budaya yang berpengaruh pada pelayanan
kebidanan yang positif

a. Selamatan 7 bulan (pada ibu hamil).


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Masalah pelayanan kebidanan yaitu kematian ibu dan bayi, kehamilan remaja, angka
kejadian BBLR, PUS (Pasangan Usia Subur), pertolongan persalinan oleh tenaga non medis,
dan IMS. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah
satu indikator derajat kesehatan. Namun. masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia
masih merupakan masalah besar.
Di Indonesia rata-rata kehamilan remaja terjadi pada usia 14-19 tahun. Hal ini
didapatkan dari hasil survey knowledge, attitude, practice. Kehamilan remaja adalah
kehamilan yang terjadi pada wanita usia 14-19 tahun baik melalui proses pranikah atau nikah.
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari
2500 gram. Penyebab terjadinya BBLR antara lain karena ibu hamil anemia, kurang suplay
gizi waktu dalam kandungan, ataupun lahir kurang bulan.
Tingkat fertilitas/ tingkat kesuburan yang mana sumbernya adalah PUS (pasangan
usia subur) merupakan salah satu masalah kebidanan yang perlu mendapatkan perhatian
karena dengan tingginya tingkat fertilitas tanpa diiringi oleh tingkat pengetahuan akan sistem
reproduksi akan meningkatkan AKI dan AKB.
Pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan yaitu proses persalinan yang
dibantu oleh tenaga non kesehatan yang biasa dikenal dengan istilah dukun bayi. Dalam
tatanan masyarakat yang masih memegang tradisi adat, dukun masih memegang peranan
yang sangat penting. Adanya asumsi pada masyarakat kita bahwa melahirkan di dukun
mudah dan murah, merupakan salah satu penyebab terjadinya pertolongan persalinan oleh
tenaga non kesehatan.
IMS adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan kelamin atau kontak
intim ( Jan Tambayong,2000:195). Umumnya mata rantai penularan IMS adalah PSK. Rasio
penularan akan meningkat bila pemakaian kondom dan hubungan seksual dengan PSK tidak
dilakukan. PMS banyak ditemui Gonorrhoe (GO), sifilis, trikomoniasis, herpes simpleks,
HIV/AIDS.
B. Saran
Sebaiknya seorang bidan mengetahui tentang masalah pelayanan kebidanan di tingkat
pelayanan kesehatan, sehingga akan lebih tanggap untuk melakukan pencegahan akan
timbulnya masalah yang terjadi. Sedangkan bila sudah terlanjur masalah kesehatan tersebut
muncul maka bidan akan lebih cepat dalam penanganannya dan dapat bekerja sama dengan
tenaga kesehatan lain serta masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Kusmiran, Eni.2011. Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika.
Mochtar, Rustam.1998. Synopsis Obstetric. Jakarta : EGC.
Syafrudin, dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.
Yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, 2007. Buku acuan nasional
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta
Wong, donna,L. 2004 . Pedoman klinis Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC.
http:www.vifinjangkeng.blogspot/kehamilan-remaja-html.
https://asuhankeperawatankesehatan.blogspot.com/2016/10/makalah-masalah-kebidanan-
dalam.html

Anda mungkin juga menyukai