Strabismus
Disusun Oleh
Aditya Wicaksono Putra
11.2015.078
Dosen Pembimbing
Dr. Rastri Paramita Sp.M
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. K
Umur : 10 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl. Anggrek Yosoroto, Surakarta
Tanggal Pemeriksaan : 28 Juli 2017
1 hari SMRS pasien datang untuk persiapan operasi. Pasien datang dengan keluhan yang
sama yaitu mata kanan juling dan tanpa keluhan tambahan lainnya. Pasien tidak pernah
mengalami sakit mata sebelumnya. Pasien tidak pernah menggunakan kacamata.
Status Ophthalmologis
Keterangan OD OS
1. VISUS
Aksis Visus 6/6 6/6
Koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Addisi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Distansia Pupil 64 mm 64 mm
Kacamata Lama Tidak ada Tidak ada
Tes Krimsky 35 ΔD 35 ΔD
3. SUPERSILIA
Warna Hitam Hitam
Simetris Simetris Simetris
4
Kista Dermoid Tidak ada Tidak ada
7. SKLERA
Warna Putih Putih
Ikterik Tidak ada Tidak ada
Nyeri Tekan Tidak ada Tidak ada
8. KORNEA
Kejernihan Jernih Jernih
Permukaan Licin Licin
Ukuran 10 mm 10 mm
Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Infiltrat Tidak ada Tidak ada
Keratik Presipitat Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Ulkus Tidak ada Tidak ada
Perforasi Tidak ada Tidak ada
Arcus Senilis Tidak ada Tidak ada
Edema Tidak ada Tidak ada
Tes Placido Tidak dilakukan Tidak dilakukan
10. IRIS
Warna Cokelat Cokelat
Kripte Ada Ada
Sinekia Tidak ada Tidak ada
Koloboma Tidak ada Tidak ada
11. PUPIL
Letak Di tengah Di tengah
Bentuk Bulat Bulat
Ukuran 3 mm 3 mm
Refleks Cahaya Langsung Positif Positif
RC Tidak Langsung Positif Positif
12. LENSA
Kejernihan Jernih Jernih
5
Letak Di tengah Di tengah
Shadow Test Negatif Negatif
15. PALPASI
Nyeri Tekan Tidak ada Tidak ada
Massa Tumor Tidak ada Tidak ada
Tensi Okuli Normal Normal
Tonometri Schiots Tidak dilakukan Tidak dilakukan
V.RESUME
Pasien anak berusia 10 tahun dibawa ayahnya datang ke RS. Mata YAP dengan
keluhan mata kanan tampak juling sejak lahir. Keluhan tidak disertai mata merah. Ayah
pasien menyangkal keluhan yang dialami pasien terjadi didahului oleh penyakit mata lainnya.
Os menyangkal melihat suatu benda menjadi dua.
OD KETERANGAN OS
6/6 Visus 6/6
Distansia Pupil 64 mm 64 mm
6
Deviasi Eksotropia Tidak ada
Tes Hirschberg 30° XT Normal
Tes Krimsky 35 ΔD 35 ΔD
VIII. PENATALAKSANAAN
Non-Medikamentosa
Edukasi dan Rujuk ke spesialis mata
Pro OD Reses RL, Resek RM
Medikamentosa
Injeksi Adona
OD Reses RL, Resek RM
IX. PROGNOSIS
OD OS
Ad Vitam Bonam Bonam
Ad Functionam Bonam Bonam
Ad Sanationam Bonam Bonam
TINJAUAN PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Mata merupakan salah satu organ indera manusia yang mempunyai manfaat sangat
besar. Kelainan yang menggangu fungsi mata salah satunya adalah strabismus.
