BAB I
PENDAHULUAN
orang meninggal dengan CFR 4,9%. Lalu, pada 2012 kasus meningkat menjadi 61
kasus, dengan kematian 17 orang, (CFR27,8%) (Ajab, 2018).
Pada tahun 2013, Iran, Rusia, Turki dan Uzbekistan mencatat lebih dari 50
kasus. Menurut WHO, 3 Miliar manusia di seluruh dunia berisiko untuk terinfeksi
CCHF. 10.000 hingga 15.000 manusia terinfeksi CCHF setiap tahunnya, dan
sekitar 500 kematian setiap tahunnya (WHO,2013).
Di India, infeksi virus CCHF belum pernah dilaporkan pada manusia di
India, tetapi penelitian seroprevalensi menunjukkan antibodi virus ini pada hewan
dan manusia. Pada tahun 1973, Shanmugam et, al., Dalam penelitian mereka,
menguji total 643 serum manusia diseluruh India, diantaranya sembilan sampel
dari Kerala dan Pondicherry didapati positif untuk antibodi virus anti-CCHF.
Dalam penelitian yang sama, 34 dari 655 sampel serum yang dikumpulkan dari
domba, kuda, kambing, dan hewan peliharaan dari seluruh India menunjukkan
adanya virus CCHF. Lalu, pada tahun 1977, Kaul et al., Melakukan survei
terhadap kutu ixodid untuk menentukan aktivitas virus CCHF di Jammu dan
Khasmir, India, tetapi virus CCHF tidak diisolasi disalah satu dari 138 kelompok
yang terdiri dari delapan spesies dan dari enam gen kutu (Ajab, 2018).
Di Indonesia khususnya Sumatera Utara belum adanya informasi yang
tersedia tentang kejadian CCHF.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui telaah Crimean-Congo Haemorrhagic Fever sebagai
Emerging Disease
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui defenisi dan etiologi Crimean-Congo
Haemorrhagic Fever
b. Untuk mengetahui epidemiologi Crimean-Congo Haemorrhagic
Fever
c. Untuk mengetahui emerging disease
3
1.3 Manfaat
a. Bagi Penulis
Sebagai penambahan wawasan dan pengetahuan tentang telaah Crimean-
Congo Haemorrhagic Fever sebagai Emerging Disease bagi penulis.
b. Bagi Pembaca
Sebagai penambahan wawasan sehingga dapat melakukan deteksi dini dan
pencegahan serta penanggulangan terhadap Crimean-Congo Haemorrhagic
Fever
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Crimean Congo Haemorrhagic Fever (CCHF) adalah penyakit demam
berdarah virus yang disebabkan oleh infeksi virus (nairovirus) dari keluarga
bunyaviridae yang di bawa oleh kutu. Virus CCHF menyebabkan wabah demam
berdarah yang berat dengan case fatality rate 10-40% (WHO, 2013).
Meskipun termasuk zoonosis, kasus sporadis dan wabah CCHF yang
mengenai manusia juga terjadi. Wabah CCHF merupakan ancaman bagi
kesehatan masyarakat karena berpotensi epidemik, kasus dengan angka kematian
yang tinggi (10-40%), berpotensi menjadi wabah nosokomial, dengan pengobatan
dan pencegahan yang sulit (WHO, 2013).
Penyakit ini pertama kali diketahui di Crimea pada tahun 1944 dan diberi
namacrimean haemorrhagic fever. Kemudian pada tahun 1969 diketahui menjadi
penyebab penyakit di Congo, keterkaitan dari dua nama tempat menyebabkan
nama penyakit ini seperti sekarang (CDC, 2014).
2.2 Etiologi
CCHFV adalah anggota genus Nairovirus dari keluarga Bunyaviridae,
keluarga ini terdiri dari virus yang ditularkan melalui kutu. Dari 5 genera yang
terdiri dari keluarga Bunyaviridae, 3 genera mengandung virus yang
menyebabkan demam berdarah: Phlebovirus, Nairovirus dan Hantavirus
(Shayan. Et.al, 2015).
2.3 Epidemiologi
Rentang geografis virus CCHF adalah yang paling luas di antara virus yang
ditularkan melalui kutu yang memengaruhi kesehatan manusia, dan yang paling
luas kedua dari semua arbovirus yang penting secara medis, setelah virus dengue.
