Human trafficking atau perdagangan manusia menurut Protokol Palermo tahun 2000, adalah
perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan, atau penerimaan seseorang dengan
ancaman atau penggunaan kekerasan, atau bentuk pemaksaan lain seperti penculikan,
penipuan, kecurangan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, atau memberi atau
menerima bayaran atau manfaat untuk memperoleh izin dari orang yang mempunyai
wewenang atas orang lain untuk tujuan eksploitasi.
Perdagangan Manusia (trafficking) menurut definisi dari pasal 3 Protokol PBB berarti
perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan, atau penerimaan seseorang, dengan
ancaman atau penggunaan kekerasan atau bentuk-bentuk lain dari pemaksaan, penculikan,
penipuan, kebohongan atau penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan atau memberi atau
menerima pembayaran atau memperoleh keuntungan agar dapat memperoleh persetujuan dari
seseorang yang berkuasa atas orang lain, untuk tujuan eksploitasi.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) adanya kecenderungan jumlah penduduk
miskin terus meningkat dari 11,3% pada tahun 1996 menjadi 23,4% pada tahun 1999,
walaupun berangsur-angsur telah turun kembali menjadi 17,6% pada tahun
2002, kemiskinan telah mendorong anak-anak untuk tidakbersekolah sehingga
kesempatan untuk mendapatkan keterampilan kejuruan serta kesempatan kerja
menyusut. Kemiskinan pula yang mendorong kepergian ibu sebagai tenaga kerja
wanita yang dapat menyebabkan anak terlantar tanpa perlindungan sehingga beresiko
menjadi korban perdagangan manusia.
2. Keinginan cepat kaya
Keinginan untuk hidup lebih layak, tetapi dengan kemampuan yang minim dan
kurang mengetahui informasi pasar kerja, menyebabkan mereka terjebak dalam lilitan
hutang para penyalur tenaga kerja dan mendorong mereka masuk dalam dunia
prostitusi.
Budaya pernikahan di usia muda yang sangat rentan terhadap perceraian, yang
mendorong anak memasuki eksploitasi seksual komersial. Berdasarkan UU
Perkawinan No.1/1974, perempuan Indonesia diizinkan untuk menikah pada usia 16
tahun atau lebih muda jika mendapat izin dari pengadilan. Meskipun begitu, dewasa
ini pernikahan dini masih berlanjut dengan persentase 46,5% perempuan menikah
sebelum mencapai usia 18 tahun dan 21,5% sebelum mencapai usia 16 tahun. Tradisi
budaya pernikahan dini menciptakan masalah sosio-ekonomi untuk pihak lelaki
maupun perempuan dalam perkawinan tersebut. Tetapi implikasinya terutama terlihat
jelas bagi gadis/perempuan. Masalah-masalah yang mungkin muncul bagi perempuan
dan gadis yang melakukan pernikahan dini antara lain: Dampak buruk pada
kesehatan(kehamilan prematur, penyebaran HIV/AIDS), pendidikan terhenti,
kesempatan ekonomi terbatas, perkembangan pribadi terhambat dan tingkat
perceraian yang tinggi.
Anak dan orang dewasa yang tidak terdaftar serta tidak memiliki akta kelahiran amat
rentan terhadap eksploitasi. Orang yang tidak dapat memperlihatkan akta
kelahirannya sering kali kehilangan perlindungan yang diberi hukum karena
dimata negara secara teknis mereka tidak ada. Rendahnya registrasi kelahiran,
khususnya di kalangan masyarakat desa, memfasilitasi perdagangan manusia. Agen
dan pelaku perdagangan memanfaatkan ketiadaan akta kelahiran asli untuk
memalsukan umur perempuan muda agar mereka dapat bekerja di luar negeri.
Dampak korupsi ini terhadap buruh migran perempuan dan anak harus dipelajari dari
umur mereka yang masih muda dan lugu, yang tidak tahu bagaimana cara menjaga
diri di kota-kota besar karena mereka tidak terbiasa dan sering malu untuk mencari
bantuan. Tidak peduli berapa usia dan selugu apa pun mereka, mereka
yang berimigrasi dengan dokumen palsu takut status illegal mereka akan membuat
mereka jatuh ke dalam kesulitan lebih jauh dengan pihak berwenang atau dapat
dideportasi. Pelaku perdagangan memanfaatkan ketakutan ini, untuk terus
mengeksploitasi para perempuan dan proyek. Masalah lain yaitu lemahnya hukum di
Indonesia.
6. Media massa
Media massa masih belum memberikan perhatian yang penuh terhadap berita dan
informasi yang lengkap tentang trafficking dan belum memberikan kontribusi yang
optimal dalam upaya pencegahan maupun penghapusannya. Bahkan tidak sedikit
justru memberitakan yang kurang mendidik dan bersifat pornografis yang mendorong
menguatnya kegiatan trafficking dan kejahatan susila lainnya.
1. Memberi pengetahuan
Untuk dapat mencegah masalah ini, perlu diadakan penyuluhan dan sosialisasi
masalah kepada masyarakat. Dengan sosialisasi secara terus-menerus, masyarakat
akan mengetahui bahayanya masalah ini, dan bagaimana solusinya.
Pendidikan tentu saja tidak hanya diberikan kepada masyarakat menengah atas. Yang
paling penting adalah masyarakat kelas bawah. Mengapa? Karena perdagangan
manusia banyak terjadi pada masyarakat dengan kelas pendidikan yang cukup rendah.