Strabismus ini terjadi jika ada penyimpangan dari penjajaran okular yang sempurna.1
7
Di Los Angeles pada usia enam bulan sampai enam tahun memiliki prevalensi
strabismus sekitar 2,5%, sedangkan temuan ini tetap konstan tanpa memandang jenis
kelamin atau etnis, prevalensi cenderung meningkat dengan bertambahnya usia.2
Strabismus terjadi pada kira-kira 2% anak-anak usia di bawah 3 tahun dan sekitar
3% remaja dan dewasa muda. Kondisi ini mengenai pria dan wanita dalam perbandingan
yang sama. Strabismus mempunyai pola keturunan, jika salah satu atau kedua
orangtuanya strabismus, sangat memungkinkan anaknya akan strabismus. Namun,
beberapa kasus terjadi tanpa adanya riwayat strabismus dalam keluarga. Anak-anak
disarankan untuk dilakukan pemeriksaan mata saat usia 3-4 tahun. Bila terdapat riwayat
keluarga strabismus, pemeriksaan mata disarankan dilakukan saat usia 12-18 bulan.3
Strabismus menyebabkan posisi kedua mata tidak lurus maka akan
mengakibatkan penglihatan binokuler tidak normal yang akan berdampak pada
berkurangnya kemampuan orang tersebut dalam batas tertentu. Orang dengan kelainan
ini akan terbatas kesempatan dalam kegiatannya pada bidang-bidang tertentu.4
II. PEMBAHASAN
II.1. Definisi
Strabismus adalah suatu keadaan dimana kedudukan kedua bola mata tidak ke
satu arah.5 Satu mata bisa terfokus pada satu objek sedangkan mata yang lain dapat
bergulir ke dalam, ke luar, ke atas, atau ke bawah. 6 Keadaan ini bisa menetap (selalu
tampak) atau dapat pula hilang timbul yang muncul dalam keadaan tertentu saja
seperti saat sakit atau stres.3
Batasan strabismus lainnya adalah penyimpangan posisi bola mata yang terjadi
oleh karena syarat-syarat penglihatan binokuler yang normal tidak terpenuhi (faal
masing-masing mata baik, kerjasama dan faal masing-masing otot luar bola mata baik,
dan kemampuan fusi normal)7.
8
b. Muskulus rektus medius, kontraksinya akan menghasilkan aduksi atau
menggulirnya bola mata kearah nasal dan otot ini dipersarafi oleh saraf ke III
(saraf okulomotor).
c. Muskulus rektus superior, kontraksinya akan menghasilkan elevasi, aduksi, dan
intorsi bola mata yang dipersarafi oleh saraf ke III (saraf okulomotor).
d. Muskulus rektus inferior, kontraksinya akan menghasilkan depresi, adduksi, dan
ekstorsi yang dipersarafi oleh saraf ke III(saraf okulomotor).
e. Muskulus oblik superior, kontraksinnya akan menghasilkan intorsi, abduksi, dan
depresi yang dipersarafi saraf ke IV (saraf troklear)
f. Muskulus oblik inferior ,kontraksinya akan menghasilkan ekstorsi, abduksi, dan
elevasi yang dipersarafi saraf ke III(saraf okulomotor).
9
2. Otot-otot penggerak kedua bola mata seluruhnya dapat bekerja sama
dengan baik, yakni dapat menggulirkan kedua bola mata sehingga kedua
sumbu penglihatan menuju pada benda yang menjadi pusat perhatiannya.
3. Susunan saraf pusatnya baik, yakni sanggup menfusi dua bayangan yang
datang dari kedua retina menjadi satu bayangan tunggal.
Bayi yang baru lahir, faal penglihatan belum normal, visus hanya dapat
membedakan terang dan gelap saja. Adanya perkembangan umur, visus juga ikut
berkembang. Pada usia 5-6 tahun, visus mencapai maksimal. Perkembangan yang
pesat mulai saat kelahiran sampai tahun-tahun pertama. Bila tidak ada anomali
refraksi/kekeruhan media/kelainan retina maka visus tetap sampai hari tua. Tajam
penglihatan normal berarti fiksasi dan proyeksi normal sehingga mampu
membedakan:
1. bentuk benda
2. warna
3. intensitas cahaya
Bersamaan dengan perkembangan visus, berkembang pula penglihatan
binokularitasnya. Bila perkembangan visus berjalan dengan baik dan fungsi ke 6
pasang otot penggerak bola mata juga baik, serta susunan saraf pusatnya sanggup
menfusi dua gambar yang diterima oleh retina mata kanan dan kiri maka ada
kesempatan untuk membangun penglihatan binokular tunggal stereoskopik.
10
Gangguan gerakan bola mata terjadi bila terdapat satu atau lebih otot mata yang tidak
dapat mengimbangi gerakan otot mata lainnya maka akan terjadi gangguan
keseimbangan gerakan mata sumbu penglihatan akan menyilang mata menjadi
strabismus.7
II.3. Etiologi6
Strabismus biasanya disebabkan oleh:
1. Kelumpuhan pada 1 atau beberapa otot penggerak mata (strabismus paralitik).
Kelumpuhan pada otot mata bisa disebabkan oleh kerusakan saraf.