Sejak ditemukan pada tahun 1967, hampir 140 wabah yang melibatkan lebih dari
5.000 kasus telah dilaporkan di seluruh dunia. Sebanyak 52 negara telah diakui
5
Pada tahun-tahun awal setelah virus pertama kali ditemukan pada tahun
1967, sebagian besar kasus dilaporkan dari daerah bekas Uni Soviet (Crimea,
Astrakhan, Rostov, Uzbekistan, Kazakhstan, Tajikistan) dan Bulgaria.Pada tahun-
tahun berikutnya, wabah dilaporkan dari beberapa bagian Afrika seperti Republik
Demokratik Kongo, Uganda dan Mauritania. Sejumlah besar kasus juga
dilaporkan dari negara-negara Timur Tengah seperti Irak, Uni Emirate Arab dan
Arab Saudi. Pada dekade sebelumnya, sebagian besar kasus telah dilaporkan dari
Pakistan, Iran, Bulgaria, Turki dan India. CCHFV telah muncul kembali di
Federasi Rusia setelah 30 tahun, Afrika Selatan, Afrika Timur, Afrika Barat dan
Mauritania pada tahun 2004 dan Sudan pada tahun 2008. Sebagian besar wabah
ini terjadi di komunitas yang tercatat memiliki kontak dengan hewan ternak yang
terinfestasi kutu. Namun, dalam beberapa wabah, diketahui bahwa penularan
nosokomial di mana kontak dengan darah dan cairan tubuh lain dari pasien telah
menjadi mode utama penularan.Antara tahun 1953 dan 2005, hampir 80 kasus
infeksi CCHF telah dijumpai di antara petugas kesehatan (Appannanavar, S, B. &
Mishra, B., 2011).
Virus CCHF ditularkan kepada manusia baik melalui gigitan kutu ataupun
melalui kontak langsung dengan darah atau jaringan hewan yang terinfeksi oleh
virus. Sebagian besar kasus terjadi pada orang yang terlibat dalam industri
peternakan, pertanian, pekerja rumah jagal dan dokter hewan (WHO, 2013).
Penularan dari manusia ke manusia dapat terjadi akibat kontak langsung
dengan darah, sekret, organ atau cairan tubuh dari orang yang terinfeksi. Infeksi
yang di dapat di rumah sakit juga dapat terjadi karena sterilisasi alat-alat medis
yang tidak tepat, penggunaan kembali jarum suntik dan kontaminasi pasokan
medis (CDC, 2014).
2.7 Diagnosis
CCHF dapat didiagnosis dengan mengisolasi virus dari darah, plasma atau
jaringan.Tanda dan gejala CCHF harus dibedakan dari demam hemoragik lainnya.
Pendekatan yang paling umum untuk mendiagnosis infeksi CCHFV adalah
9
g. Meningococcemia
h. Virus hepatitis
i. Demam berdarah lainnya
suspek CCHF, dirawat di rumah sakit dan mulai menjalani pengobatan ribavirin
(Appannanavar, S, B. & Mishra, B., 2011).
2.10.3 Pencegahan
Pekerja pertanian dan orang yang bekerja berkaitan dengan hewan harus
menggunakan anti serangga pada kulit dan saat menggunakan pakaian yang
terbuka. Disarankan untuk memakai sarung tangan dan pakaian pelindung
lainnya. Individu juga harus menghindari kontak dengan darah dan cairan tubuh
ternak atau manusia yang menunjukkan gejala infeksi. Penting bagi petugas
kesehatan untuk melakukan tindakan pencegahan pengendalian infeksi yang tepat
untuk mencegah pajanan di tempat kerja (CDC, 2014).
Vaksin turunan otak tikus yang dilemahkan terhadap CCHF telah
dikembangkan dan digunakan dalam skala kecil di Eropa Timur. Namun, saat ini
tidak ada vaksin yang aman dan efektif untuk digunakan manusia. Penelitian lebih
lanjut diperlukan untuk mengembangkan vaksin potensial ini serta menentukan
kemanjuran dari berbagai pilihan pengobatan termasuk ribavirin dan obat
antivirus lainnya (CDC, 2014 & WHO, 2013).
2.11 Prognosis
Tingkat kematian akibat CCHF adalah sekitar 30% dengan kematian
terjadi paling sering pada saat minggu ke 2. Pada pasien umumnya mengalami
perbaikan pada hari ke 9 atau ke 10 setelah timbulnya gejala (WHO,2013).
13
BAB III
PEMBAHASAN
Menurut WHO dari 2008, kutu Hyalomma terjadi di selatan garis lintang
di seluruh benua Eurasia dan Afrika dan hanya menyisakan pulau Sri Lanka,
Indonesia dan Jepang. Virologis CCHF terbesar di Asia, Eropa Timur, Timur
Tengah (kecuali Israel, Lebanon, Yordania), Afrika Tengah, Afrika Barat, Afrika
Selatan dan Madagaskar.