Pendidikan harus diberikan dengan bahasa yang lebih mudah dimengerti oleh semua
lapisan masyarakat.
2. Memberitahu orang lain
Ketika kita telah mengetahui masalah ini dan bagaimana solusinya, tetapi tidak
memberitahu orang lain, permasalahan ini tidak akan selesai. Sebagai orang yang
telah mengetahuinya, maka menjadi kewajiban Anda untuk menyampaikan apa yang
terjadi pada orang lain, khususnya yang Anda anggap berpotensi mengalami
perdagangan manusia. Sebab, orang yang tidak mengetahui adanya permasalahan ini
tidak menyadari bahwa hal ini mungkin telah terjadi pada orang-orang di sekitar kita.
Setelah mengetahui dan mencoba memberitahu orang lain, Anda juga dapat berperan
aktif untuk menanggulangi permasalahan ini. Berperan aktif tersebut dapat dilakukan
dengan cara melaporkan kasus yang Anda ketahui kepada yang berwajib. Anda juga
bisa mengarahkan anak, keponakan, atau anak muda lain yang gemar beraktivitas di
situs jejaring sosial untuk lebih berhati-hati dalam berteman, misalnya. Yang Anda
lakukan mungkin hanya sesuatu yang kecil, tetapi bila semua orang tergerak untuk
turut melakukannya, bukan tak mungkin masalah yang berkepanjangan ini akan
teratasi.
Dalam banyak kasus, perempuan dan anak-anak dijanjikan bekerja sebagai buruh
migran, PRT, pekerja restoran, penjaga toko, atau pekerjaan-pekerjaan tanpa keahlian
tetapi kemudian dipaksa bekerja pada industri seks saat mereka tiba di daerah tujuan.
Dalam kasus lain, berapa perempuan tahu bahwa mereka akan memasuki industri seks
tetapi mereka ditipu dengan kondisi-kondisi kerja dan mereka dikekang di bawah
paksaan dan tidak diperbolehkan menolak bekerja.
PRT baik yang di luar negeri maupun yang di Indonesia di trafik ke dalam kondisi
kerja yang sewenang-wenang termasuk: jam kerja wajib yang sangat panjang,
penyekapan ilegal, upah yang tidak dibayar atau yang dikurangi, kerja karena jeratan
hutang, penyiksaan fisik ataupun psikologis, penyerangan seksual, tidak diberi makan
atau kurang makanan, dan tidak boleh menjalankan agamanya atau diperintah untuk
melanggar agamanya. Beberapa majikan dan agen menyita paspor dan dokumen lain
untuk memastikan para pembantu tersebut tidak mencoba melarikan diri.
Meskipun banyak orang Indonesia yang bermigrasi sebagai PRT, yang lainnnya
dijanjikan mendapatkan pekerjaan yang tidak memerlukan keahlian di pabrik,
restoran, industri cottage, atau toko kecil. Beberapa dari buruh migran ini ditrafik ke
dalam kondisi kerja yang sewenang-wenang dan berbahaya dengan bayaran sedikit
atau bahkan tidak dibayar sama sekali. Banyak juga yang dijebak di tempat kerja
seperti itu melalui jeratan hutang, paksaan, atau kekerasan.
Terutama di luar negeri. Perempuan dan anak perempuan dijanjikan bekerja sebagai
penari duta budaya, penyanyi, atau penghibur di negara asing. Pada saat
kedatangannya, banyak dari perempuan ini dipaksa untuk bekerja di industri seks atau
pada pekerjaan dengan kondisi mirip perbudakan.
5. Pengantin Pesanan
Beberapa perempuan dan anak perempuan di luar negeri yang bermigrasi sebagai istri
dari orang berkebangsaan asing, telah ditipu dengan perkawinan. Dalam kasus
semacam itu, para suami mereka memaksa istri-istri baru ini untuk bekerja untuk
keluarga mereka dengan kondisi mirip perbudakan atau menjual mereka ke industri
seks.
7. Trafficking/penjualan Bayi
Beberapa buruh migran Indonesia (TKI) ditipu dengan perkawinan palsu saat di luar
negeri dan kemudian mereka dipaksa untuk menyerahkan bayinya untuk diadopsi
ilegal. Dalam kasus yang lain, ibu rumah tangga Indonesia ditipu oleh PRT
kepercayaannya yang melarikan bayi ibu tersebut dan kemudian menjual bayi tersebut
ke pasar gelap.
CIRI-CIRI TRAFIKING
1. Adanya Rekruitmen, bujuk rayu, ganti rugi, penipuan, nikah palsu shadow married,
pemalsuan identitas.
2. Adanya gerak pindah
3. Adanya serah terima
4. Jeratan lilitan hutang
5. Pengekangan kebebasan/penyekapan
6. Penindasan
7. Intimidasi ancaman kekerasan
8. Pemerasan fisik seks
https://www.google.co.id/search?q=cara+pencegahan+human+trafficking&oq=carabhuman+t
rafficking+&aqs=chrome.2.69i57j0l5.26331j0j8&sourceid=chrome&ie=UTF-8#
http://www.tribunnews.com/regional/2011/07/05/ini-ciri-ciri-pedagangan-manusia-dan-data-
korban