2. Tarikan yang tidak sama pada 1 atau beberapa otot yang menggerakan mata
(strabismus non-paralitik). Strabismus non-paralitik biasanya disebabkan oleh suatu
kelainan di otak.
II.4. Klasifikasi8
1. Menurut manifestasinya
a. Heterotropia : strabismus manifes (sudah terlihat)
Suatu keadaan penyimpangan sumbu bola mata yang nyata dimana kedua
penglihatan tidak berpotongan pada titik fikasasi.
Contoh: esotropia, eksotropia, hipertropia, hipotropia
12
Disebabkan oleh diplopia dan proyeksi yang salah. Keadaan ini dapat
diredakan dengan menutup mata yang sakit.
Diagnosa berdasarkan :
Keterbatasan gerak
Deviasi
Diplopia.
Ketiga tanda ini menjadi nyata, bila mata digerakkan kearah lapangan kerja
dari otot yang sakit. Pada keadaan parese, dimana keterbatasan gerak mata tak
begitu nyata adanya diplopi merupakan tanda yang penting.
Tanda-tanda:
Ptosis
Bola mata hampir tak dapat bergerak. Keterbatasan bergerak
kearah atas, kenasal dan sedikit kearah bawah.
Mata berdeviasi ketemporal, sedikit kebawah. Kepala berputar
kearah bahu pada sisi otot yang lumpuh
Sedikit eksoftalmus, akibat paralisis dari 3 mm rekti yang dalam
keadaan normal mendorong mata kebelakang.
Pupil midriasis, reaksi cahaya negatif, akomodasi lumpuh.
Diplopia.
13
dari otot-otot mata luar, disebut oftalmoplegia eksterna, yang ini lebih
sering terjadi. Kelumpuhan yang terbatas pada m.sfingter pupil dan
badan siliar, disebut oftalmoplegia interna. Hal ini sering dijumpai
misalnya pada :
- kontusio bulbi
Dalam hal ini kita dapatkan pupil lebar, tak ada akomodasi.
Pada oftalmoplegia interna, diobati menurut penyebabnya dan lokal
diberikan pilokarpin atau eserin. Kalau akomodasinya tetap hilang, beri
pula kacamata sferis (+) 3 D untuk pekerjaan dekat.
Penyebab:
Kelainannya dapat terjadi pada setiap tempat dari korteks serebri
ke otot, seperti adanya eksudat, perdarahan, periostitis, tumor,
trauma, perubahan pembuluh darah yang menyebabkan penekanan
atau peradangan pada saraf.
Jarang disebabkan peradangan atau degenerasi primer.
Infeksi akut (difteri, influenza), keracunan (alkohol), diabetes
mellitus, penyakit-penyakit sinus, trauma.
Terjadinya gejala dapat tiba-tiba ataupun perlahan-lahan, tetapi
perjalanan penyakitnya selalu menahun. Kekambuhan sering terjadi.
Bila telah terjadi lama, prognosis tidak menguntungkan lagi karena
kemungkinan terjadinya atrofi dari otot-otot yang lumpuh dan
kontraksi dari otot lawannya.
Pengobatan :
Untuk menghindari diplopia, mata yang sakit atau mata yang sehat
ditutup.
Operasi
Bila setelah pengobatan kira-kira 6 bulan tetap lumpuh, dilakukan
operasi reseksi dari otot yang lumpuh disertai resesi dari otot
14
lawannya agar tidak terjadi atrofi dari otot yang lumpuh. Hasil dari
operasi ini sering mengecewakan, tetapi perbaikan kosmetis
mungkin dapat memuaskan.
15
Terdapat keterbatasan gerak keatas, terutama atas nasal, strabismus
vertikal, diplopia. Kelainan bertambah bila mata digerakkan kearah
temporal atas. Bayangan dari mata yang sakit terletak lebih tinggi.
Tanda-tandanya :
Gangguan pergerakan mata ke arah luar.
Diplopi yang menjadi lebih hebat, bila mata digerakkan kearah
luar.
Kepala dimiringkan kearah otot yang lumpuh.
Deviasinya menghilang, bila mata digerakkan kearah yang
berlawanan dengan otot yang lumpuh
Pada anak dibawah 6 tahun, dimana pola sensorisnya belum tetap,
timbul supresi, sehingga tidak timbul diplopia.