CCHF adalah penyakit menular yang disebarkan oleh gigitan kutu atau
kontak dengan hewan ternak yang membawa virus penyakit dan dapat juga
ditularkan dari manusia ke manusia lewat cairan tubuh, orang-orang yang dapat
mudah terpapar penyakit ini adalah peternak dan yang bekerja di tempat
penyembelihan. Timbulnya gejala dari penyakit ini 2 minggu setelah terpapar oleh
virus nairovirus.
Gejala yang timbul berupa demam, nyeri otot, sakit kepala, muntah, diare
dan perdarahan di kulit. Gejala yang di timbulkan serupa dengan gejala pada
demam berdarah maka dari itu CCHF sulit di bedakan dengan demam berdarah
dan dapat menyebabkan kekeliruan dalam mendiagnosa. Gejala mulai pulih
setelah 9-10 hari dari gejala awal muncul dan 30% orang yang terinfeksi
meninggal pada akhir minggu ke dua. Tidak ada vaksinasi untuk manusia dan
hewan terhadap CCHF, pengobatan ribavirin dan perawatan suportif dapat di
lakukan.
mungkin akan ada kontak langsung dengan pasien CCHF ataupun kontak
dengan alat medis yang terkontaminasi virus CCHF. Selain itu, hewan
qurban pada musim haji yang berasal dari negara di Afrika yang
merupakan daerah endemis CCHF bisa menjadi salah satu mode of
transmission.Sehingga negara kita memiliki potensial terkenanya penyakit
ini.
2. Arus transportasi yang cepat
Mudahnya akses transportasi antar negara membuat risiko penyebaran
penyakit yang sebelumnya tidak ada menjadi ada dan mewabah.
3. TKI yang bekerja di luar negeri
Dari negara-negara yangendemis CCHF terdapat negara yang memiliki
warga negara Indonesia yang bekerja di negara tersebut, seperti negara di
Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Afrika. Hal ini juga dapat berpotensi
menularkan kepada TKI tersebut dan dapat juga membawa virus ketika
pulang ke Indonesia.
4. Turis/Pariwisata
Banyak warga negara Indonesia pergi hanya untuk berpariwisata dengan
status traveler ke daerah yang endemis seperti Turki, Pakistan, Indiadan
juga Rusia dan tidak menutup kemungkinan untuk dapat tertular dengan
cara kontak langsung dengan penderita yang terinfestasi kutu ataupun
yang menderita CCHF. Ada juga kemungkinan traveller yang sakit dan
beerobat kerumah sakit sehingga terinfeksi secara nasokomial.
16
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Crimean-Congo Hemorrhagic Fever (CCHF) merupakan penyakit
penyakit menular yang disebarkan oleh virus yang di dapat karena kontak
dengan hewan ternak yang membawa penyakit ini dan dapat juga
ditularkan dari manusia ke manusia lewat cairan tubuh atau penyakit
zoonosis eksotik
2. Crimean congo hemorrhagic fever (CCHF) adalah penyakit demam
berdarah yang disebabkan oleh infeksi virus genus Nairovirus dari Family
Bunyaviridaeyang ditularkan oleh kutu.
3. Virus ini pertama kali di kemukakan pada tahun 1967 disebagian besar
negara seperti Uni soviet, dan Bulgaria. Kemudian pada tahun berikutnya
wabah ini juga dilaporkan oleh sebagian negara besar lainnya seperti,
Afrika, Kongo, Urganda, dan Mauritania. Setelah 30 tahun kasus ini reda,
pada tahun 2004 Afrika Selatan, Timur, Barat, dan Mauritania wabah ini
kembali dilaporkan.
4. Emerging Disease adalah suatu penyakit yang kejadian dan
penyebarannya meningkat cepat. Termasuk di dalamnya tipe-tipe infeksi
baru yang merupakan akibat dari perubahan organisme, penyebarannya
infeksi yang lama ke daerah atau atau populasi yang baru.
4.2 Saran
4.2.1 Untuk KKP
1. Agar KKP melakukan sosialisasi kepada masyarakat di sekitar
pelabuhan dan bandar udara untuk menjaga lingkungan di sekitar
pelabuhan dan bandar udara agar tetap bersih.
2. Agar KKP melakukan surveilens penyakit menular dan deteksi dini
penyakit yang disebabkan oleh virus CCHF serta melakukan
pengamatan terhadap penumpang dan barang yang berasal dari negara
terjangkit.
17
DAFTAR PUSTAKA