Pada orang dewasa, dimana esotropianya terjadi tiba-tiba,
penderita mengeluh ada diplopia, karena pola sensorisnya sudah
tetap dan bayangan dari objek yang dilihatnya jatuh pada daerah-
daerah retina dikedua mata yang tidak bersesuaian.
Penyebab:
Sering terdapat pada orang dewasa yang mendapat trauma
dikepala, tumor atau peradangan dari susunan saraf serebral.
Jarang ditemukan pada anak-anak, yang biasanya disebabkan
trauma pada waktu lahir, kelainan kongenital dari m.rektus lateralis
atau persarafannya.
Pengobatan :
Penderita diobati dahulu secara nonoperatif selama 6 bulan,
menurut kausanya. Bila terdapat diplopia, mata yang sakit atau
sehat ditutup untuk menghilangkan diplopia dan segala akibatnya.
Baik pada anak ataupun dewasa, bila setelah 6 bulan pengobatan
belum ada perbaikan, baru dilakukan operasi sebab bila dibiarkan
terlalu lama dapat terjadi atrofi dari otot.
b. Komitan (nonparalitik)
16
Sudut deviasi tetap konstan pada berbagai posisi, mengikuti gerak mata yang
sebelahnya pada semua arah dan selalu berdeviasi dengan kekuatan yang sama.
Deviasi primer (deviasi pada mata yang sakit) sama dengan deviasi sekunder
(deviasi pada mata yang sehat).
1) Strabismus Nonparalitika Nonakomodatif
Deviasinya telah timbul pada waktu lahir atau pada tahun-tahun pertama.
Deviasinya sama ke semua arah dan tidak dipengaruhi oleh akomodasi.
Karena itu penyebabnya tak ada hubungannya dengan kelainan refraksi atau
kelumpuhan otot-otot. Mungkin disebabkan oleh:
Insersi yang salah dari otot-otot yang bekerja horizontal.
Gangguan keseimbangan gerak bola mata
Dapat terjadi karena gangguan yang bersifat sentral, berupa kelainan
kuantitas rangsangan pada otot. Hal ini disebabkan kesalahan
persarafan terutama dari perjalanan supranuklear, yang mengelola
konvergensi dan divergensi. Kelainan ini dapat menimbulkan proporsi
yang tidak sama pada kekuatan konvergensi dan divergensi. Untuk
melakukan konvergensi dari kedua mata, harus ada kontraksi yang
sama dan serentak dari kedua m.rektus internus, sehingga terjadi
gerakan yang sama dan simultan dari mata kenasal. Divergensi dan
konvergensi adalah bertentangan, overaction dari yang satu
menyebabkan kelemahan dari yang lain dan sebaliknya.
17
Tanda-tanda :
Kelainan kosmetik, sehingga pada anak-anak yang lebih besar
merupakan beban mental.
Tak terdapat tanda-tanda astenopia.
Tak ada hubungan dengan kelainan refraksi.
Tak ada diplopia, karena terdapat supresi dari bayangan pada mata
yang berdeviasi.
Pengobatan :
Preoperatif
Pengobatan yang paling ideal pada setiap strabismus adalah bila
tercapai hasil fungsionil yang baik, yaitu penglihatan binokuler yang
normal dengan stereopsis, disamping perbaikan kosmetik. Bila
strabismus yang sudah berlangsung lama dan anak berumur 6 tahun
atau lebih pada waktu diperiksa pertama, maka hasil pengobatannya
hanya kosmetis saja. Sedapat mungkin ambliopia pada mata yang
berdeviasi harus dihilangkan dengan menutup mata yang normal. Bila
pengobatan preoperatif sudah cukup lama dilakukan, kira-kira 1 tahun,
tetapi tak berhasil, maka dilakukan operasi.
Operatif
Tindakan operatif sebaiknya dilakukan pada umur 4-5 tahun, supaya
bila masih ada strabismus yang belum terkoreksi dapat dibantu dengan
latihan.
Pengobatan :
Koreksi dari kelainan refraksi, dengan sikloplegia.
Hindari ambliopia dengan penetesan atropin atau penutupan pada mata
yang sehat.
Meluruskan aksis visualis dengan operasi (mata menjadi ortofori).
Memperbaiki penglihatan binokuler dengan latihan ortoptik.
a) Esotropia Akomodatif
Kelainan ini berhubungan dengan hipermetropia atau hipermetropia
yang disertai astigmat. Tampak pada umur muda, antara 1-4 tahun,
dimana anak mulai mempergunakan akomodasinya untuk melihat
benda-benda dekat seperti mainan atau gambar-gambar. Mula-mula
timbul periodik, pada waktu penglihatan dekat atau bila keadaan
umumnya terganggu, kemudian menjadi tetap, baik pada
penglihatan jauh ataupun dekat.
Kadang-kadang dapat menghilang pada usia pubertas. Anak yang
hipermetrop, mempergunakan akomodasi pada waktu penglihatan
jauh, pada penglihatan dekat akomodasi yang dibutuhkan lebih
banyak lagi. Akomodasi dan konvergensi erat hubungannya, dengan
penambahan akomodasi konvergensinyapun bertambah pula. Pada
anak dengan hipermetrop ini, mulai terlihat esoforia periodik pada
penglihatan dekat, disebabkan rangsangan berlebihan untuk
konvergensi. Lambat laun kelainan deviasi ini bertambah sampai
fiksasi binokuler untuk penglihatan dekat tak dapat dipertahankan
lagi, dan terjadilah strabismus konvergens untuk dekat. Kemudian
terjadi pula esotropia pada penglihatan jauh.
19
Pengobatan :
Koreksi refraksi dengan sikloplegia. Harus diberikan koreksi dari
hipermetropia totalis, dan kacamata dipakai terus-menerus.
Karena terdapat akomodasi yang berlebihan, juga dapat diberikan
kacamata untuk dekat meskipun belum usia presbiopia, untuk
mengurangi akomodasinya. Jadi diberikan kacamata bifokal.
Mata yang sehat ditutup atau ditetesi atropin untuk memperbaiki
visus pada mata yang sakit, 1 tetes 1 bulan 1 kali dapat juga
dengan homatropin setiap hari atau penutupan mata yang sehat.
Kacamata harus diperiksa berulang kali, karena mungkin terdapat
perubahan, sampai kelainan refraksinya tetap.
Latihan ortoptik harus dilakukan bersamaan dengan perbaikan
koreksi untuk memperbaiki pola sensorik dari retina, sehingga
memperbesar kemungkinan untuk dapat melihat binokuler.
Kalau setelah tindakan diatas esotropianya masih ada, dan
kelainan deviasinya tidak begitu besar, dapat diberikan koreksi
dengan prisma, basis temporal.
Bila semua tindakan tidak menghilangkan kelainan deviasinya,
maka dilakukan operasi, untuk meluruskan matanya.
Setelah operasi, diteruskan latihan ortoptik untuk memperbaiki
penglihatan binokuler.
b) Eksotropia Akomodatif
Hubungannya dengan miopia. Sering juga didapat, bila satu mata
kehilangan penglihatannya sedang mata yang lain penglihatannya
tetap baik, sehingga rangsangan untuk konvergensi tak ada, maka
mata yang sakit berdeviasi keluar.
Strabismus divergens biasanya mulai timbul pada waktu masa
remaja atau dewasa muda. Lebih jarang terjadi.
Pada miopia mulai dengan kelemahan akomodasi pada jarak dekat,
orang miop hanya sedikit atau tidak memerlukan akomodasi,
sehingga menimbulkan kelemahan konvergensi dan timbullah
kelainan eksotropia untuk penglihatan dekat sedang untuk
penglihatan jauhnya normal. tetapi pada keadaan yang lebih lanjut,
timbul juga eksotropia pada jarak jauh. Bila penyebabnya divergens
yang berlebihan, yang biasanya merupakan kelainan primer, mulai
tampak sebagai eksotropia untuk jarak jauh. Tetapi lama kelamaan
20
kekuatan konvergensi melemah, sehingga menjadi kelainan yang
menetap, baik untuk jauh maupun dekat.
Pengobatan :
Koreksi penuh dari miopinya, ditambah overkoreksi 0,5-0,75
dioptri untuk memaksa mata itu berakomodasi, kacamata ini
harus dipakai terus-menerus.
Latihan ortoptik, untuk memperbaiki penglihatan binokuler,
disamping terapi oklusi.
Operasi, bila cara yang terdahulu tak memberikan pengobatan
yang memuaskan.
II.6. Diagnosis7,9,10
1. Ketajaman penglihatan
Pemeriksaan dengan e-chart digunakan pada anak mulai umur 3-3,5 tahun, sedangkan
diatas umur 5-6 tahun dapat digunakan Snellen chart.
2. Cover and Uncover Test: menentukan adanya heterotropia atau heteroforia.
21
3. Tes Hirscberg: untuk mengukur derajat tropia, pemeriksaan reflek cahaya dari senter
pada pupil.
Cara :
a. Penderita melihat lurus ke depan.
b. Letakkan sebuah senter pada jarak 12 inci (kira-kira 30 cm) cm di depan setinggi
kedua mata pederita.
c. Perhatika reflek cahaya dari permukaan kornea penderita.
d. Keterangan:
- Bila letak di pinggir pupil maka deviasinya 15 derajat.
- Bila diantara pinggir pupil dan limbus deviasinya 30 derajat.
- Bila letaknya di limbus deviasinya 45 derajat.
II.7. Penatalaksanaan
1. Tujuan :7
a. mengembalikan penglihatan binokular yang normal
b. alasan kosmetik
2. Dapat dilakukan dengan tindakan:4,5
22
a. Ortoptik
1) Oklusi
Jika anak menderita strabismus dengan ambliopia, dokter akan
merekomendasikan untuk melatih mata yang lemah dengan cara menutup
mata yang normal dengan plester mata khusus (eye patch).
2) Pleotik
3) Obat-obatan
b. Memanipulasi akomodasi
1) Lensa plus / dengan miotik
Menurunkan beban akomodasi dan konvergensi yang menyertai
2) Lensa minus dan tetes siklopegik
Merangsang akomodasi pada anak-anak
c. Operatif
Prinsip operasinya :
- reseksi dari otot yang terlalu lemah
- resesi dari otot yang terlalu kuat
3. Tahapan:7
a. Memperbaiki visus kedua mata dengan terapi oksklusi
a. Pada anak berumur dibawah 5 tahun dapat diteteskan sulfas atropin 1 tetes satu
bulan, sehingga mata ini tak dipakai kira-kira 2 minggu. Ada pula yang
menetesinya setiap hari dengan homatropin sehingga mata ini beberapa jam
sehari tak dipakai.
b. Pada anak yang lebih besar, mata yang normal ditutup dilakukan penutupan
matanya 2-4 jam sehari. Dengan demikian penderita dipaksa untuk memakai
matanya yang berdeviasi. Biasanya ketajaman penglihatannya menunjukkan
perbaikan dalam 4-10 minggu. Penutupan ini mempunyai pengaruh baik pada
pola sensorisnya retina, tetapi tidak mempengaruhi deviasi. Sebaiknya terapi
penutupan sudah dimulai sejak usia 6 bulan, untuk hindarkan timbulnya
ambliopia. Penetesan atau penutupan jangan dilakukan terlalu lama, karena
takut menyebabkan ambliopia pada mata yang sehat.
c. Pada strabismus yang sudah berlangsung lama dan anak berumur 6 tahun atau
lebih pada waktu diperiksa pertama, maka hasil pengobatannya hanya
kosmetis saja. Sedapat mungkin ambliopia pada mata yang berdeviasi harus
dihilangkan dengan cara penutupan, pada anak yang sudah mengerti (3 tahun),
harus dikombinasikan dengan latihan ortoptik untuk mendapatkan penglihatan
binokuler yang baik. Kalau pengobatan preoperatif sudah cukup lama
dilakukan, kira-kira 1 tahun, tetapi tak berhasil, maka dilakukan operasi.
23
b. Memperbaiki posisi kedua bola mata agar menjadi ortoforia.
Hal ini dapat dicapai dengan pemberian lensa, melaukan operasi atau kombinasi
keduanya. Tindakan operasi sebaiknya dilakukan bila telah tercapai perbaikan
visus dengan terapi okslusi. Tindakan operatif sebaiknya dilakukan pada umur 4-5
tahun, supaya bila masih ada strabismusnya yang belum terkoreksi dapat dibantu
dengan latihan.
c. Melatih fusi kedua bayangan dari retina kedua mata agar mendapatkan
penglihatan binokuler sebagai tujuan akhir yang hasilnya tergantung dari hasil
operasi, pemberian lensa koreksi dan latihan ortoptik.
II.8. Komplikasi
1. Kosmetik
2. Supresi
Usaha yang tidak disadari dari penderita untuk menghindari diplopia yang timbul
akibat adanya deviasinya.
3. Ambliopia
Menurunnya visus pada satu atau dua mata dengan atau tanpa koreksi kacamata dan
tanpa adanya kelainan organiknya.
4. Adaptasi posisi kepala
Keadaan ini dapat timbul untuk menghindari pemakaian otot yang mengalami
kelumpuhan untuk mencapai penglihatan binokuler. Adaptasi posisi kepala biasanya
kearah aksi dari otot yang lumpuh.
II.9. Prognosis11
Setelah dilakukan operasi, mata bisa melihat langsung namun masalah tajam
penglihatan masih dapat terjadi. Pada anak-anak dapat memiliki masalah membaca di
sekolah, dan untuk orang dewasa lebih terbatas dalam melakukan kegiatan.
Dengan diagnosis dini dan penanganan segera masalah dapat secepatnya teratasi.
Penganan yang terlambat akan menyebabkan kehilangan penglihatan mata secara
permanen. Sekitar sepertiga anak-anak dengan strabismus akan mengalami ambliopia
sehingga harus dipantau secara ketat.
24
III. PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Mata merupakan salah satu organ indera manusia yang mempunyai manfaat sangat
besar. Kelainan yang menggangu fungsi mata salah satunya adalah strabismus. Strabismus
adalah suatu keadaan dimana kedudukan kedua bola mata tidak ke satu arah. Hal ini dapat
terjadi karena adanya gangguan gerakan bola mata terjadi bila terdapat satu atau lebih otot
mata yang tidak dapat mengimbangi gerakan otot mata lainnya maka akan terjadi gangguan
keseimbangan gerakan mata sumbu penglihatan sehingga tidak terbentuk penglihatan
binokuler. Penyebabnya bisa karena kelumpuhan pada 1 atau beberapa otot penggerak mata
(strabismus paralitik) yang disebabkan oleh kerusakan saraf atau karena tarikan yang tidak
sama pada 1 atau beberapa otot yang menggerakan mata (strabismus non-paralitik) yang
disebabkan oleh suatu kelainan di otak.
25
seperti kosmetik, supresi, ambliopia, dan adaptasi postur kepala. Prognosis akan lebih baik
bila masalah dapat terdiagnosis dini dan penanganan segera sehingga masalah cepat teratasi.
Tes Krimsky 35 ΔD 35 ΔD
Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik tersebut, juga dapat disimpulkan bahwa pada mata
kanan pasien ini terdapat deviasi. Di mana hal tersebut merupakan tanda adanya strabismus
inkomitan.
Penatalaksanaan
Reses dan Resek mata kanan
Untuk mengembalikan binokular yang normal dan untuk alasan estetik. Meresesi muskulus
rectus lateralis, dan mereseksi muskulus medialis.
26
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton, Arthur C. dan Hall, John E. Fisiologi Kedokteran edisi 11. Jakarta : EGC;
2008.
2. Ilyas, Sidarta dan Yulianti, Sri R. Ilmu Penyakit Mata edisi keempat. Jakarta: FK UI;
2012.
3. Ilyas, Sidarta. Dasar-Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga.
Jakarta :FK UI; 2009.
4. James, Bruce, Chew, Chris., Bron, Anthony. Oftalmologi edisi kesembilan. Jakarta :
Erlangga; 2006.
5. Kanski, Jack J., clinical ophthalmology fourth edition. Glasgow: Bath Press
Colourbooks; 1999.
6. Perhimpunan dokter Spesialis Mata Indonesia. Ilmu Penyakit Mata edisi kedua.
Jakarta: Sagung Seto; 2007.
7. SMF Ilmu Penyakit Mata. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Surabaya: RSU Dr.
Soetomo & FK Unair; 2006.
8. SMF Ilmu Penyakit Mata. Diktat Kuliah FK UWKS. Surabaya : FK UWKS; 2012
9. Snell, Richarcd. Anatomi Klinik Edisi Keenam. Jakarta : EGC; 2006.
10. Vaughan, Asbury, Daniel G, Taylor, dan Riordan-Eva, Paul. Editor; Diana Susanto.
Oftalmologi Umum. Jakarta: EGC; 2009.
11. Strabismus. 2008. Available from:
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21388/.../Chapter%20II.pdf. Diakses 2
agustus 2015.
28